Anda di halaman 1dari 10

ِ

ْ ‫ ا ْستَ ِم ْع َوحَتَد‬:‫س األ ََّو ُل‬


‫َّث‬ ُ ‫الد َّْر‬
)١( ُ‫ احلَ ِدي َقة‬: ‫اَمل َح َادثَةُ األُوىَل‬
ُ

‫اه ِذ ِاه يَا بُيَنّ؟‬


َ ‫ َم‬: ‫أَالب‬
?Bapak : Apa ini wahai anakku

.‫ورةُ َح ِدي َق ِة‬ ِِ


َ ‫ص‬ُ ‫ َهذاه‬: ‫االبْن‬
.Anak : Ini gambar taman

‫ف احلَ ِدي َقةَ؟‬ ِ


َ ‫يع أَ ْن تَص‬
ِ
ُ ‫!ه ْل تَ ْستَط‬
ِ ِ
َ ُ‫ َحدي َقةُ مَج يلَة‬: ‫أَالب‬
?Bapak : Taman ini bagus!Apakah kamu bisa mendeskripsikan taman itu

ُّ ُ‫َّجَر ِة ع‬ َّ ‫ َه َذا َولَ ُد َيتَ َسلَّ ُق‬.‫يع‬ ِ


.‫ش‬ َ ‫ َو َعلَى الش‬.‫الش َج َرة‬ ُ ‫ َن َع ْم اَ ْستَط‬: ‫االبْن‬
.Anak : Ya saya bisa, ini anak kecil memanjat pohon dan di atas pohon ada sarang burung

‫َّجَر ِة؟‬
َ ‫ت الش‬
َ ْ‫ َو َما ذَا حَت‬: ‫أَالب‬
?Bapak : Dan apa yang ada di bawah pohon

ُ ‫الش َج َر ِة أَطْ َف‬


.‫ال يَاْ َعبُو َن‬ َّ ‫ت‬َ ‫ تَ ْح‬: ‫االبْن‬
.Anak : Di bawah pohon ada anak yang sedang bermain

‫َّجَر ِة؟‬
َ ‫ف الش‬
َ ‫ َو َما َذا َخ ْل‬: ‫أَالب‬
?Bapak : Apa yang ada di belakang pohon

.ُ‫ورةُ طَ ِويلَة‬ َّ ‫ْف‬


َ ُ‫الش َج َرةَ نَاف‬ َ ‫ َخل‬: ‫االبْن‬
.Anak : Di belakang pohon ada air mancur yang tinggi

‫ب األَطْ َف ِال؟‬ ِ
ُ ‫ َوأَيْ َن َمالَع‬: ‫أَالب‬
?Bapak : Dan dimana tempat bermain anak

‫الش َج َر ِة‬
َّ ‫ين‬ ِ ِ ِ
َ ‫ب األَطْ َفال يَم‬
ُ ‫ َمالَع‬: ‫االبْن‬
.Anak : Tempat bermain anak ada di sebelah kanan pohon
‫ َوأَيْ َن امل ْسبَ ُح؟‬: ‫أَالب‬
َ
?Bapak : Dan dimana kolam renang

.‫الش َج َر ِة‬
َّ ‫ام‬
َ ‫ اَل َْم ْسبَ ُح أ ََم‬: ‫االبْن‬
.Anak : Kolam renang ada di depan pohon

ِ ‫ضر‬
‫ب؟‬ ِ ِ
َ ْ ‫ب ُكَرة امل‬
ُ ‫ َوأَيْ َن َم ْل َع‬: ‫أَالب‬
?Bapak : Dan dimana tempat bermain bola tenis

.‫الم ْسبَ ِح‬ ِ ِ‫ب بِ َجان‬


ِ ‫ضر‬ ِ
َ ‫ب‬ َ ْ ‫الم‬
َ ‫ب ُك َرة‬
ُ ‫ َمل َْع‬: ‫االبْن‬
.Anak : tempat bermain bola tenis di samping kolam renang

)٢( ُ‫ْح ِدي َقة‬ ِ


َ ‫ اَل‬:ُ‫ادثَةُ الثَّانيَة‬
َ ‫اَل ُْم َح‬

ُ ‫ َما َذا َي ْف َع ُل األ َْوالَ ُد َواألَطْ َف‬: ‫األب‬


‫ال ُهنَا؟‬
?Bapak : Apa yang anak-anak kecil lakukan disana

ُ ‫ َواألَطْ َف‬،‫ت قَ َدِم‬


.‫ال يَ ْسبَ ُحو َن‬ َ ‫ األ َْوالَ ُد َيل َْعبُو َن ُك َر‬: ‫االبْن‬
Anak : anak-anak bermain sepak bola dan anak kecil berenang

‫اك؟‬
َ َ‫َّاس ُهن‬
ُ ‫ َو َماذَا َي ْف َع ُل الن‬: ‫األب‬
?Bapak : Dan apa yang orang-orang lakukan disana

.‫الح ِدي َق ِة‬


َ ‫الم ْش ِي َح ْو َل‬ َ ‫َّاش يُ َما ِر ُسو َن ِريَا‬
َ َ‫ضة‬ ُ ‫ الن‬: ‫االبْن‬
Anak : orang-orang olahraga jogging mengitari taman

‫الش َج َر ِة؟‬
َّ ‫ت َه ِذ ِه‬ ِ
َ ‫ َو َماذَا َي ْف َع ُل َه ُؤاالَء تَ ْح‬: ‫األب‬
?Bapak : Dan apa yang mereka lakukan di bawah pohon ini

.‫ ئَْا ُكلُو َن الطَّ َع َم‬: ‫االبْن‬


.Anak : Mereka makan makanan
‫ َماذَا َي ْف َعلُو َن؟‬،‫ َو َه ُؤالَ ِء‬: ‫األب‬
?Bapak : Dan mereka, apa yang mereka lalukan

ِ ‫الشاي والماء والع‬


.‫ص َير‬ َ َ َ َ َ َ َّ ‫ يَ ْس َربُو َن ال َق ْه َوةَ َو‬: ‫االبْن‬
.Anak : Mereka minum kopi, teh, air, dan jus

‫ور َة َح ِدي َق ٍة؟‬ ِ ِ َ ‫ أَحس ْن‬: ‫األب‬


َ ‫ص‬ُ ‫يع أَ ْن َت ْر ُس َم‬
ُ ‫ َه ْل تَ ْستَط‬.‫ت يَ َاولَدي‬ َْ
?Bapak : Bagus anakku, apakah kamu bisa melukis gambar taman

.‫الر ْس َم َكثِ ًيرا‬


َّ ‫ب‬ ِ ‫ أَنَا أ‬.‫ َنعم أَ تَست ِطيع‬: ‫االبن‬
ُّ ‫ُح‬ ُ َْ ْ َ ْ
.Anak : ya saya bisa, saya sangat suka meelukis

ِ ‫ ِهي قَ ِربةٌ ِمن الب ْي‬.‫ نُ ِريْ ُد أَ ْن نَ ْذ َهب إِلَى َه ِذ ِه الح ِدي َق ِة‬،‫ت‬
.‫ت‬ َ ‫ ل َْو َس َم ْح‬،‫ َوالِ ِدي‬: ‫االبْن‬
َ َ َ َ َ ُ
.Anak : Wahai bapakku, jika berkenan kita ingin pergi ke taman ini, itu dekat dengan rumah

ِ ِ ‫ الح ِدي َقةُ ب ِعي َدةٌ َع ِن‬،‫ فِي الواقِع‬: ‫األب‬


َ ‫ب غَ ًدا إِ ْن َش‬
.ُ‫اءاهلل‬ ُ ‫ لَك ْن َسنَ ْذ َه‬.‫الب ْيت‬
َ َ َ َ
.Bapak : Sebenarnya, taman itu jauh dari rumah tetapi, kita akan pergi besok InsyaAllah

