Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PERJANJIAN KERJASAMA KEMITRAAN

PT.GO-JEK DENGAN DRIVER BERDASARKAN


UNDANG-UNDANG NO.13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN*
Oleh :
Debby Tri Sebbiana Tarigan**
I Wayan Wiryawan***
I Nyoman Mudana****

Program Kekhususan Hukum Bisnis, Fakultas Hukum,


Universitas Udayana

Abstrak
Go-jek merupakan perusahaan berjiwa sosial yang memimpin revolusi
industry transportasi ojek. Bentuk perjanjian kerjasama kemitraan PT.Go-jek
apakah dapat dikategorikan kedalam hubungan kerja dan bagaimana
perlindungannya. Tujuannya untuk mengetahui dan memahami mengenai
perjanjian yang terjadi antara PT. Go-jek dengan driver dan perlindungannya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan
perundang-undangan dan pendekatan analisis konsep hukum. Kesimpulan dan
analisis dari penelitian ini adalah hubungan hukum yang terjalin antara PT.Go-
jek dengan driver merupakan hubungan kerja dan mendapat perlindungan sesuai
dengan Undang-Undang ketenagakerjaan.

Kata kunci : Go-jek, Perlindungan, Hubungan Kerja

Abstract
Go-jek is a socially minded company that is leading the transportation
industry revolution motorcycle. Partnership agreement form PT.Go-jek if it can be
categorized into the employment relationship and how its protection. The goal is
to know and understand the agreements that occur between PT. Go-jek with driver
and protection. The research is a normative legal research with the approach of
legislation and legal concept analysis approach. Summary and analysis of this
study is the legal relationship established between PT.Go-jek with a driver working
relationship and are protected in accordance with the Labor Law.

Key Words : Go-Jek, Protection, Labor Relation

* Jurnal ini diambil dari intisari skripsi yang berjudul Analisis Perjanjian
Kerjasama Kemitraan PT.Go-jek dengan Driver Berdasarkan Undang-Undang No.
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
** Debby Tri Sebbiana Tarigan, adalah Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Udayana, debbytrisebbiana@yahoo.co.id
*** I Wayan Wiryawan, adalah dosen Fakultas Hukum Universitas
Udayana
**** I Nyoman Mudana, adalah dosen Fakultas Hukum Universitas
Udayana

1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia , salah satu peluang kerja yang banyak dilakukan
untuk mengurangi tingkat pengangguran salah satunya ialah
bekerja disektor industri transportasi darat, dimana transportasi ini
merupakan perantara dalam membantu baik dari segi perjalanan,
pemesanan makanan dan pemesanan barang yang dimana
transportasi ini sering disebut dengan Go-Jek. Go-Jek merupakan
perusahaan berjiwa sosial yang memimpin revolusi industri
transportasi ojek. Go-Jek biasanya dianggap sebagai media
transportasi yang efektif dalam segi perjalanan, pemesanan
makanan, dan pemesanan barang yang dapat diakses melalui
media elektronik yaitu Handphone Android. Go-Jek ini dapat
dilakukan oleh pria maupun wanita, namun dalam kenyataannya
banyak perusahaan yang mencari Go-Jek pria, hal ini dikarenakan
dari segi pekerjaan yang menutut untuk mengeluarkan tenaga yang
lebih besar dan pria lebih memiliki daya tahan dalam mengendarai
kendaraan dibanding wanita1. Alat transportasi ini kemudian lebih
dikenal di masyarakat dengan sebutan Go-Jek.

