Anda di halaman 1dari 16

2

MODUL PERKULIAHAN

F041700009 – HUKUM BISNIS DAN


LINGKUNGAN

Lembaga Pembiayaan

Abstrak Sub-CPMK (lihat di RPS)

Pada Pokok bahasan ini akan Sub-CPMK 2


mendiskripsikan mengenai hal-hal Lembaga Pembiayaan.
Pemahaman tentang Lembaga
pembiayaan.

Lembaga Pembiayaan
Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

06
Swarmilah Hariani.,SE.,M.Acc.,CIBA.,CBV
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi
Menurut PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009
TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal.
Lembaga Pembiayaan meliputi:
a. Perusahaan Pembiayaan;
b. Perusahaan Modal Ventura; dan
c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.

Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan
Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit.
Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang
melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan (investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam
bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau
pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha. Perusahaan Pembiayaan
Infrastruktur adalah badan usaha yang didirikan khusus untuk melakukan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan dana pada proyek infrastruktur.
Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan meliputi:
a. Sewa Guna Usaha;
b. Anjak Piutang;
c. Usaha Kartu Kredit; dan/atau
d. Pembiayaan Konsumen.

Saham Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, dan Perusahaan


Pembiayaan Infrastruktur yang berbentuk Perseroan Terbatas dapat dimiliki oleh :
a. Warga Negara Indonesia dan/atau Badan Hukum Indonesia;
b. Badan Usaha Asing dan Warga Negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia
(usaha patungan).
Pemilikan saham oleh Badan Usaha Asing ditentukan paling besar 85% (delapan puluh
lima per seratus) dari Modal Disetor. Lembaga Pembiayaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk:
a. Giro;
b. Deposito;
c. Tabungan.
Lembaga Pembiayaan dapat menerbitkan Surat Sanggup Bayar (Promissory Note)
dengan memenuhi prinsip kehati-hatian (prudential principles).
Fungsi lembaga pembiayaan :

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
2 Swarmilah Hariani http://pbael.mercubuana.ac.id/
 Bagi masyarakat : fungsi lembaga pembiayaan yang paling utama ialah
membantu masyarakat dengan ekonomi lemah agar terbebas dari jeratan rentenir
yang memberikan pinjaman dengan bunga tinggi. Dengan adanya lembaga
pembiayaan, pengusaha kecil dengan modal terbatas bisa mendapatkan kredit
dengan syarat mudah dan bunga yang ringan.
 Bagi pembangunan infrastruktur : fungsi lembaga pembiayaan tidak hanya
berguna untuk masyarakat dengan ekonomi lemah, dalam dunia bisnis termasuk
pengembangan infrastruktur, keberadaan lembaga pembiayaan juga sangat
diperlukan. Hal ini dikarenakan tidak semua pengembang infrastruktur dan pelaku
bisnis juga memiliki biaya besar untuk tujuan mereka. Melalui lembaga
pembiayaan, mereka bisa mendapatkan berbagai dana pinjaman seperti pinjaman
dana talangan, dana proyek, dan lain-lain. Sehingga ketersediaan dana bagi para
pelaku bisnis sudah bukan menjadi masalah lagi. Karena fungsinya yang
menyediakan dana, lembaga pembiayaan memiliki fungsi yang hampir mirip
dengan bank umum (Sumber: https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/fungsi-
lembaga-pembiayaan, diakses, 22/2/2018).

Sewa Guna Usaha (Leasing)

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING)
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1,
yang dimaksud dalam Keputusan ini dengan Sewa-guna-usaha (Leasing) adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa-guna-
usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala. Barang modal adalah setiap aktiva tetap berwujud,
termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan
(plant), dan tanah serta aktiva dimaksud merupakan satu kesatuan kepemilikan, yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan digunakan secara langsung untuk
menghasilkan atau meningkatkan, atau memperlancar produksi dan distribusi barang atau
jasa oleh Lessee. Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa-guna-
usaha yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan
sewa-guna-usaha. Lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan
barang modal dengan pembiayaan dari Lessor; Pembayaran Sewa-guna-usaha (Lease
Payment) adalah jumlah uang yang harus dibayar secara berkala oleh Lessee kepada

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
3 Swarmilah Hariani http://pbael.mercubuana.ac.id/
Lessor selama jangka waktu yang telah disetujui bersama sebagai imbalan penggunaan
barang modal berdasarkan perjanjian sewa-guna-usaha. Piutang sewa-guna-usaha
(Lease Receivable) adalah jumlah seluruh pembayaran sewa-guna-usaha selama masa
sewa-guna-usaha. Harga Perolehan (Acquisition Cost) adalah harga beli barang modal
yang dilease ditambah dengan biaya langsung. Nilai pembiayaan adalah jumlah
pembiayaan untuk pengadaan barang modal yang secara riil dikeluarkan oleh Lessor.
Angsuran Pokok Pembiayaan adalah bagian dari pembayaran sewa-guna-usaha yang
diperhitungkan sebagai pelunasan atas nilai pembiayaan. Opsi adalah hak Lessee untuk
membeli barang modal yang disewa-guna-usaha atau memperpanjang jangka waktu
perjanjian sewa-guna-usaha.
Istilah Leasing sebenarnya berasal dari kata lease, yang berarti sewa menyewa .
Tetapi kemudian dalam dunia bisnis berkembanglah sewa menyewa dalam bentuk
khusus yang disebut leasing atau kadang-kadang disebut lease saja, dan telah
berubah fungsinya menjadi salah satu jenis pembiayaan.
Secara umum, menurut Mr.A.C.Goudsmit dan Mr.J.A.M.P.Keijser ciri-ciri leasing
adalah sebagai berikut : (Wahyu Utami dkk, 2017:147).
a. Leasing merupakan suatu cara pembiayaan.
b. Biasanya ada hubungan jangka waktu lease dan masa kegunaan benda yang
dilease tersebut. Inilah perbedaaan pokok dengan sewa menyewa biasa. Pada
umumnya dapat dikatakan bahwa masa leasing dalam suatu finance lease sama
dengan masa kegunaan ekonomis benda yang di-lease.
c. Hak milik benda yang di-lease ada pada lessor.
d. Benda yang menjadi objek leasing adalah benda-benda yang digunakan dalam
suatu perusahaan.

Dalam praktik akhir-akhir ini, yang sering kali menjadi objek leasing adalah sepeda motor,
tanpa adanya hak opsi dari pemakai barang. Oleh karena itu, lebih tepat kalau “jual beli
kredit sepeda motor ini” tergolong pembiayaan konsumen. Dalam perkembangannya,
istilah leasing ini ternyata banyak yang diartikan dengan pemahaman yang salah. Ini
karena banyak diantara masyarakat yang mengartikan bahwa leasing adalah kredit.
Walaupun memiliki konsep yang hampir sama, namun leasing dalam arti yang
sebenarnya tidak tepat kalau disebut kredit. Lebih dari itu leasing adalah tindakan dan
perjanjian sewa barang dengan opsi kepemilikan di akhir periode sewa. Jadi karena ini
adalah sewa maka jika penyewa tidak dapat membayar biaya leasingnya sampai tuntas
maka kepemilikan barang akan kembali pada pemberi sewa. Kesalah kaprahan pertama
dalam sistem leasing di Indonesia ini tercermin dalam penetapan uang muka atau Down
Payment. Seharusnya yang namanya sewa (lease) tidak dikenal penetapan Uang Muka

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
4 Swarmilah Hariani http://pbael.mercubuana.ac.id/
(Down Payment). Namun kenyataannya sistem leasing kendaraan di Indonesia,
seseorang diwajibkan uang muka 25 -30%. Kesalah kaprahan yang kedua adalah yang
namanya sewa penyewa tidak dibebani dengan risiko kepemilikan seperti perawatan,
kerusakan fisik, hingga pajak kendaraan. Penyewa idealnya hanya tinggal pakai tanpa
direpotkan maintenance, kerusakan. Ternyata dalam kenyataannya di Indonesia leasing
membuat penyewa harus melakukan perawatan kendaraan dengan biaya pribadi.
Anehnya lagi jika memang ini disebut sistem kredit seharusnya saat terjadi kredit macet
maka perlakuannya haruslah barang diuangkan untuk kemudian menutupi sisa angsuran.
Tetapi yang terjadi di Indonesia ketika terjadi kredit macet adalah barang akan diambil alih
secara keseluruhan oleh pihak penyelenggara leasing.
Leasing dapat diartikan sebagai perusahaan yang melakukan aktivitas pembiayaan
dalam bentuk peminjaman modal dan sudah melakukan perjanjian/kesepakatan terlebih
dahulu. Jadi bagi perusahaan yang modalnya kurang atau menengah, dengan melakukan
perjanjian leasing akan membantu untuk menjalankan perusahaannya. Perusahaan dapat
memperoleh barang-barang modal untuk operasional dengan mudah dan cepat.
Setelah leasing selesai, maka perusahaan dapat membeli barang modal atau
mengembalikannya pada akhir jangka waktu perjanjian leasing.
Dalam perjanjian leasing, terdapat 3 pihak yang akan terlibat,
yaitu: Lessor (Perusahaan Leasing), Lessee (Nasabah), Supplier , dan bisa juga
Perusahaan Asuransi. Lessor merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan
para nasabahnya untuk memperoleh barang-barang modal. Lessee merupakan
perusahaan atau perorangan yang memperoleh barang modal dengan pembiayaan dari
pihak perusahaan leasing. Supplier adalah pihak penyedia barang dan termasuk juga
pihak penyedia jasa asuransi yang digunakan. Sedangkan Perusahaan Asuransi
merupakan perusahaan yang akan menanggung risiko terhadap perjanjian
antara lessor dan lessee dengan dikenakannya biaya asuransi kepada lessee (Sumber:
http://scdc.binus.ac.id/financeclub/2017/06/apa-itu-sewa-guna-usaha-leasing/, diakses,
22/2/2018).
Ada dua jenis leasing, yaitu finance leasing dan operating lease. Perbedaan pokok
antara kedua jenis leasing ini menurut Kartini Mulyadi adalah sebagai berikut: (Wahyu
Utami dkk, 2017:148)
a. Finance Lease adalah suatu perjanjian pembiayaan dimana lessor diminta untuk
membiayai pengadaan barang modal untuk lesse, sedangkan pada operating
lease, perjanjian menitik beratkan pada pemberian jasa.
b. Pada Finance Lease risiko ekonomis atas objeknya berada pada lesse wajib
membayar kembali modal yang disediakan lessor untuk membayar barang yang

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
5 Swarmilah Hariani http://pbael.mercubuana.ac.id/
bersangkutan ditambah bunga dan ongkos lain selama kontrak berjalan, apapun
yang terjadi, sedangkan pada operating lease risiko ekonomis atas barang modal
yang di-lease ada pada lessor.
c. Pada finance lease, hanya memikul risiko berkenaan dengan keadaan keuangan,
kemampuan mebayar serta bonafiditas lesse, sedangkan pada operating lease,
lessor menanggung risiko hilangnya atau rusaknya objek yang dilease.
d. Pada finance lease, jangka waktu kontrak sama dengan kegunaan barang modal
yang bersangkutan menurut persetujuan lessor, sedagkan pada operating lease
jangka waktu perjanjian pada umumnya tidak sama dengan masa kegunaan
barang modal yang bersangkutan.
e. Pada akhir masa finance lease, lesse mempunyai hak opsi untuk membeli barang
modal tersebut dari lessor dengan harga yang disetujui terlebih dahulu, tetapi
harga barang moda pada finance lease tak berarti jumlahnya, sedangkan pada
operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli.
f. Pada finance lease, pada prinsipnya dilarang mengakhiri kontrak sebelum jangka
waktu yang diperjanjikan berakhir, kecuali diperjanjian lain, sedangkan pada
operating lease jangka waktu tidak tertentu dan dapat diakhiri oleh lesse.
g. Pada finance lease, lessor pada umumnya memberikan jasa-jasa untuk
penggunaan, pengoperasian dan pemeliharaan barang modal yang di-lesse,
sedangkan pada operating lease hal ini tidak ada.

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 3 kegiatan sewa-
guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha dengan hak opsi apabila memenuhi
semua kriteria berikut :
a. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama
ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan
barang modal dan keuntungan lessor;
b. masa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk
barang modal Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan III,
dan 7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan;
c. perjanjian sewa-guna-usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha tanpa hak opsi


apabila memenuhi semua kriteria berikut :

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
6 Swarmilah Hariani http://pbael.mercubuana.ac.id/
a. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama
tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewa-guna-usahakan
ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor;
b. perjanjian sewa-guna-usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

Lessor hanya diperkenankan memberikan pembiayaan barang modal kepada lessee


yang telah memiliki NPWP, mempunyai kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas.
Lessee dilarang menyewa-guna-usahakan kembali barang modal yang disewa-guna-
usaha kepada pihak lain. Lessor wajib menempelkan plakat atau etiket pada barang
modal yang disewa-guna-usahakan dengan mencantumkan nama dan alamat lessor
serta pernyataan bahwa barang modal dimaksud terikat dalam perjanjian sewa-guna-
usaha. Plakat atau etiket tersebut, harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dengan
mudah barang modal tersebut dapat dibedakan dari barang modal lainnya yang
pengadaannya tidak dilakukan secara sewa-guna-usaha. Selama masa sewa-guna-
usaha, lessee bertanggung jawab untuk memelihara agar plakat atau etiket tetap melekat
pada barang modal yang disewa-guna-usaha. Tata cara pemberian izin/persetujuan, dan
rekomendasi diatur oleh Direktur Jenderal Moneter.
Setiap transaksi sewa-guna-usaha wajib diikat dalam suatu perjanjian sewa-guna-
usaha (lease agreement). Perjanjian ini sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai
berikut :

a. jenis transaksi sewa-guna-usaha;


b. nama dan alamat masing-masing pihak;
c. nama, jenis, type dan lokasi penggunaan barang modal;
d. harga perolehan, nilai pembiayaan, pembayaran sewa-guna-usaha, angsuran
pokok pembiayaan, imbalan jasa sewa-guna-usaha, nilai sisa, simpanan jaminan,
dan ketentuan asuransi atas barang modal yang disewa-guna-usahakan;
e. masa sewa-guna-usaha;
f. ketentuan mengenai pengakhiran transaksi sewa-guna-usaha yang dipercepat,
dan penetapan kerugian yang harus ditanggung lessee dalam hal barang modal
yang disewa-guna-usaha dengan hak opsi hilang, rusak atau tidak berfungsi
karena sebab apapun;
g. opsi bagi penyewa-guna-usaha dalam hal transaksi sewa-guna-usaha dengan hak
opsi;
h. tanggung jawab para pihak atas barang modal yang disewa-guna-usaha.
(3) Perjanjian sewa-guna-usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
7 Swarmilah Hariani http://pbael.mercubuana.ac.id/
wajib dibuat dalam bahasa Indonesia, dan apabila dipandang perlu dapat
diterjemahkan kedalam bahasa asing.

PROSES DAN MEKANISME TRANSAKSI LEASING

(Sumber: https://mahdininovita.wordpress.com/2017/01/08/leasing-sewa-guna-usaha/,
diakses, 26/2/2018).

1. Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,


spesifikasi, harga, jangka waktu pengiriman, jaminan purnajual atas barang yang
akan di-lease
2. Lessee melakukan negoasiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan
barang modal. Pada tahap awal ini, lessee dapat meminta lease quotation yang
tidak mengikat dari lessor. Dalam lease quotation ini dimuat mengenai syarat-
syarat pokok pembiayaan leasingantara lain : keterangan barang, cash security
deposit, residual value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang sewa dan
persyaratan-persyaratan lainnya.
3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yang
berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal yang
dibutuhkan lessee tersebut. Apabila lessee menyetujui semua ketentuan dan
persyaratan dalam letter of offer, kemudian lessee menandatangani dan
mengembalikannya kepada lessor.
4. Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee.
Kontrak leasing tersebut sekurang-kurangnya mencakup hal-hal antara lain :
pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee,
penutupan asuransi, tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan, jadwal
pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.
5. Pengiriman order beli kepada supplier disertai instruksi pengiriman barang kepada
lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
8 Swarmilah Hariani http://pbael.mercubuana.ac.id/
6. Pengriman barang dan pengecekan barang oleh lesseesesuai pesanan.
Selanjutnya lessee menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar dan
diserahkan kepada supplier
7. Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessortermasuk faktur dan bukti-bukti
kepemilikan barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada supplier
9. Pembayaran angsuran (lease payment) secaraberkala oleh lessee kepada
lessorselama masa sewa guna usaha yang seluruhnya mencakup pengembalian
jumlah yang dibiayai serta bungannya
Pada saat berakhirnya masa sewa-guna-usaha dari transaksi sewa-guna-usaha dengan
hak opsi, lessee dapat melaksanakan opsi yang telah disetujui bersama pada permulaan
masa sewa-guna-usaha. Opsi untuk membeli dilakukan dengan melunasi pembayaran
nilai sisa barang modal yang disewa-guna-usaha. Dalam hal lessee memilih untuk
memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa-guna-usaha, maka nilai sisa barang modal
yang disewa-guna-usahakan digunakan sebagai dasar dalam menetapkan piutang sewa-
guna-usaha. Dalam hal lessee menggunakan opsi membeli maka dasar penyusutannya
adalah nilai sisa barang modal.
Sewa-guna-usaha Tanpa Hak Opsi:
1. Perlakuan Pajak Penghasilan bagi lessor adalah sebagai berikut :
a. seluruh pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang diterima atau
diperoleh lessor merupakan obyek Pajak Penghasilan.
b. lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang disewa-
guna-usahakan tanpa hak opsi, sesuai dengan ketentuan Pasal 11
Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 beserta peraturan
pelaksanaannya.
2. Perlakuan Pajak Penghasilan bagi lessee adalah sebagai berikut :
a. pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang
oleh lessee adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
b. lessee wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran
sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada
lessor.
Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa-guna-usaha tanpa hak opsi dari lessor
kepada lessee, terhutang Pajak Pertambahan Nilai.

PELAPORAN :

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
9 Swarmilah Hariani http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Lessor wajib menyampaikan laporan keuangan triwulanan kepada Direktorat
Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Moneter.
2. Laporan keuangan triwulan harus sudah disampaikan paling lambat 15 (lima
belas) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir.
3. Lessor wajib menyampaikan laporan operasional secara semesteran berdasarkan
tahun takwim kepada Direktorat Jenderal Moneter.
4. Bentuk laporan dan tata cara penyampaiannya ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Moneter.
5. Setiap perubahan anggaran dasar, pemegang saham, pengurus, tenaga ahli, dan
alamat kantor wajib dilaporkan kepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya 15
(lima belas) hari kerja setelah perubahan dilaksanakan.
Pelanggaran terhadap ketentuan Keputusan ini, dapat dikenakan sanksi
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Perundang-undangan Perpajakan dan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor1251/KMK.013/1988 jo. Nomor 1256/KMK.00/1989.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
1169/KMK.01/1991 Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha, menyebut bahwa setiap
transaksi sewa guna usaha wajib diikat dalam suatu perjanjian.

Anjak Piutang (Factoring


Keputusan Menteri Keuangan 448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan
Pembiayaan, yang dimaksud Anjak Piutang (Factoring) adalah kegiatan pembiayaan
dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan
jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
Kegiatan Anjak Piutang dilakukan dalam bentuk pembelian atau pengalihan
piutang/tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri; dan
penatausahaan dan penagihan piutang perusahaan Penjual Piutang.
Anjak piutang adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang
usaha suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut (Peraturan OJK
No.29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan).
Perusahaan Pembiayaan dilarang melakukan transaksi Anjak Piutang Dengan Pemberian
Jaminan Dari Penjual Piutang (FactoringWith Recourse) dengan Perusahaan
Pembiayaan lainnya sebagai Debitur. Piutang usaha yang dapat dialihkan dalam Anjak
Piutang adalah piutang usaha dengan jangka waktu jatuh tempo paling lama 10 (sepuluh)
tahun.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
10 Swarmilah Hariani http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kegiatan Anjak Piutang dilakukan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka
pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut, dapat dilakukan
dalam bentuk :
1. Anjak Piutang tanpa jaminan dari Penjual Piutang (Without Recourse)
2. Anjak Piutang dengan jaminan dari Penjual Piutang (With Recourse)
Kegiatan Factoring dapat dilakukan dalam bentuk:
 Pembelian atau pengalihan piutang/tagihan jangka pendek dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negeri.
 Penatausahaan dan penagihan piutang perusahaan Penjual Piutang.
Jasa bagi Perusahaan Anjak Piutang dalam Pengelolaan Piutang:
 Service Charge (Jasa Penagihan)
 Biaya Administrasi

Risiko yang dihadapi oleh perusahaan anjak piutang

Dalam anjak piutang perusahaan anjak piutang melakukan tiga fungsi: (1)
pemeriksaan piutang, (2) memberikan pinjaman (pembayaran piutang), dan (3)
menanggung risiko. Risiko-risiko yang bisa muncul antara lain :
 Customer tidak membayar hutangnya.
 Customer membayar hutangnya tetapi secara penuh.
 Customer membayar hutangnya tetapi dalam jangka waktu yang lama.
Untuk meminimalisirkan risiko yang akan dihadapi, perusahaan anjak piutang memiliki
beberapa alternatif yang bisa dipakai. Secara garis besar perusahaan anjak piutang dapat
melakukan dua hal yaitu (1) melakukan variasi produk/perjanjian anjak piutang dan (2)
melakukan pemeriksaan (background checking) terhadap latar belakang perusahaan
yang akan melakukan anjak piutang (Sumber:
http://dewiningrum2795.blogspot.co.id/2015/04/blk-anjak-piutang.html, diakses,
26/2/2018).
Ada tiga pihak yang terlibat dalam transaksi kegiatan anjak piutang yang berhubungan
dan saling berkepentingan adalah :
1. Kreditor atau klien yang menyerahkan tagihannya kepada pihak anjak piutang
untuk ditagih atau dikelola atau diambil alih dengan cara dikelola atau dibeli sesuai
perjanjian dan kesepakatan yang telah dibuat.
2. Perusahaan anjak piutang (factoring), yaitu perusahaan yang akan mengambil alih
atau mengelola piutang atau penjualan kredit debiturnya.
3. Debitur, yaitu nasabah yang mempunyai masalah utang kepada kreditor (klien)

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
11 Swarmilah Hariani http://pbael.mercubuana.ac.id/
Usaha Kartu Kredit
Pengertian kartu kredit dalam pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/52/PBI/2005 sebagaimana diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/8/PBI/2008 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan
Menggunakan Kartu, yaitu : “ Kartu Kredit adalah Alat Pembayaran Dengan
Menggunakan Kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban
yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau
untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu
dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban
melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik
secara sekaligus (charge card) ataupun secara angsuran.” Menurut Imam Prayogo
Surjohadibroto dan Djoko Prakoso sebagaimana dikutip oleh Suhrawardi K. Lubis dan
Farid Wajdi, pengertian kartu kredit (credit card) adalah suatu jenis alat pembayaran
sebagai pengganti uang tunai, yang sewaktu-waktu dapat ditukarkan apa saja yang kita
inginkan dimana saja ada cabang yang dapat menerima credit card dari bank, atau
perusahaan yang mengeluarkannya (Suhrawardi K. Lubis daan Farid Wajdi, 2012:117).
Kartu kredit adalah kartu berbahan plastik yang diterbitkan oleh bank atau perusahaan
pengelola kartu kredit, yang memberikan hak kepada orang yang memenuhi persyaratan
tertentu dan tertera namanya di kartu untuk menggunakannya sebagai alat pembayaran
secara kredit atas perolehan barang atau jasa; dan atau untuk menarik tunai dalam batas
kredit sebagaimana ditentukan oleh pihak penerbit kartu kredit (Sumber:
https://www.halomoney.co.id/blog/pengertian-kartu-kredit, diakses, 27/2/2018).
Fungsi dari kartu kredit adalah sebagai berikut:
 Kartu kredit untuk dana emergency, dana emergency tidak sama dengan dana
tambahan maupun dana cadangan. Maksudnya adalah dengan dana emergency
maka dana yang bisa dipakai untuk kebutuhan yang sifatnya gawat darurat atau
mendesak. Seperti contohnya: harus operasi mendadak, akan melahirkan tetapi
belum ada biaya dan lain sebagainya. Hal tersebut adalah salah satu fungsi dana
emegency.
 Kartu kredit untuk dana opportunity. Maksud dari dana opportunity adalah untuk
mengambil peluang bisnis maupun berinvestasi yang belum tentu ketika peluang
atau kesempatan itu datang kita memiliki dana untuk mengambilnya.
 Fungsi berikutnya dari kartu kredit yiatu bisa dipakai untuk mengumpulkan seluruh
bentuk pengeluaran belanja dalam satu tagihan, sehingga waktu yang kita
gunakan bisa lebih efisien. Bahkan untuk sekarang ini kartu kredit sudah ada yang