.‫ أَنَا َس ِعي ٌد ِجدًّا‬.‫ ُش ْك ًرا يَا َوالِ ِدي‬: ‫االبْن‬


.Anak : Terima kasih bapakku, aku sangat bahagia
 Mubatda

Mubatada adalah isim marfu’ (yang i’rabnya dirafa’kan) dimana ia terbebas dari amil (faktor
atau yang mengharuskan seuatu) lafdzi. ‘Amil itu sendiri ada 2 macam, yaitu amil afdzi dan
amil maknawi. Amil lafdzi ialah amil yang bisa diucapkan dengan lisan dan nampak terlihat
lafadznya, sedangkan ‘amil maknawi ialah kebalikan dari amil lafdzi tadi.

Contoh :

‫زَ ْي ٌد قَائِ ٌم‬ = Zaid berdiri


Yang menjadi contoh mubtadanya adalah kata zaid, dimana i’rabnya dirafa’kan dengan ibtida
(permulaan), dan tanda rafa’nya adalah dhammah karena isim mufrad, Lihat : Lafadz Yang
Dirafa’kan Menggunakan Dhammah, Sedangkan lafadz ‫ قَئِ ٌم‬ia menjadi khabarnya.

Pembagian Mubtada

Mubatada terbagi menjadi dua bagian yaitu mubtada isim zhahir dan mubtada isim dhamir.
Untuk penjelasan isim zhahir sudah dijelaskan pada tulisan sebelumnya pada bab fa’il, lihat
disini : Pengertian Fa’il

Contoh

‫زَ ْي ٌد قَائِ ٌم‬ = Zaid berdiri

Kata zaid adalah isim zhahir (nampak wujudnya).

Sedangkan mubtada isim dhamir adalah mubtada yang terdiri atas isim dhamir yang
jumlahnya ada 12, yaitu :

‫ت – اَ ْنتُ َما – اَ ْنتُ ْم – اَ ْنتُ َّن – هُ َو – ِه َى – هُ َما – هُ ْم – ه َُّن‬


ِ ‫اَنَا – نَحْ نُ – اَ ْنتَ – اَ ْن‬

Contoh :

‫اَنَا قَئِ ٌم‬ = Saya berdiri


َ‫نَحْ نُ قَئِ ُموْ ن‬ = Kita berdiri

dst….

 Khabar

Khabar ialah isim marfu (yang i’rabnya dirafa’kan) dimana ia selalu disandarkan pada
mubtada tadi, tidak akan ada khabar kalau tidak ada mubtada dan mubtada itulah yang
merafa’kan khabar tersebut.
Contoh seperti tadi :

‫زَ ْي ٌد قَائِ ٌم‬ = Zaid berdiri


Yang menjadi contohnya aialah lafadz ‫ائِ ٌم‬PPَ‫ق‬, dimana ia dirafa’kan dengan mubtada, tanda
rafa’nya menggunakan dhammah sama seperti lafadz zaid.

Pembagian khabar

Khabar terbagi atas dua macam, yaitu khabar mufrad dan khabar ghair mufrad.

Khabar mufrad adalah khabar yang bukan berupa jumlah (kalimat) dan bukan pula syibih
(serupa) jumlah. Ingat, yang dimaksud mufrad disini tidak sama dengan isim mufrad yang
menunjukan bilanga tunggal.

Contoh :

‫زَ ْي ٌد قَئِ ٌم‬


ِ ‫َان قَئِ َم‬
‫ان‬ ِ ‫زَ ْيد‬
َ‫زَ ْي ُدوْ نَ قَئِ ُموْ ن‬

Khabar ghair mufrad adalah kebalikannya, yaitu khabar yang terdiri dari jumlah dan syibih
(serupa) jumlah. Khabar Jumlah itu sendiri ada dua, yaitu jumlah ismiyah (jumlah yang
terdiri dari mubtada dan khabar) dan jumlah fi’liyah (jumlah yang terdiri dari fi’il dan fa’il).

