NIM: 042135747
JAWABAN NO. 1
JAWABAN NO.2
a. persaingan usaha tidak sehat ditandai dengan adanya 3 (tiga) alternatif kriteria, yaitu
persaingan usaha yang dilakukan dengan cara tidak jujur, melawan hukum,dan
menghambat persaingan usaha. Adapun yang dimaksud dengan persaingan tidak jujur
adalah:
a. perbuatan menjual sesuatu kepada orang lain dengan menipu tidak hanya melalui
pemakaian merek barang dari perusahaan lain tetapi juga dengan cara menipu
melalui menyubstitusi, mengubah, mengganti barang yang dipesan langganan
dengan barang lain.
b. Perbuatan bersaing menyangkut penggelapan atau misappropriation dari nilai-nilai
yang tidak dapat diraba yang kemampuan memilikinya belum jelas.
c. termasuk perbuatan curang adalah perbuatan yang sifatnya jahat atau malicious
perusahaan-perusahaan dalam melakukan merger, akuisisi, joint venture dan
mendirikan perusahaan-perusahaan anak.
Dalam perkara yang terdaftar dengan nomor perkara No. 22/KPPU-L/2016, produsen
air minum dalam kemasan (AMDK) merek Aqua itu diduga melanggar tiga pasal
sekaligus, yaitu Pasal 15 ayat (3), Pasal 19 dan Pasal 25 UU No. 5/1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pasal 15 ayat (3) huruf
b menyebutkan pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau
potongan harga tertentu, yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima
barang/jasa dari pelaku usaha pemasok: tidak akan membeli barang/jasa yang sama atau
sejenis dari pelaku usaha pesaing.
Sementara itu, Pasal 19 huruf a berbunyi pelaku usaha dilarang menolak dan
menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada
pasar yang bersangkutan. Adapun Pasal 19 huruf b menyatakan pelaku usaha dilarang
mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan yang menyebabkan terjadinya
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
pertimbangan majelis hakim Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam perkara
persaingan usaha tidak sehat air minum dalam kemasan antara pihak Aqua dan Le
Minerale berdasarkan pemeriksaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha telah terpenuhi
melanggar Pasal 15 Ayat (3) dan Pasal 19 huruf a dan b Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999. Selain masih kurangnya pengaturan mengenai larangan monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat itu sendiri di Indonesia, ternyata masih adanya kelemahan
dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 itu sendiri sehingga membuat Komisi
Pengawas Persaingan Usaha sulit untuk memutus pelaku pelanggar persaingan usaha
supaya memberikan efek jera.
Terlapor I dan Terlapor II secara bersama-sama pernah menyampaikan himbauan lisan
kepada para pedagang Star Outlet (SO) mulai dari akhir tahun 2015 sampai dengan
pertengahan tahun 2016, Terlapor I melalui Key Account Excecutive dan Terlapor II
melalui bagian penjualan. Adanya bukti dokumen mengenai Form Sosialisasi
Pelanggaran SO yang memerintahkan bahwa penjual yang menjadi SO dari produk
Terlapor I bersedia untuk tidak menjual produk air minum dalam kemasan (AMDK)
dengan merek Le Minerale, dan bersedia menerima konsekuensi sanksi dari Terlapor I
berupa penurunan harga ke Wholeseller apabila menjual produk kompetitor sejenis
dengan merek Le Minerale. Form Sosialisasi SO tersebut wajib ditandatangani oleh
pedagang SO lengkap dengan nama pemilik dan nomer telepon. Dan penyebaran form
sosialisasi dilakukan baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri oleh pegawai
Terlapor I dan/atau Terlapor II. Lalu ditemukannya bukti komunikasi e-mail terdapat
komunikasi antara pegawai perusahaan Terlapor I dengan Terlapor II mengenai
tindakan degradasi toko SO dengan pertimbangan toko SO masih menjual produk
kompetitor. Dengan adanya bukti berupa e-mail penurunan status SO pada pedagang,
tindakan Terlapor I dan Terlapor II dengan membuat programprogram tersebut diatas
adalah perilaku anti persaingan yang bertujuan untuk mengikat para pedagang toko SO
untuk Loyal dan tidak menjual produk kompetitor (Le Minerale). Tindakan Terlapor I
dengan Terlapor II dimaknai sebagai perbuatan bersama (concerted action) yang dapat
dikualifikasikan sebagai perjanjian tidak tertulis.
Mengenai harga barang dan potongan harga menurut Peraturan Komisi Nomor 5 Tahun
2011 mengenai Pedoman Pasal 15, diuraikan bahwa harga adalah biaya yang harus
dibayar dalam suatu transaksi barang dan/atau jasa sesuai kesepakatan antara pihak di
pasar bersangkutan. Berdasarkan peraturan tersebut disebutkan bahwa potongan harga
merupakan insentif yang diberikan oleh seorang produsen kepada distributor ataupun
distributor kepada pengecernya, dimana harga lebih murah dari harga yang dibayarkan.
Fakta dari pedagang SO adanya larangan kepada para pedagang untuk tidak menjual
produk kompetitor (Le Minerale) dengan sanksi degradasi status dari SO menjadi
wholeseller (eceran) berimbas pada harga pembelian atau pengambilan barang.
Perbedaan harga SO dengan harga Wholeseller memiliki selisih sebesar 3%.
b. Dampak positif dari monopoli
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, monopoli adalah penguasaan atas produksi dan
pemasaran barang atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha.
Dengan kata lain, di pasar monopoli tidak terdapat barang lain yang sejenis, sehingga
pelaku pasar ini tidak perlu mempertimbangkan pengaruh firma lain terhadap
penentuan harga maupun jumlah yang diperdagangkan.
Dalam buku Micro Ekonomi Teori Pengantar karangan Sadono Sukirno, ada banyak
hal yang menyebabkan terjadinya monopoli di lingkungan sekitar, di antaranya:
a) Perusahaan monopoli mempunyai suatu sumber daya tertentu yang unik dan
tidak dimiliki oleh perusahaan lain.
b) Perusahaan monopoli pada umumnya dapat menikmati skala ekonomi hingga ke
tingkat produksi yang sangat tinggi.
c) Pemerintah memberi hak monopoli kepada perusahaan tersebut.
Menyadur buku Pengantar Ilmu Ekonomi karangan Irma Yuliani, S.E, M.Si., berikut
informasinya.
a. Memaksimalkan efisiensi sumber daya ekonomi
Monopoli dapat memaksimalkan efisiensi pengelolaan sumber daya ekonomi
tertentu. Apabila sumber daya alam minyak bumi yang dikelola oleh salah satu unit
usaha tunggal besar, ada kemungkinan bahwa biaya-biaya tertentu akan bisa
dihindari.
b. Sarana meningkatkan pelayanan
Dampak positif selanjutnya adalah monopoli juga bisa menjadi sarana untuk
meningkatkan pelayanan terhadap konsumen dalam industri tertentu.
c. Menghindari adanya produk tiruan
Adanya perusahaan monopoli dapat bertujuan untuk menghindari terjadinya produk
tiruan. Hal tersebut termasuk ke dalam dampak positif karena produk tiruan bisa
menimbulkan adanya persaingan yang tidak bermanfaat.
d. Mengurangi biaya produksi
Seperti yang diketahui, perusahaan monopoli termasuk ke dalam perusahaan yang
besar. Ternyata, adanya pasar atau perusahaan monopoli ini dapat menekan biaya
produksi yang sudah dikeluarkan.
e. Mendorong pemanfaatan teknologi baru
Dampak positif yang terakhir adalah perusahaan atau pasar monopoli memiliki
potensi besar untuk mendorong penggunaan teknologi baru dalam menjalankan
usahanya. Teknologi yang baru ini dapat meningkatkan proses produksi.
Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa pasar monopoli dapat membawa
dampak positif dalam bentuk pengembangan inovasi dan kreativitas. Selain
menghasilkan produk-produk yang kreatif, pelaku usaha harus terus meningkatkan
kualitas dan berkreasi untuk menciptakan produk yang bagus dan memuaskan
kebutuhan konsumen.
Untuk lebih jelas, berikut adalah dampak negatif monopoli yang dikutip dari buku
Ekonomi dan Akuntansi: Membina Kompetensi Ekonomi yang diterbitkan oleh
Grafindo.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44546/1/HANIFA%20TRI
%20AGUSTINA-FSH.pdf
https://kabar24.bisnis.com/read/20170711/16/670237/aqua-dituduh-langgar-3-pasal-
sekaligus-ini-isi-pasalnya
https://www.hukumonline.com/klinik/a/bentuk-manipulasi-pasar-di-pasar-modal-
lt53a9bbdd93c75b
https://kumparan.com/kabar-harian/bagaimana-pengaruh-monopoli-dalam-perdagangan-ini-
dampak-dampaknya-1y8q2myRmAJ/full