Perkembangan dalam sistem pekerjaan tidak lepas dari yang


namanya perjanjian. Dalam pembahasan masalah perjanjian, maka
dewasa ini dalam praktek kita akan menemukan salah satu bentuk
perjanjian yang dibuat secara baku. Perjanjian baku merupakan
suatu bentuk perjanjian tertulis yang dibuat oleh salah satu pihak
dalam perjanjian dan pihak yang lain hanya memiliki sedikit
kesempatan untuk bernegosiasi mengubah kalusula-klausula yang

1
Seta Budi, September 2016, “Peranan system informasi manajemen pada
Go.jek”, Penulisan Jurnal Ilmiah , Vol.3 No.1, hal.2, URL:
https://www.slideshare.net/jelitawidyastuti/peranan-sistem-informasi-
manajemen-pada-gojek, diakses tanggal: 12 April 2017
2
sudah dibuat oleh lawannya seperti dalam kalusula ganti kerugian
dan cara penyelesaian perselisihanyang tidak dapat ditawar lagi.

Hubungan hukum yang terjalin antara Go-Jek dan


Perusahaan menggunakan Perjanjian Kerjasama Kemitraan. Dalam
Kamu Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ), kemitraan memiliki arti
perihal hubungan ( jalinan kerja sama dan sebagainya ) sebagai
mitra. Sedangakan arti dari kata mitra ialah teman, sahabat, kawan
kerja, pasangan kerja, dan rekan. Dalam hal ini Perusahaan sebagai
Mitra I dan Driver Go-Jek sebagai Mitra II. Terdapat perjanjian
kerjasama kemitraan yang dilakukan oleh Mitra I dan Mitra II dalam
melakukan suatu hubungan kerja. Mitra I dan Mitra II mengadakan
kerjasama kemitraan dengan sistem bagi hasil terhitung dari awal
mulai bekerja, dalam perjanjian kerjasama kemitraan tersebut
terdapat pasal-pasal yang berisi mengenai hak dan kewajiban
masing-masing pihak yang harus dilaksanakan ketika masa
perjanjian ini masih berlangsung. Go-Jek merupakan alat
transportasi yang bertugas sebagai media perjalanan, pemesanan
makanan, dan pemesanan barang. Pada saat melaksananakan
pekerjaannya biasanya Mitra II akan menerima pesanan melalui
media elektronik hanphone Android dimana terdapat aplikasi yang
menghubungkan antara Mitra I, Mitra II dan Customer. Customer
akan mengunakan aplikasi dalam pemesanan Go-Jek, setelah
customer memesan melalui aplikasi Go-Jek maka seterusnya Mitra
II terdekat akan merespon pemesanan customer.

Dalam bekerja driver sering berada di lokasi-lokasi yang


daerah perkerjaannya rawan akan kecelakaan. Hal ini dapat
menimbulkan akan adanya kecelakaan kerja yang dialami oleh
driver perihal pekerjaan ini dilakukan dijalur lalu lintas. Hal ini
yang menjadi alasan mengapa perlunya perlindungan hukum

3
terhadap Driver Go-Jek yang mengalami kecelakaan pada saat
bekerja. Perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini driver,
dimaksudkan untuk menjamin hak dasar pekerja dan menjamin
kesamaan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun
untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan
tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Perjanjian Kerjasama Kemitraan PT. Go-jek dapat
dikategorikan sebagai hubungan kerja ditinjau dari Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003?
2. Bagaimanakah bentuk perlindungan yang diberikan PT. Go-Jek
terhadap driver ditinjau dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini yaitu mengetahui
dan memahami mengenai perjanjian yang terjadi antara PT. Go-jek
dengan driver dan perlindungan terhadap driver berdasarkan
Undang-Undang Ketenagakerjaan.

II. ISI
2.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian hukum normatif. Menggunakan pendekatan
normatif oleh karena sasaran dari penelitian ini adalah hukum atau
kaedah. Pada penelitian hukum jenis ini, acapkali hukum
dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-
undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaedah

2
Wijayanti Asri, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Penerbit
Sinar Grafika, Jakarta, h. 8.
4
atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang
dianggap pantas.3 Jenis pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan dan
pendekatan konseptual.

2.2 Hasil dan Pembahasan


2.2.1 Analisis perjanjian kerjasama kemitraan PT.Go-jek terkait
hubungan kerja antara PT.Go-jek dengan driver
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mitra memiliki arti
sebagai teman, sahabat, kawan kerja, pasangan kerja, dan rekan.
Sedangkan bermitra memiliki arti sebagai menyatakan atau
mengakui sebagai mitra. Kemitraan artinya perihal hubungan
(jalinan kerja sama dan sebagainya) sebagai mitra.
Dalam perjanjian kerjasama kemitraan pada PT.Go-jek,
kemitraan yang dimaksudkan memiliki arti sebagai kawan kerja,
pasangan kerja atau rekan dimana memiliki hubungan atau jalinan
kerja sama sebagai mitra. Oleh karena itu, kemitraan dapat
berlangsung antara semua pelaku perekonomian baik dalam arti
permodalan antara semua pelaku dalam perekonomian baik dalam
arti permodalan atau kepemilikan usaha, yang meliputi Badan
Usaha Milik Negara, dan badan usaha swasta maupun dalam arti
ukuran usaha yang meliputi Usaha Besar, Usaha Menegah, Usaha
Kecil dan Usaha Mikro.
Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai
unsur pekerjaan, upah, dan perintah.4 Dalam Pasal 50 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
disebutkan bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian

3Amirudin dan H Zainal Askin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum,

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 118.


4 Sutedi Adrian, 2011, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 45

5
kerja antara perusahaan dan pekerja/buruh. Perjanjian kerja
dibuat secara tertulis atau lisan. Jadi, hubungan kerja adalah
hubungan (hukum) antara pengusaha dengan pekerja/buruh
(karyawan) berdasarkan perjanjian kerja. Dengan adanya perjanjian
kerja, akan ada ikatan antara pengusaha dan pekerja. Dengan
perkataan lain, ikatan karena adanya perjanjian kerja inilah yang
merupakan hubungan kerja.
Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat antara
pekerja/buruh (karyawan) dengan pengusaha atau pemberi kerja
yang memenuhi syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak
berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor
13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Syarat sahnya perjanjian kerja, mengacu pada syaraat
sahnya perjanjian perdata pada umumnya, adalah sebagai berikut:
a. Adanya kesepakatan anatara para pihak (tidak ada
dwang-paksaan, dwaling-penyesetan/kekhilafan atau
bedrong-penipuan)
b. Pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai kemampuan
atau kecakapan untuk (bertindak) melakukan perbuatan
hukum ( cakap usia dan tidak di bawah perwalian/
pengampunan )
c. Ada (objek) pekerjaan yang diperjanjikan
d. ( Causa ) pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak
bertentangan dengan ketertiban umu, kesusilaan, dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku ( Pasal 52
ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan)5

Driver merupakan seorang tenaga kerja yang bekerja pada


PT.Go-jek, sehingga seharusnya memiliki hak untuk menerima

5 Ibid
6
perlindungan pada saat melakukan pekerjaan. Sedangkan didalam
Perjanjian Kerjasama Kemitraan PT.Go-jek tersebut tidak berisi
mengenai hak keselamatan yang diterima oleh driver. Hanya
pernyataan lisan mengenai upah yang diberikan kepada tiap-tiap
driver. Sedangkan pada Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 diatur bahwa
tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini memberi makna bahwa
negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan
perlindungan dan kenyamanan dalam melaksanakan
pekerjaannya. Dalam hal ini pekerja/buruh dapat diberikan
perlindungan hukum sesuai dengan Hukum Ketengakerjaan
apabila memiliki hubungan kerja. Tenaga kerja merupakan aset
perusahaan yang harus diberikan perlindungan khususnya
mengenai aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengingat
ancaman ini sangat berpotensi dengan hubungan kerja dalam
perusahaan.6
Sesuai dengan perjanjian yang dilakukan driver Go-jek
bahwasannya dalam perjanjian kerjasama kemitraan tersebut
sudah memenuhi ketiga unsur hubungan kerja, yaitu adanya
pekerjaan,adanya upah, dan adanya perintah. Dalam hal upah,
antara driver dan perusahaan hanya melakukan kesepakatan
secara lisan saja, tidak tertulis didalam perjanjian kerjasama
tersebut. Sedangkan untuk hak dalam keselamatan kerja sama
sekali tidak ada pembicaraan baik secara tertulis maupun lisan.
Padahal seperti yang kita ketahui bahwa driver berkerja dilapangan
dengan mengendarai sepeda motor sehingga tingkat kecelakaan

