Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN KASUS KARTEL MOTOR

1. Apa yang menjadi pokok perkara dalam Putusan KPPU tersebut?

Jawaban:
Pokok perkara dalam Putusan KPPU tersebut adalah penentuan bahwa PT Astra Honda
Motor (AHM) dan PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) terbukti melakukan
kartel harga penjualan sepeda motor matik dalam periode 2013-2015. KPPU telah melakukan
serangkaian sidang dan menemukan bukti yang mendukung dugaan praktik kartel tersebut,
termasuk pertemuan petinggi Yamaha-Honda di lapangan Golf serta dua e-mail dari petinggi
Yamaha-Honda di Indonesia. Berdasarkan putusan KPPU, Yamaha dihukum denda sebesar Rp
25 miliar dan Honda dihukum denda sebesar Rp 22,5 miliar. MA kemudian menolak
permohonan peninjauan kembali (PK) yang diajukan oleh AHM dan YIMM, yang berarti
putusan KPPU tetap berlaku dan denda yang dijatuhkan harus dibayar oleh kedua perusahaan
tersebut.
2. Mengapa dalam Putusan KPPU dalam pemberian sanksi terhadap PT Astra Honda
Motor (AHM) dan PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Indonesia (YIMM),
dengan jumlah besaran denda yang berbeda?
Jawaban:
Dalam Putusan KPPU, PT Astra Honda Motor (AHM) dan PT Yamaha Indonesia Motor
Manufacturing (YIMM) dikenai denda dengan jumlah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh
pertimbangan dan fakta-fakta yang dihadirkan dalam proses persidangan yang mempengaruhi
penetapan besaran denda.
Dalam kasus kartel, KPPU menerapkan prinsip proporsionalitas dalam menentukan besaran
denda. Prinsip ini mempertimbangkan tingkat keterlibatan dan keparahan pelanggaran yang
dilakukan oleh masing-masing perusahaan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besaran
denda antara lain adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dari praktik kartel, kerugian yang
ditimbulkan pada konsumen, serta peran dan tanggung jawab perusahaan dalam melanggar
hukum persaingan.
Dalam kasus ini, KPPU memutuskan untuk memberikan denda yang lebih tinggi kepada Yamaha
(YIMM) daripada Honda (AHM). Salah satu pertimbangan penting dalam penentuan besaran
denda adalah bahwa Yamaha dalam proses persidangan diketahui telah memberikan data yang
dimanipulasi. Hal ini dianggap sebagai pelanggaran tambahan yang memberikan dampak negatif
pada proses persidangan dan mengurangi keterpercayaan terhadap perusahaan tersebut.
Selain itu, penentuan besaran denda juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
kebijakan KPPU, keputusan sebelumnya dalam kasus serupa, dan pertimbangan lain yang
berkaitan dengan hukum persaingan dan kepentingan publik.
Dengan demikian, perbedaan besaran denda antara AHM dan YIMM dalam Putusan KPPU
tersebut dapat dikaitkan dengan fakta-fakta dan pertimbangan yang ada dalam proses
persidangan yang mempengaruhi penentuan besaran denda yang proporsional sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan.
3. Apa yang menjadi pertimbangan Majelis KPPU terhadap putusan tersebut?
Jawaban:
Dalam kasus tersebut, Majelis KPPU mempertimbangkan beberapa faktor dan bukti yang
menjadi dasar untuk mengambil keputusan dan memberikan sanksi terhadap PT Astra Honda
Motor (AHM) dan PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM). Beberapa
pertimbangan yang mungkin menjadi dasar putusan tersebut antara lain:
a. Bukti Pertemuan dan Komunikasi: KPPU menemukan bukti adanya pertemuan petinggi
Yamaha-Honda di lapangan Golf serta adanya dua e-mail dari petinggi Yamaha-Honda di
Indonesia pada tanggal tertentu. Hal ini menunjukkan adanya komunikasi dan koordinasi
antara kedua perusahaan terkait praktik kartel harga.
b. Konsepsi Kartel: KPPU mengadopsi konsepsi yang luas mengenai praktik kartel. KPPU
menyatakan bahwa dalam kartel, tidak selalu harus ada bukti tertulis tentang kesepakatan
harga. Yang penting adalah adanya komunikasi dan koordinasi antara pihak-pihak yang
terlibat dalam upaya bersama untuk mempengaruhi harga pasar.
c. Data yang Dimanipulasi: KPPU menemukan bahwa Yamaha (YIMM) dalam proses
persidangan telah memberikan data yang dimanipulasi. Tindakan ini dianggap sebagai
pelanggaran tambahan yang merugikan proses persidangan dan menurunkan kredibilitas
perusahaan tersebut.
d. Keterlibatan dan Keparahan Pelanggaran: KPPU mempertimbangkan tingkat keterlibatan
dan keparahan pelanggaran yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan.
Pertimbangan ini meliputi tingkat keuntungan yang diperoleh dari praktik kartel,
kerugian yang ditimbulkan pada konsumen, serta peran dan tanggung jawab perusahaan
dalam melanggar hukum persaingan.
e. Prinsip Proporsionalitas: Dalam menentukan besaran denda, KPPU menerapkan prinsip
proporsionalitas yang mempertimbangkan faktor-faktor di atas. Dalam hal ini, Yamaha
(YIMM) dikenai denda yang lebih tinggi dibandingkan dengan Honda (AHM) karena
adanya pelanggaran tambahan berupa data yang dimanipulasi.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, Majelis KPPU kemudian mengambil
keputusan untuk menyatakan bahwa AHM dan YIMM terbukti melakukan praktik kartel harga
penjualan sepeda motor matik dalam periode 2013-2015 dan memberikan sanksi berupa denda
kepada kedua perusahaan tersebut.
4. Bagaimana Putusan tingkat akhir dalam perkara tersebut?
Jawaban:
Putusan tingkat akhir dalam perkara tersebut adalah putusan Mahkamah Agung (MA) yang
menolak peninjauan kembali (PK) yang diajukan oleh PT Astra Honda Motor (AHM) dan PT
Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM). Artinya, putusan KPPU yang menyatakan
bahwa AHM dan YIMM terbukti melakukan kartel harga penjualan sepeda motor matik periode
2013-2015 tetap berlaku.
Pada tanggal 23 April 2019, MA menolak kasasi yang diajukan oleh Honda (AHM) dan Yamaha
(YIMM) terhadap putusan Pengadilan Negeri (PN) Jakut yang menguatkan putusan KPPU.
Dengan demikian, putusan KPPU yang menghukum AHM dengan denda Rp 22,5 miliar dan
YIMM dengan denda Rp 25 miliar tetap berlaku dan harus dipatuhi oleh kedua perusahaan
tersebut.
Kemudian, AHM dan YIMM mengajukan peninjauan kembali (PK) terhadap putusan tersebut.
Namun, pada tanggal 21 Februari 2021, MA juga menolak PK yang diajukan oleh kedua
perusahaan tersebut. Dengan penolakan PK ini, putusan MA yang mempertahankan keabsahan
putusan KPPU menjadi putusan tingkat akhir dalam perkara ini.
Dengan demikian, putusan tingkat akhir dalam perkara ini adalah bahwa AHM dan YIMM
terbukti melakukan kartel harga penjualan sepeda motor matik periode 2013-2015, dan sanksi
berupa denda yang dijatuhkan oleh KPPU tetap berlaku. Kedua perusahaan tersebut diharapkan
untuk mematuhi putusan tersebut dan tidak melakukan praktik serupa di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai