1) Pembiayaan penuh
Leasing dilakukan tanpa harus menyediakan uang muka dan pembiayaan dilakukan sampai
100 persen (full pay out).
2) Fleksibilitas
Pihak lessee dapat memilih skema pembayaran angsuran yang menguntungkan baginya.
3) Penghematan modal
Leasing memungkinkan lessee untuk menghemat modal kerja sehingga kelebihan modal
kerja yang ada dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain.
4) Off Balance Sheet
Tidak ada ketentuan yang mengharuskan untuk mencamtumkan transaksi leasing dalam
neraca perusahaan. Untuk itu, prosedur pembelian aset tidak perlu dipenuhi secara rinci.
5) Diversifikasi pembiayaan
Lessee memiliki alternatif sumber pembiayaan selain bank. Walaupun suatu perusahaan
telah memperoleh kredit dari bank, masih dimungkinkan memperoleh pembiayaan dari
leasing tanpa mengganggu kredit yang telah diperoleh.
6) Lebih murah
Pembiayaan barang modal melalui metode leasing lebih murah dibandingkan dengan kredit
bank berdasarkan perhitungan present value. Di samping itu, transaksi leasing bebas beban
pajak dan biaya penyusutan (depresiasi).
7) Perlindungan akibat kemajuan teknologi
Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang
disewa mengalami ketinggalan model atau sistem sebagai dampak pesatnya teknologi.
8) Proteksi inflasi
Leasing dapat memberikan proteksi terhadap inflasi khususnya apabila leasing berdasarkan
tarif suku bunga tetap.
Namun demikian, pembiayaan leasing juga memiliki kelemahan yaitu :
1) Bila dibandingkan dengan kredit investasi dari bank, pembiayaan secara leasing relatif lebih
mahal. Juga, kadang kala pembelian secara tunai justru lebih murah daripada leasing. Hal ini
terjadi karena sumber dana lessor pada umunya dari bank atau lembaga keuangan non bank.
Namun demikian, leasing tetap dilakukan karena beberapa sebab.
2) Barang modal dari pembiayaan leasing tidak dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh
kredit dari bank. Lessor dapat menarik barang modal dari lessee jika lessee melanggar
perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
3) Hilangnya prestise karena barang modal yang digunakan lessee bukan merupakan milik
sendiri. Selama masa leasing, barang modal adalah tetap menjadi milik lessor bukan milik
lessee.
3. Modal Ventura Syariah adalah suatu pembiayaan dalam penyertaan modal dalam suatu
perusahaan pasangan usaha yang ingin mengembangkan usahanya untuk jangka waktu tertentu
(bersifat sementara). Modal ventura merupakan bentuk penyertaan modal dari perusahaan
pembiayan kepada perusahaan yang membutuhkan dana untuk jangka waktu tertentu. Perusahaan
yang diberi modal sering disebut sebagai investee, sedangkan perusahaan pembiayaan yang
memberi dana disebut sebagai venture capitalist atau pihak investor.
Adapun konsep perusahaan modal ventura syariah adalah sebagai berikut:
1) Mekanisme pembiayaan dalam Modal Ventura dilakukan dalam bentuk penyertaan modal.
2) Metode pengambilan keuntungan dalam Modal Ventura dilakukan melalui bagi hasil atas
keuntungan yang diperoleh kegiatan usaha yang dibiayai.
3) Produk pembiayaan Modal Ventura dikeluarkan oleh lembaga keuangan bukan bank, yaitu
perusahaan pembiayaan Modal Ventura.
4) Jaminan dalam pembiayaan Modal Ventura tidak diperlukan, karena sifat pembiayaannya
lebih condong ke sebuah bentuk investasi.
5) Sumber dana untuk pembiayaan Modal Ventura bisa berasal dari perusahaan Modal Ventura
sendiri dan juga berasal dari pihak lain.
6) Upaya penyelesaian apabila terjadi wanprestasi dalam pembiayaan Modal Ventura, baik
yang dilakukan oleh perusahaan Modal Ventura maupun perusahaan pasangan usaha, upaya
penyelesaiaannya dapat dilakukan melalui: upaya damai, pengadilan negeri, dan lembaga
arbitrase.
Kegiatan yang bisa dimasuki perusahaan modal ventura antara lain:
1) Perusahaan yang berusaha dalam pasar yang sedang tumbuh dan bersifat inovatif serta
mempunyai potensi untuk berkembang pada masa yang akan datang.
2) Perusahaan yang ingin melakukan ekspansi usaha namun karena beberapa keterbatasannya
belum dapat menghimpun dana atau melakukan pinjaman kepada perbankan.
3) Perusahaan yang ingin melakukan restrukturisasi utang-utangnya dan posisinya sudah sangat
mengganggu tingkat kesehatan saham tersebut.
Operasional Modal Ventura Syariah
Dalam pendirian modal ventura terdapat dua aspek penting dari maksud dan tujuannya. Pertama
modal ventura adalah modal yang disediakan sebagai risiko yang mempunyai gagasan tanpa
jaminan pengembalian modal atau keberhasilan pada masa mendatang. Yang ada hanya sistem
bagi hasil berupa dividen. Sehingga aspek keberanian pemilik modal menjadi hal penting dalam
pengadaan keputusan. Itu sebabnya dasar utama semangat modal ventura terletak pada keyakinan
terhadap pasangan usahanya. Kedua, sesuai dengan prinsip dasar yang terkandung dalam jiwa
modal ventura, di seluruh dunia dibuat semacam kesepakatan bahwa penyertaan modal harus
bersifat sementara. Jangka waktunya antara 5–10 Tahun, sampai mitra usahanya mampu berdiri
sendiri barulah sahamnya dijual kembali. Langkah-langkah dalam investasi modal ventura antara
lain: (a) Penilaian pendahuluan (b) Konfirmasi pihak luar (c) Negosiasi dan penawaran (d)
Dokumentasi hukum (e) Monitor investasi (f ) Divestasi.
Untuk perusahaan ventura berbasis syariah, penyelenggaraan kegiatan usaha wajib memenuhi
prinsip keadilan (‘adl), keseimbangan (tawazum), kemaslahatan (maslahah), dan universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, zhulm, dan obejk haram. Perusahaan modal
ventura syariah dan unit usaha syariah menyelenggarakan usaha modal ventura syariah yang
meliputi :
a. Investasi terdiri dari :
1) Penyertaan saham (equity participation)
2) Pembelian sukuk atau obligasi syariah konversi.
3) Pembelian sukuk atau obligasi syariah yang diterbitkan Pasangan Usaha pada tahap
rintisan awal (start-up) dan/atau pengembangan usaha.
4) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil.
b. Pelayanan jasa.
c. Kegiatan usaha berdasarkan persetujaun OJK.
Dalam melakukan usaha modal ventura syariah tersebut, perusahaan modal ventura syariah dapat
mengelola dana ventura yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah kegiatan pelayanan jasa ini
merupakan kegiatan usaha perusahaan modal ventura syariah yang menghasilkan tambahan
pendapatan dalam bentuk imbal jasa (ujrah/fee). semua kegiatan wajib dilakukan dengan
menggunakan akad yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Pada perusahaan modal ventura secara konvensional mekanisme modal ventura, pada
prinsipnya, merupakan suatu proses yang menggambarkan arus investasi, yang dimulai dari
masuknya pemodal dengan membentuk suatu pool of funds, proses pembiayaan pada perusahaan
pasangan usaha, sampai proses penarikan kembali penyertaan tersebut (divestasi). Sebagaimana
dijelaskan di atas, pada hakikatnya, modal ventura adalah kumpulan dana (pool of funds) yang
berasal dari investor, dan dikelola secara profesional untuk diinvestasikan kepada perusahaan
yang membutuhkan modal. Oleh karena itu, dalam mekanisme modal ventura, paling sedikit ada
tiga unsur yang terlibat secara langsung, yaitu ;
a. Pemilik modal yang menginginkan keuntungan yang tinggi dari modal yang dimilikinya.
Modal dari berbagai sumber atau investor tersebut dihimpun dalam suatu wadah atau
lembaga khusus yang dibentuk untuk itu; atau disebut venture capital funds.
b. Profesional yang mempunyai keahlian dalam mengelola investasi dan mencari jenis
investasi potensial. Profesional ini dapat berupa lembaga yang disebut perusahaan
manajemen atau management venture capital fund company
c. Perusahaan yang membutuhkan modal untuk pengembangan usahanya. Perusahaan yang
dibiayai ini disebut investee company atau perusahaan pasangan usaha.
