Anda di halaman 1dari 17

BUPATI TAPIN

PROVINSI KALIMANTAN SEI,ATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN


NOMOR 10 TAHUN 2OL7

TENTANG

KA\I/ASAN TANPA ROKOK

DENGAN RAHMAT TUH^A,N YANG MAHA ESA

BUPATI TAPIN,
Menimbang: a. bahwa unhrk melaksanakan ketentuarr
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Peraturan
Pemerintah Nomor 109 Tatrun 2OL2 tentang
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau Bagr Kesehatan, perlu
menetapkan Kawasan Tanpa Rokok;

b. bahwa penetapan Kawasan Tanpa Rokok


sebagaimana dimaksud dalam hunrf a diatas
dilaksanakan datam runglra melindungi kesehatan
individu dan masyarakat dari bahaya asap rokok
or€rng lain;

c. balrwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam hunf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang I(awasan
Tanpa Rokok;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8' Tahun 1965 tentang


Pembenhrkan Daerah Tingkat II Tanah Laut,
Daeralr Tingkat II Tapin dan Daerah Tingkat II
Tabalong (L.embaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1965 Nomor 51, Tambatran Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 27561;
I f

+
-2-

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun L999 tentang


Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tatrun t999 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3886);

3. Undang-Undang Nomor 44 Tatrun 2OO9 tentang


Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tatrun 2OO9 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
so72l;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang
Kesehatan (kmbaran Negara Republik Indonesia
Tahun 20o9 Nomor 144, Tarrbahan kmbaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2OLL tentang


Pembentukan Perattrran Pemndang-undangan
(Irmbaran Negara Republik Indonesia Tatrun 2O11
Nomor 82, Tambahan Lembaran Republik
Indonesia Nomor 523a1;

Undang-Undang Nomor 23 Tatrun 2Ol4 tentang


Pemerintatran Daeratr (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 244, Tambahan
l,embaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587), ss[agaimana telatr diubatr beberapa
kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang
Pemerintatran Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tatrun 2015 Nomor 58, Tambatran
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
567e1;
-3-

7. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2Ol4 tentang


Administrasi Pemerintatran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 292,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5601);

8. Perahrran Pemerintah Nomor 4l Tahun 1999


tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun L999
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3853);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2OL2


tentang Pengamanan Bahan Yang MengandungZat
Adiktif Berupa Produk Tembakau Bag Kesehatan
(Irmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OL2
Nomor 278, Tarrbahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5380);

lo. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2OtT


tentang Pembinaan dan Pengawasan
Peayelenggaradn Pemerintahan Daeratr (Iembaran
Negara Republik Indonesia Tatrun 2Ol7 Nomor 73,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6Oa1);

11. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri


Dalam Negeri Nomor 188/MENKES/PB/L|2OLL
dan Nomor 7 Tahun 20ll tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2OLl Nomor 49);

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8O Tahun


2015 tentang Pembenhrkan Produk Hukum
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2Ol5 Nomor 20.361;
-4-

13. Perahrran Daeratr Kabupaten Tapin Nomor 05


Tahun 2008 tentang Pembenttrkan Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah l(abupaten Tapin
(Lembaran Daerah Kabupaten Tapin Tahun 2008
Nomor O5), sebagaimana telah diubah beberapa
kali, teraktrir dengan Perahrran Daerah I(abupaten
Tapin Nomor O9 Tahun 2015 tentang Pembatran
Keempat Atas Peratr:ran Daerah Kabupaten Tapin
Nomor 05 Tahun 2OO8 tentang Pembenhrkan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daeralr
Kabupaten Tapin (Lembaran Daerah l(abupaten
Tapin Tahun 2015 Nomor 09);

14. Perahrran Daeratr Kabupaten Tapin Nomor 01


Tahun 2Ol2 tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Tapin (Lembaran Daerah
Kabupaten Tapin Tahun 2Ol2 Nomor O1);

Tapin Nomor 09
15. Peratr.rran Daeratr Kabupaten
Tahun 2016 tentang Pembenhrkan dan Susunan
Perangkat Daerah (kmbaran Daeratr l(abupaten
Tapin Tahun 2OL6 Nomor 09);

