Pembiayaan konsumen merupakan salah satu jenis pembiayaan diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006, dimana kegiatan keuangan dilakukan dengan memperoleh uang untuk akuisisi barang konsumsi dengan pembayaran angsuran .Dalam Undang-undang Perdata dan Peraturan Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006 menggunakan contoh perjanjian pembiayaan konsumen di PT HD Finance dan ketahui perbedaannya dengan pembiayaan lain yaitu leasing bisnis (sewa),Namun kemudian berdasarkan KUHPerdata pasal 1319 ketentuan umum Bab I-IV KUHPerdata berlaku untuk perjanjian pembiayaan konsumen, misalnya 1320 dan pasal 1338 KUH Perdata dan Peraturan Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006 hanya mengatur ketentuan umum saja. Perbedaan terakhir pembiayaan konsumen dan sewa guna usaha adalah hak milik, hak komoditas pilihan dalam sewa modal dan menentukan nilai sisa atau nilai sisa objek barang yang ditentukan oleh para pihak dalam sewa modal.
PEMBAHASAN
Pembangunan ekonomi telah terjadi dalam beberapa dekade terakhir naik
dan turun jika dicermati, percepatan erat kaitannya dengan keberadaan modal sebagai sarana pengembangan unit usaha selain faktor mikro dan makro. Sesuai dengan kebutuhan modal sebagai sarana usaha utama istirahat perolehan modal kebutuhan terpenting untuk pengembangan bisnis, tentu saja untuk dikembangkan dalam operasi alternatif. Bentuk-bentuk ini adalah menciptakan fenomena- fenomena baru khususnya di bidang hukum sehingga eksistensinya Institusi alternatif harus dipertimbangkan. Saat ini seseorang membutuhkan uang dalam kerja biasa, belum lagi kebutuhan akan hal ini diperlukan untuk operasional bisnis berbagai sektor usaha. Akan namun di sisi lain juga banyak terdapat kelompok masyarakat atau perorangan atau lembaga atau badan hukum yang benar-benar mempunyai kelebihan dana,perlu berinvestasi dengan cara yang paling menguntungkan secara ekonomis Kegiatan-kegiatan ini pasti mempengaruhi atau merangsang pertumbuhan aktivitas ekonomi yang pesat. Dari kegiatan inilah lahirlah sebuah metode yang mengarahkan aset keuangan kepada pihak lain, akhirnya disebutkan nama lembaga pembiayaan yang biasa disebutkan "bank". Namun ternyata bank tersebut tidak cukup efisien untuk melakukan hal tersebut menanggapi berbagai kebutuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh masyarakat. Beberapa faktor seperti terbatasnya penyaluran kredit perbankan, keterbatasan dana dll.
Kemudian mencari bentuk pendanaan lain di luar lembaga tradisional untuk
membantu kelompok perusahaan atau keluar dari bisnis. Jadi Lembaga keuangan yang dikenal sebagai lembaga keuangan diciptakan dan menawarkan model desain baru penyediaan pembiayaan,misalnya dalam bentuk pembiayaan konsumen dan sewa guna usaha. Di Indonesia, padahal sebelumnya hanya ada satu atau dua jenis lembaga penyalur dana bukan bank, namun secara kelembagaan baru dimulai pada tahun 2017 ketika pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Kelembagaan Pendanaan, yang setelah itu diterbitkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Peraturan dan Tata Cara Implementasi lembaga keuangan1 . Terakhir, peraturan berlaku Perusahaan keuangan diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006 yang menjelaskan tentang kegiatan perusahaan keuangan termasuk:
1) Sewa guna usaha.
2) Anjak piutang. 3) Usaha kartu kredit. 4) Pembiayaan konsumen.
Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006 tidak
menyebutkan modal risiko dan perdagangan sekuritas sebagai aktivitas keuangan. pada permasalahan pekerjaan saja pembiayaan konsumen dan pembiayaan sewa guna usaha. Kapan Mari kita lihat lebih dekat tindakan dan aktivitas pembiayaan konsumen Pembiayaan sewa guna usaha tumbuh lebih cepat dibandingkan jenis lainnya kegiatan keuangan lainnya. Total efisiensi perusahaan keuangan pada tahun 2004 menunjukkan perbaikan yang berkelanjutan. Performa lebih baik tercermin dalam pertumbuhan volume neraca, nilai bisnis dan laba tahun ini.
Pada tahun 2004 neraca keuangan perusahaan menderita Meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 57,5%, begitu juga dari tahun lalu Rp. 50,1 triliun Rp. 78,9 triliun. Nilai komersial sekalipun (pembiayaan) meningkat 44,4% dari Rp. 60,3 triliun Rp. 87,1 triliun. Hasil tahun anggaran juga membaik menjadi 57,9 % Rp. 1,9 triliun Rp. 3,0 triliun 2. Data sampai dengan tahun 2005 Bank Indonesia melaporkan kinerja perusahaan keuangan membaik dari tahun ke tahun sangatlah signifikan. Pada tahun 2005, saldonya semakin bertambah setengahnya (58,6%), sedangkan nilai komersial meningkat sebesar 38,9% laba tahun berjalan sebesar Rp2,3 triliun. Pada akhir tahun 2006, ada 214 perusahaan keuangan di Indonesia, lima di antaranya merupakan perusahaan terbesar ukuran neraca perusahaan yang terdaftar di bursa adalah sekitar sepertiga dari asetnya jumlah total dan klaim semua perusahaan keuangan Awalnya, pembiayaan sewa merupakan prioritas dibandingkan dengan pembiayaan konsumen.
