Anda di halaman 1dari 4

B.

Akibat Hukum Merger Gojek Dan Tokopedia

Merger dua perusahaan yaitu Gojek dan Tokopedia menjadi perbincangan


yang cukup hangat di dunia bisnis. Hal ini dikarenakan Gojek dan Tokopedia
sendiri merupakan perusahan yang menyandang status yang cukup bergengsi
dalam dunia bisnis, dimana Gojek dan Tokopedia merupakan perusahaan startup
yang berstatus unicorn. Merger antara Gojek dan Tokopedia dilakukan pada
tanggal 17 Mei 2021, yang mana hasil dari merger tersebut adalah terbentuknya
satu holding company yaitu GoTo Group. GoTo Group ini nantinya akan
memberikan layanan dalam bentuk jual beli online, yang kemudian juga tentu
akan berkaitan dengan pengantaran barang yang sekaligus menciptakan sistem
pembayaran elektronik untuk mempermudah transaksi.

Terkait dengan adnaya merger dari dua perusahaan yaitu Gojek dan
Tokopedia, tentu memiliki akibat hukum. Hal ini dikarenkaan merger sendiri
merupakan salah satu bentuk tindakan hukum dalam hukum perusahaan. Adapun
terkait hal tersebut dapat dilihat dengan adanya Undang-Undang berisi aturan
terkait dengan merger. Undang-Undang yang dimaksud adalah Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Undang-Undang
tersebut aturan mengenai merger dapat dilihat pada Pasal 1 angka 9 disebutkan
bahwa suatu praktek merger diartikan sebagai suatu praktek yang dilakukan oleh
pelaku usaha untuk melakukan suatu perbuatan hukum dengan melakukan
penggabungan dengan perusahaan dari pelaku usaha lain.

Praktik merger yang dilakukan oleh Tokopedia dan Gojek bukan berarti
tanpa adanya kekhawatiran, adanya merger yang dilakukan oleh kedua perusahaan
menurut beberapa pihak dapat menyebbakan terjadinya monopoloi. Monopoli
sendiri dilarang dalam praktik ekonomi di Indonesia hal ini diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopolo, dimana disebutkan dalam
Pasal 28 Undang-undang tersebut bahwa Pelaku usaha dilarang melakukan
penggabungan atau peleburan badan usaha maupun pengambilalihan saham
perusahaan lain yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat. Dengan dilakukannya merger dan akuisisi, tidak
menutup kemungkinan akan terjadinya kosentrasi pasar yang cenderung
menciptakan persaingan usaha tidak sehat. Itulah sebabnya hukum tentang merger
maupun hukum tentang anti monopoli sangat mewanti-wanti agar suatu merger
atau akuisisi tidak sampai melanggar ketentuan anti monopoli atau persaingan
sehat.1

Dikuasainya suatu produksi, penyebaran, bahkan penggunaan layanan


tertentu yang dilakukan oleh satu atau beberapa pelaku bisnis dapat menghasilkan
potensi penggabungan yang mengakibatkan monopoli, dan kemampuan
perusahaan untuk bersaing di pasar akan meningkat. Terhadap hal ini terdapat
beberapa kriteria yang menggambarkan adanya persaingan tidak sehat yang
dilakukan oleh suatu perusahaan. Adapun kriteria tersebut antara lain:

1. Adanya perjanjian yang dilarang


Perjanjian yang dilarang adalah salah satu hal yang dilarang dalam
peraturan perundang-undangan, dimana KPPU sebagai pengawas
persaingan usaha akan melakukan dua pendekatan hukum sebagai bentuk
menyelidiki dari perjanjian yang dilarang. 2Dalam hal ini dalam Undang-
Undang nomor 5 Tahun 1999 telah mengatur apa saja yang termasuk
dalam perjanjian yang dilarang, misalnya terjait dengan Oligopoli yang
diatur dalam Pasal 4, Pembagian Wilayah dalam Pasal 9, Pemboikotan
dalam Pasal 10.
2. Adanya Kegiatan Yang Dilarang
Terkait dengan kegiatan diatur di dalam Undang-Undang yang sama yaitu
dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 1999, lebih spesifik diatur di Pasal
17 sampai Pasal 24, yang mana dalam Pasal-Pasal tersebut kegiatan-
kegiatan yang dilarang adalah kegaoatan-kegiatan yang dilarang
diperjanjikan pada poin pertama, yaitu seperti Monopoli yang diatur dalam
Pasal 17, kemudian ada Monopsoni yang diatur dalam Pasal 18, kemudian
1
Munir Fuady, 2002, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern Di Era
Global, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 91
2
Kiagoos Haqqy, 2021, Perjanjian Yang Dilarang Berdasarkan Perspektif
Hukum Persaingan Usaha Indonesia, Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan, Vol. 5.
No. 2, hal. 50
Penguasaan Pasar yang diatur dalam Pasal 19 sampai Pasal 21, dan lain-
lain.
3. Adanya Posisi Dominan
Posisi dominan mengacu pada keadaan di mana salah satu
perusahaan telah mencapai pangsa pasar terbesar di suatu pasar tertentu.
Persaingan bagi perusahaan yang berada dalam posisi dominan terbatas
hanya pada perusahaan kecil yang juga dikenal sebagai fringe firm.
Dampak negatif dari posisi dominan adalah perusahaan yang mendominasi
pasar memiliki kebebasan untuk mengadopsi strategi yang independen dan
tidak terpengaruh oleh pesaing. Hal ini disebabkan oleh tingginya
kekuatan pasar yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Efek lanjut dari
kekuatan pasar ini adalah perusahaan tersebut dapat mengendalikan harga,
meskipun masih ada persaingan dari perusahaan-perusahaan keci

Melihat kekuatan merger antara Gojek dan Tokopedia, tujuan ambisius


dari merger kedua perusahaan ini didasarkan pada komponen yang dihasilkan.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika masyarakat dan beberapa ahli
persaingan usaha khawatir tentang terjadinya dominasi pasar atau monopoli
sebagai hasil dari merger ini. Dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, pelaku
usaha, baik perusahaan maupun individu, dilarang untuk melakukan kerjasama
atau perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk membentuk gabungan perusahaan
yang bertujuan memonopoli atau mengendalikan posisinya di pasar dalam
produksi barang dan jasa. Oleh karena itu perlu kita menelisik lebih dalam apakah
merger yang dilakukan antara gojek dan tokopedia termasuk dalam praktik
monopoli yang dilarang dalam Undang-Undang. Definisi monopoli dalam
Undang-Undang dapat kita temukan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 mendefinisikan bahwa suatu praktek monopoli adalah satu
atau lebih dari pelaku usaha yang melakukan pemusatan kekuatan ekonomi
kepada suatu barang atau jasa tertentu. Berdasarkan definisi diatas tentu yang
merger yang dilakukan oleh Gojek dan Tokopedia tidak memenuhi kriteria
monopoli. Hal ini dikarenakan barang ataupun jasa yang dijual oleh Gojek
maupun Tokopedia bukanlah merupakan hal yang serupa selain itu baik gojek
maupun tokopedia buka merupakan subtitusi antara satu dengan lainnya, dengan
artian apabila seseorang berbelanja di tokopedia yang menjual berbagai macam
barang dan ketika konsumen tersebut tidak menemukan harga yang cocok
terhadap barang tersebut, maka sebagai gantinya konsumen tersebut akan beralih
ke platform lain seperti shopee. Hal ini dikarenakan gojek bukanlah pengganti
ataupun alternative dari Tokopedia, Gojek sendiri memberikan hal lain yang
berbeda dengan apa yang ditawarkan oleh Tokopedia. Akan tetapi walaupun
menurut hemat penulis merger Gojek dan Tokopedia bukan merupakan bentuk
monopoli, KPPU akan tetap melakukan penilaian terhadap merger tersebut.
Dimana nantinya akan dilandaskan dengan peraturan yang berlaku yaitu pada
Pasal 13 ayat KPPU Nomor 3 Tahun 2019 yaitu : a) konsentrasi pasar; b)
hambatan masuk pasar; c) potensi perilaku anti persaingan sesame pelaku usaha;
d) efisiensi; e) kepailitan.

Kesimpulan

Merger antara Gojek dan Tokopedia menurut beberapa pihak dapat


mengakibatkan persaingan usaha yang tidak sehat yang berbentuk monopoli dan
lain sebagainya, akan tetapi hal ini tidak sepenuhnya benar dikarenakan Gojek dan
Tokopedia tidak menawarkan satu bentuk barang/atau jasa yang sama dalam
menjalankan bisnisnya oleh karena itu tidak akan terjadi persaingan usaha yang
tidak sehat dengan adanya merger Gojek dan Tokopedia.

Saran

Perlu adanya pengawasan yang ketat terkait degan adanya praktek merger yang
dilakukan oleh beberapa perusahaan, hal ini dikarenakan dalam praktik merger
samgat rawan terjadi persaingan usaha yang tidak sehat dalam bentuk momopoli
dam lain sebagainya yang akan merugikan khalayak umum.

Anda mungkin juga menyukai