16. Perahrran Daerah l(abupaten Tapin Nomor L4


Tahun 2016 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil
di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapin
(kmbaran Daeratr Kabupaten Tapin Tatrun 2Ot6
Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Tapin Nomor O9);
-5-

Dengan Persettrjuan Bersama


DEWAN PERWAKII.,AN RAI(YAT DAERAH KABUPATEN TAPIN
dart
BUPATI TAPIN

MEMUTUSI(AN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN TANPA


ROKOK.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Perahrran Daerah ini yang dimaksud dengan:


1. Daeratr adalatr Kabupaten Tapin.
2. Pemerintatr Daeratr adalah Bupati ssfoagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Daeratr Otonom.
3. Bupati adalah Bupati Tapin.
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daeratr Kabupaten Tapin.
5. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin.
6. Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut SKPD adalatr unsur
pembanhr Bupati dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan
Pemerintatran yang menjadi Kewenangan Daeratr.
7. I(awasan Tanpa Rokok, yang selanjutrya disingkat KtR adalah
ruang€ul atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan
merokok atau kegiatan memprodtrksi, . menjual, mengiklankan,
dan/atau mempromosikan produk tembakau.
8. Tempat Ktrusus Unflrk Merokok adalah ruangan yang
diperuntukan khusus unhrk kegiatan merokok yang berada di
dalam ImR.
-6-

9. Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan


unhrk dibakar, dihisap, dan/atau dihimp termasuk rokok kretek,
rokok putih, ceruflr atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari
tanaman nimtiana tabaanm, niotiana rustiu. dan spesies lainnya
atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar,
dengan atau tanpa bahan tambahan.
10. Merokok adalah kegiatan membakar dan/atau menghisap rokok.
1 bukan perokok namun terpaksa
1. Perokok Pasif adalah orang yang
menghisap atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh
perokok.
12. Fasilitas Pelayanan Kesehatan addah suatu alat dan/atau
tempat yang digunakan unhrk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventit, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintatr, Pemerintah Daerah,
swasta, dan/atau masyarakat.
13. Fasilitas Olatrraga adalah suatu alat dan /atau tempat terbuka
atau terhrhrp yang digunakan unh:k menyelenggarahan kegiatan
olahraga baik oleh Pemerintah, Pemerintatr Daerah, swasta,
dan/atau masyaralrat.
14. Tempat Proses Belajar Mengajar adalah gedung yang digunakan
unhrk kegiatan belajar, mengajar, pendidikan dan/atau
pelatihan, termasuk ruang perpustakaan, ruang praktek atau
laboratorium, museum dan sejenisnya.
15. Tempat Anak Bermain adalatr anea terhrhrp maupun terbuka
yang digunakan unhrk kegiatan bermain anak-anak.
16. Tempat Ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang
memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk
beribadah bag para pemeluk masing-masing agama secara
perrnanen, tidak termasuk tempat ibadatr keluarga.
17. Angkutan Umum adalah alat angkutan bag masyarakat yang
dapat berupa kendaraan darat, air, dan udara biasarrya dengan
kompensasi.
-7 -

18. Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertuhrp atau
terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau
yang dimasuki tenaBe kerja untuk keperluan suahr usaha dan
dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
19. Tempat Umum adalatr semua tempat terhrtup yang dapat diakses
oleh masyarakat umum dan/atau tempat yang dapat
dimanfaatkan bersam-sama untuk kegiatan masyarakat yang
dikelola oleh Pemerintah, Pemerintatr Daeratr, swasta, dan/atau
masyarakat.
2O. Pengelola,Pimpinan dan/atau Penanggungiawab Gedung adalatt
orang dan/atau badan yang karena jabatannya memimpin
dan/atau bertanggungiawab atas kegiatan dan/atau usaha di
tempat atau kawasan yang ditetapkan sebagai I(IR, baik milik
Pemerintatr, Pemerintah Daeratr maupun swasta.
21. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan, baik yang
berbentuk badan hukum maupun tidak berbadan hukum.
22.Badan adalatr sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang
tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan yang lainnya, Badan Usatra
Milik Negara/Daeratr dengan nama dan dalam bentuk apapun,
firma, kongsi, koperasi, persekutuan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga
dana pensiun, benhrk usatra tetap, serta benttrk badan lainnya.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Bagian Kesatrr
Asas
Pasal 2
Asas ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah unhrk melindungi
hak asasi manusia ddam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya melalui pengendalian terhadap bahaya asap rokok.
-8-

Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
Penetapan Peraturan Daerah ini bertujuan untuk:
a. melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak
buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung;
b. membudayakan hidup sehat;
c. menekan angka perhrmbuhan perokok pemula; darr
d. menjaga kebersihan lingkungan pribadi, keluarga dan
masyarakat.

BAB III
KAWASAN TANPA ROKOK
Pasal 4
KTR meliputi:
a. fasilitas pelayanan kesehatan;
b. tempat proses belajar mengajar;
c. tempat anak bermain;
d. tempat ibadah;
e. angtrutan umum;
t. fasilitas olahraga;
g. tempat kerja;
h. tempa-t umum; dan
i. tempat lainnya yang ditetapkan.

Pasal 5
Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huntf a meliputi:
a. rumah sakit;
b. rumah bersalin;
c. poliklinik;
d. puskesmas dengan jaringannya; dan
e. tempat praktek kesehatan swasta.
-9-

Pasal 6
Tempat Proses Belajar Meng4iar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 huruf b meliputi:
a. sekolatr;
b. madrasah;
c. perguruan tirggr;
d. balai pendidikan dan pelatihan;
e. balai latihan kerja;
f. bimbingan belajar;
g. tempat pendidikan alqur'an (TPA/TPQ); dan
h. tempat kursus.

Pasal 7
Tempat Anak Bermain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c
meliputi:
a. tempat bermain anak (terbuka); dan
b. tempat bermain anak (terttrttrp).

Pasal 8
Tempat Ibadah sebagaimspa dimaksud ddam Pasal 4 huruf d
meliputi:
a. mesjid;
b. mushola;
c. gereja/kapel;
d. pura;
e. vihara;
f. litang/klenteng; dan
g. dan tempat ibadatr lainnya.

Pasal 9
Angkutan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e
meliputi:
a. bus umum;
b. taxi:
- 10-

c. angkutan kota termasuk kendaraan wisata, bus angkutan anak


sekolah dan bus angkutan ka4rawan;
d. anglmtan antar kota;
e. angkutan pedesaan; dan
f. angkutan air.

Pasal 10
Fasilitas olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf f
meliputi:
a. lapangan sepak bola;
b. lapangan basket;
c. lapangan futsal;
d. lapangan badminton;
e. tempat frtness/kebugaran;
f. lapangan voli;
g. lapangan tenis meja; dan
h. lapangan tenis.

Pasal 11
Tempat Kerja ss[agaimana dimaksud datam pasal 4 huruf g
meliputi:
a. perkantoran pemerintah, baik sipil maupun TNI dan poLRI;
b. perkantoran swasta;
c. industri; dan
d. bengkel.

Pasal 12
Tempat umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf h
meliputi:
a. pasar modern;
b. pasar tradisional;
c. tempat wisata;
d. tempat hiburan;
e. hotel;
f. restoran:
- 11-

g. halte;
h. terminal angkutan umum;
i. terminal angkutan barang; dan
j. pelabuhan.

Pasal 13
Ketentuan lebih lanjut mengenai tempat lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf i diahrr dengan Peraturan Bupati.

Pasal 14
(1) KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, huruf b,
huruf c, humf d, humf e, dan huruf f dilarang menyediakan
tempat khusus untuk merokok dan menrpakan KTR yang bebas
dari asap rokok hingga batas pagar terluar.
(2) KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g dan huruf h
dapat menyediakan tempat khusus untuk merokok.
(3) Tempat khusus unhrk merokok sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) hams memenuhi persyaratan:
a. merupakan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan
langsung dengan udara luar sehingga udara dapat
bersirkulasi dengan baik:
b. terpisah dari gedung/tempat/ntartg utama dan rrang lain
yang digunat<an unhrk beraktivitas;
c. jauh dari pinhr masuk dan keluar; dan
d. jauh dari tempat orang berlalu-lalang.

BAB IV
T,ARANGAN DAN KEWA.'IBAN
Pasal 15
(1) Setiap orang dilarang merokok di KTR.
(2) Setiap orang/badan dilarang mempromosikan, mengiklankan,
menjual, dan/atau membeli rokok di KTR.
(3) I"arangan kegiatan menjual dan membeli sebagaimana dimaksud
pada ayat (21 dikecualikan untuk tempat umum yang digunakan
unh:k kegiatan penjualan rokok di lingkungan I(IR.
-t2-

Pasal 16
(1) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR
wqiib unhrk:
a. menerapkan KTR;
b. melakukan pengawasan internal pada tempat dan/atau lokasi
yang menjadi tanggung jawabnya;
c. melarang semua orang untuk merokok di KTR yang menjadi
tanggungiawabnya;
d. meniadakan asbak atau sejenisnya pada tempat dan/atau
lokasi yangmenjadi tanggung jawabnya; dan
e. memasang tanda-tanda dan pengumuman dilarang merokok
sesuai persyaratan di semua pinhr masuk utama dan di
tempat-tempat yang dipandang perlu dan mudah terbaca
dan/atau didengar baik.
(21 Bentuk dan besaran tanda-tanda dilarang merokok sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e diatur lebih lanjut dengan
Peratrrran Bupati,

BAB V
PERAN SERTA MASYARANAT
Pasal 17
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam mewujudkan KTR.
(2) Peral serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan dengan cara:
a. memberikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan
berkenaan dengan penenhran kebiliakan yang berkaitan
dengan KTR;
b. melakukan pengadaan dan pemberian bantuan sarana dan
prasaran a yfrLg diperlukan unhrk mewqiudkan KTR;
c. ikut serta dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan
serta penyebarluasan inforsrasi kepada masyarakat tentang
dampak rokok bagi kesehatan;
d. mengingatkan setiap orang yang melanggar ketentuan dalam
Pasal 15;
-13-

melaporkan setiap orang yang terbukti melanggar ketentuan


dalam Pasal 15 kepada pengelola, pimpinan, dan/atau
penanggungiawab I(TR; dan
f. memelihara dan meningkatkan kualitas udara yang sehat dan
bersih serta bebas dari asap rokok.

BAB VT
PEMBINAAN DAN PENGAWASAIV
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 18
(1) Bupati melakukan pembinaan terhadap selunrh pelaksagaal
KTR di wilayahnya.
(2) Bupati dapat mendelegasikan pembinaan trffR kepada
Kepala
SKPD.
(3) Pembinaan IffR dilaksanakan oleh sKpD yang mempunyai
hrgas
pokok dan fungsi sesuai dengan tempat yang dinyatakan
sebagai
I,(TR.
(4) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikoordinasilan
oleh Sekretaris Daerah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara pembinaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (r) dan ayat (s)
diahrr dengan
Peraturan Bupati.

pasal 19
(1) Pembinaan pelaksanaan KTR dalam rangka pengembangan
kemampua' masyarakat untuk berperitaku hidup sehat.
(2) Pembinaan pelaksa'aan ImR dilaksanakan
oleh sKpD
sebagaimana dimaksud dalarn pasal lg ayat (3) sesuai
bidang
tugas da'wewenangnya di bawatr koordinasi Dinas Kesehatan.
(3) Bupati melakukan koordinasi dengan seluruh
lembaga
pemerintah dan nonpemerintah.
-14-

pasal 20
Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan KTR, berupa:
a. sosialisasi dan koordinasi;
b. pemberian pedoman;
c. konsultasi;
d. monitoring dan evaluasi; dan/atau
e. memberikan penghargaan.

Bagran Kedua
Pengawasan
pasal 2l
SKPD bersama-sarna masyarakat, bada,, lembaga, da,/atau
organisasi kemasyarakatan dapat melakukan pengawasan
pelaksanaan KTR.

(l) pengawasan r(TR **Jffi"^"n sKpD yans mempunyai


tugas pokok dan fungsi sesuai dengan tempat yang
dinyatakan
sebagai KTR.
(2) Hasit pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (r) wajib
dilaporkan oleh masing masing instansi sesuai
dengan tugas dan
fungsinya kepada Bupati melalui sekretaris
Daerah.
(3) Ketentuan lebih larfut mengenai pengawasan,
pembinaan dan
penindakan KTR diatur dalam peraturan
Bupati.

BAB VII
KETENTUAN PET{Y_IDIKAN
pasal 23
(1) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri sipil di lingkungan pemerintah
Daerah benrenang unhrk melak,kan penyidikan
terhadap tindak
pidana pelanggaran peraftrran Daerah ini.
(2) wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (r)
meriputi:
a- menerima lapora' atau pengadua, dari seseorang mengenai
adanya tindak pida,a atas pela,gsaran peratuan
Daeratr:
-15-

b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat


kejadian;
c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal
diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil or.rng r-rntuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
g. mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari
Penyidik Kepolisian Republik Indonesia bahwa tidak terdapat
culmp bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak
pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal
tersebut kepada penuntut Llmllrn, tersangka atau
keluarganya; dan
i. mengadakan tindakan lain menurut huktrm yang dapat
dipertan ggungi awabkan.
(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), tidak berwenang melakukan penangkapan dan/atau
penahanan.
(a) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), membuat berita acara setiap tindakan dalam hal:
a. pemeriksaan tersangka;
b. memasuki nmah dan/atau tempat terhrhrp lainnya;
c. penyitaan barang;
d. pemeriksaan saksi;
e. pemeriksaan di tempat kejadian; dan
f. pengarnbilan sidik jari dan pemotretan.

BAB VIII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 24
(1) Pengelola, pimpinan dan/atau Denanesuns iawab KTR daoat
-16-

a. peringatan terhrlis;
b. paksaan pemerintahan;
c. uang paksa; dan/atau
d. pencabutan izin.
(21 Tata cara pemberian sanksi administrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah:
a. Bupati dan/atau Kepala SKPD terkait memberikan peringatart
tertulis kepada pengelola, pimpinan danlatau penanggung
jawab KTR; dan
b. apabila dalam wakhr I (satu) bulan sejak peringatan ter.hrlis
diberikan, pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab
KTR belum memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum
dalam peringatan tertulis, maka kepada pengelola, pimpinan
dan/atau penanggungiawab kawasan dimaksud diberikan
sanksi berupa paksaan pemerintahan atau uang paksa atau
pencabutan izin.
(3) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (21hur:Lf b
diberikan oleh Bupati atau Pejabat yang bennrenang.

BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 25
(1) Setiap orang yang merokok di tempat atau area yang dinyatakan
sebagai I(TR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) hari atau
denda paling sedikit Rp.SO.OOO,OO flima puluh ribu rupiah) dan
paling banyak Rp. 1.OOO.OOO,0O (sattr juta rupiah).
(2) Setiap orang atau badan yang mcmpromosikan dan
mengiklankan rokok di tempat atau area yang dinyatakan
sebagai KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2)

dipidana dengan pidana kumngan paling lama 7 (ttrjuh) hari atau


denda paling sedikit Rp.25O.OOO,OO (dua ratus lima puluh ribu
rupiah) dan paling banyak Rp.5.0O0.OOO,OO (lima juta mpiah).
(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalatr
-t7-

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
(1) Sebelum pelaksanaan sanksi terhadap KTR sebagai6apa
dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25, Bupati melaksanakan
pembinaan secara terus-menerus yang dilaksanakan oleh Tim
Pembinaan KTR yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(2t Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
selama 6 (enam) bulan sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

BAB XI
KBTENTUAN PENUTUP
Pasal2T
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Perattrran Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daeratr l(abupaten Tapin.

Ditetapkan di Rantau
padatanggal 11 Oktober 2077
BUPATI TAPIN,

Diundangkan di Rantau
pada tanggal !1 Oktober 2O7?

ARIS DAERAH KABUPATEN TAPIN,

DAERAH KABUPATEN TAPIN TAHUN 2OI7 NOMOR 1'

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN

Anda mungkin juga menyukai