Di Indonesia, mekanisme modal ventura dengan konsep pemisahan antara venture capital fund
dengan management venture capital company tidak dikenal dalam aturan perundangan modal
ventur. Pada prinsipnya, perusahaan modal ventura yang telah memperoleh izin usaha dari
Menteri Keuangan, dapat mengelola atau dikelola oleh perusahaan modal ventura lainnya.
Pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan investasi modal ventura dalam mekanisme modal ventura
konvensional, dilakukan sepenuhnya oleh perusahaan modal ventura itu sendiri sebagai badan
hukum, atau dengan kata lain, suatu perusahaan modal ventura dapat sebagai venture capital
fund dan dalam waktu yang sama menjadi management venture capital company.
Oleh karena itu kebijakan dan analisis investasi, pelaksanaan monitoring, keterlibatan pada
manajemen perusahaan pasangan usaha, serta pelaksanaan dalam proses divestasi, dilakukan oleh
perusahaan modal ventura yang bersangkutan.
Mekanisme modal ventura dengan pendekatan venture capital fund company, berbeda dengan
metode pertama, seperti yang telah dijelaskan di atas. Pelaksanaan semua kebijakan dan srategi
investasi mulai dari analisis, monitoring, sampai pada proses divestasi dan review merupakan
tugas dan tanggung jawab perusahaan manajemen investasi. Semua tugas dan tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya tersebut didasarkan pada kesepakatan yang telah diatur dalamm
perjanjian kontrak manajemen. Atas tanggung jawabnya tersebut, perusahaan manajemen
mendapatkan contract fee atau management fee dan success fee.
Adapun kegiatan usaha usaha yang diselenggarakan oleh perusahaan modal vemtura meliputi :
a. Penyertaan saham (equity participation).
b. Pernyataan melalui pembelian obligasi konversi (quasi equity participation).
c. Pembiayaan melalui pembelian surat utang yang diterbitkan pasangan usaha pada tahap
rintisan awal (start-up), pengembangan usaha, maupun pembiayaan usaha produktif.
4. Anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dari transaksi perdagangan di dalam atau di luar negeri. Dalam anjak piutang terdapat
beberapa mekanisme transaksi, diantaranya sebagai berikut :
1) Transaksi penjualan secara kredit antara penjual (klien) dengan pembeli (nasabah). Hal ini
sama dengan proses penjualan secara tradisional. Dari transaksi ini akan muncul faktur.
2) Pihak penjual kemudian mengalihkan pitang pada perusahaan anjak piutang. Pada saat
pengalihan ini penjual (klien) dapat memberitahukan pada pihak pembeli (nasabah) bahwa
telah terjadi pengalihan piutang dari pihak penjual kepada perushaan anjak piutang.
Perusahaan anjak piutang kemudian menilai besar faktur yang diserahkan dan membayar
kepada pihak klien sebesar nila tertentu setelah dilakukan penilaian.
3) Pada saat jatuh tempo, pihak perusahaan anjak piutang akan melakukan penagihan piutang
pada pihak nasabah sebesar nilai faktur, dan pihak nasabah membayar kepada perusahaan
anjak piutang sesuai dengan nilai yang tertera pada faktur.
Penggunaan jasa perusahaan anjak piutang sangat membantu klien dalam kondisi sebagai
berikut:
1) Perusahaan yang sedang melakukan pemasaran.
Perusahaan anjak piutang dapat memberikan informasi mengenai keadaan pasar yang akan
dimasuki oleh perusahaan yang bersangkutan (klien).
2) Perusahaan baru yang berkembang pesat, sementara bagian kreditnya kurang mampu
mengimbangi ekspansi perusahaan.
Dengan jasa factoring, pihak klien diharapkan dapat menyusun rencana ekspansi secara
lebih leluasa, dan fungsi pengelolaan kredit diambil alih oleh perusahaan anjak piutang.
3) Perusahaan klien akan beroperasi lebih efisien dengan menyerahkan pengelolaan kreditnya
kepada perusahaan anjak piutang karena tidak perlu lagi membentuk unit organisasi yang
berfungsi sebagai bagian kredit yang tentunya akan menambah biaya operasi.
4) Perushaan dapat memperoleh pembiayaan siap pakai (stand by facility) yang disediakan oleh
perusahaan anjak piutang.
5) Meningkatkan kepercayaan
Karena arus dana bukan lagi suatu masalah maka setiap tagihan dapat dibayar tepat waktu
yang pada gilirannya akan meningkatkan kepercayaan pihak klien. Reputasi yang baik akan
mengkibatkan mudahnya melakukan pembelian, misalnya barang-barang mentah secara
kredit dengan harga yang lebih baik. Sedangkan dalam hal penjual tunai klien dapat
memberikan discount yang lebih menarik.
6) Kesempatan untuk mengembangkan usaha
Manfaat anjak piutang yang cukup menarik adalah kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang khususnya bagi usaha kecil. Sekiranya ada permintaan atas produk dan jasa-
jasa dan apabila mereka menjual kepada nasabah besar dengan reputasi baik, anjak piutang
memungkinkan usaha ini untuk dapat merealisasikan potensi pasarnya secara utuh.
5. Pokok-pokok yang diatur dalam pengawasan kesehatan bank sesuai PJOK No.4 Tahun 2016
sebagai berikut :
a. Bank (termasuk kantor cabang bank asing) wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan
bank baik secara individual maupun konsolidasi dengan menggunakan pendekatan resiko.
Penilaian tingkat kesehatan bank secara kosolidasi dilakukan bagi bank yang melakukan
pengendalian terhadap kerusakan bank.
a. Risiko kredit
b. Risiko pasar
c. Risiko operasional
d. Risiko likuiditas
e. Risiko hukum
f. Risiko stratejik
g. Risiko kepatuhan
h. Risiko reputasi
b. Faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank terdiri dari : profil risiko (risk profile), Good
Corporate Governance (GCG), rentabilitas (earnings) dan permodalan (capital).
c. Bank wajib melakukan penilaian sendiri (self assesment) tingkat kesehatan bank dan hasil
self assesment tingkat kesehatan bank yang telah mendapat persetujuan dari direksi wajib
disampaikan kepada dewan komisaris. selanjutnya, hasil self assesment dimaksud wajib
disampaikan kepada Bank Indonesia.
d. Periode penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan paling kurang setiap semester (untuk
posisi akhir bulan Juni dan Desember) serta dilakukan pengkinian sewaktu-waktu apabila
diperlukan.
e. Apabila dari hasil identifikasi dan penilaian Bank Indonesia ditemukan permasalahan atau
pelanggaran yang secara signifikan memengaruhi atau akan memengaruhi operasional
dan/atau kelangsungan usaha bank maka Bank Indonesia berwenang menurunkan peringkat
komposit tingkat kesehatan bank.
Rincian indikator penilaian dari empat variabel yang diuraikan pada butir b. tersebut, yaitu profil
risiko (risk profil), Good Corporate Governance (GCG), rentabilitas (earnings) dan permodalan
(capital), selanjutnya secara rinci diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan
No.14/SEOJK.03/2017. Sesuai surat edaran tersebut, indikator penilaian dari empat variabel
tersbebut adalah sebagai berikut :
a. Penilaian profil risiko (risk profile) merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan
kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasinal bank yang dilakukan terhadap 8
(delapan) risiko, yaitu :
b. Good Corporate Governance (GCG), penilaian GCG merupakan penilaia terhadap kualitas
manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG dan fokus
penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank
Indonesia mengenai pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dengan meperhatikan karakteristik
dan kompleksitas usaha bank.
c. Rentabilitas (earnings), meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber
rentabilitas, kesinambungan (sustainability) rentabilitas dan manajemen rentabilitas.
Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, stabilitas rentabilitas
bank, dan perbandingan kinerja bank dengan kinerja peer group, baik melalui analisis aspek
kuantitatif maupun kualitatif.
d. Permodalan (capital), meliputi evaluasi terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan
pengelolaan permodalan. Dalam melakukan perhitungan permodalan, bank wajib mengacu
pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban penyediaan modal
minimum bagi Bank Umum. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan permodalan,
bank juga harus mengaitkan kecukupan modal dengan Profil Risiko Bank. Semakin tinggi
risiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko
tersebut.
Sumber referensi :
BMP EKSI4205 Bank dan Keuangan Lembaga Non Bank (Modul 5 & 6)
https://www.gustani.id/2011/11/modal-ventura-syariah.html?m=1
https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/mod/resource/view.php?id=290398#:~:text=Mekanisme
%20modal%20ventura%2C%20pada%20prinsipnya,kembali%20penyertaan%20tersebut
%20(divestasi).