Sedangkan khabar syibih (serupa) jumlah ada dua juga, yaitu yang terdiri dari jar majrur dan
zharaf. Maka khabar ghair mufrad itu semuanya terdiri dari empat bagian yaitu : jumlah
ismiyah, jumlah fi’liyah, jar + majrur dan zharaf.

Ada ketentuan tertentu dimana jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah bisa jadi khabar.

Jika jumlah ismiyah maka pada mubtadanya hrus terdapat dhamir yang kembali pada
mubtada pertama.

Contoh :  ٌ‫ َذا ِهبَة‬ ُ‫اريَتُه‬


ِ ‫ َج‬ ‫ َز ْي ٌد‬ Zaid hamba perempuannya pergi.
Ini bisa jadi khabar jumlah ismiyah karena pada mubtadanya (yaitu lafadz ُ‫اريَتُه‬
ِ ‫ج‬ )
َ terdapat
dhamir yang kembali pada kata Zaid (mubtada pertama).

Jika jumlah fi’liyah maka pada fa’ilnya harus terdapat dhamir yang kembali pada mubtada.

Contoh : ُ‫اَبُوْ ه‬ ‫َز ْي ٌد قَا َم‬


Ini menjadi khabar jumlah fi’liyah karena pada fa’ilnya (yaitu lafadz ُ‫ )اَبُوْ ه‬ada dhamir yang
kembali pada zaid (mubtada).
Baca juga : Isim-Isim Yang Dirafakan
Demikian pembahasan materi ilmu nahwu tentang pengertain mubatada dan khabarbahasa
arab, semoga mudah dipahami dan bermanfaat,

‫ َو ْال َخبَ ُر‬Pُ‫اَ ْل ُم ْبتَدَأ‬


(Mubtada’ dan Khobar)
Mubtada’ adalah isim marfu’ yang biasanya terdapat di awal kalimat (Subyek)
Khobar adalah sesuatu yang dapat menyempurnakan makna mubtada’ (Predikat)
Contoh:
ٌ‫ ُم َح َّم ٌد طَبِيْب‬ (Muhammad adalah seorang dokter)
ٌ‫اأْل ُ ْستَا ُذ َم ِريْض‬ (Ustadz itu sakit)
Ketentuan-ketentuan Mubtada’ dan khobar
1. Mubtada’ dan khobar merupakan isim-isim marfu’
Contoh:
ٌ‫ال َولَ ُد ن َِشيْط‬ (Anak
ْ itu rajin)
‫أَبُوْ كَ َما ِه ٌر‬ (Bapakmu adalah orang yang pandai)
‫اضى عَا ِد ٌل‬ ْ
ِ َ‫الق‬ (Hakim itu adil)
2. Mubtada’ dan khobar harus selalu sesuai dari sisi bilangannya.
Contoh:
‫اض ٌر‬ ْ
ِ ‫ال ُم ْسلِ ُم َح‬ (Seorang muslim itu hadir)
‫ان‬
ِ ‫ض َر‬ ِ ‫ان َحا‬ ْ
ِ ‫ال ُم ْسلِ َم‬ (Dua orang muslim itu hadir)
َ‫اضرُوْ ن‬ ْ
ِ ‫ال ُمسلِ ُموْ نَ َح‬ (Orang-orang muslim itu hadir)

3. Mubtada’ dan khobar harus selalu sesuai dari sisi jenisnya.


Contoh:
‫صالِ ٌح‬ ْ
َ ‫ال ُم ْسلِ ُم‬ (Orang muslim itu sholeh)
ٌ‫صالِ َحة‬ ْ
َ ُ‫ال ُم ْسلِ َمة‬ (Orang muslimah itu sholihah)
ْ
َ‫ال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ ُمجْ تَ ِه ُدوْ ن‬ (Para lelaki mu’min itu orang yang bersungguh-sungguh)
ٌ ‫َات ُمجْ تَ ِهد‬
‫َات‬ ْ
ُ ‫ال ُم ْؤ ِمن‬ (Para perempuan mu’min itu orang yang bersungguh-sungguh)
Mubtada ialah isim marfu' yang bebas dari amil lafazh, sedangkan khabar ialah isim marfu' yang

di-musnad-kan kepada mubtada, contohnya seperti perkataan:   (Zaid

berdiri);  (dua Zaid itu berdiri); dan     (Zaid-Zaid itu berdiri).


Maksudnya: Mubtada itu isim marfu' yang kosong atau bebas dari amil lafazh, yakni: yang me-
rafa'-kan mubtada itu bukan amil lafazh, seperti fa'il atau naibul fa'il, melainkan oleh amil
maknawi, yaitu oleh ibtida atau permulaan kalimat saja.
Sedangkan khabar adalah isim marfu' yang di-musnad-kan atau disandarkan kepada mubtada,
yakni tidak akan ada khabar kalau tidak ada mubtada dan mubtada itulah yang me-rafa'-

kan khabar,seperti lafazh:   (Zaid berdiri). Lafazh   menjadi mubtada yang di-rafa'-

kan oleh ibtida, tanda rafa'-nya dengan dhammah karena isim mufrad. Sedangkan lafazh   


menjadi khabar-nya yang di-rafa'-kan oleh mubtada, tanda rafa'-nya
dengan dhammah karena isim mufrad.

 (Dua Zaid itu berdiri). Lafazh   menjadi mubtada yang di-rafa'-kan,

tanda rafa'-nya dengan alif karena isim tatsniyah. Sedangkan lafazh   


menjadi khabar yang di-rafa'-kan oleh mubtada, tanda rafa'-nya dengan alif karena isim
tatsniyah.

 (Zaid-Zaid itu berdiri). Lafazh   mubtada dan   menjadi khabar-


nya, di-rafa'-kan dengan memakai wawu karena jamak mudzakkar salim.
Kata nazhim:

Mubtada ialah isim yang selamanya di-rafa'-kan dan terbebas dari setiap lafazh yang menjadi
amil.

Sedangkan khabar ialah isim yang marfu' di-musnad-kan (disandarkan) kepada mubtada karena


sesuai pada lafazhnya.
Pembagian Mubtada

Mubtada itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu mubtada yang zhahir dan mubtada yang
mudhmar(dhamir). Mubtada zhahir penjelasannya telah dikemukakan.

Sedangkan mubtada yang mudhmar (isim dhamir) ada dua belas, yaitu:   (saya),   (kami

atau kita),   (kamu -laki-laki),   (kamu -perempuan),   (kamu berdua -laki-


laki/perempuan),   (kalian -laki-laki),   (kalian -perempuan),   (dia -laki-laki),   (ia

-perempuan),  (mereka berdua -laki-laki/perempuan),   (mereka semua -laki-laki,   

(mereka semua -perempuan), seperti perkataan   (saya berdiri).

Adapun meng-i'rab-nya adalah sebagai berikut:   (saya) berkedudukan menjadi mubtada yang

di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya mabni sukun. Sedangkan lafazh   menjadi khabar-nya, di-rafa'-

kan, tanda rafa'-nya dengan dhammah. Dan   (kami berdiri). Lafazh   


berkedudukan menjadi mubtada, di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan mabni dhammah,

sedangkan   menjadi khabar-nya, juga di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya


dengan wawu karena jamak mudzakkar salim.
Dan lafazh yang menyerupainya, seperti:

Kata nazhim:

Mubtada, yaitu isim zhahir sebagaimana (pada contoh-contoh) yang telah dikemukakan, atau

dhamir, seperti   (kamu patut untuk menetapkan hukum -diantara manusia).

Tidak diperbolehkan membuat mubtada dengan menggunakan isim dhamir muttashil, tetapi
diperbolehkan dengan setiap dhamir yang munfashil. Diantaranya

ialah: 

Pembagian Khabar

Khabar itu ada dua bagian, yaitu khabar mufrad dan khabar ghair mufrad.
1. Khabar mufrad
(Khabar mufrad) adalah khabar yang bukan berupa jumlah (kalimat) dan bukan pula menyerupai
jumlah.

Contoh:   (Zaid berdiri); kedua-duanya isim mufrad.


Dan juga termasuk khabar mufrad bila mubtada dan khabar itu terdiri dari isim
tatsniyah dan jamak, seperti contoh di bawah:

 = Zaid-Zaid itu berdiri;

 = dua Zaid itu berdiri;

 = Zaid-Zaid itu berdiri.


2. Khabar ghair mufrad
Khabar ghair mufrad ialah, khabar yang terdiri dari jumlah, seperti jumlah ismiyah (mubtada dan
khabar lagi), atau jumlah fi'liyyah (yaitu terdiri dari fi'il dan fa'il sebagaimana yang akan
dijelaskan di bawah ini).

Khabar ghair mufrad ada empat macam, yaitu: 1. Jar dan majrur; 2. zharaf; 3. fi'il beserta

fa'ilnya; dan 4. mubtada beserta khabarnya. Contohnya seperti perkataan:   (Zaid

berada di dalam rumah); khabarnya terdiri dari jar dan majrur.   (Zaid berada di

sisimu); khabarnya zharaf,   (Zaid, ayahnya telah berdiri); khabarnya terdiri dari fi'il dan

fa'il.   (Zaid hamba perempuannya pergi); khabar-nya terdiri dari mubtada dan


khabar lagi.
Contoh lain:

 = Ustadz atau guru itu berada di dalam madrasah atau sekolah.


Lafazh (lp 56) berkedudukan menjadi mubtada, sedangkan (lp 57) khabar-nya.
(lp 58) = Ustadz itu di hadapan murid-murid.
Lafazh (lp 59) menjadi mubtada, sedangkan (lp 60) zharaf makân (keterangan tempat)
menjadi khabar-nya.
(lp 60) = Ustadz ltu tabiatnya baik.
Lafazh (lp 61) berkedudukan menjadi mubtada, dan (lp 62) fi'il madhi, sedangkan (lp 63)
menjadi fa'il-nya. Jumlah fi'il dan fa'il berada pada mahall (tempat) rafa' yang menjadi khabar dari
lafazh (lp 64)
(lp 65) = Zaid hamba perempuannya pergi.
Lafazh (lp 66) berkedudukan menjadi mubtada, sedangkan (lp 67) menjadi mubtada kedua, dan
(lp 68) menjadi khabar dari mubtada kedua yang berada
pada mahall (tempat) rafa' menjadi khabar lagi dari lafazh (lp 69).
Perlu diingatkan, bahwa khabar yang dibuat dari jumlah mubtada dan khabar, atau terdiri
dari fi'il dan fa'il disebut khabar jumlah. Adapun khabar yang terdiri
dari jar dan majrur atau zharaf disebut syibh(serupa) jumlah, karena jar-majrur dan zharaf itu
bukan menjadi khabar yang sebenarnya, sebab yang menjadi khabar yang sebenarnya
ialah muta'allaq-nya tersimpan atau tersembunyi, yang taqdir-nya dapat atau boleh dengan isim
mufrad, seperti: (lp 70) atau dengan jumlah fi'il dan fa'il, seperti lafazh: (lp 71).
Lafazh: (lp 72), pada hakikatnya: (lp 73); (lp 74) pada hakikatnya: (lp 75).

Oleh karena lafazh muta'allaq-nya dapat di-taqdir-kan (diperkirakan) isim mufrad dan di-taqdir-


kan fi'il madhi, maka disebutlah dengan syibh jumlah (serupa jumlah).
Kata nazhim:
(lp 76)

Adakalanya khabar itu mufrad dan ghair mufrad. Yang pertama ialah (khabar mufrad), yaitu
lafazh dalam nazhaman (bait syair) yang telah disebutkan.
(lp 77)

Sedangkan khabar ghair mufrad hanya terbatas pada empat macam, yang lain tidak. Empat
macam itu ialah zharaf, jar dan majrur, fa'il beserta fi'ilnya yang telah dikemukakan, dan
mubtada beserta khabar yang dimilikinya

Anda mungkin juga menyukai