PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Untuk menjalankan suatu usaha maka kita memerlukan modal yang tidak
sedikit. Apalagi kita juga membutuhkan barang-barang modal untuk menjalankan usaha
tersebut, agar kita dapat menjalankan suatu usaha dengan lancar maka kita membutuhkan
suatu lembaga untuk memperoleh suatu dana usaha, dan lembaga ini dinamakan leasing.
Dengan melakukan leasing, perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa
beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan
atau enam bulan sekali kepada pihak lessor. Leasing bukan merupakan fenomena baru,
namun di negara-negara
berkembang, inisiatif menawarkan leasing bagi usaha kecil dan mikro masih sangat jarang.
Hal ini sangat mengejutkan mengingat leasing memiliki manfaat besar atas kredit. Manfaat
yang paling penting adalah bahwa pengusaha dapat memulai peralatan sebelum
mereka benar-benar memilikinya. Artinya, selama periode pembayaran angsuran
leasing, pengusaha telah dapat merealisasikan pendapatan ekstra melalui penggunaan
peralatan tersebut.
Manfaat lain adalah bahwa leasing tidak menetapkan (atau sangat sedikit) persyaratan
agunan. Ini adalah fitur yang akan membuka pintu bagi banyak pengusaha sukses
yang potensial untuk melihat aplikasi pinjaman mereka ditolak hanya karena tidak
memiliki agunan. Selain itu manfaat lainnya adalah risiko pengalihan dana, risiko
yang paling nyata bagi lembaga keuangan mikro dapat dicegah dalam leasing,
mengingat pendanaan yang langsung diberikan untuk membeli peralatan tanpa pernah
melalui tangan lessee.
1
1.2 SEJARAH
Perkembangan leasing di Indonesia sejalan dengan perkembangan perbankan syariah
di Indonesia lembaga bank dan non bank. Perkembangan ini sudah tentulah tidak terlepas dari
permintaan dan kebutuhan dari umat untuk memenuhi kebutuhan yang tak bisa mereka
lakukan sendiri.
Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana langsung dari
masyarakat. Bidang usaha lembaga pembiayaan mencakup beberapa alternatif kegiatan
pembiayaan seperti sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), kartu kredit (credit
card), dan pembiayaan konsumen (consumer finance).
Memasuki dekade tahun 2000 industri jasa pembiayaan di Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat sehingga menuntut industri jasa pembiayaan dapat
menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan jasa keuangan yang
sangat kompleks. Peranan yang menonjol dari industri jasa pembiayaan adalah menyediakan
dana bagi masyarakat yang memerlukan sumber dana pembiayaan baik untuk keperluan
investasi, modal kerja, atau semata-mata untuk barang yang akan dipakai sendiri (konsumsi).
Dana yang disalurkan oleh industri jasa pembiayaan kepada masyarakat diharapkan akan
dapat bermanfaat untuk mendorong perkembangan perekonomian nasional.
Dengan perkembangan kegiatan industri jasa pembiayaan yang sedemikian pesat,
Pemerintah dalam hal ini Departemen Keuangan dituntut untuk mengoptimalkan perannya
sebagai regulator dan supervisor kegiatan jasa pembiayaan melalui upaya kebijakan yang
mendorong kearah perkembangan industri jasa pembiayaan secara berkesinambungan.
Pada hari Senin, 10 Desember 2007, Bapepam dan LK melalui Peraturan Ketua
Bapepam dan LK Nomor Per-03/BL/2007 dan Nomor Per-04/BL/2007 telah menerbitkan
satu paket regulasi yang terkait dengan Perusahaan Pembiayaan yang melakukan kegiatan
berdasarkan prinsip syariah, yaitu Peraturan tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan
Berdasarkan Prinsip Syariah dan Peraturan tentang Akad-Akad Yang Digunakan Dalam
Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah.
Penerbitan paket regulasi tersebut adalah untuk memberikan landasan hukum yang
memadai berkaitan dengan kegiatan Perusahaan Pembiayaan yang melakukan kegiatan
berdasarkan prinsip syariah serta guna memenuhi kebutuhan masyarakat pada industri
pembiayaan yang memerlukan keragaman sumber pembiayaan dan pendanaan berdasarkan
pada syariat Islam.
2
Pembahasan kedua peraturan dimaksud telah melibatkan Asosiasi Perusahaan
Pembiayaan dan Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Terhadap
kedua peraturan tersebut, DSN-MUI, melalui surat Nomor B-323/DSN-MUI/XI/2007 tanggal
29 Nopember 2007 telah menyatakan bahwa secara umum kedua peraturan dimaksud tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN-MUI.
Adapun lingkup pengaturan dari peraturan tentang kegiatan perusahaan pembiayaan
berdasarkan prinsip Syariah antara lain meliputi: (1) pengaturan yang terkait dengan sumber
pendanaan yang antara lain dapat dilakukan melalui pendanaan Mudharabah Mutlaqah,
pendanaan Mudharabah Muqayyadah, pendanaan Mudharabah Musytarakah dan
pendanaan Musyarakah; (2) pengaturan yang terkait dengan kegiatan pembiayaan bagi
perusahaan pembiayaan yang dapat dilakukan melalui pembiayaan dengan menggunakan
akad-akad Ijarah, Ijarah Muntahiah Bit Tamlik, Wakalah Bil Ujrah, Murabahah, Salam dan
Istishna’; (3) kewajiban perusahan pembiayaan untuk memiliki Dewan Pengawas Syariah;
dan (4) kewajiban pelaporan.
Sedangkan peraturan tentang akad-akad yang digunakan dalam kegiatan perusahaan
pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah, bertujuan untuk memberikan pedoman tentang hak
dan kewajiban para pihak, obyek atas transaksi, persyaratan-persyaratan pada setiap jenis
akad serta dokumentasi yang digunakan oleh perusahaan pembiayaan dalam melakukan
kegiatan usaha pembiayaan dengan menggunakan akad-akad sebagaimana telah diatur dalam
peraturan dimaksud.
1.3 PENGERTIAN
Sewa guna usaha (Leasing) adalah perjanjian antara lessor (perusahaan
leasing) dengan lessee (nasabah) dimana pihak lessor menyediakan barang dengan hak
penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.
Lessor adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha leasing dengan menyediakan
berbagai macam barang modal, sedangkan lessee adalah nasabah yang menginginkan
barang modal tersebut. Jadi, Leasing adalah suatu kegiatan pembiayaan kepada
perusahaan (badan hukum) atau perorangan dalam bentuk pembiayaan barang modal.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK 01/1991 tanggal 21 November 1991
yang memberikan definisi “Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang- barang modal, baik secara sewa guna usaha
hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk
digunakan oleh lease selama jangka tertentu berdasarkan pembayaran berkala.”
3
1.4 PIHAK-PIHAK LEASING
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing
adalah sebagai berikut:
1. Lessor.
Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan nasabahnya untuk
memperoleh barang-barang modal. Lessor dalam financial lease bertujuan untuk
mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai barang modal
dengan mendapatkan keuntungan.
2. Lessee.
Adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk memperoleh
barang modal yang diinginkan.
3. Supplier.
Yaitu pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing sesuai
perjanjian antara lessors dengan lessee dan dalam hal ini suplier juga dapat bertindak
sebagai lessor. Dalam mekanisme financial lease, suplier langsung menyerahkan barang
kepada lease tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan.
4. Asuransi
Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor
dengan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu,
maka perusahaan akan menanggung resiko sebesar sesuai dengan perjanjian terhadap
barang yang dileasingkan.
Kegiatan Leasing
4
Kegiatan leasing dapat
dilakukan dengan 2 cara
ya
1. Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lessee (Finance Lease).
Finance Lease kegiatan sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang
disepakati. Kriteria untuk finance lease apabila suatu perusahaan leasing memenuhi
persyaratan adalah sebagai berikut:
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha dan selama masa sewa guna usaha pertama kali,
ditambah dengan nilai sisa barang yang dilease harus dapat menutupi harga perolehan
barang modal yang dileasekan dan keuntungan bagi pihak lessor.
b. Dalam perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessee.
2. Melakukan sewa guna usaha dengan tanpa hak opsi bagi lessee (Operating
Lease).
Operating Lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa
kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha. Kriteria untuk
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
5
a. Jumlah pembayaran selama masa leasing pertama tidak dapat menutupi harga
perolehan barang modal yang dileasekan ditambah keuntungan bagi pihak lessor.
b. Didalam perjanjian leasing tidak memuat mengenai hak opsi bagi lessee.
2. Captive lessor
Sering juga disebut two party lessor yang melibat dua pihak.
6
2. Jenis barang modal diinginkan
3. Jumlah atau nilai barang yang dileasingkan
4. Syarat-syarat pembayaran
5. Syarat-syarat kepemilikan atau syarat lainnya
6. Biaya-biaya yang dikenakan
7. Sanksi-sanksi apabila lessee ingkar janji, dll.
Jika seluruh persyaratan sudah disetujui, maka pihak lessor akan menghubungi supplier
untuk negoisasi barang dan menghubungi pihak asuransi untuk menanggung risiko
kemacetan pembayaran oleh lessee. Namun, dalam praktiknya sebelum nasabah
mengajukan permohonan ke perusahaan leasing, pihak lessee terlebih dulu melakukan
negoisasi dengan supplier, baru mencari perusahaan leasing yang akan menjadi lessornya.
1. Pihak lessee mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas suatu barang modal
baik secara lisan maupun tertulis.
2. Pihak lessor akan meneliti maksud dan tujuan lessee, lalu melakukan penelitian
antara lain maksud dan tujuan mengajukan leasing serta cara pembayarannya.
