Anda di halaman 1dari 30

Dr. Ishviati J Koenti, SH.

MHum

POLITIK HUKUM OMNIBUS


LAW
POLITIK HUKUM OMNUBUS LAW
Omnibus law muncul dari kebiasan dalam sistem hukum common law sejak
tahun 1937 (Asshidiqie, 2019).
Menurut Jimly Asshidiqie menjabarkan bahwa praktek omnibus law dapat
digunakan dalam tiga keadaan yaitu :
 undang - undang yang akan diubah berkaitan secara langsung,
 undangundang yang akan diubah tidak berkaitan secara langsung, dan
 undang - undang yang akan dibuah tidak berkaitan, tetapi dalam praktek
bersinggungan
Omnibus law menjadi suatu terobosan dalam upaya menyederhanakan
peraturan yang ada.
Black (1968) menjelaskan bahwa omnibus law berusaha untuk menjadikan
keragaman undang-undang menjadi satu undang-undang saja.
Jimly Asshidiqie menjelaskan bahwa…
• Substansi dari omnibus law tersebut nantinya akan lintas sektor
bidang hukum. Hal tersebut jelas bertolak belakang dalam
pembentukan undang-undang dalam civil law system yang tegas dan
rigid substansinya terbatas pada judul undang-undang tersebut.
Omnibus law tersebut merupakan format pembentukan UU yang
bersifat menyeluruh dengan turut mengatur materi UU lain yang
saling berkaitan dengan substansi yang diatur oleh UU yang
diubah atau dibentuk.
• Dengan format pembentukan UU Omnibus ini, pembentukan satu
undang-undang dilakukan dengan mempertimbangkan semua
materi ketentuan yang saling berkaitan langsung ataupun tidak
langsung yang diatur dalam berbagai undang-undang lain secara
sekaligus.
Dalam upaya membuat UU Omnibus tersebut, telah muncul klaster -
klaster atau kelompok undang-undang yang rencananya akan
digantikan dengan UU Omnibus. Klaster -klaster yang akan dilebur
dalam UU Omnibus tersebut terdiri dari:
(1) klaster penataan kewenangan;
(2) klaster persyaratan investasi;
(3) klaster kegiatan berbasis resiko;
(4) klaster pendukung ekosistem investasi;
(5) klaster pembinaan dan pengawasan;
(6) klaster sanksi.
Kebijakan pembentukan omnibus law
pertama di Indonesia
Arah kebijakan tersebut meliputi 3 UU baru
yaitu :
(1)UU Cipta Lapangan Kerja,
(2)UU Perpajakan dan
(3)UU Pemberdayaan UMKM.
POLITIK HUKUM OMNIBUS LAW
Dengan ide UU Omnibus ini, semua itu dapat diharapkan diselesaikan pada setiap
kali suatu undang-undang dirancang, dibahas, dan ditetapkan di DPR-RI. “Omnibus
Law” itu sudah menjadi kehendak politik Presiden karena sudah disampaikan secara
resmi di hadapan Sidang Paripurna MPR-RI pada saat upacara pelantikan Presiden
Joko Widodo pada tanggal 20 Oktober 2019
Presiden secara eksplisit menyebut untuk 2 RUU saja, yaitu RUU terkait dengan
Penciptaan Lapangan Kerja dan RUU terkait Pemberdayaan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah. Namun, penyebutan ke-2 UU tersebut dalam pidato resmi
Presiden dapat dianggap hanya sebagai contoh atau sebagai “pilot project”.
Keduanya digagas antara lain dalam rangka meningkatan kemudahan berusaha di
Indonesia
Dengan omnibus law diharapkan semua mengenai hubungan saling kait berkait antar 1 UU dengan UU
lainnya itu dalam rangka penataan sistem hukum nasional yang bersifat terpadu. dapat diatur secara
terpadu dengan pendekatan “Omnibus Law” atau UU Omnibus, sehingga harmonisasi dapat dilakukan
secara efektif dalam satu undang-undang yang bersifat menyeluruh dan mencakup, setidaknya dalam
konteks yang bersifat saling terkait satu sama lain untuk memudahkan penerapannya di lapangan.
Namun…..
Metode Omnibus Law baru pertama kali diberlakukan dalam pembahasan rancangan undang-
undang di Indonesia.
Cara penulisannya dengan mencantumkan penambahan, perubahan, penghapusan pasal atau
keseluruhan undang- undang eksisting yang di rujuk. Pada awal draft diberikan oleh pemerintah
RUU ini melibatkan 79 UU eksisting. Oleh karenanya memerlukan kehati-hatian ekstra dalam
penyusunannya.
Pelibatan masyarakat pengampu (stakeholder) menjadi hal yang penting sebagaimana
dibenarkan dalam UU 12 tahun 2011 jo UU 15 tahun 2019 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Dampak Omnibus Law terhadap Otonomi
Daerah dan Berbagai Aspek Lainnya ( catatan Prof. Irfan Ridwan
Maksum
PERGESERAN 1. UU Tata Ruang 26/2007 ---penguatan peran sentral (ada peran pemda,
more execuitive)
LOKUS 2. UU 27/ 2007 Pengelolaaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ---
penguatan elemen sentralisasi (ada peran pemda) dihapus pasal- pasal
URUSAN terkait peran pemda 8,9,10, dan 11.
3. UU 32/2014 ttg kelautan ---penguatan elemenmsentralisasi (ada peran
PEMERINTAH Pemda)
4. UU 4/2011 ttg informasi geospasial ---status quo sedikit resentralisasi
AN terutama persetujuan pemerintah pusat tetap terdapat peran pemda
5. UU 32/ 2009 ttg Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup----
DALAM Tetap ada peran pemda, yang ditanyakan konsistensi
6. UU 28/ 2002 ttg bangunan dan UU 6/2017 ttg arsitek, penguatan elemen
OMNIBUS sentral masih ada peran pemda
LAW 7. UU 31/2004 ttg perikanan---pemnguatan sentralisasi ada peran pemda
lanjutan 8. Enam UU sektor pertanian.
UU 39 2014 perkebunan, UU 29/2000 perlindungan varietas, UU
22/ 2019 Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan, 19/ 2013,
PERGESERAN Perlindaungan dan Pemberdayaan Petani, 13/ 2010 ttg
LOKUS URUSAN hortikulktura, UU 18 2009 ttg peternakan dan kesehatan hewan
-----penguatan elemen sentralisasi
PEMERINTAHAN 9. UU 41/ 1999 ttg Kehutanan jo UU 1 tahun 2004 dan UU 18
tahun 2013 ttg Pencegahan dan perusakan hutan---moderat
DALAM resentralisasi (masih ada peran pemda)
OMNIBUS LAW 10. UU ttg minyak gas bumi No 22/ 2001---- moderat
resentralisasi (masih ada peran pemda)
11. UU 30/2009 ttg ketenagalistrikan---moderat resentralisasi
(masih ada Peran pemda)
12. UU 10/1997 ttg ketenaga-nukliran ---penguatan elemen
sentral (tidak ada peran pemda)
13. UU 3/2014 ttg Perindustrian sedikit resentralisasi (ada peran
pemda)
14. PERDAGANGAN, METROLOGI LEGAL, JAMINAN PRODUK H
lanjutan 14. PERDAGANGAN, METROLOGI LEGAL, JAMINAN PRODUK
PERGESERAN HALAL, DAN STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN 3 UU
LOKUS UU no. 7 /2014 ttg perdagangan, UU No 2/1981 ttg metrologi dan uu
33/ 2014 ttg produk halal. Dalam perdagangan— penguatan elemen
URUSAN sentral kadar lemah, tetap adanya peran pemda; Tera—penguatan
PEMERINTAHA elemen sentral peran pemda kecil; produk halal---status quo
sentralisasi
N
15. UU No 1/ 2011 ttg Perumahan dan Kawasan pemukiman----Peran
DALAM Pemda masih dijaga, penguatan sentralisasi
16. UU no 20/ 2011 ttg Rusun ---penguatan peran pusat secara
OMNIBUS LAW moderat ada peran pemda. Di kota Jakarta resentralisasi
17. UU no 2/ 2017 ttg Jasa Konstruksi ---penguatan sentralisasi tetap
ada peran Pemda
18. UU 17/ 2019 ttg SUMBERDAYA AIR. Penguatan sentralisasi
terdapat peran pemda.
lanjutan
Terkait transportasi 4 UU. UU 2/ 2009 ttg LLAJ, UU 23
PERGESERA 2007 ttg perkeretaapian, UU 17 / 2008 ttg Pelayaran, dan
UU 1/ 2009 ttg penerbangan ---ada sbgian kecil
N LOKUS penguatan sentralisasi dlm LLAJ. Yg lain resentralisasi
URUSAN makin kokoh tak ada peran pemda.
Kesehatan, Obat dan makanan dalam 4 UU., yaitu :
PEMERINTA UU 36/ 2009 ttg Kesehatan,
HAN UU 44/ 2009 ttg Rumah sakit.
UU 5/1997 ttg Psikotropika,
DALAM
dan UU 35/ 2009 ttg Narkotika.
OMNIBUS Terdapat peran pemda dengan penguatan sentralisasi —
LAW Kesehatan .Yang lain sentralisasi penuh.
lanjutan
21. UU 18/ 2012 ttg pangan ---terdapat peran pemda tetapi
PERGESERAN menguat peran pusat. Ijin usaha sektor pndidikan
LOKUS URUSAN (paragraf 12 masuk ke ketentuan ini, membingungkan).
PEMERINTAHAN 22. UU 33 thn 2009 ttg perfilman---Sentralisasi.
DALAM 23. UU 10/ 2009 ttg kepariwisataan ---Sentralisasi dan masih
ada peran pemda
OMNIBUS LAW 24. UU 8/ 2019 ttg iabadah haji dan umroh---sentral tatus quo
25. POS, TELEKOMUNIKASI DAN PENYIARAN. 3 UU.
UU 38/ 2009 ttg pos,
UU 36/ 1999 ttg telekomunikasi,
UU 32/ 2002 ttg penyiaran---penguatan sentralisasi. Peran
pemberian ijin, KPID terpangkas.
lanjutan
PERTAHANAN DAN KEAMANAN. Dua UU.
PERGESERAN UU 16/ 2012 ttg Pertahana dan
LOKUS URUSAN UU 2/ 2002 KEPOLISIAN. ---status quo, empower
PEMERINTAHAN PENANAMAN MODAL. UU 25/ 2007. Penguatan Sentralisasi
terdapat peran pemda
DALAM
PERBANKAN SYARIAH UU 21/ 2008 -status quo empower
OMNIBUS LAW KETENAGAKERJAAN. Empat UU.
UU 13/ 2003 ttg ketenagaakerjaan.
UU 40 Thun 2004 ttg SJSN,
UU 24/ 2011 Penyelenggara jaminan sosial,
UU 18/ 2017 ttg Pelrindungan Pekerja Migran Indonesia….status
quo Empower, terlibat provinsi secara terbatas, tidak disebut
Kab/ Kota.
lanjutan KEMUDAHAN, PERLINDUNGAN, DAN PEMBERDAYAAN KOPERASI, UMKM ada 3 UU.
UU 25/ 1992 ttg KOPERASI,
PERGESERAN UU20/ 2008 ttg UMKM,
LOKUS URUSAN UU 38/2004 ttg Jalan.

PEMERINTAHAN Dalam soal koperasi----status quo, UMKM---peran pemda masih ada dan ada penguatan sentralisasi, dan dalam Jalan
—statusquo
DALAM 31. KEMUDAHAN BERUSAHA. 13 UU.

OMNIBUS LAW UU no 6/ 2011.UU 13/2016, UU 20/2016, UU 40/ 2007, statsblad 1926 no 226, jo 1940 no 450, ttg GANGGUAN, UU
No 7/ 1983 jo UU 36/ 2008 ttg PPH, UU 8/ 1983 jo 42/ 2009 PPN, UU 6/ 1983 jo 5/ 2008 ttg KU dan Tata Cara
Perpajakan, UU 28/ 2009ttg PDRD, UU no 7/ 2016 ttg Perlindungan Pmberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan
Petambak Garam, UU no.3/ 1982, wajib daftar Perusahaan, UU 6/ 2014 ttg Desa, dan UU 5/1999 ttg Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
32. KEIMIGRASIAN—UU 6/ 2011. status quo empower
33. PATEN UU 13/ 2016-----Status quo EMPOWER
34. Merk UU 20/ 2016---Status quo Empower
35. Perseroan Terbatas--- UU 40/ 2007----Status Quo Empower
36. Perpajakan ----UU 36 Tahun 2008 ttg perubahan-perubahan UU no 7 tahun 1983—Status Quo empower
37. UU 42 tahun 2009 PPN, Status quo
38. UU 16/ 2009, KUP—status quo
lanjutan
39. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah UU 28/ 2009, penyeragaman tarif –status quo,
PERGESERAN 40. Impor Komoditas Perikanan UU 7/ 2016—Status quo sentral.
LOKUS URUSAN 41. BUMDES, UU Desa 6/ 2014. ----status quo, diatur terkait Bumdes.
PEMERINTAHAN 42. UU 5/ 1999 Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat—status quo
43. DUKUNGAN RISET INOVASI Dua UU. UU 19/ 2003 ttg BUMN dan UU 11/ 2019 ttg Sistem Nasional Ilmu
DALAM Pengetahuan dan Teknologi--- status Quo

OMNIBUS LAW 44. Pengadaan Tanah Dua UU. UU 2/ 2012 tentang Pengadaan tanah bagi Pembangunan dan 41/ 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan---status quo empower
45. Kawasan Ekonomi ada 3 UU. UU 39/ 2009 ttg Kawasan Ekonomi Khusus,
UU 36/ 2000 ttg Kawasan perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, -status quo empower
4. INVESTASI PEMERINTAH PUSAT DAN KEMUDAHAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL…..Materi
pengaturan baru, tidak menyebut adanya UU lama ----empower
45. UU 30/ 2014 administrasi PemerIntahan----Status quo empower….elektrifikasi.
46. UU 23/ 2014 PEMDA DAN UU ASN-----Penguatan elemen SENTRALISASI------sanksi pusat ke daerah.
Gubernur sebagai wakil pemerintah mengambil alih wewenang perijinan kab kota yang terkena sanksi. Wewenang
Urusan Pemerintahan tetap mengacu
pada UU 23/ 2014. Potensi tidak konsisten (tabrakan) dapat terjadi karena menurut UU 23/ 2014 itu
diotonomikan, sementara UU Sektor atau Omnibus Law sendiri bukan diotonomikan.
Politik hukum UU Cipta Kerja
• Sejak ada political will dari Pemerintah berupa penerapan omnibus law untuk cipta lapangan kerja
dan pemberdayaan UMKM Politik hukum formil berupa . Adapun arah politik hukum ini yaitu
perumusan dan pembentukan hukum baru bersifat omnibus law. Secara formal, politik hukum ini
sudah selesai karena dari eksekutif sudah diserahkan RUU Cipta Kerja pada DPR. Saat ini, politik
hukum formal tahap pembahasan DPR, sudah selesai dan di Undangkan dengan UU No11 tahun
2020 tentang Cipta Kerja

• Adapun politik hukum materiil dari UU Cipta Kerja masih terdapat beberapa materi muatan yang
krusial yang akan berimplikasi yuridis pada sejumlah undang-undang dan
kewenanganpemerintahan, serta hak dankewajiban perorangan dan/atau badan usaha. Atas dasar
itu, sebelum pembahasan RUU Cipta Kerja, DPR harus melakukan pemetaan peraturanperundang-
undangan (legal mapping),mendapatkan dukungan masyarakat(people endorsement) dan dukungan
politik (political endorsement) sebelum ada persetujuan hukum (legal approval antara DPR dengan
Presiden agar produk hukum yang dihasilkan lebih aspiratif dan berkarakter progresif.
Rekomendasi dari TIM UGM :

Dalam khasanah hukum dikenal tiga jenis review perundangan;


pertama, review yang dilakukan oleh kekuasaan yudisial dan lebih dikenal judicial
review;
kedua, dilakukan oleh kekuasaan executive yakni executive review; dan
ketiga; jyang dilakukan oleh pemegang kuasa legislasi yakni legislative review.
Masing-masing model ini memiliki kekuatan dan kelemahan.
Tim merekomendasikan adalah keterlibatan semua pihak, baik Presiden dan DPR,
wujud tanggungjawab karena menghasilkan UU yang bermasalah secara substansi.
Selain itu tentunya keterlibatan publik yang lebih luas untuk mewacanakan hukum
yang berkeadilan sesuai dengan amanat konstitusi maupun MK dalam porsinya
masing-masing.
Dengan demikian rekomendasi lebih lanjut adalah sebagai berikut:
1. Adanya review secara langsung oleh kekuasaan eksekutif sebagai
penanggungjawab utama bernegara dalam sistem presidensial. Perbaikan-perbaikan
substantive dilakukan dengan melakukan mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Pengganti
UU (Perpu) yang berfungsi:
Pertama, menunda keberlakukan pasal-pasal yang bermasalah secara subtansi;
Kedua, menguatkan kembali prinsip-prinisp partisipasi,
sosialisasi, dan akuntabilitas dalam penyusunan UU;
Ketiga, memberikan waktu yang cukup bagi penyusunan peraturan pelaksana lainnya.
Keempat, memperbaiki kesalahan teknis bunyi pasal dan rujukan pasal lainnya.
Penundaan satu tahun sesungguhnya cukup untuk melakukan perbaikan-perbaikan
sebagaimana yang dimaksud.
Perpu ini juga adalah bentuk tanggungjawab Presiden dalam menjalankan kehidupan
kenegaraan yang lebih punya kualitas dan bermartabat dan mengabaikan standart
penyusunan peraturan perundang-undangan No. UU 11/2020.
2. Setelah dikeluarkan Perpu, maka tindak lanjutnya melakukan legislative review.
Bersamadengan Presiden sebagai pemegang kuasa legislasi, perbaikan masalah-
masalah yangditunda oleh Presiden melalui Perpu diperbaiki dalam UU perbaikan
atas UU 11/2020.Sekali lagi ini juga bentuk tanggungjawab DPR atas berantakannya
teknis pembuatan UUini.
Selebihnya, jika memang masih ada beda pandang dan beda klaim kebenaran oleh
rakyatselaku pemegang kedaulatan dan negara selaku pembuat kebijakan, dapat
diselesaikanmelalui judicial review di Mahkamah Konstitusi. Baik formil maupun
materil-nya akandiperiksa oleh MK dan biarkan MK memutus secara hukum.
Putusan Nomor 91/PUU-XVIII/2020 
• isi amar Putusan MK atas UU Cipta Kerja angka 3 yang menyebutkan:
• Menyatakan pembentukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai “tidak
dilakukan perbaikan dalam waktu 2 (dua) tahun sejak putusan ini
diucapkan”.

Makna inkonstitusional bersyarat dalam Putusan MK tersebut adalah dalam 2 tahun
sejak putusan tersebut diucapkan yaitu tanggal 25 November 2021 hingga 25
November 2023, UU Cipta Kerja masih berlaku dengan syarat DPR dan pemerintah
harus melakukan perubahan sesuai dengan perintah dari Putusan MK Nomor 91/PUU-
XVIII/2020 di antaranya adalah:

1.Menyusun kembali UU Cipta Kerja sesuai dengan asas pembentukan peraturan


perundang-undangan yang terdapat dalam Lampiran II UU 12/2011;
2.Membuka seluas-luasnya partisipasi masyarakat yang mau mengkritisi dan
memberikan masukan terhadap revisi UU Cipta Kerja; dan
3.Menghindari adanya perubahan substansi yang ‘mendadak’ di sela-sela proses
persetujuan bersama Presiden dan DPR dan pengesahan.
• Apabila UU Cipta Kerja tidak diubah sesuai dengan
Putusan MK tersebut, maka secara hukum UU Cipta Kerja
menjadi inkonstitusional secara permanen (tidak berlaku).
• Sehingga, UU atau substansi UU lama yang sudah dicabut
atau diubah oleh UU Cipta Kerja dinyatakan berlaku
Kembali.
Putusan tersebut pun mengatur bahwa peraturan pelaksana
yang sudah ada tetap berlaku. Hanya saja pemerintah tidak
boleh membuat peraturan pelaksana baru dari UU Cipta Kerja.

• Pemerintah telah menerbitkan 49 peraturan pelaksana 


Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja,
yang terdiri dari  45 Peraturan Pemerintah (PP) dan 4 Peraturan
Presiden (Perpres). Peraturan pelaksana tersebut juga telah
diundangkan ke dalam Lembaran Negara RI.
49 peraturan pelaksana tersebut sbb:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha di Daerah, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan
Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, ditetapkan tanggal 2
Februari 2021;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2021 tentang Modal Dasar Perseroan serta
Pendaftaran Pendirian, Perubahan, dan Pembubaran Perseroan yang Memenuhi Kriteria
untuk Usaha Mikro dan Kecil, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2021 tentang Perlakukan Perpajakan untuk
Mendukung Kemudahan Berusaha, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
Lanjutan…
6. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah dalam rangka Mendukung Kemudahan Berusaha dan Layanan
Daerah, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa,
ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Rumah
Susun, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2017 tentang Arsitek, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2021 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah
Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan,Hak Atas Tanah, Satuan
Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
16.Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Terlantar,
ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, ditetapkan
tanggal 2 Februari 2021;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif dan
Tata Cara Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Denda Administratif di Bidang Kehutanan,
ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Pertanian,
ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Kelautan dan
Perikanan, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
24. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian,
ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
25. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan,
ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
26. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Pelayaran;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Penerbangan,
ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
29. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perkeretaapian,
ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2021 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
31. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja, Hubungan Kerja dan Waktu
Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja;
32. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan;
33. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan;
34. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2021 tentang Rekening
Penampungan Biaya Perjalanan Ibadah Umrah, ditetapkan tanggal 2
Februari 2021;
35. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal, ditetapkan tanggal 2
Februari 2021;
36. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, ditetapkan tanggal 2 Februari
37. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
38. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2021 tentang Kemudahan Proyek Strategis Nasional,
ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
39. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata
Ruang, Kawasan Hutan, Izin, dan/atau Hak Atas Tanah, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
40. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
41. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Informasi Geospasial,
ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
42. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran;
43. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Perumahsakitan, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
44. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2011 tentang Keimigrasian, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021; dan
45. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2021 tentang Perlakuan Perpajakan atas Transaksi
yang Melibatkan Lembaga Pengelola Investasi dan/atau Entitas yang Dimilikinya, ditetapkan tanggal
2 Februari 2021.
4 Peraturan Presiden
1. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2021 tentang Badan Percepatan
Penyelenggaraan Perumahan, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
2. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha
Penanaman Modal, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021;
3. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2021 tentang Kerja Sama Antara
Pemerintah Pusat dengan Badan Usaha Milik Negara dalam
Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar, ditetapkan tanggal 2 Februari
2021; dan
4. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, ditetapkan tanggal 2 Februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai