PROVINSISULAWESISELATAN
TENTANG
BUPATI BONE,
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6), Pasal 28A dan Pasal 28H Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Tahun
1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor1822);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor
76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor3209);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3821);
5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3886 );
6. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak (Lembaran Negara Republik Indonesi Tahun 2002 Nomor
134,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4235), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesi Tahun 2014 Nomor 297,Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5606);
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
12,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);
8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5038);
9. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomorl44,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran NegaraRepublik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, TambahanLembaran Negara
Republik IndonesiaNomor5234);
12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
224,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan Yang Mengandung ZatAdiktifBerupa Produk
Tembakau BagiKesehatan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 278, Tambahan Lembaran NegaraRepublik
IndonesiaNomor5380);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Repubiik Indonesia Tahun 2005 Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4593);
15. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 188/MENKES/PB/I/2011 dan Nomor 7 Tahun 2011
tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok;
16. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 1 Tahun
2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok (Lembaran Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2015 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Bone Nomor 279);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 13 Tahun 2014
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Bone Tahun 2014 Nomor 13, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Bone Tahun 2014 Nomor 11);
MEMUTUSKAN :
2
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
3
BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu
Asas
Pasal 2
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal3
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal4
Bagian Kesatu
Um um
4
Pasal 5
(2) Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara sebagimana dimaksud pada ayat (1)
berkewajiban :
a. menetapkan lokasi KTR;
b. memfasilitasi pengadaan tempat khusus untuk merokok pada lokasi KTR
yang telah ditetapkan;
c. membina dan mengawasi penyelenggaraan KTR.
Pasal 6
Bagian Ked ua
Pembentukan Satuan Tugas
Kawasan Tanpa Rokok
Pasal 7
(1) Satgas KTR dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan Pimpinan instansi
/badan usaha / tempat kerja.
(2) Susunan organisasi satgas KTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit memiliki penanggung jawab, pembina, ketua, sekretaris, dan anggota.
(3) Kepengurusan organisasi satgas KTR sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
selain penanggungjawab, ditentukan dengan menyesuaikan sumber daya yang
tersedia pada instansi atau badan usaha / tempat kerja masing-masing.
(4) Ketentuan mengenai pembentukan satgas KTR sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati.
5
Pasal 8
Pasal 9
SABIV
HAK DAN KEW AJIBAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 10
Sagian Kedua
Kewajiban
Pasal 11
BABV
KAWASAN TANPA ROKOK
6
Bagian Kesatu
Kawasan Bebas Asap Rokok
Pasal 12
Pasal 13
(1) KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c,
huruf d, dan huruf e dilarang menyediakan Tempat Khusus Merokok.
(2) KTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan sebagai
kawasan yang bebas dari asap rokok hingga batas terluar.
Bagian Kedua
Tempat Khusus Merokok
Pasal 14
(1) Tempat Kerja dan Tempat Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(2) huruf f, dan huruf g yang menggunakan ruang tertutup wajib dilengkapi
dengan Tempat Khusus Merokok.
(2) Pengadaan Tempat Khusus Merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan pada Tempat Kerja dan Tempat Umum yang menggunakan
ruangan terbuka.
Pasal 15
(1) Tempat khusus merokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14ayat (1)
dibuat dengan persyaratan :
a. ruang terbuka atau ruang yang berhubungan langsung dengan udara luar
sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik;
b. terpisah dari ruang utama dan ruang lain yang digunakan untuk
beraktivitas;
c. diupayakan tidak berdekatan dengan pintu masuk atau pintu keluar dan
tempat orang berlalu-lalang.
(2) Pembuatan Tempat Khusus Merokok pada Tempat Kerja dan Tempat Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pimpinan instansi
atau badan usaha/ tempat kerja.
BAB VI
LARANGAN DAN PENGENDALIAN
KAWASAN TANPA ROKOK
7
Bagian Kesatu
Larangan Dalam Kawasan Tanpa Rokok
Pasal 16
(1) Setiap orang dilarang merokok dan membuang puntung rokok pada Iokasi KTR,
kecuali pada tempat khusus merokok yang telah disediakan.
(2) Setiap orang atau badan usaha dilarang memprornosikan, mengiklankan,
menjual, dan/atau membeli rokok pada lokasi KTR.
Pasal 17
Selain Iarangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, pimpinan instansi atau
badan usaha dilarang menyediakan asbak rokok atau tempat pembuangan puntung
rokok dalam KTR, kecuali pada tempat khusus merokok.
Bagian Kedua
Pengendalian Dalam Kawasan tanpa Rokok
Pasal 18
(1) Pimpinan instansi atau badan usaha / tempat kerja, Satgas KTR serta seluruh
pegawai/karyawan yang bekerja dalam instansi atau badan usaha tersebut,
berkewajiban melarang atau menegur setiap orang yang melakukan kegiatan
merokok, jual-beli rokok, mempromosikan dan mengiklankan rokok dalam KTR.
(2) Dalam hal larangan atau teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
diindahkan oleh Perokok atau orang yang melakukan jual beli, promosi dan
yang mengiklankan rokok, maka Pimpinan instansi atau badan usaha tempat
kerja,atau pegawai/karyawan yang melakukan teguran wajib melaporkan
kepada Satgas KTR pada saat itu juga untuk dilakukan proses pemeriksaan dan
penindakan.
(3) Satgas KTR yang melakukan teguran atau yang menerima laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) wajib menindaklanjutinya sesuai ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini.
Pasal 19
(1) Dalam ha! pegawai/karyawan instansi atau badan usaha / tempat kerja yang
melakukan kegiatan merokok, jual-beli, atau mempromosikan dan
mengiklankan rokok dalam KTR, maka satgas KTR berkewajiban
melaporkannya kepada pimpinan instansi atau badan usaha/tempat kerja
selaku penanggungjawab KTR.
(2) Dalam ha! Satgas KTR yang melakukan kegiatan merokok, jual-beli, atau
mempromosikan dan mengiklankan rokok dalam KTR, maka setiap
orang/masyarakat danpegawai/karyawan berhak untuk melaporkan kepada
pimpinan instansi atau badan usaha/ tempat kerja.
(3) Dalam hal pimpinan instansi atau badan usaha/tempat kerja yang melakukan
kegiatan merokok, jual-beli, atau mempromosikan dan mengiklankan rokok
dalam KTR, maka setiap orang/masyarakat dan pegawai/karyawan berhak
untuk melaporkan Iangsung kepada Bupati.
(4) Bupati dalam menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib
menjatuhkan sanksi kepada pimpinan instansi atau badan usaha/tempat kerja
yang bersangkutan sesuai ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
8
BAB Vll
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 20
BAB VIII
PEMBINMN DAN PENGAWASAN
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
9
Pasal24
BAB IX
PENYIDIKAN
Pasal 25
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat(l) adalah pejabat pegawai negeri
sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat(l)adalah:
a menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atas laporan
berkenaan dengan tindak pidana agar keterangan atas laporan tersebut
menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai setiap orang
atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari setiap orang atau Badan
sehubungan dengan tindak pidana;
d memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut;
f meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana;
g menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan
atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h, memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana;
i, memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
J. menghentikan penyidikan; dan/atau
k melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penutut Umum
melalui Penyidik pejabat Palisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalamUndang-Undang Hukum Acara Pidana.
BABX
SANKS! ADMINISTRASI
Bagian Kesatu
Um urn
10
Pasal26
Pasal 27
Pasal28
Bagian Kedua
Penerapan Sanksi
Pasal 29
(1) Setiap orang yang melakukan kegiatan merokok, menjual atau membeli rokok,
melakukan promosi dan mengedarkan iklan rokok sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 dikenakan sanksi teguran.
(2) Dalam ha! teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dihiraukan,
maka kepada pelanggar diperintahkan untuk meninggalkan KTR.
11
Pasal30
Dalam hal pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dilakukan
oleh orang atau badan yang memiliki tempat usaha tetap dalam KTR, maka setelah
teguran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) tidak dihiraukan, kepada
pelanggar diberikan surat perintah/peringatan untuk meninggalkan dan/atau
menghentikan kegiatan usaha dalam lokasi KTR.
Pasal 31
(1) Setiap orang atau Badan Usaha/tempat kerja yang nyata-nyata melakukan
perlawanan terhadap sanksi perintah meninggalkan dan/atau menghentikan
kegiatan usaha dalam lokasi KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat
(2), maka kepadanya dikenakan sanksi denda sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (2).
Pasal32
(1) Setiap Pegawai/karyawan atau Satgas KTR yang bekerja pada instansi atau
Sadan Usaha/tempat kerja dalam KTRyang nyata-nyata melakukan perbuatan
tidak menghiraukan ketentuan larangan atau tidak melaksanakan tugas atau
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 11, Pasal 16
ayat (2) dan ayat (3), Pasal 18, dan Pasal 19 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
dikenakan sanksi teguran oleh pimpinan instansi atau pimpinan badan
usaha/tempat kerja.
(2) Setiap pimpinan instansi atau pimpinan badan usaha/tempat kerja, yang
nyata-nyata tidak menghiraukan ketentuan larangan atau tidak melaksanakan
tugas atau kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3), Pasal 17
dan Pasal 18 dikenakan sanksi teguran oleh Bupati.
(3) Dalam hal teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
dihiraukan, kepada pelanggar dikenakan sanksi administrasi sesuai ketentuan
Peraturan perundang-undangan.
Pasal 33
(1) Setiap orang yang membuang puntung rukok dalam lokasi KTR dapat
dikenakan sanksi tambahan berupa perintah memungut dan membuang
puntung rokok pada tempat sampah diluar lokasi KTR.
(2) Dalam hal perintah memungut dan membuang puntung rokok sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak dihiraukan oleh Pelaku pelanggaran, maka
dikenakan denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2).
BAB XI
PENDANAAN
Pasal 34
(1) Pendanaan penyelenggaraan KTR bersumber dari APSD atau sumber lain yang
sah dan tidak mengikat.
(2) Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan untuk membiayai
fasilitas KTR yang disediakan oleh instansi pemerintah Daerah.
Pasal35
12
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
Padasaat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan dan keputusan
Bupati yang mengatur mengenai penyelenggaraan Kawasan Tanpa Rokok yang telah
ada, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.
Pasal 37
Ditetapkan di Watampone
pada tanggal
Diundangkan di Watampone
pada tanggal
�
A.SURYA DARMA
13
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
Padasaat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan dan keputusan
Bupati yang mengatur mengenai penyelenggaraan Kawasan Tanpa Rokok yang telah
ada, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.
Pasal 37
Ditetapkan di Watampone
pada tanggal � l"\.a<G\ J2o1�
BUPATI BONE,
Diundangkan di Watampone
pada tanggal .7.r M.a<� :i.,,c?
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BONE,
A.SURYA DARMA
13
PENJELASAN
ATAS
PERATURANDAERAH KABUPATENBONE
NOMOR 1 TAHUN 2019
TENTANG
I. UMUM
14
Untuk menjamin hak perokok aktif dan perokok pasif tersebut, maka
berdasarkan Pasal 115 ayat(2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 tentang
Kesehatan memberikan kewajiban kepada Pemerintah Daerah untuk menetapkan
kawasantan parokok diwilayahnya, terutama pada fasilitas pelayanan kesehatan,
tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan
umum, tempat kerja, tempat umum, dan tempat lain yang ditetapkan, dengan
tujuan untuk mencegah dan mengatasi dampak buruk dari asap rokok,
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat serta bebas dari asap rokok,
melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari paparan asap rokok sebagai
dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung, menciptakan
kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan bersih, dan sebagai upaya untuk
mencegah perokok pemula.
Kawasan Tanpa Rokok merupakan ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan,
dan/atau mempromosikan produk tembakau. Akan tetapi, pada kawasan tersebut
tetap dapat dibuat tempat khusus untuk merokok, sehingga hak perokok dan yang
bukan perokok dapat dilaksanakan tanpa saling mengganggu satu sama lain.
Kabupaten Bone sebagai salah satu daerah otonom, sebetulnya telah
melaksanakan kewajiban hukum tersebut dengan menetapkan kawasan tanpa
rokok melalui Peraturan Bupati Nomor 34 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa
Rokok. Akan tetapi, peraturan tersebut sangat terbatas jangkauannya untuk
mengatur dan menertibkan kawasan tanpa rokok, sebab tidak memiliki sifat
memaksa mengingat tidak adanya kaedah yang mengatur tentang sanksi hukum
bagi pelaku pelanggaran. Karena itulah, untuk mengefektifkan pelaksanaan
kawasan tanpa asap rokok, maka diperlukan kebijakan Pemerintah Daerah yang
dibuat dalam bentuk Peraturan Daerah untuk mengatur kawasan tanpa rokok di
kabupaten Bone.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal2
Hurufa
Yang dimaksud dengan asas kepentingan kualitas kesehatan manusia
adalah asas yang mengarahkan agar penyelenggaraan Kawasan Tanpa
Rokok ditujukan untuk kepentingan menjaga kualitas kesehatan manusia
secara keseluruhan, baik perokok aktif maupun perokok pasif dan
masyarakat pada umumnya.
Hurufb
Yang dimaksud dengan asas kelestarian dan keberlanjutan ekologi asas
yang menetapkan bahwa setiap orang mernikul kewajiban dan
tanggungjawab menjaga kesehatan lingkungan dengan cara menciptakan
tempat tertentu menjadi bebas dari asap rokok yang membahayakan
kesehatan manusia dalam rangka melestarikan fungsi lingkungan demi
keberlanjutan ekologi dalam mendukung kehidupan manusia dan mahluk
hidup lain.
Hurufc
Yang dimaksud dengan asas perlindungan hukum adalah asas yang
menjamin terlindunginya secara hukum para pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan Kawasan Tanpa Rokok dalam rangka mewujudkan hak
atas kesehatan warga masyarakat.
15
Hurufd
Yang dimaksud dengan asas keseimbangan antara hak dan kewajiban
adalah asas yang menempatkan pengaturan penyelenggaraan
kawasantanparokokharuslahdalam keseimbangan
antarahakdankewaji ban, baikdarisisi
negara,perokokaktif,perokokpasif,maupun masyarakat padaumumnya.
Hurufe
Yangdimaksuddenganasasketerpaduan adalah asas yang menentukan
bahwa kebijakan penyelenggaraan Kawasan Tanpa Rokok haruslah
dilakukan dalam suatu Jangkah keterpaduan untuk menyatukan berbagai
sektor urusan pemerintahan dalam satu kesamaan persepsi.
Huruff
Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah asas yang mengarahkan
penyelenggaraan Kawasan Tanpa Rokok agar memberikan keadilan
dengan menempatkan manusia sebagai pihak yang Jayak menerima hak
atas kesehatan dan dengan tetap menjamin hak-hak sosial dan ekonomi
orang lain.
Huruf g
Yang dimaksud dengan asas keterbukaan dan peran serta adalah asas
yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan
Kawasan Tanpa Rokok serta asas yang membuka ruang bagi setiap
anggota masyarakat untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan
dan pelaksanaan penyelenggaraan Kawasan Tanpa Rokok, baik secara
langsung maupun tidak Jangsung.
Hurufh
Yang dimaksud dengan asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir pepenyelenggaraan Kawasan
Tanpa Rokok harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal3
Cukup jelas.
Pasal4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Hurufb
Yang dimaksud dengan memfasilitasi adalah mendorong, memotifasi
dan membantu pimpinan instansi atau Badan Usaha untuk
menyediakan Tempat Khusus Merokok sesuai kewenangan Bupati.
Hurufc
Cukup jelas.
16
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal8
Cukup jelas.
Pasal9
Cukup jelas.
PasallO
Cukup jelas.
Pasall 1
Cukup jelas.
Pasal12
Ayat ( 1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan adalah rumah
sakit, rumah bersalin, poliklinik, puskesmas, balai pengobatan,
laboratorium, posyandu, tempat praktek kesehatan swasta, apotik,dan
tempat pelayanan kesehatan lainnya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan tempat proses belajar mengajar adalah
Sekolah, perguruan tinggi, balai pendidikan dan pelatihan, balai
latihan kerja, bimbingan belajar, tempat kursus, dan tempat proses
belajar mengajar lainnya.
Huruf c
Yang dimaksud dengan tempat anak bermain adalah kelompok
bermain, penitipan anak, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman
Kanak-Kanak, tempat hiburan anak, dan tempat anak bermain
lainnya.
Huruf d
Yang dimaksud dengan tempat ibadah adalah masjid/ musholla,
Gereja, Pura, vihara, klenten, dan tempat ibadah lainnya.
Huruf e
Yang dimaksud dengan Angkutan umum adalah bus umum, taxi,
angkutan umum, angkutan kota, angkutan antar kota, keretaapi,
kendaraan wisata, busangkutan anak sekolah, dan bus angkutan
karyawan, dan angkutan umum lainnya.
Huruf f
Yang dimaksud dengan tempat kerja adalah perkantoran (kantor
pemerintah baik sipil maupun Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Republik Indonesia serta kantor swasta sebagai tempat
pengelolaan administrasi badan usaha), industri, bengkel, stasiun
pengisian bahan bakar umum(SPBU), dan tempat kerja lainnya.
17
Huruf g
Yang climaksud dengan tempat umurn adalah pasar (modem dan
pasar tradisional), tempat wisata, tempat hiburan, hotel, restoran dan
rumah makan, tempat olahraga, halte, terminal angkutan urnum,
terminal angkutan barang, pelabuhan laut, bandara,dan tempat
umum lainnya.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 13
Cukup Jelas.
Pasal 14
Cukup Jelas.
Pasal 15
Ayat(l)
Hurufa
Yang dimaksud dengan ruang terbuka ruang yang berhubungan
langsung dengan udara luar tanpa dibatasi atap dan dinding sehingga
asap rokok dapat langsung keluar diudara bebas.
Hurufb
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasa116
Cukup Jelas.
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas.
Pasal 19
Ayat(l) .
Yang dimaksud dengan pegawai/karyawan adalah orang yang bekerja
dalam kantor atau tempat usaha tersebut baik negeri maupun swasta
untuk memberikan pelayanan.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasa120
Cukup Jelas.
18
Pasal21
Cukup Jelas.
Pasal 22
Cukup Jelas.
Pasal23
Cukup Jelas.
Pasal24
Cukup Jelas.
Pasal 25
Cukup Jelas.
Pasal 26
Cukup Jelas.
Pasal 27
Cukup Jelas.
Pasal 28
Cukup Jelas.
Pasal29
Cukup Jelas.
Pasal30
Cukup Jelas.
Pasal 31
Pasal32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukupjelas
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal37
Cukup jelas.
19