7
c. KTP dan kartu keluarga jika lessee berbentuk perseorangan.
d. Laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) 3 tahun terakhir jika lessee
berbentuk PT.
e. Slip gaji dan bentuk penghasilan lainnya jika lessee berbentuk perseorangan.
maupun perusahaan.
3. Jika dokumen sudah lengkap, maka pihak lessor memberikan informasi tentang
persyaratan dalam perjanjian kontrak antara lessee dengan lesor, termasuk hak
4. Pihak lessor akan mengadakan penelitian dan analisis terhadap informasi dan
data yang diberikan lessee dengan cara:
a. Penelitian data untuk mengukur kemampuan dan kemauan lessee membayar kembali.
b. Meneliti langsung ke lokasi lessee berada (on the spot).
c. Meneliti ke lokasi dimana lessee punya hubungan
8
6. Jika permohonan lessee telah diterima pihak lessor, maka pihak lessor
mengadakan pertemuan dengan pihak lesse, tentang persyaratan yang harus
dipenuhi antara lain penandatanganan surat perjanjian serta biaya-biaya yang harus
dibayar oleh lessee.
7. Pihak Lessee membayar sejumlah kewajibannya dan menandatangani surat perjanjian
antara lessee dan lessor.
8. Pihak Lessor melakukan pemesanan kepada supplier sesuai dengan barang yang
diinginkan lessee dan membayar sesuai dengan perjanjian dengan pihak supplier.
9. Pihak lessor juga menghubungi serta membayar premi asuransi yang sudah disetor
lessee sebelumnya kepada pihak lessor.
10. Pihak supplier mengirim barang sesuai dengan surat pesanan dan surat bukti pembayaran
yang telah dilakukan oleh lessor.
11. Pihak lessor juga mengirim polis asuransi kepada lessee setelah diterbitkan oleh
pihak lessor atas nama lessee.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ISI PEMBAHASAN
PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE Tbk”.
9
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk atau Adira Finance didirikan pada tahun 1990
dan mulai beroperasi pada tahun 1991. Semenjak itu Adira Finance terus berkembang hingga
mencapai posisi saat ini sebagai perusahaan finance terbesar di Indonesia, yang membidik
segmen perusahaan dan retail sebagai target usaha. Adira Finance yang merupakan bagian
dari Group Danamon yang produk utamanya adalah pembiayaan untuk motor dan mobil, baik
baru maupun bekas dari berbagai merek, pinjaman dana tunai dan durable goods. Sejak awal,
Adira Finance berkomitmen untuk menjadi perusahaan pembiayaan terbaik dan terkemuka di
Indonesia. Melihat adanya potensi ini, Adira Finance mulai melakukan penawaran
umum melalui sahamnya pada tahun 2004 dan Bank Danamon menjadi pemegang saham
mayoritas sebesar 75%. Tahun 2009, Bank Danamon kembali mengakuisisi 20% saham
Adira Finance sehingga total saham yang dimiliki menjadi 95%. Dengan demikian, Adira
Finance menjadi bagian Temasek Holdings yang merupakan perusahaan investasi plat merah
asal Singapura. Adira Finance senantiasa untuk terus memberikan kontribusi kepada bangsa
dan negara Indonesia. Dalam upaya memperluas usahanya, Adira Finance berupaya menjaga
komitmen jangka panjang perusahaan untuk tetap memelihara lingkungan, menjaga
hubungan baik dengan masyarakat, konsumen, rekan usaha, pemegang saham,
pemerintah Indonesia, dan kelangsungan aktivitas usaha Adira Finance.
11
Figure 1
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sewa guna usaha (Leasing) adalah perjanjian antara lessor (perusahaan
12
leasing) dengan lessee (nasabah) dimana pihak lessor menyediakan barang
dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk
jangka waktu tertentu. Kegiatan utama perusahaan sewa guna usaha adalah bergerak
dibidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh
nasabah. Pembiayaan disini maksudnya jika seorang nasabah membutuhkan
barang-barang modal seperti peralatan kantor, atau mobil dengan cara disewa
atau dibeli secara kredit dapat diperoleh di perusahaan leasing. Keterbatasan usaha leasing
adalah tidak boleh melakukan kegiatan yang dilakukan bank seperti memberikan
simpanan dan kredit dalam bentuk uang.
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Grafindo, 2013.
https://rivaldiligia.wordpress.com/2012/03/30/pengertian-leasing/
http://achmadzaidun.blogspot.co.id/2013/11/makalah-manajemen-sewa-guna-usaha.html
13
http://yenni-effendi.blogspot.co.id/2015/05/makalah-sewa-guna-usaha-leasing-bank_40.html
http://rahmatsuharjana.blogspot.co.id/2013/05/makalah-sewa-guna-usaha.html
http://eunikemaria.blogspot.co.id/2011/05/perkembangan-leasing-di-indonesia.html
http://adira.co.id/
14