Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN INDUSTRI

ORGANISASI
(STUDI KASUS YAMAHA)
Abdurrahim (F1C018001)
Aditya Kusuma Wikanto (F1C117001)
Afra Rayhan Nur Adzima (F1C018002)
Randi Cahya Lelio (F1C116034)
Wawan Saputra (F1C017098)
Wisnu Kawirian (F1C017099)
Wisnu Ramdani (F1C116037)
PENGERTIAN ORGANISASI
 Organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah
untuk tujuan bersama. Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari
oleh periset dari berbagai bidang ilmu,
terutama sosiologi,ekonomi, ilmu politik, psikologi,
dan manajemen.
ANALISIS KASUS YAMAHA INDONESIA MOTOR MANUFACTURING (YIMM) DAN PT ASTRA HONDA
MOTOR (AHM) DALAM PUTUSAN KPPU NOMOR 04/KPPU-I/2016

 Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah melakukan penelitian


terkait adanya dugaan pelanggaran terhadap undang-undang
persaingan usaha dalam industri sepeda motor jenis skuter matik 110-
125cc di Indonesia. Hal tersebut dilakukan karena ada indikasi
terjadinya persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan pelaku usaha
di bidang otomotif tersebut. Atas inisiatif KPPU tersebut, KPPU berhak
melakukan penyelidikkan atas perkara tersebut dalam ranah
persaingan usaha. Kemudian investigator yang telah ditunjuk oleh KPPU
menemukan bahwa YIMM dan AHM terbukti melanggar Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Persaingan Usaha tentang penetapan harga yang
berdampak timbulnya anti persaingan sebagai berikut: Tindakan
penetapan harga jual sepeda motor jenis skuter matik 110-125cc di
pasar bersangkutan yang dilakukan oleh YIMM dan AHM menimbulkan
kenaikkan keuntungan YIMM msekipun faktanya angka penjualan
menurun dan mengakibatkan konsumen tidak mendapatkan harga
kompetitif. Kasus yang melibatkan YIMM dan AHM ini kemudian
berlanjut hingga ke persidangan, dan dituangkan dalam putusan KPPU
Nomor 04/KPPU-I/2016.
 Atas Laporan Dugaan Pelanggaran dari KKPU tersebut, YIMM selaku
Terlapor I dan AHM selaku Terlapor II melakukan pembelaan yang
kseimpulannya sebagai berikut:
 1) Tidak terbukti Terlapor II sebagai pelaku usaha dan Terlapor I
sebagai pelaku usaha pesaing telah membuat perjanjian mengenai
penetapan harga;
 2) Tidak terbukti ada perjanjian penetapan harga mengenai barang
berupa motor skuter matik 110-125cc produk Terlapor II dan Terlapor I;
 3) Terbukti Tim Investigator tidak pernah melakukan survey pada
pasar yang bersangkutan untuk produk skuter matik 110-125cc;
 4) Atau dengan kata lain, tidak ada satu alat buktipun yang
diajukan oleh investigator yang membuktikan bahwa Terlapor II telah
melakukan pelanggaran atas ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-
Undang Persaingan Usaha. Oleh karena itu, tidak terbukti bahwa telah
terjadi kartel penetapan harga oleh Terlapor II dan Terlapor I.
 Berdasarkan Putusan KPPU Nomor 04/KPPU-I/2016, maka Majelis
Hakim memutuskan:
 1. Menyatakan bahwa Terlapor I, dan Terlapor II terbukti
secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 5 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999;
 2. Menghukum Terlapor I denda sebesar Rp. 25.000.000.000
(dua puluh lima miliar rupiah) dan disetor ke kas Negara sebagai
setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan
usaha;
 3. Menghukum Terlapor II denda sebesar Rp. 22.500.000.000
(dua puluh dua miliar lima ratus juta rupiah).
ANALISIS KASUS YAMAHA INDONESIA MOTOR MANUFACTURING (YIMM) DAN PT ASTRA HONDA
MOTOR (AHM) DALAM PUTUSAN KPPU NOMOR 04/KPPU-I/2016 DITINJAU DARI UNDANG-
UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN
USAHA TIDAK SEHAT

 Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik


Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat pada tanggal 5 Maret 1999, maka
setiap pelanggaran yang bertentangan dengan undang-undang ini dapat
dikenakan sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Asas dari
undang-undang ini adalah bahwa pelaku usaha di Indonesia dalam
menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan
kepentingan umum. Sementara tujuan pembentukkan undang-undang ini
adalah:
 Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
 Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha
yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang
sama bagi pelaku usaha;
 Mencegah praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan
 Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
 Kartel sendiri dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 diatur
dalam Pasal 11. Kartel pada dasarnya adalah perjanjian suatu
pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menghilangkan persaingan diantara keduanya. Secara klasikal,
kartel dapat dilakukan melalui 3 (tiga) hal yaitu: harga, produksi
dan wilayah pemasaran. Akibat yang ditimbulkan adalah
terciptanya praktik monopoli oleh para pelaku kartel sehingga
secara perekonomian makro mengakibatkan inisiensi alokasi
sumber daya yang dicerminkan dengan timbulnya deadweight
loss. Dari sisi konsumen, konsumen akan kehilangan pilihan harga,
kualitas barang yang bersaing, dan layanan jual yang baik.
Tujuan akhir dari kartel adalah mengarah ke monopoli/situasi
monopolistic yakni meniadakan persaingan cepat meraih laba,
oleh karena itu jika persaingan usaha tidak ada maka pelaku
usaha bebas meningkatkan harga.
AKIBAT HUKUM KASUS YAMAHA INDONESIA MOTOR MANUFACTURING (YIMM) DAN PT ASTRA
HONDA MOTOR (AHM)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menetapkan 2 (dua)


macam sanksi, yaitu sanksi administratif dan sanksi pidana yang
terdiri dari pidana pokok dan pidana tambahan.
 Sanksi Administratif
 Sanksi Pidana Pokok
 Sanksi Pidana Tambahan
SANKSI ADMINISTRATIF

Sanksi administratif merupakan satu tindakan yang dapat diambil oleh KPPU
terhadap pelaku usaha yang melanggar UU No. 5 Tahun 1999. Sanksi
administratif ini diatur dalam Pasal 47, yang berupa:
 1) Penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 sampai 13, Pasal 15 dan Pasal 16;
 2) Perintah untuk menghentikan integrasi vertical sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14;
 3) Perintah untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominan;
 4) Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan
usaha dan pengambil alihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28;
 5) Penetapan pembayaran ganti rugi;
 6) Pengenaan denda minimal Rp.1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan
setinggi-tingginya Rp. 25.000.000.0000 (dua puluh lima miliar rupiah).
SANKSI PIDANA POKOK

Pasal 48 UU No. 5 Tahun 1999 menentukan bahwa sanksi pidana pokok meliputi
pidana denda minimal Rp. 25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupiah) dan
maksimal Rp. 100.000.000.000 (seratus miliar rupiah). Pidana denda tersebut
dapat diganti dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan.
Sanksi pidana ini diberikan oleh pengadilan (bukan merupakan wewenang
komisi) apabila:
 1) Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, 9-14, 16-19, 25-27,
dan 28. Pelaku diancam dengan pidana serendah-rendahnya Rp.
25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp.
100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) atau pidana kurungan pengganti
denda selama-lamanya 6 (enam) bulan;
 2) Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5-8, 15, 20-24 dan 26.
Pelaku diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp. 5.000.000.000 (lima
miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp. 25.000.000.000 (dua puluh lima miliar
rupiah) atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima)
bulan;
 3) Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41. Ancaman
pidananya adalah serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000 (satu miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp. 5.000.000.000 (lima miliar rupiah) atau
pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 3 (tiga) bulan.
SANKSI PIDANA TAMBAHAN

Pasal 49 UU No. 5 Tahun 1999 menentukan bahwa pidana


tambahan yang dapat dijatuhkan terhadap pelaku usaha dapat
berupa:
 1) Pencabutan izin usaha; atau
 2) Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti
melakukan pelanggaran terhadap undang-undang ini untuk
menduduki jabatan atau komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun; atau
 3) Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang
menyebabkan timbulnya kerugian pada pihak lain.
SEKIAN & TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai