Anda di halaman 1dari 19

SALINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

NOMOR 17 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

NOMOR 17 TAHUN 2014

TENTANG

KAWASAN TANPA ROKOK

SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

2014
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG 2
d. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan
Pasal 115 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan dan Pasal 52
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012
tentang Pengamanan Bahan yang
NOMOR 17 TAHUN 2014 Mengandung Zat Adiktif berupa Produk
Tembakau bagi Kesehatan, Pemerintah Daerah
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG wajib menetapkan kawasan tanpa rokok
dengan peraturan daerah;
NOMOR 17 TAHUN 2014
e. bahwa berdasarkan pertimbangan
TENTANG
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
KAWASAN TANPA ROKOK b, huruf c, dan huruf d, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Kawasan Tanpa Rokok;
BUPATI SUMEDANG, Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan salah satu hak
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950
asasi fundamental, sehingga perlindungan hak
tentang Pembentukan Daerah-daerah
atas kesehatan termasuk dalam hal
Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa
pengendalian produk tembakau, khususnya
Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
rokok menjadi salah satu bentuk realisasi
1950) sebagaimana telah diubah dengan
kewajiban negara dalam penghormatan,
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang
perlindungan dan pemenuhan Hak Asasi
Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan
Manusia;
Kabupaten Subang dengan Mengubah
b. bahwa guna meningkatkan derajat kesehatan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950
masyarakat, baik secara fisik, mental, spritual tentang Pembentukan Daerah-daerah
maupun sosial bagi setiap orang untuk hidup Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa
produktif secara sosial dan ekonomis Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia
diperlukan kesadaran, kemauan, dan Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran
kemampuan setiap orang untuk membiasakan Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
pola hidup sehat;
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
c. bahwa merokok dapat menyebabkan Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
terganggunya atau menurunnya kesehatan Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
masyarakat bagi perokok maupun bukan Tambahan Lembaran Negara Republik
perokok; Indonesia Nomor 3209);
3 4
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang 10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Indonesia Nomor 3821); Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5059);
5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara 11. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165); tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara
5063);
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,
Tambahan Lembaran Negara Republik 12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Indonesia Nomor 4235); tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
tentang Pengesahan Internasional Covenant
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
On Economic, Social and Cultural Rights
4389);
(Kovenan Internasional tentang Hak-hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya) (Lembaran 13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
Indonesia Nomor 4557); 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah
8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
diubah dengan Peraturan Pemerintah
tentang Keterbukaan Informasi Publik
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Republik Indonesia Nomor 4846);
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan
tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara LembaranNegara Republik Indonesia Nomor
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, 5589);
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5038);
5 6
14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3258) sebagaimana telah 19. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pembentukan
58 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Nomor 6,
tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Sumedang Nomor 2);
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Dengan Persetujuan Bersama
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5145); DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

15. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 KABUPATEN SUMEDANG


tentang Pedoman Penyusunan Peraturan dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata
BUPATI SUMEDANG
Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun MEMUTUSKAN :
2010 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5104); Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN
TANPA ROKOK.
16. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012
tentang Pengamanan Bahan Yang BAB I
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk KETENTUAN UMUM
Tembakau Bagi Kesehatan (Lembaran Negara Pasal 1
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 278,
Tambahan Lembaran Negara Republik Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud
Indonesia Nomor 5380); dengan:
17. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan 1. Daerah adalah Kabupaten Sumedang.
Menteri Dalam Negeri Nomor 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah
188/MENKES/PB/I/2011 dan Nomor 7 Tahun Kabupaten Sumedang.
2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok (Berita Negara Republik 3. Bupati adalah Bupati Sumedang.
Indonesia Tahun 2011 Nomor 49);
7 8
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang 12. Kawasan Tanpa Rokok yang selanjutnya
selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan disingkat KTR adalah ruangan atau area yang
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi,
Sumedang. penjualan, iklan, promosi dan/atau
5. Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara penggunaan rokok.
fisik, mental, maupun sosial yang 13. Tempat Khusus untuk merokok adalah
memungkinkan setiap orang untuk hidup ruangan yang diperuntukan khusus untuk
produktif secara sosial dan ekonomi. kegiatan merokok yang berada di KTR.
6. Rokok adalah hasil olahan tembakau 14. Satuan Tugas Penegak KTR adalah satuan
terbungkus termasuk cerutu atau bentuk tugas yang dibentuk Bupati yang bertugas
lainnya yang dihasilkan dari tanaman melakukan pengawasan, pembinaan,
nicotiana tabacum, nicotiana rustica dan penindakan dan evaluasi terhadap
spesies lainnya atau sintetisnya yang penyelenggaraan KTR.
mengandung nikotin dan tar dengan atau 15. Produk Tembakau adalah suatu produk yang
tanpa bahan tambahan. secara keseluruhan atau sebagian terbuat dari
7. Masyarakat adalah sejumlah manusia yang daun tembakau sebagai bahan bakunya yang
diolah untuk digunakan dengan cara dibakar,
merupakan satu kesatuan golongan yang
diisap dan dihirup atau dikunyah.
berhubungan tetap dan mempunyai
kepentingan yang sama. 16. Penyelenggaraan KTR adalah serangkaian
kegiatan yang meliputi penetapan,
8. Merokok adalah kegiatan membakar rokok
pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan
dan/atau menghisap asap rokok.
KTR.
9. Perokok aktif adalah setiap orang yang 17. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu
membakar rokok dan/atau secara langsung tempat yang digunakan untuk
menghisap asap rokok yang sedang dibakar. menyelenggarakan upaya pelayanan
10. Perokokpasif adalah orang yang bukan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
perokok namun terpaksa menghisap atau maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
menghirup asap rokok orang lain. pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat yang meliputi rumah sakit, rumah
11. Asap Rokok Orang Lain adalah asap yang
bersalin, pusat kesehatan masyarakat, pondok
keluar dari rokok yang dibakar dan yang
bersalin desa, balai pengobatan, pos pelayanan
dihembuskan oleh orang lain.
terpadu, tempat praktik dokter/bidan, tempat
pengobatan alternatif dan laboratorium
kesehatan.
9 10
18. Tempat proses belajar mengajar adalah gedung 23. Tempat umum adalah semua tempat tertutup
yang digunakan untuk kegiatan belajar, yang dapat diakses oleh masyarakat umum
mengajar, pendidikan dan/atau pelatihan yang dan/atau tempat yang dapat dimanfaatkan
meliputi sekolah, perguruan tinggi, balai bersama-sama untuk kegiatan masyarakat
pendidikan dan pelatihan, balai latihan kerja, yang dikelola oleh pemerintah, swasta, dan
bimbingan belajar dan tempat kursus. masyarakat yang meliputi pasar tradisional,
19. Tempat anak bermain adalah area tertutup pasar modern, tempat hiburan, hotel, restoran,
kawasan wisata/rekreasi, terminal angkutan
maupun terbuka yang digunakan untuk
umum, terminal barang, sarana olah raga,
kegiatan bermain anak-anak yang meliputi
alun-alun, dan taman kota.
tempat penitipan anak, kelompok bermain,
tempat pendidikan anak usia dini, taman 24. Tempat lain adalah tempat-tempat tertentu
kanak-kanak, dan tempat rekreasi khusus yang belum ditetapkan sebagai KTR namun
anak. kemudian ditetapkan menjadi KTR oleh
20. Tempat ibadah adalah bangunan atau ruang Bupati.
tertutup yang memiliki ciri-ciri tertentu yang 25. Tempat tertutup adalah tempat atau ruang
khusus dipergunakan untuk beribadah bagi yang ditutup oleh atap dan dibatasi oleh satu
para pemeluk masing-masing agama secara dinding atau lebih terlepas dari material yang
permanen, yang meliputi masjid/mushola, digunakan dan struktur permanen atau
gereja/kapel, vihara, pura dan klenteng tidak sementara.
termasuk tempat ibadah keluarga. 26. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau
21. Angkutan umum adalah alat angkutan bagi modal yang merupakan kesatuan baik yang
masyarakat yang dapat berupa kendaraan melakukan usaha maupun yang tidak
darat, air, dan udara yang penggunaannya melakukan usaha yang meliputi perseroan
biasanya dengan kompensasi yang meliputi terbatas, perseroan komanditer, perseroan
angkutan kota dan angkutan desa. yang lainnya, badan usaha milik negara atau
22. Tempat daerah dengan nama dan dalam bentuk
kerja adalah tiap ruangan atau
apapun, firma, kongsi, koperasi, persekutuan,
lapangan tertutup, bergerak atau tidak
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
bergerak yang dipergunakan untuk bekerja,
politik atau organisasi yang sejenis, Lembaga
yang meliputi kantor pemerintahan, termasuk
dana pensiun, bentuk usaha tetap, serta
perkantoran militer, kantor perusahaan
swasta, pabrik dan bengkel. bentuk badan lainnya.
11 12
27. Badan Hukum adalah organisasi atau Pasal 3
perkumpulan yang didirikan dengan akta yang Tujuan kawasan tanpa rokok yaitu:
otentik dan dalam hukum diperlakukan
sebagai orang yang memiliki hak dan a. terciptanya ruang dan lingkungan yang bersih
kewajiban atau disebut juga dengan subyek dan sehat;
hukum. b. terlindunginya masyarakat dari dampak buruk
28. Badan Usaha adalah perkumpulan orang yang rokok baik langsung maupun tidak langsung;
mengadakan kerja sama (membentuk badan c. terciptanya kesadaran masyarakat untuk
usaha) dan merupakan satu kesatuan yang hidup sehat; dan
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh
hukum. d. Melarang / menghilangkan produksi,
penjualan, iklan, promosi dan/atau
29. Pimpinan atau Penanggung Jawab KTR adalah penggunaan rokok di KTR.
kepala atau pimpinan pada tempat-tempat
yang ditetapkan sebagai KTR. Pasal 4

BAB II Prinsip penerapan KTR adalah:


ASAS, TUJUAN DAN PRINSIP a. 100% kawasan tanpa rokok;
Pasal 2 b. tidak ada ruang merokok di tempat
umum/tempat kerja tertutup: dan
Penetapan kawasan tanpa rokok berasaskan pada:
c. pemaparan asap rokok pada orang lain melalui
a. kepentingan kualitas kesehatan manusia;
kegiatan merokok, atau tindakan mengizinkan
b. kelestarian dan keberlanjutan ekologi; dan/atau membiarkan orang merokok di KTR
c. perlindungan hukum; adalah bertentangan dengan hukum.

d. keseimbangan antara hak dan kewajiban; BAB III


RUANG LINGKUP
e. keterpaduan;
Pasal 5
f. keterbukaan dan peran serta; dan
Tempat-tempat yang ditetapkan sebagai KTR
g. akuntabilitas. meliputi:
a. fasilitas pelayanan kesehatan;
b. tempat belajar mengajar;
c. tempat anak bermain;
13 14
d. tempat ibadah; b. melarang atau menegur atau meminta keluar
atau melaporkan pada petugas kantor terhadap
e. angkutan umum;
orang yang merokok di KTR;
f. tempat kerja;
c. menyingkirkan atau tidak menempatkan asbak
g. tempat umum; dan atau sarana pendukung merokok di KTR; dan
h. Tempat lain. d. melarang kegiatan penjualan, iklan atau
promosi rokok di KTR.
BAB IV
HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 8
(1) Setiap pengelola, pimpinan atau penanggung
Bagian Kesatu jawab tempat kerja, tempat umum, dan tempat
Hak lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
Pasal 6 huruf f, huruf g, dan huruf h yang ditetapkan
sebagai KTR, wajib menyediakan tempat
Setiap orang berhak atas: khusus merokok.
a. udara yang bersih dan sehat serta bebas dari (2) Tempat khusus merokok sebagaimana
asap merokok; dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
b. informasi dan edukasi yang benar mengenai persyaratan sebagai berikut:
bahaya asap rokok bagi kesehatan; a. merupakan ruang terbuka atau ruang yang
c. informasi mengenai KTR; dan berhubungan langsung dengan udara luar
sehingga udara dapat bersirkulasi dengan
d. peran serta aktif dalam proses penetapan,
baik;
pemanfaatan dan pengendalian KTR.
b. terpisah dari gedung/tempat/ruang utama
Bagian Kedua
dan ruang lainnya yang digunakan untuk
Kewajiban
beraktifitas;
Pasal 7
c. jauh dari pintu masuk dan keluar
Setiap pimpinan atau penanggung jawab KTR gedung/tempat/ruang utama dan ruang
wajib: lainnya yang digunakan untuk beraktifitas
a. menyediakan dan meletakan tanda dilarang yang ditetapkan sebagai KTR; dan
merokok yang cukup besar dan mudah terbaca, d. jauh dari tempat orang berlalu lalang.
yang ditempatkan di pintu masuk dan di
tempat-tempat yang dipandang perlu;
15 16
Pasal 9 (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa :
(1) Setiap pimpinan atau penanggung jawab KTR
pada badan hukum dan atau badan usaha a. Teguran lisan;
milik swasta yang tidak melaksanakan b. Teguran tertulis; dan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 dan Pasal 8 dikenakan sanksi administratif. c. Pernyataan tidak puas secara tertulis.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud Bagian Ketiga
pada ayat (1) berupa: Larangan
a. pembekuan dan/atau pencabutan izin; Pasal 11
b. sanksi polisional. (1) Setiap orang dilarang :
(3) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana a. merokok di KTR;
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan b. menjual rokok menggunakan mesin layan
cara : diri;
a. pemberian teguran tertulis pertama; c. menjual kepada perempuan hamil;
b. pemberian teguran tertulis kedua disertai d. menjual rokok kepada anak di bawah usia
pemanggilan; 18 (delapan belas) tahun;
c. pemberian teguran tertulis ketiga; e. menyuruh anak di bawah usia 18 (delapan
d. penindakan atau pelaksanaan sanksi belas) tahun untuk menjual, membeli, atau
polisional dan/atau pencabutan izin. mengkonsumsi rokok.
(4) Sanksi polisional sebagaimana dimaksud pada (2) Setiap orang/badan dilarang memproduksi,
ayat (2) berupa penyegelan. mengiklankan, mempromosikan dan/atau
menjual rokok di lingkungan KTR.
Pasal 10
(3) Setiap pimpinan atau penanggung jawab
(1) Setiap pimpinan atau penanggung jawab KTR
fasilitas pelayanan kesehatan, tempat belajar
selain badan hukum dan atau badan usaha mengajar, tempat anak bermain, tempat
milik swasta yang tidak melaksanakan
ibadah, dan angkutan umum sebagaimana
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, huruf b,
7 dan Pasal 8 dikenakan sanksi administratif. huruf c, huruf d, dan huruf e dilarang
menyediakan tempat khusus untuk merokok.
17 18
Pasal 12 (2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa:
(1) Setiap pimpinan atau penanggung jawab
fasilitas pelayanan kesehatan, tempat belajar a. sumbangan pemikiran dan masukan
mengajar, tempat anak bermain, tempat berkenaan dengan penentuan kebijakan
ibadah, dan angkutan umum yang melanggar pelaksanaan KTR;
larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal b. pengadaan dan pemberian bantuan sarana
11 ayat (3) dikenakan sanksi administratif. dan prasarana bagi pelaksanaan KTR;
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud c. ikut serta dalam memberikan bimbingan,
pada ayat (1) berupa: penyuluhan dan penyebaran informasi
kepada masyarakat; dan
a. Teguran lisan;
d. memberikan laporan terjadinya
b. Teguran tertulis; dan pelanggaran di KTR kepada penanggung
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis. jawab atau penyelenggara KTR dan/atau
kepada petugas kantor.
Pasal 13
(3) Pelaksanaan peran serta masyarakat
(1) Larangan memproduksi Produk Tembakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) berpedoman pada ketentuan peraturan
tidak berlaku bagi tempat yang digunakan perundang-undangan.
untuk kegiatan produksi rokok di lingkungan BAB VI
KTR. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
(2) Larangan mengiklankan, mempromosikan, dan Pasal 15
menjual, rokok sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2) tidak berlaku bagi tempat Bupati wajib melakukan pembinaan dan
yang digunakan untuk kegiatan penjualan pengawasan sebagai upaya untuk mewujudkan
rokok di lingkungan KTR. KTR di daerah.
Pasal 16
BAB V
PERAN SERTA MASYARAKAT (1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 meliputi:
Pasal 14
a. sosialisasi dan koordinasi;
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam
pelaksanaan KTR. b. pemberian pedoman;
19 20
c. konsultasi; (4) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) digunakan sebagai bahan bagi
d. monitoring dan evaluasi; dan
penyempurnaan kebijakan pelaksanaan KTR
e. pemberian penghargaan. pada tahun berikutnya.

(2) Pembinaan pelaksanaan KTR sebagaimana BAB VII


dimaksud pada ayat (1) dilimpahkan kepada SATUAN TUGAS PENEGAK KTR
SKPD terkait. Pasal 18
Pasal 17 (1) Dalam rangka memberikan pembinaan dan
(1) Pengawasan KTR sebagaimana dimaksud pengawasan, Bupati dapat membentuk satuan
dalam Pasal 15 meliputi: tugas penegak KTR.

a. pemantauan; dan (2) Anggota satuan tugas penegak KTR


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
b. evaluasi. atas unsur :
(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat a. pendidikan;
(1) huruf a dilakukan oleh SKPD yang
membidangi urusan: b. kesehatan;
a. pendidikan; c. sosial;
b. kesehatan; d. perhubungan;
c. sosial;
e. tenaga kerja;
d. perhubungan;
f. perdagangan dan perindustrian;
e. tenaga kerja;
g. pariwisata; dan
f. perdagangan dan perindustrian;
g. pariwisata; dan h. ketentraman, ketertiban umum dan
perlindungan masyarakat.
h. ketenteraman, ketertiban umum dan
perlindungan masyarakat. (3) Satuan tugas penegak KTR sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas :
(3) Evaluasi pelaksanaan KTR sebagaimana a. melaksanakan pengawasan
dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan penyelenggaraan KTR;
oleh SKPD terkait sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun.
21 22
b. melaksanakan pembinaan penyelenggaraan b. melakukan tindakan pertama pada saat itu
KTR; di tempat kejadian dan melakukan
c. menerima dan menindaklanjuti pengaduan pemeriksaan;
masyarakat mengenai pelanggaran KTR; c. menyuruh berhenti seseorang tersangka
dan dan memeriksa tanda pengenal diri
d. mengevaluasi efektifitas penyelenggaraan
tersangka;
KTR.
d. melakukan penyitaan benda dan/atau
Pasal 19
surat;
Tata cara pembinaan dan pengawasan
e. mengambil sidik jari dan memotret
pelaksanaan KTR diatur lebih lanjut dengan
tersangka;
Peraturan Bupati.
f. memanggil orang untuk didengar dan
BAB VIII diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
PEMBIAYAAN g. mendatangkan orang ahli dalam
Pasal 20 hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
Biaya pembinaan dan pengawasan KTR
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan h. mengadakan penghentian penyidikan
Belanja Daerah. setelah mendapat petunjuk dari Penyidik
POLRI bahwa tidak cukup bukti atau
BAB IX
peristiwa tersebut merupakan tindak
PENYIDIKAN
pidana dan selanjutnya melalui Penyidik
Pasal 21 memberitahukan hak tersebut kepada
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di Penuntut Umum, tersangka atau
lingkungan Pemerintah Daerah diberi keluarganya;
wewenang khusus sebagai penyidik untuk i. melakukan tindakan lain menurut hukum
melakukan penyidikan tindak pidana yang dapat dipertanggungjawabkan.
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
(3) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
berada di bawah koordinasi Penyidik Kepolisian
Pidana.
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan
(2) Wewenang PPNS sebagaimana dimaksud pada yang diatur dalam Undang-Undang Hukum
ayat (1) adalah: Acara Pidana.
a. menerima laporan pengaduan dari
seseorang tentang adanya tindak pidana;
23 24
(4) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BAB XI
memberitahukan dimulainya penyidikan dan KETENTUAN PERALIHAN
menyampaikan hasil penyidikannya kepada
Penuntut Umum melalui Penyidik Kepolisian Pasal 23
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan (1) Paling lambat 12 (dua belas) bulan terhitung
yang diatur dalam Undang-Undang Hukum sejak Peraturan Daerah ini diundangkan,
Acara Pidana. setiap pimpinan atau penanggung jawab KTR
BAB X wajib melaksanakan ketentuan dalam
KETENTUAN PIDANA Peraturan Daerah ini secara efektif.
(2) Dalam rangka efektivitas pelaksanaan
Pasal 22 Peraturan Daerah ini, selama dalam jangka
(1) Setiap orang yang melanggar larangan waktu 12 (dua belas) bulan terhitung sejak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) Peraturan Daerah ini diundangkan setiap
huruf a dipidana denda paling banyak pimpinan atau penanggung jawab KTR wajib
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). melaksanakan sosialisasi, dan menyiapkan
sarana dan prasarana.
(2) Setiap orang yang melanggar larangan
BAB XII
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
KETENTUAN PENUTUP
huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e dipidana
denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta Pasal 24
rupiah).
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
(3) Setiap orang yang melanggar larangan diundangkan.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2)
dipidana denda paling banyak Rp 5.000.000,00 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
(lima juta rupiah). pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah
(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Kabupaten Sumedang.
ayat (1), dan ayat (2) adalah pelanggaran.
25 PENJELASAN
Ditetapkan di Sumedang ATAS
pada tanggal 23 Desember 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2014
TENTANG
ttd KAWASAN TANPA ROKOK

ADE IRAWAN I. UMUM


Dilihat dari komposisinya, rokok memiliki zat psikoaktif
bernama nikotin dan 4000 zat kimia lain berbahaya yaitu 20
Diundangkan di Sumedang macam diantaranya merupakan zat yang mematikan. Hal
pada tanggal 23 Desember 2014 tersebut dapat menyebabkan beberapa penyakit, seperti
kanker paru-paru atau kanker pada umumnya dan sebagai
SEKRETARIS DAERAH
pengantar penyakit paru-paru kronis, dan salah satu faktor
KABUPATEN SUMEDANG,
utama penyebab penyakit saluran pernafasan, dan penyakit
jantung tertentu.
ttd Jumlah perokok di Kabupaten Sumedang cukup
signifikan, menurut hasil survey sosial ekonomi daerah
ZAENAL ALIMIN (SUSEDA) Jawa Barat Tahun 2008, di Kabupaten Sumedang
terdapat 293.932 penduduk usia 10 tahun ke atas yang
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG merokok. Jumlah tersebut mencapai 25 % dari jumlah
TAHUN 2014 NOMOR 17 penduduk Kabupaten Sumedang pada tahun 2008. Besarnya
NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG, jumlah perokok di Kabupaten Sumedang, menimbulkan resiko
PROVINSI JAWA BARAT: ( 244/2014) paparan asap rokok yang cukup tinggi baik bagi perokok aktif
maupun perokok pasif.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM Kesehatan merupakan salah satu hak asasi
fundamental, hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri
manusia, bersifat universal dan langgeng, yang harus
Ttd dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh
diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Pasal
28H ayat (1) UUD 1945 (Perubahan Kedua) menyatakan
bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
UJANG SUTISNA, SH
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
Jaksa Muda/IIId
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
19730906 199303 1 001 kesehatan”.
2 3
Hak atas kesehatan memiliki dua dimensi, yaitu pertama Model komprehensif kawasan tanpa rokok ditandai
adalah rights to access to health services (hak untuk dengan larangan menyeluruh aktivitas merokok di tempat
mengakses pelayanan kesehatan). Dimensi kedua adalah right publik tertutup, khususnya tempat kerja, termasuk tempat
to a social order (hak yang terkait dengan ketertiban sosial) hiburan malam dan restoran, walaupun ada pengecualian
mencakup kewajiban negara untuk menentukan ukuran– dalam konteks tertentu, seperti di Penjara, maupun dalam
ukuran tertentu dengan tujuan melindungi kesehatan publik. konteks penangangan masalah kesehatan mental dan
Ukuran-ukuran dalam kesehatan dimaksudkan untuk psikiatri. Sementara itu, model parsial, ditandai dengan
melindungi masyarakat dari penyakit-penyakit epidemik, adanya pembolehan aktivitas merokok pada ruang/area
endemik, penyakit tertentu dan penyakit-penyakit lainnya, khusus untuk merokok, hal ini sebagaimana diatur dalam
termasuk ukuran-ukuran hygiene dan sanitasi, diseminasi Pasal 8 ayat (1). Secara umum, pengaturan kawasan tanpa
informasi yang berkaitan masalah-masalah kesehatan, rokok juga diikuti dengan aktivitas-aktivitas yang
pengurangan angka kematian bayi, dan penanggulangan gizi membangkitkan kesadaran publik, termasuk juga berbagai
buruk. intervensi yang mempromosikan upaya berhenti merokok
sebagaimana diatur dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 9
Selanjutnya dalam Pasal 28I ayat (4) UUD 1945
mengenai larangan dan kewajiban.
(Perubahan Kedua) menegaskan bahwa, “Perlindungan,
pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia Larangan dibebankan kepada orang perorangan sebagai
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah”. individu, sedangkan kewajiban dibebankan kepada
seseorang berkaitan dengan kedudukannya sebagai
Kebijakan pengendalian produk tembakau merupakan
pimpinan/kepala suatu lembaga baik itu kepala SKPD,
salah satu bentuk realisasi kewajiban negara dalam
kepala instansi vertikal, kepala badan hukum, badan usaha
penghormatan, perlindungan dan pemenuhan HAM. Selain
baik pemerintah atau swasta.
itu juga pengendalian merokok merupakan implementasi dari
Pasal 115 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Oleh karena itu sanksi yang diterapkan bagi pelanggar
tentang Kesehatan, yang mengatur bahwa Pemerintah Daerah ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini terdiri
wajib menetapkan kawasan tanpa rokok. dari sanksi administrasi dan sanksi pidana hal sesuai
dengan ketentuan dalam Pasal 6 ayat (3) Peraturan Bersama
Pengendalian produk tembakau ini dilakukan dengan
Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
membentuk Peraturan Daerah mengenai kawasan tanpa
188/Menkes/PB/I/2011 dan Nomor 7 Tahun 2011 tentang
rokok/larangan merokok (smoke-free legislation atau
Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Sanksi
legislative smoking bans), yang prinsipnya adalah mencegah
Administrasi ditujukan pada perbuatan, sifat repatoir-
penyebaran asap rokok pada tempat-tempat umum.
condemnatoir, prosedurnya dilakukan secara langsung oleh
Terdapat dua model pengaturan kawasan tanpa rokok Pejabat Tata Usaha Negara tanpa melalui peradilan.
(KTR), yaitu: Sedangkan Sanksi Pidana ditujukan pada si pelaku, sifat
1. model komprehensif/ menyeluruh; dan condemnatoir, harus melalui proses peradilan.
2. model parsial.
4 5
II. PASAL DEMI PASAL Huruf e
Pasal 1. Keterpaduan artinya penerapan dan penegakan KTR ini
berasaskan pada keterpaduan antara komitmen
Dalam pasal ini ditentukan pengertian beberapa istilah
pemerintah untuk melaksanakan kewajibannya untuk
yang digunakan dalam Peraturan Daerah ini, dengan
melindungi hak asasi manusia hak atas kesehatan hak
maksud agar terdapat pengertian yang sama tentang arti
untuk terhindar dan bebas dari dampak buruk sebaran
beberapa istilah yang penting.
asap rokok serta peningkatan kesadaran masyarakat
Pasal 2. terhadap bahaya yang diakibatkan dari sebaran asap
rokok.
Huruf a
Huruf f
Dengan adanya KTR diharapkan akan berdampak secara
signifikan terhadap peningkatan kualitas kesehatan Efektivitas penerapan dan penegakan Peraturan Daerah
masyarakat. tentang KTR ini sangat tergantung pada peran serta
masyarakat oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan
Huruf b dan implementasi dari Peraturan Daerah ini diawali
Cukup jelas. dengan kegiatan peningkatan pemahaman dan
kesadaran masyarakat terhadap dampak buruk dari
Huruf c sebaran asap rokok melalui kegiatan sosialisasi.
Pengaturan KTR ini sebagai salah satu upaya Huruf g
perlindungan hukum terhadap hak kesehatan dampak
buruk dari sebaran asap rokok sebagai hak asasi yang Cukup jelas.
fundamental yang dijamin oleh konstitusi. Pasal 3.
Huruf d Dengan adanya KTR maka akan tercipta ruang dan
lingkungan yang bersih dan terbebas dari sebaran asap
Merokok sebagai hak asasi manusia dibatasi oleh
rokok yang berdampak pada kesehatan manusia baik
kewajiban untuk menjamin hak perokok pasif untuk
secara langsung maupun tidak langsung. Dan dengan
terhindar dan terbebas dari dampak buruk akibat
adanya KTR masyarakat akan mendapatkan informasi
sebaran asap rokok.
mengenai bahaya dari merokok dan sebaran asap rokok
sehingga secara perlahan-lahan akan tumbuh kesadaran
masyarakat untuk menjaga dan menghindari bahaya dari
merokok dan sebaran asap rokok.
6 7
Pasal 4. Huruf f
Huruf a Cukup jelas.
Dengan adanya Peraturan Daerah tentang KTR Huruf g
diharapkan seluruh tempat yang telah ditetapkan dalam Cukup jelas.
Peraturan Daerah ini dan tempat-tempat lain yang
memiliki kriteria yang sama dapat diwujudkan sebagai Huruf h
KTR sehingga tidak ada lagi yang merokok secara bebas Bahwa selain tempat-tempat yang telah ditetapkan
ditempat-tempat yang telah ditetapkan dalam Peraturan sebagai KTR dalam Peraturan Daerah ini akan ada
Daerah ini atau tempat-tempat lain yang ditetapkan oleh tempat-tempat lain yang memenuhi kriteria untuk
Bupati kecuali pada area merokok (smoking area). ditetapkan sebagai KTR yang akan ditetapkan dalam
Huruf b Keputusan Bupati.
Cukup jelas. Pasal 6.
Huruf c Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 7.
Pasal 5. Cukup jelas.
Huruf a Pasal 8.
Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf b Pasal 9.
Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf c Pasal 10.
Cukup jelas. Cukup jelas.
Huruf d Pasal 11.
Cukup jelas. Ayat 1
Huruf e Huruf a
Cukup jelas. Cukup jelas.
8 9
Huruf b Ayat 2
Yang dimaksud dengan mesin layan diri adalah Yang dimaksud dengan tempat yang digunakan untuk
mesin yang digunakan untuk penjualan rokok kegiatan penjualan rokok adalah galeri, toko, kios
dimana pembeli dapat secara langsung memperoleh tempat melayani penjualan rokok atau produk lainnya
rokok cukup dengan memasukan koin kedalam dengan bahan baku tembakau.
mesin layan diri.
Pasal 14.
Huruf c
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 15.
Huruf d
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 16.
Huruf e
Ayat 1
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat 2
Ayat 2
Cukup jelas.
Setiap pimpinan atau penanggung jawab KTR
Ayat 3 melaksanakan sosialisasi, koordinasi, konsultasi.
Monitoring, evaluasi terhadap pelaksanaan KTR.
Cukup jelas.
Pasal 17.
Pasal 12.
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 18.
Pasal 13.
Ayat 1
Ayat 1
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan tempat yang digunakan untuk
kegiatan produk rokok adalah pabrik rokok atau pabrik Ayat 2
yang memproduksi produk dengan bahan baku
tembakau. Cukup jelas.
10
Ayat 3
Satuan tugas KTR melaksanakan pengawasan,
pembinaan, mengevaluasi efektivitas penyelenggaraan
KTR, menerima dan menindaklanjuti pengaduan
masyarakat mengenai pelanggaran KTR.
Yang dimaksud menindaklanjuti adalah menyampaikan
laporan pelanggaran KTR kepada pejabat yang diberikan
wewenang untuk melakukan tindakan hukum untuk
sanksi administrasi atau aparat penegak hukum untuk
sanksi pidana.
Pasal
Ayat (1)19.
AyatCukup
(2) jelas.
Pasal
Ayat (1)20.
AyatCukup
(2) jelas.
Pasal
Ayat (3)21.
AyatCukup
(4) jelas.
Pasal
Ayat (5)22.
AyatCukup
(6) jelas.
Pasal
Ayat (7)23.
AyatCukup
(8) jelas.
Pasal
Ayat (9)24.
AyatCukup
(10) jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG


NOMOR 17

Anda mungkin juga menyukai