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
12 Swarmilah Hariani http://pbael.mercubuana.ac.id/
mempunyai fasilitas untuk pembayaran pengeluaran rutin, seperti tagihan listrik,
tagihan telepon, tagihan air dan tagihan lainnya.
 Fungsi berlakunya dari kartu kredit yakni bisa dipakai untuk mencatat biaya yang
kita keluarkan dengan rutin, menjadikan bisa lebih mudah kita dalam pengelolaln
keuangan.
 Biaya yang kita keluarkan atau pengeluaran akan tertera dengan rinci pada
rekening giro bisa melakukan cross checking dirumah di akhir bulan.
 Pada jenis kartu kredit tertentu bisa memberi pelayanan asuransi kesehatan,
pencurian, perjalanan ataupun kerusakan barang yang dibeli dengan kartu kredit
tersebut. Namun hal tersebut harus dibicarakan dengan bank pada saat transaksi
(Sumber: http://www.spengetahuan.com/2017/11/pengertian-kartu-kredit-fungsi-
jenis-sistem-kerja-keuntungan-kerugian.html, diakses, 2/2018).

Pembiayaan Konsumen
Pembiayaan konsumen adalah badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan
barang untuk kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran asuran atau berkala.
Menurut A. Abdulrahman, Pembiayaan Konsumen adalah kredit yang diberikan kepada
konsumen-konsumen guna pembelian barang-barang konsumen dan jasa-jasa seperti
yang dibedakan dari pinjaman-pinjaman yang dugunakan untuk tujuan-tujuan produktif
atau dagang. Pasal satu angka 7 Peraturan presiden No 9 tahun 2009, menyatakan
Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk
pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara
angsuran.
Hubungan hukum yang terjadi dalam kegiatan pembiayaan konsumen dibuat secara
tertulis (kontrak) sebagai dokumen hukum yang menjadi dasar kepastian hukum (legal
certainty). Perjanjian pembiayaan konsumen ini dibuat berdasarkan atas asas kebebasan
berkontrak para pihak yang memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban dari
perusahaan pembiayaan konsumen sebagai pihak penyedia dana (fund lender) dan
konsumen sebagai pengguna dana (fund user). Perjanjian pembiayaan konsumen
(consumer finance agreement) yang dibuat merupakan dokumen hukum utama (main
legal document) yang dibuat secara sah dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana
ditetapkan dalam Pasal 1320 KUHPdt. Dalam Pasal 1338 Ayat (1) KUHPdt menyatakan
bahwa akibat hukum perjanjian yang dibuat secara sah maka akan berlaku sebagai
undang-undang bagi pihak-pihak, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen dan
konsumen (Sunaryo, 2008:98).

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
13 Swarmilah Hariani http://pbael.mercubuana.ac.id/
Perjanjian pembiayaan konsumen digolongkan ke dalam “Perjanjian Pinjam Pakai
Habis”, yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUHPdt yang menyatakan bahwa pinjam
pakai habis ialah perjanjian yang mana pemberi pinjaman menyerahkan sejumlah barang
pakai habis kepada peminjam dengan syarat bahwa peminjam akan mengembalikan
barang tersebut kepada pemberi pinjamanm dalam jumlah dan keadaan yang sama.
Dalam pengertian ini termasuk juga sejumlah uang yang dipinjamkan oleh pemberi
pinjaman (perusahaan pembiayaan) kepada peminjam (konsumen). Karena barang habis
pakai itu sejumlah uang, maka menurut Pasal 1765 KUHPdt para pihak boleh
memperjanjikan pengembalian uang pokok ditambah dengan bunga. Dengan demikian
ketentuan Pasal 1754-1773 berlaku sejauh relevan dengan perjanjian pembiayaan
konsumen, kecuali jika perjanjian diatur secara khusus (Sunaryo, 2008:99).

Hubungan Hukum Dalam Kegiatan Pembiayaan Konsumen:

 Hubungan Pihak Kreditor dengan Debitor


Hubungan antara pihak kreditor (Perusahaan Pembiayaan dalam Pembiayaan
Konsumen) dengan debitor adalah hubungan kontraktual, yaitu perjanjian pembiayaan
konsumen (consumer finance agreement). Dalam kontrak ini, pihak pemberi biaya
berkewajiban untuk memberikan sejumlah uang untuk pembelian sesuatu barang
konsumsi, sedangkan pihak penerima biaya berkewajiban untuk membayar kembali uang
tersebut secara angsuran kepada pihak pemberi biaya (Khotibul Umam, Hukum Lembaga
Pembiayaan : Hak dan Kewajiban Nasabah Pengguna Jasa Lembaga Pembiayaan, ,
2010:37). Hubungan kontraktual antara pihak perusahaan pembiayaan konsumen dengan
konsumen adalah jenis perjanjian kredit, sehingga ketentuan mengenai perjanjian kredit
berlaku terhadap perjanjian ini. Namun untuk ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan perbankan tidak berlaku, karena pemberi biaya bukan merupakan perbankan.
Konsekuensi yuridis dari perjanjian kredit adalah bahwa setelah seluruh kontrak
ditandatangani, dana telah dicairkan, dan barang telah diserahkan kepada konsumen
maka barang tersebut telah menjadi milik konsumen, walaupun kemudian barang itu
dijaminkan dengan jaminan fidusia.
 Hubungan Pihak Debitor dengan Supplier
Hubungan antara pihak debitor (konsumen) dengan pihak supplier (penyedia
barang) terdapat hubungan jual beli, namun dalam hal ini jenis perjanjian jual beli yang
terjadi adalah jenis perjanjian jual beli bersyarat, dimana pihak supplier selaku penjual
dan pihak konsumen selaku pembeli. Dengan syarat bahwa harga akan dibayar oleh
pihak ketiga yaitu pember biaya. Hal ini berarti apabila kemungkinan pihak ketiga atau
penyedia dana tidak dapat menyediakan dana untuk membayar pembelian sesuai dengan

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
14 Swarmilah Hariani http://pbael.mercubuana.ac.id/
harga barang yang telah disepakati dalam perjanjian jual beli, maka jual beli antara
supplier dengan pihak konsumen akan batal. Karena adanya perjanjian jual beli ini, maka
seluruh ketentuan tentang jual beli yang relevan berlaku terhadap para pihak (Khotibul
Umam, Hukum Lembaga Pembiayaan : Hak dan Kewajiban Nasabah Pengguna Jasa
Lembaga Pembiayaan, , 2010:38).
 Hubungan Pihak Kreditor dengan Supplier
Antara pemberi dana dengan pihak supplier sebenarnya tidak ada hubungan
khusus. Pihak penyedia dana hanya merupakan pihak yang disyaratkan untuk
menyediakan dana untuk digunakan untuk membayar secara tunai barang yang menjadi
objek jual beli antara pihak supplier dengan pihak konsumen. Persyaratan ini adalah
berdasarkan perjanjian pembiayaan konsumen yang telah disepakati lebih dahulu oleh
pihak Perusahaan Pembiayaan di bidang Pembiayaan Konsumen dengan konsumen itu
sendiri. Yang mana apabila penyedia dana tidak melakukan pembiayaan sesuai dengan
syarat dalam perjanjian jual beli, maka perjanjian jual beli itu akan batal, sementara yang
melakukan gugatan kepada pihak penyedia dana adalah konsumen, atas dasar
wanprestasi terhadap perjanjian pembiayaan konsumen.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
15 Swarmilah Hariani http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

1. Abdulkadir Muhammad, 2006. Hukum Asuransi Indonesia. Penerbit PT Citra


Aditya Bakti : Bandung.
2. Arus Akbar Silondae & Wirawan B. Ilyas, Pokok-Pokok hukum Bisnis, Salemba
Empat, Jakarta, 2011.

3. Fakhrurozie. 2007. Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank Dengan Metode Altman


Z-Score Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Jakarta.
digilib.unnes.ac.id.
4. Khotibul Umam, Hukum Lembaga Pembiayaan : Hak dan Kewajiban Nasabah
Pengguna Jasa Lembaga Pembiayaan,Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2010.
5. Suhrawardi K. Lubis daan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafika,
2012.
6. Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta, Sinar Grafika.
7. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran utang.
8. Wahyu Utami dkk, Pengantar Hukum Bisnis Dalam Perspektif Teori dan Praktik di
Indonesia, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2017
9. http://scdc.binus.ac.id/financeclub/2017/06/apa-itu-sewa-guna-usaha-leasing/,
10. https://www.kanalinfo.web.id/2016/12/pengertian-moratorium.html
11. https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/fungsi-lembaga-pembiayaan,
12. https://mahdininovita.wordpress.com/2017/01/08/leasing-sewa-guna-usaha/
13. https://www.kreditpedia.net/anjak-piutang-atau-factoring/
14. http://dewiningrum2795.blogspot.co.id/2015/04/blk-anjak-piutang.html
15. https://www.halomoney.co.id/blog/pengertian-kartu-kredit

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
16 Swarmilah Hariani http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai