Jawab :
2.
a. Kelebihan leasing
Leasing merupakan alternatif sumber pembiayaan yang memiliki beberapa kelebihan atau
keunggulan dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya, antara lain yaitu
sebagai berikut:
Pembiayaan penuh. Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan
pembiayaannya dapat diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu
cash flow terutama bagi perusahaan (lessee) yang baru berdiri atau beroperasi dan
perusahaan yang mulai berkembang.
Lebih fleksibel. Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena
leasing lebih mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan
perbankan. Pembayaran angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan
pendapatan yang dihasilkan lessee sehingga pengaturan pembayaran angsuran secara
berkala dapat disesuaikan dengan pendapatan yang dihasilkan objek yang di-lease.
Denda. Perusahaan pembiayaan akan memberikan denda kepada nasabah yang tidak
membayar angsuran pada waktunya. Karena tidak ingin menanggung kerugian, denda
yang diberlakukan bersifat harian dan akan terus diakumulasikan sampai anda
membayar angsuran berikut dendanya.
Penalti. Setelah anda dihadapkan dengan dua sanksi sebelumnya (denda harian dan
penyitaan), bukan berarti anda dapat melakukan pelunasan lebih awal untuk
pembelian mobil anda. Pelunasan lebih awal kepada perusahaan pembiayaan justru
tidak akan memberikan anda potongan bunga ataupun harga. Tapi sebaliknya,
tindakan tersebut dinilai berpaling dari kesepakatan yang sudah disetujui oleh kedua
belah pihak (nasabah dan perusahaan), sehingga tindakan pelunasan itu dinilai sebuah
pelanggaran dan menghasilkan hukuman penalti.
Sumber Referensi :
Harrison Jr., Walter, T., et al. 2012. Akuntansi Keuangan IFRS. Jakarta: Erlangga.
Susilo, Sri. 2001. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.
Syofyan, Syofrin. 2017. Asas Freies Ermessen dan Aspek Perpajakan Leasing
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 Tentang Kegiatan
Sewa Guna Usaha (Leasing). Jurnal Ilmu Hukum veritaset Justitia, Vol.3, No.2.
Rivai, Veithzal. 2013. Financial Institution Management. Depok: Rajagrafindo
Persada.
Triandaru, Sigit dan Budisantoso, Totok. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta: Salemba Empat.
3. Usaha perusahaan modal ventura (venture capital) dapat dijalankan dalam dua bentuk,
yaitu konvensional dan berbasis syariah. Berikut adalah penjelasan tentang bagaimana
menerapkan kegiatan usaha perusahaan modal ventura dalam kedua bentuk tersebut
beserta mekanismenya:
Keterlibatan Aktif: Selain modal, investor modal ventura konvensional juga dapat
memberikan bimbingan, pengawasan, dan jaringan bisnis kepada perusahaan yang
mereka investasikan. Mereka memiliki kepentingan dalam kesuksesan perusahaan
yang mereka dukung.
Exit Strategy: Investor konvensional biasanya memiliki rencana untuk "exit" dari
investasinya dalam jangka waktu tertentu. Ini dapat melibatkan penjualan saham
mereka kepada investor lain, perusahaan publik, atau melalui akuisisi oleh perusahaan
lain.
Investasi Berbasis Bagi Hasil: Investasi dalam perusahaan modal ventura berbasis
syariah biasanya dilakukan dalam bentuk bagi hasil, di mana investor dan perusahaan
berbagi keuntungan dan kerugian sesuai dengan kesepakatan. Jadi, investor tidak
menerima bunga atau keuntungan tetap.
Keterlibatan Etis: Investor berbasis syariah juga harus memastikan bahwa bisnis yang
mereka dukung beroperasi dengan cara yang etis sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Ini termasuk memastikan kepatuhan terhadap etika bisnis, hak konsumen, dan
keadilan sosial.
Exit Strategy yang Sesuai dengan Syariah: Investor berbasis syariah juga perlu
memikirkan cara keluar yang sesuai dengan prinsip syariah. Ini bisa mencakup
penjualan saham mereka kepada investor lain atau melalui mekanisme lain yang
mematuhi prinsip syariah.
Setelah investasi telah dilakukan, perusahaan modal ventura berbasis syariah biasanya terus
mengawasi kinerja bisnis yang mereka dukung untuk memastikan bahwa operasinya tetap
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, perusahaan modal ventura berbasis
syariah dapat menggunakan mekanisme berikut:
Sumber Referensi:
https://www.motorcomcom.com/2023/11/jelaskan-bagaimana-menerapkan-
kegiatan.html
4. a. Cara Kerja Anjak Piutang
Proses anjak piutang dimulai ketika suatu perusahaan terlibat dalam transaksi jual beli barang
atau jasa dengan opsi pembayaran kredit. Pada saat tersebut, kreditur memiliki opsi untuk
mengajukan permohonan anjak piutang kepada perusahaan yang menyediakan layanan anjak
piutang. Ini biasanya terjadi ketika perusahaan membutuhkan tambahan modal dalam waktu
dekat.
Ketika permintaan anjak piutang dari perusahaan debitur atau klien telah disetujui, kreditur
asli memiliki kewajiban untuk membayar hutang mereka kepada perusahaan penyedia
layanan anjak piutang sesuai dengan jatuh tempo yang telah ditetapkan. Setelah semua
masalah piutang telah diselesaikan, perusahaan penyedia layanan anjak piutang akan
membayar piutang kepada kreditur dengan diskonto sesuai dengan perjanjian yang ada.
Mekanisme anjak piutang disesuaikan dengan jenisnya, yang bertujuan untuk mengurangi
risiko yang mungkin timbul dalam proses ini dan menjaga kepentingan semua pihak yang
terlibat. Dengan cara ini, perusahaan kreditur dapat lebih mudah mendapatkan modal
pinjaman dan melakukan berbagai aktivitas usaha lainnya.
Bagi perusahaan yang beroperasi dengan kecepatan tinggi, pemanfaatan fasilitas anjak
piutang membawa sejumlah manfaat yang signifikan.
Berikut ini adalah penjabaran lebih lanjut mengenai manfaat dari anjak piutang:
Melalui layanan factoring, perusahaan anjak piutang akan membeli semua faktur
piutang Anda, memungkinkan Anda untuk mendapatkan pembayaran lebih cepat dari
para debitur Anda.
Selain menghindari risiko kredit bermasalah, sering kali perusahaan tidak memiliki
sumber daya atau waktu yang cukup untuk menagih piutang dengan efisien.
Dengan memanfaatkan layanan perusahaan anjak piutang, Anda tidak perlu lagi
menghadapi kesulitan dalam proses penagihan karena tugas tersebut telah dialihkan
ke penyedia layanan factoring yang Anda pilih.
Piutang merupakan salah satu aset lancar yang dapat menjadi tak likuid jika tidak
dapat ditagihkan. Apabila situasi ini terjadi, aliran kas perusahaan dapat terhambat,
mengganggu operasional perusahaan.
Anjak piutang adalah solusi yang efektif untuk menghindari potensi masalah ini.
Dalam kesepakatan anjak piutang, Anda akan mentransfer risiko gagal penagihan ini
kepada perusahaan anjak piutang yang Anda pilih.
Sumber referensi
https://bisnis.tempo.co/read/1788877/mengenal-anjak-piutang-manfaat-dan-cara-
kerjanya
5. Penilaian kesehatan bank merupakan proses penting dalam menilai kinerja dan stabilitas
keuangan suatu lembaga perbankan.
Hal ini penting untuk menjamin kepercayaan nasabah, stabilitas sistem keuangan, dan
keberlangsungan perekonomian secara keseluruhan.
Di Indonesia, penilaian kesehatan bank diatur secara tegas oleh Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) Nomor 4 Tahun 2016.
Regulasi ini memberikan pedoman dan kerangka kerja yang jelas untuk
menilai kesehatan bank berdasarkanbeberapa pokok penilaian utama.
Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR)
CAR merupakan salah satu indikator utama dalam menilai kesehatan bank. Ini
mengukur seberapa besar modal yang dimiliki bank untuk menutupi risiko yang
dihadapi.
Menurut POJK No. 4 Tahun 2016, bank diharuskan mempertahankan rasio kecukupan
modal minimum untuk menjamin kestabilan operasional dan menghadapi risiko-risiko
tertentu.
Manajemen Risiko
POJK No. 4 Tahun 2016 menekankan pentingnya tata kelola perusahaan yang baik,
termasuk proses manajemen risiko yang efektif dan kepatuhan terhadap ketentuan
regulasi yang berlaku.
Pertumbuhan aset yang sehat dan kualitas aset yang baik menjadi indikator penting
dalam menilai kesehatan bank.
Aset yang berkualitas buruk atau kredit macet dapat mengganggu likuiditas dan
mengancam kestabilan keuangan bank.
Oleh karena itu, POJK No. 4 Tahun 2016 menetapkan pedoman terkait pengelolaan
aset dan pengendalian risiko kredit.
Likuiditas
POJK No. 4 Tahun 2016 menetapkan persyaratan likuiditas minimum yang harus
dipatuhi oleh bank, termasuk persyaratan terkait dengan rasio likuiditas yang dapat
diperhitungkan.
Efisiensi Operasional
Regulasi POJK No. 4 Tahun 2016 mendorong bank untuk mengadopsi praktik-praktik
pengelolaan biaya yang baik guna memastikan kelangsungan bisnis yang
berkelanjutan.
Sumber Referensi :
Hassan, M. K., & Kayed, R. N. (2018). The effects of the 2008 financial crisis on the
banking performance: Evidence from Turkey. Borsa Istanbul Review, 18(4), 299-308.