6Gerry Silaban dan Salomo Perangin-angin, 2008, Hak Dan Atau

Kewajiban Tenaga Kerja Dan Pengusaha/Pengurus Yang Ditetapkan Dalam


Peraturan Perundangan Keselamatan Dan Kesahatan Kerja, USU Press, Medan,
h. 1.
7
dalam bekerja sangat tinggi. Kecelakaan lalu lintas semakin rawan
terjadi pada kehidupan sehari-hari sehingga dapat dipastikan
bahwa para driver Go-jek memiliki potensi yang sangat besar
mengalami kecelakaan lalu lintas saat bekerja.
Karena telah terpenuhinya ketiga unsur dalam hubungan
kerja, maka seharusnya dalam Perjanjiaan Kerjasama Kemitraan
PT.Go-jek dapat diberlakukan Undang-Undang Ketenagakerjaan
untuk melindungi hak dan kewajiban driver sebagai pekerja.

2.2.2 Perlindungan hukum driver dalam perjanjian kerjasama


kemitraan PT. Go-jek ditinjau dari Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003

Pemerintah sangat memperhatikan perlindungan kerja dan


keselamatan kerja para pekerja/buruh. Tujuan pemerintah dalam
hal ini selain untuk benar-benar melindungi dan memperhatikan
keselamatan kerja para buruh yang keadaan umumnya lemah,
adalah juga secara langsung/tidak langsung untuk melindungi
perusahaan yaitu agar tetap berdiri dan berkembang.

Pihak perusahaan haruslah bertanggung jawab atas


keamanan dan keselamatan driver pada saat bekerja. Pihak
perusahaan tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab
terhadap keamanan dan keselamatan driver. Hal ini karena driver
memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan, yang
dapat mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh perusahaan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Driver selaku pemangku
kepentingan (stakeholder) yang berinteraksi langsung dalam
aktifitas bisnis perusahaan serta mempengaruhi kemampuan
perusahaan untuk melaksanakan tujuan utamanya haruslah
memperoleh tanggung jawab dari pihak perusahaan terkait
keamanan dan keselamatannya pada saat melakukan pekerjaan.
8
Dalam hal pertanggungjawaban terhadap pekerja apabila terjadi
kecelakaan kerja ketika melaksanakan kewajibannya dalam
pekerjaan, maka pengusaha akan menanggung beban yang timbul
secara materiil dengan memberikan penggantian dari biaya yang
timbul akibat kecelakaan kerja.7 Dalam suatu hubungan kerja
menimbulkan hak dan kewajiban bagi pekerja/buruh dan majikan
sebagai akibat yang timbul dari hubungan tersebut. Masing-masing
pihak memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang harus
dipenuhi.

Keamanan dan keselamatan kerja erat kaitannya dengan


kesejahteraan tenaga kerja. Keamanan dan keselamatan kerja
sangat diperlukan bagi pekerja guna menunjang produktivitas
perusahaan. Dalam ketenagakerjaan dikenal istilah K3 yaitu
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kesehatan dan keselamatan
kerja adalah suatu program yang dibuat bagi pekerja/buruh
maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) bagi
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja
dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja, dan tindakan antisipasi bila terjadi hal demikian.
Dalam K3 tersebut juga telah termasuk didalamnya keamanan
pekerja pada saat melakukan pekerjaannya.

Keselamatan kerja pekerja/buruh pada dasarnya bersumber


pada dua hal penting, yaitu keamanan dan ketertiban kerja.8
Keamanan dalam suatu hubungan kerja akan melahirkan kesan
bahwa:

7 Soedarjadi, 2008, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Pustaka


Yustisia, Yogyakarta, h. 53.
8 A. Ridwan Halim, 1983, Hukum Perburuhan Dalam Tanya Jawab, GI,

Jakarta.h. 49
9
a. hubungan kerja dapat terlaksana sebagaimana mestinya
tanpa adanya gangguan atau rintangan apapun baik dari
dalam maupun dari luar.
b. tempat kerja dapat diandakan sebagai tempat yang terjamin
baik bagi para pekerja maupun bagi majikan/pihak
perusahaan.9
Ketertiban kerja yaitu keadaan tertib dalam hubungan kerja.
Keadaan tertib dalam hubungan kerja tercapai apabila keadaan
hubungan kerja berjalan teratur, di mana setiap orang yang terlibat
dalam hubungan kerja tersebut masing-masing melaksanakan
tugas dan kewajibannya sebagaimana mestinya sehingga hubungan
kerja tersebut berlangsung dalam batas-batas disiplin yang berlaku
sebagai landasan yang telah diketahui dan ditaati oleh para pihak.10
Menurut Soepomo, perlindungan tenaga kerja dibagi menjadi
3 (tiga ) macam, yaitu:
1. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja
dalam bentuk penghasilan yang cukup, termasuk bila
tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya.
2. Perlindungan sosial, yaitu: perlindungan tenaga kerja dalam
bentuk jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat
dan perlindungan hak untuk berorganisasi.
3. Perlindungan teknis, yaitu: perlindungan tenaga kerja dalam
bentuk keamanan dan keselamatan kerja.11

Didalam Undang-Undang Ketenagakerjaan juga terdapat


pasal-pasal yang memuat mengenai perlindungan tenaga kerja
secara ekonomis sosial dan teknis. Untuk perlindungan tenaga
kerja secara ekonomis terdapat pada Pasal 88 ayat (1) “Setiap
pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Sedangkan untuk

9 Ibid, h. 54-55.
10 Ibid
11
Abdul khakim, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,
Citra Aditya Bakti, Jakata, h. 61
10
perlindungan tenaga kerja secara social terdapat pada Pasal 86 ayat
(1) “Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, dan
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama”. Dan yang terakhir perlindungan tenaga kerja
secara teknis terdapat dalam Pasal 104 ayat (1) “Setiap
pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat
pekerja/serikat buruh.”
Ketiga perlindungan tenaga kerja diatas ini seharusnya dapat
menjadi dasar dari pertanggungjawab yang harus diberikan PT.Go-
jek kepada driver dalam masa pekerjaannya. Ada beberapa syarat
pertanggungjawaban sesuai dengan perlindungan tenaga kerja
diatas yang harus dipenuhi oleh pihak perusahaan dalam
mempekerjakan pekerjanya. Syarat-syarat dasar yang harus
dipenuhi oleh pihak PT.Go-jek yang memiliki hubungan kerja
dengan driver dalam hal ini adalah:
a. Pihak perusahaan haruslah menjamin bahwa pekerjanya
tersebut mendapatkan pekerjaan yang layak, dalam arti
yaitu selaras dengan kemampuannya dan tidak
bertentangan dengan ketertiban, kesusilaan, serta hukum.
b. Pihak perusahaan harus menjamin keamanan dan
keselamatan driver yang bersangkutan, dengan
menempatkan mereka pada tempat-tempat atau lokasi yang
memenuhi syarat.
c. Pihak perusahaan harus menjamin bahwa tempat lokasi
para driver yang bersangkutan tidak akan atau tidak bisa
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya aneka
perbuatan melanggar hukum, kesusilaan, kesopanan, dan
sebagainya.

11
d. Khusus dalam hal penyelenggaraan hubungan kerja
tersebut dilakukan sampai malam hari, maka pihak
perusahaan harus menjamin bahwa:
1. para driver diberikan lokasi yang aman dan bersih untuk
beristirahat menunggu orderan dari para konsumen.
2. bagi para pekerja yang melakukan pekerjaannya sampai
malam atau subuh, perusahaan harusnya memberikan
alat bantu pertahanan diri bagi para driver yang dapat
membantu mereka ketika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Seperti contohnya, perampokan dan lain-
lain.
e. Pihak perusahaan harus menjamin keselamatan tiap-tiap
driver yang bekerja sampai malam apabila terjadi kecelakaan
atau perampokan pada saat melakukan pekerjaanya
mengantarkan orderan kepada konsumen. seharusnya
menggunakan surat persetujuan secara tertulis bahwa
perusahaan bertanggungjawab atas keselamatan para driver
yang melakukan pekerjaannya.

Berdasarkan paparan tersebut, maka sudah jelas terlihat


bahwa driver sudah barang tentu seharusnya memperoleh
perhatian khusus pada saat akan maupun sedang melakukan
pekerjaannya. Perusahaan sebagai pihak yang mempekerjakan
driver haruslah memenuhi syarat-syarat tersebut dan tentu harus
bertanggung jawab apabila ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi
pada pekerjanya. Maka seharusnya perlindungan yang diberikan
PT.Go-jek kepada driver sesuai dengan perlindungan tenaga kerja
yaitu perlindungan tenaga kerja secara teknis, perlindungan tenaga
kerja sosial, dan perlindungan tenaga kerja ekonomis.

12
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Hubungan hukum yang terjalin antara PT.Go-jek dan driver
merupakan hubungan kerja sesuai dengan Undang-Undang
Ketenagakerjaan. Hal ini dapat terjadi karena terpenuhinya 3 (
tiga ) unsur dalam hubungan kerja, yakni: adanya upah, adanya
perintah, dan adanya pekerjaan.
2. Perlindungan yang harus diberikan PT.Go-jek kepada driver
sesuai dengan perlindungan tenaga kerja yang terdapat dalam
Undang-Undang Ketenagakerjaan, yaitu berupa perlindungan
tenaga kerja secara teknis, perlindungan tenaga kerja social,
dan perlindungan tenaga kerja ekonomis.

3.2 Saran

1. Berkaitan dengan Perjanjian Kerjasama Kemitraan terkait


hubungan hukum antara PT. Go-jek dengan driver seharusnya
diberikan pembaharuan Perjanjian yang baru. Dimana dalam
perjanjian tersebut jelas tertulis mengenai hak dan kewajiban
masing-masing pihak dan pembaharuan mengenai hubungan
kerja agar sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan.
2. Adanya perlindungan tenaga kerja bagi yang disepakati secara
tertulis antara PT.Go-jek dan driver. Seperti jaminan kesehatan
harus diberikan apabila driver bersangkutan sakit karena
bekerja diluar ruangan. Serta memiliki asuransi kecelakaan
kepada tiap-tiap driver karena lingkup pekerjaan mereka
berada dilalu lintas perjalanan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

A. Ridwan Halim, 1983, Hukum Perburuhan Dalam Tanya Jawab,


GI, Jakarta.

Abdul khakim, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,


Citra Aditya Bakti, Jakata.

Amirudin dan H Zainal Askin, 2010, Pengantar Metode Penelitian


Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi,


Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.

Gerry Silaban dan Salomo Perangin-angin, 2008, Hak Dan Atau


Kewajiban Tenaga Kerja Dan Pengusaha/Pengurus Yang
Ditetapkan Dalam Peraturan Perundangan Keselamatan Dan
Kesahatan Kerja, USU Press, Medan.

Soedarjadi, 2008, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Pustaka


Yustisia, Yogyakarta.

Sutedi Adrian, 2011, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta.

2. Jurnal

Seta Budi, September 2016, “Peranan sistem informasi manajemen


pada Go.jek”, Penulisan Jurnal Ilmiah , Vol.3 No.1,
URL:https://www.slideshare.net/peranan-sistem-informasi-
manajemen-pada-gojek, diakses tanggal: 12 April 2016

3. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan, (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4279) X

14

Anda mungkin juga menyukai