Kegiatan Leasing pertama kali mulai berkembang hingga tahun 2000
terdiri dari kendaraan bermotor, serta mobil dan sepeda motor. Pada awal tahun 2001, perusahaan terlibat dalam sewa pembiayaan mulai pindah ke sektor pembiayaan konsumen, yaitu. pembiayaan konsumen dibandingkan dengan pembiayaan sewa bisnis Pembiayaan konsumen dilaporkan sampai akhir tahun 2006 bagian dari seluruh klaim dari perusahaan keuangan adalah sekitar 62 persen, di mana lebih dari 90% pinjaman konsumen berada Pembiayaan mobil dan sepeda motor. Tentu saja, pertumbuhan juga harus dicapai di sektor ekonomi ini peraturan yang berlaku bagi para pihak. Sampai dengan saat ini, masih belum ada kesepakatan mengenai pembiayaan konsumen dan sewa guna usaha undang- undang yang secara khusus mengatur hal ini. Kedua bentuk pembiayaan ini masih berdasarkan peraturan menteri keuangan. Rupanya,belum ada informasi mengenai peraturan tersebut atau melengkapi peraturan tentang aspek hukum transaksi keuangan konsumen dan penyewaan. Biasanya ada aturannya Peraturan yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan ini lebih bersifat sektoral ekonomi,hal ini dapat dimaklumi, karena pada awalnya keduanya menjalankan fungsi pembiayaan ini lahir sebagai gejala perekonomian modern.
Sebab, belum ada undang-undang yang mengatur secara terpisah untuk
kedua jenis kontrak, kontrak pembiayaan konsumen dan sewa komersial harus berdasarkan asas hukum umum PNS Indonesia tunduk pada peraturan yang berlaku. menyukai kedua jenis perjanjian keuangan berlaku Buku III memuat ketentuan umum hukum kontrak Kode sipil. Buku III mengikuti sistem kontrak terbuka dalam hal ini para pihak dapat menjanjikan apa pun selama mereka tidak menjanjikannya bertentangan dengan ketertiban dan moralitas.
Sistem terbuka yang mencakup landasan kebebasan berkreasi kontrak
sipil biasanya diselesaikan 1338 ayat 1, yaitu sebagai berikut: “Semua kontrak yang dibuat secara sah mematuhi hukum kepada mereka yang berhasil”.6. Suatu kontrak yang dibuat secara sah berarti ada dasarnya. Perjanjian pada dasarnya adalah perjanjian dan kontrak yang timbul. oleh karena itu, perjanjian itu dibuat sejak kesepakatan dicapai. Prinsip Perjanjian itu biasanya bermula dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1320 yang menyatakan: “Akad itu sahnya memerlukan empat syarat:
1) Persetujuan mereka yang mengikat diri
2) Kemampuan membuat kontrak. 3) hal tertentu; 4) Alasan yang sah Berdasarkan uraian di atas, ada dua persoalan penting yang menonjol
perbedaan pembiayaan konsumen dan pembiayaan konsumen sewa
mengacu pada banyak perilaku bagi pengusaha pembiayaan yang semula melakukan kegiatan sewa guna usaha (leasing) menjadi salah satu jenis bisnis pembiayaan konsumen. Kedua materi untuk kontrak standar atau dasar untuk dua pembiayaan tiba Saat ini sepenuhnya berdasarkan kemauan dan kebebasan para pihak. masalah ini bukan tidak mungkin menimbulkan banyak masalah karena ketiadaannya ketentuan hukum yang pasti dan tetap berlaku standar atau tolok ukur yang digunakan para pihak untuk menyusun isi kedua perjanjian.
Perbedaan mendasar atau pokok antara pembiayaan konsumen dan sewa
guna usaha (leasing) adalah status hukum atau hak milik pada pembiayaan konsumen berada pada penerima fasilitas sejak awal sedangkan hak milik pada leasing awalnya berada pada lessor, status hukum tersebut juga menimbulkan perbedaan dalam segi jaminan, dimana pada pembiayaan konsumen objek barang dapat dijaminkan secara Fiducia karena hak milik dari awal sudah apa pada penerima fasilitas, sedangkan pada pembiayaan sewa guna usaha objek barang tidak dapat dijadikan jaminan karena hak milik barang ada pada lessor. Pada pembiayaan konsumen tidak ada hak opsi untuk penerima fasilitas sedangkan pada financial lease hak opsi harus selalu ada dan dicantumkan didalam klausula perjanjian. Pada pembiayaan konsumen tidak ada jangka waktu pembiayaan seperti pada halnya dalam financial lease. Dan terakhir pada pembiayaan konsumen tidak ada ditentukan suatu nilai sisa atau residu dari barang. Oleh sebab itu penulis berpendapat, bahwa perbedaan tersebut menimbulkan beberapa pihak lebih menyukai pembiayaan konsumen dibandingkan dengan leasing, dimana pertimbangan atau alasan penerima fasilitas menggunakan pembiayaan konsumen