Anda di halaman 1dari 5

Nama : Reva Hazarina Karmila

Nim : 220111100032

Kelas : B

PEMBIAYAAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN


SEWA GUNA USAHA

PENDAHULUAN

Pembiayaan konsumen merupakan salah satu jenis pembiayaan diatur


dengan Peraturan Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006, dimana kegiatan
keuangan dilakukan dengan memperoleh uang untuk akuisisi barang konsumsi
dengan pembayaran angsuran .Dalam Undang-undang Perdata dan Peraturan
Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006 menggunakan contoh perjanjian
pembiayaan konsumen di PT HD Finance dan ketahui perbedaannya dengan
pembiayaan lain yaitu leasing bisnis (sewa),Namun kemudian berdasarkan
KUHPerdata pasal 1319 ketentuan umum Bab I-IV KUHPerdata berlaku untuk
perjanjian pembiayaan konsumen, misalnya 1320 dan pasal 1338 KUH Perdata
dan Peraturan Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006 hanya mengatur
ketentuan umum saja. Perbedaan terakhir pembiayaan konsumen dan sewa guna
usaha adalah hak milik, hak komoditas pilihan dalam sewa modal dan
menentukan nilai sisa atau nilai sisa objek barang yang ditentukan oleh para pihak
dalam sewa modal.

PEMBAHASAN

Pembangunan ekonomi telah terjadi dalam beberapa dekade terakhir naik


dan turun jika dicermati, percepatan erat kaitannya dengan keberadaan modal
sebagai sarana pengembangan unit usaha selain faktor mikro dan makro. Sesuai
dengan kebutuhan modal sebagai sarana usaha utama istirahat perolehan modal
kebutuhan terpenting untuk pengembangan bisnis, tentu saja untuk dikembangkan
dalam operasi alternatif. Bentuk-bentuk ini adalah menciptakan fenomena-
fenomena baru khususnya di bidang hukum sehingga eksistensinya Institusi
alternatif harus dipertimbangkan. Saat ini seseorang membutuhkan uang dalam
kerja biasa, belum lagi kebutuhan akan hal ini diperlukan untuk operasional bisnis
berbagai sektor usaha. Akan namun di sisi lain juga banyak terdapat kelompok
masyarakat atau perorangan atau lembaga atau badan hukum yang benar-benar
mempunyai kelebihan dana,perlu berinvestasi dengan cara yang paling
menguntungkan secara ekonomis Kegiatan-kegiatan ini pasti mempengaruhi atau
merangsang pertumbuhan aktivitas ekonomi yang pesat. Dari kegiatan inilah
lahirlah sebuah metode yang mengarahkan aset keuangan kepada pihak lain,
akhirnya disebutkan nama lembaga pembiayaan yang biasa disebutkan "bank".
Namun ternyata bank tersebut tidak cukup efisien untuk melakukan hal tersebut
menanggapi berbagai kebutuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh masyarakat.
Beberapa faktor seperti terbatasnya penyaluran kredit perbankan, keterbatasan
dana dll.

Kemudian mencari bentuk pendanaan lain di luar lembaga tradisional untuk


membantu kelompok perusahaan atau keluar dari bisnis. Jadi Lembaga keuangan
yang dikenal sebagai lembaga keuangan diciptakan dan menawarkan model
desain baru penyediaan pembiayaan,misalnya dalam bentuk pembiayaan
konsumen dan sewa guna usaha. Di Indonesia, padahal sebelumnya hanya ada
satu atau dua jenis lembaga penyalur dana bukan bank, namun secara
kelembagaan baru dimulai pada tahun 2017 ketika pemerintah mengeluarkan
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Kelembagaan Pendanaan,
yang setelah itu diterbitkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Peraturan dan Tata Cara Implementasi
lembaga keuangan1 . Terakhir, peraturan berlaku Perusahaan keuangan diatur
melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006 yang menjelaskan
tentang kegiatan perusahaan keuangan termasuk:

1) Sewa guna usaha.


2) Anjak piutang.
3) Usaha kartu kredit.
4) Pembiayaan konsumen.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006 tidak


menyebutkan modal risiko dan perdagangan sekuritas sebagai aktivitas keuangan.
pada permasalahan pekerjaan saja pembiayaan konsumen dan pembiayaan sewa
guna usaha. Kapan Mari kita lihat lebih dekat tindakan dan aktivitas pembiayaan
konsumen Pembiayaan sewa guna usaha tumbuh lebih cepat dibandingkan jenis
lainnya kegiatan keuangan lainnya. Total efisiensi perusahaan keuangan pada
tahun 2004 menunjukkan perbaikan yang berkelanjutan. Performa lebih baik
tercermin dalam pertumbuhan volume neraca, nilai bisnis dan laba tahun ini.

Pada tahun 2004 neraca keuangan perusahaan menderita Meningkat


dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 57,5%, begitu juga dari tahun lalu Rp.
50,1 triliun Rp. 78,9 triliun. Nilai komersial sekalipun (pembiayaan) meningkat
44,4% dari Rp. 60,3 triliun Rp. 87,1 triliun. Hasil tahun anggaran juga membaik
menjadi 57,9 % Rp. 1,9 triliun Rp. 3,0 triliun 2. Data sampai dengan tahun
2005 Bank Indonesia melaporkan kinerja perusahaan keuangan membaik dari
tahun ke tahun sangatlah signifikan. Pada tahun 2005, saldonya semakin
bertambah setengahnya (58,6%), sedangkan nilai komersial meningkat sebesar
38,9% laba tahun berjalan sebesar Rp2,3 triliun. Pada akhir tahun 2006, ada 214
perusahaan keuangan di Indonesia, lima di antaranya merupakan perusahaan
terbesar ukuran neraca perusahaan yang terdaftar di bursa adalah sekitar sepertiga
dari asetnya jumlah total dan klaim semua perusahaan keuangan Awalnya,
pembiayaan sewa merupakan prioritas dibandingkan dengan pembiayaan
konsumen.

Kegiatan Leasing pertama kali mulai berkembang hingga tahun 2000


terdiri dari kendaraan bermotor, serta mobil dan sepeda motor. Pada awal tahun
2001, perusahaan terlibat dalam sewa pembiayaan mulai pindah ke sektor
pembiayaan konsumen, yaitu. pembiayaan konsumen dibandingkan dengan
pembiayaan sewa bisnis Pembiayaan konsumen dilaporkan sampai akhir tahun
2006 bagian dari seluruh klaim dari perusahaan keuangan adalah sekitar 62
persen, di mana lebih dari 90% pinjaman konsumen berada Pembiayaan mobil
dan sepeda motor. Tentu saja, pertumbuhan juga harus dicapai di sektor ekonomi
ini peraturan yang berlaku bagi para pihak. Sampai dengan saat ini, masih belum
ada kesepakatan mengenai pembiayaan konsumen dan sewa guna usaha undang-
undang yang secara khusus mengatur hal ini. Kedua bentuk pembiayaan ini masih
berdasarkan peraturan menteri keuangan. Rupanya,belum ada informasi mengenai
peraturan tersebut atau melengkapi peraturan tentang aspek hukum transaksi
keuangan konsumen dan penyewaan. Biasanya ada aturannya Peraturan yang
diterbitkan oleh Menteri Keuangan ini lebih bersifat sektoral ekonomi,hal ini
dapat dimaklumi, karena pada awalnya keduanya menjalankan fungsi pembiayaan
ini lahir sebagai gejala perekonomian modern.

Sebab, belum ada undang-undang yang mengatur secara terpisah untuk


kedua jenis kontrak, kontrak pembiayaan konsumen dan sewa komersial harus
berdasarkan asas hukum umum PNS Indonesia tunduk pada peraturan yang
berlaku. menyukai kedua jenis perjanjian keuangan berlaku Buku III memuat
ketentuan umum hukum kontrak Kode sipil. Buku III mengikuti sistem kontrak
terbuka dalam hal ini para pihak dapat menjanjikan apa pun selama mereka tidak
menjanjikannya bertentangan dengan ketertiban dan moralitas.

Sistem terbuka yang mencakup landasan kebebasan berkreasi kontrak


sipil biasanya diselesaikan 1338 ayat 1, yaitu sebagai berikut: “Semua kontrak
yang dibuat secara sah mematuhi hukum kepada mereka yang berhasil”.6. Suatu
kontrak yang dibuat secara sah berarti ada dasarnya. Perjanjian pada dasarnya
adalah perjanjian dan kontrak yang timbul. oleh karena itu, perjanjian itu dibuat
sejak kesepakatan dicapai. Prinsip Perjanjian itu biasanya bermula dari Kitab
Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1320 yang menyatakan: “Akad itu sahnya
memerlukan empat syarat:

1) Persetujuan mereka yang mengikat diri


2) Kemampuan membuat kontrak.
3) hal tertentu;
4) Alasan yang sah Berdasarkan uraian di atas, ada dua persoalan penting
yang menonjol

perbedaan pembiayaan konsumen dan pembiayaan konsumen sewa


mengacu pada banyak perilaku bagi pengusaha pembiayaan yang semula
melakukan kegiatan sewa guna usaha (leasing) menjadi salah satu jenis bisnis
pembiayaan konsumen. Kedua materi untuk kontrak standar atau dasar untuk dua
pembiayaan tiba Saat ini sepenuhnya berdasarkan kemauan dan kebebasan para
pihak. masalah ini bukan tidak mungkin menimbulkan banyak masalah karena
ketiadaannya ketentuan hukum yang pasti dan tetap berlaku standar atau tolok
ukur yang digunakan para pihak untuk menyusun isi kedua perjanjian.

Perbedaan mendasar atau pokok antara pembiayaan konsumen dan sewa


guna usaha (leasing) adalah status hukum atau hak milik pada pembiayaan
konsumen berada pada penerima fasilitas sejak awal sedangkan hak milik pada
leasing awalnya berada pada lessor, status hukum tersebut juga menimbulkan
perbedaan dalam segi jaminan, dimana pada pembiayaan konsumen objek barang
dapat dijaminkan secara Fiducia karena hak milik dari awal sudah apa pada
penerima fasilitas, sedangkan pada pembiayaan sewa guna usaha objek barang
tidak dapat dijadikan jaminan karena hak milik barang ada pada lessor. Pada
pembiayaan konsumen tidak ada hak opsi untuk penerima fasilitas sedangkan
pada financial lease hak opsi harus selalu ada dan dicantumkan didalam klausula
perjanjian. Pada pembiayaan konsumen tidak ada jangka waktu pembiayaan
seperti pada halnya dalam financial lease. Dan terakhir pada pembiayaan
konsumen tidak ada ditentukan suatu nilai sisa atau residu dari barang. Oleh sebab
itu penulis berpendapat, bahwa perbedaan tersebut menimbulkan beberapa pihak
lebih menyukai pembiayaan konsumen dibandingkan dengan leasing, dimana
pertimbangan atau alasan penerima fasilitas menggunakan pembiayaan konsumen

Reverensi:https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20169/20323041S21515Andi%20Pr
amono.pdf.

Anda mungkin juga menyukai