Anda di halaman 1dari 38

lOMoARcPSD|28008275

313953811 pedoman pel ugd docx 180814081218

Kebijakan publik (Universitas Sriwijaya)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)
lOMoARcPSD|28008275

PEDOMAN PELAYANAN GAWAT DARURAT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan oleh suatu

organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan


tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok agar dapat
menurunkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak
perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan
dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat daruratbaik dalam keadaan
sehari – hari maupun dalam keadaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka
diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan di
tempat kejadian, selama perjalanan ke fasilitas pelayanan kesehatan maupun di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, Unit Gawat Darurat perlu dibuat standart
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien
UGD Puskesmas Mojoagung.

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

B. Batasan Operasional

1. Unit Gawat Darurat

Adalah pelayanan di puskesmas yang memberikan pelayanan pertama


pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan
melibatkan berbagai multidisiplin.
2. Triage

Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya


trauma/penyakit serta kecepatan penanganan/pemindahanya.
3. Prioritas

Adalah penentuan nama yang harus di dahulukan mengenai


penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang
timbul.
4. Survey Primer

Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang


mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder

Adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan –


perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan
memperberat perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan ancaman jiwa
bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat Darurat

Pasien yang tiba- tiba berada dalam keadaan darurat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat)
bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat

Pasien dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat


misalnya kanker stadium lanjut.

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

8. Pasien Darurat Tidak Gawat

Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badanya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat

Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit , dan sebagainya.

10. Kecelakaan (Accident)

Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang


datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik,
mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat di klasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian
 Kecelakaan lalu lintas
 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
 Kecelakaan di sekolah
 Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat
rekreasi, perbelaanjaan, di area olah raga, dan lain- lain.
2. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik, oleh benda asing, tersengat,
terbakar, baik efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time)
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain- lain.

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

11. Cidera

Masalah kesehatan yang di dapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.

12. Bencana

Peristiwa ata rangkaian yang disebabkan oleh alam dan atau menusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia. Kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkangangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan umum.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan
dari salah satu system / organ di bawah ini :
1. Susunan syaraf pusat
2. Pernafasan
3. Kadiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas

Kegagalan ( kerusakan ) system / organ tersebut dapat disebabkan oleh :

1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan ( poisoning)
4. Degenerasi ( failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of
water and electrolit)
7. Dan lain – lain

Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan, dan


hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4-6 ),

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

sedangkan kegagalan sistim / organ yang lain dapat menyebabkan kematian


dalam waktu yang lama. Dengan demikian keberhasilan Penanggulangann
Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan kecacatan
ditentukan oleh :

1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat


2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang di berikan :
a. Di tempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit

C. Landasan Hukum

1. Undang- undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


2. Surak Keputusan Meteri Kesehatan RI No 436/ Menkes / SK / VI / 1993
tentang berlakunnya Standart Pelayanan Di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 070 / YANMED / RSKS /
GDE / VII / 1991 tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
4. Undang- undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
5. Undang – undang No.8 taahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

BAB II
STANDART KETENEGAAN

A. Kualifikasi SDM

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM UGD adalah :

No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan

Penanggung Jawab Bersertifikat


SKp / SKM /
1 Pelayanan Keperawatan BLS / BTCLS /
Setingkat
UGD PPGD
Bersertifikat
SKp / SKM /
2 Ka Ru UGD BLS / BTCLS /
Setingkat
PPGD
Bersertifikat
3 Ka Unit Gawat Darurat Dokter Umum
ACLS /ATLS
Bersertifikat
4 Perawat Pelaksanan UGD D III Keperawatan BLS / BTCLS /
PPGD
Bersertifikat
5 Dokter UGD Dokter Umum
ACLS /ATLS
6 TPK SMU

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

B. Distribusi Ketenagaan

Pola pengaturan ketenagaan Unit Gawat Darurat yaitu :

a. Untuk Dinas Pagi :


Yang bertugas sejumlah 3 ( tiga) orang dengan standart minimal bersertifikat
BLS.
Kategori :
1 orang Ka Ru
2 orang Pelaksana

b. Untuk dinas sore


Yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standart minimal
bersertifikat BLS.
Kategori :
1 orang Penanggug Jawab Shift
1 orang Pelaksana

c. Pengaturan Jaga

I. Pengaturan Jaga Perawat UGD


 Pengaturan jadwal dinas perawat UGD dibuat dan dipertanggug jawabkan
oleh Kepala Ruangan ( Karu) UGD dan disetujui oleh Asisten Manajer
Pelayanan Keperawatan
 Jadwal dinas yang dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan
direalisasikan ke perawat pelaksana UGD setiap satu bulan
 Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada
buku permintaan. Permintaan akan desesuaikan dengankeputusan tenaga
yang ada ( apabila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu
pelayanan, maka permintaan disetujui).

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

 Setiap tugas jaga / shift harus ada penanggung jawab shift ( PJ shift)
dengan syarat pendidikan minimal DIII Keperawatan dan masa kerja
minimal 2 tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan
 Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi , dinas sore , lepas malam, libur dan
cuti.
 Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai jadwal yang telah di tetapkan ( terencana), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu Karu UGD : 2 jam sebelum dinas pagi,
4 jam sebelum dinas sore atau malam. Sebelum memberi tahu Karu UGD,
diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti.
Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat
pengganti maka Karu UGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu
perawat yang hari itu libur atau perawat UGD yang tinggal di dekat
puskesmas.
 Apabila tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
telah di tetapkan ( tidak terencana ), maka Karu UGD akan mencari
perawat pengganti yang hari itu libur. Apabila perawat pengganti tidak di
dapatkan, maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk
menggantikannya.( prosedur pengaturan jadwal dinas perawat UGD
sesuai SOP terlampir)

II. Pengaturan Jaga Dokter UGD


 Pengaturan jadwal dokter jaga UGD menjadi tanggung jawab Ka Unit
Gawat Darurat dan disetujui oleh Manager Pelayanan
 Jadwal dokter jaga UGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah
diedarkan ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu
sebelum jaga dimulai.
 Apabila dokter jaga UGD karena suatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

o Untuk yang terencana , dokter yang bersangkutan harus


menginformasikan ke Ka Unit Gawat Darurat paling lambat 3 hari
sebelum tanggal jaga, serta dokter wajib menunjuk dokter jaga
pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Unit Gawat Darurat dan diharapkan dokter
tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga
pengganti tidak di dapatkan, maka Ka Unit Gawat Darurat wajib
untuk mencarikan dokter jaga pengganti yaitu digantikan oleh dokter
jaga yang pada saat itu liburatau di rangkap oleh dokter jaga ruangan.
Apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan maka dokter jaga
shift sebelumnya wajib untuk menggantinya. (Prosedur pengaturan
jadwal jaga dokter UGD sesuai SOP terlampir)
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Unit Gawat Darurat dan di harapkan dokter
tersebutsudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga
pengganti tidak didapatkan, maka Ka Unit Gawat Darurat wajib
untuk mencarikan dokter jaga pengganti yaitu digantikan oleh dokter
jaga yang pada saat itu libur atau di rangkap oleh dokter jaga
ruangan. Apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan maka dokter
jaga shift sebelumnya wajib untuk mrnggantinya. (Prosedur
pengaturan jadwal jaga dokter UGD sesuai SOP terlampir)

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

BAB III
STANDART FASILITAS
A. Denah Ruangan

Bed Bed Meja


B penerimaan penerimaan periksa
pasien baru pasien baru

Pintu masuk
Pintu keluar
Bed
Ruang administrasi
penerimaan
UGD
pasien baru

B. Standar Fasilitas
Meja tempat tidur ada 3 buah, 2 set peralatan heating, 2 buah nebul, 3
regulator, 4 selang oksigen, 1 senter sorot, 5 tabung kecil oksigen, 3 tabung besar
oksigen, 2 tromol kasa kecil, 1 tromol besar, 1 masker oksigen.
I. Fasilitas & Sarana
UGD Puskesmas Mojoagung berlokasi di gedung utama yang terdiri
dari ruangan Triase, ruang jaga dokter dan ruang jaga perawat.
Ruangan resusitasi terdiri dari 3 ( tiga) tempat tidur, tindakan bedah
terdiri dari 1( satu ) tempat tidur, tindakan non bedah terdiri dari 2 ( dua )
tempat tidur.

10

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

II. Peralatan
Peralatan yang tersedia di UGD mengacu pada Buku Pedoman
Pelayanan Gawat Darurat Departemen Kesehatan RI untuk menunjang
kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat Darurat.
Alat yang tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan
gagal nafas, seperti selang O 2 dan tabung oksigen
a. Alat – alat untuk resusitasi
1. Mesin suction ( 1 set )
2. Oksigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set )
3. Laringoskope anak & dewasa ( 1 set )
4. Spuid semua ukuran ( masing – masing 10 buah)
5. Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan)
6. Infus set / transfusi set ( 5/5 buah)
7. Brancard fungsional diatur posisi trendelenberg ada gantungan
infus dan penghalang ( 1 buah )
8. Gunting besar ( 1 set )
9. Defribilator ( 1 set )
10. Trolly emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan
resusitasi ( 1 set)
11. Papan resusitasi ( 1 set )
12. Ambu bag ( 1 set )
13. Stetoskop ( 1 set )
14. Tensi meter ( 1 set )
15. Thermometer ( 1 set )
16. Tiang infus ( 3 set )

b. Alat – alat untuk tindakan bedah


1. Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung
( 1 set )
2. Verban segala ukuran :

11

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

- 4 x 5 cm ( 5 buah )
- 4 x 10 cm ( 5 buah )
3. Vena seksi set ( 1 set )
4. Extraksi kuku set ( 2 set )
5. Heating set ( 5 set )
6. Benang – benang/ jarum segala ukuran
- Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah )
- Silk black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah )
- Jarum ( 1 set )
7. Lampu sorot ( 1 set )
8. Kassa ( 1 tromel )
9. Cirkumsisi set ( 1 set )
10. Ganti verban set ( 3 set )
11. Stomach tube / NGT
- Nomer 12 ( 3 buah )
- Nomer 16 ( 3 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah )
12. Spekulum hidung ( 2 set )
13. Spuid sesuai kebutuhan
- 5cc (5 buah)
- 2,5cc (5 buah)
14. Infus set ( 1 buah )
15. Dower catheter segala ukuran
- Nomer 16 ( 2 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah )

16. Emergency lamp ( 1 buah )


17. Stetoskop ( 1 buah )
18. Tensimeter ( 1 buah )
19. Thermometer ( 1 buah )

12

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

20. Elastis verban sesuai kebutuhan


- 6 inchi ( 1 buah)
- 4 inchi ( 2 buah)
- 3 inchi ( 1 buah)
21. Tiang infus ( 4 buah )

c. Alat – alat untuk tindakan non bedah


1. Stomach tube / NGT
- Nomer 12 ( 2 buah )
- Nomer 16 ( 2 buah )
- Nomer 18 ( 3 buah )
2. Urine bag ( 3 buah )
3. Otoscope ( 1 buah )
4. Nebulizer ( 1 buah )
5. Infus set ( 1 buah )
6. IV cateter semua nomer ( 1 buah )
7. Spuid sesuai kebutuhan :
- 1cc (5 buah)
- 2,5cc (5 buah)
- 5cc (5 buah)
- 10cc (5 buah)
- 20cc ( 3buah)
- 50cc (3 buah)
8. Tensimeter ( 1 buah )
9. Stetoscop ( 1 buah )
10. Thermometer ( 1 buah )
11. Tiang infus ( 1 buah )

d. Alat – alat untuk observasi


1. Tensimeter ( 1 buah )

13

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

2. Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah )


3. Termometer ( 1 buah )
4. Stetoskop ( 1 buah )
5. Standart infus ( 1 buah )
6. Infus set ( 1 buah )
7. IV cateter segala ukuran ( 1 buah )
8. Spuid sesuai kebutuhan :
- 1cc (5 buah)
- 2,5cc (5 buah)
- 5cc (5 buah)
- 10cc (5 buah)

e. Alat – alat dalam trollly emergency


I. Obat life saving ( terlampir pada standart obat UGD Puskesmas
Mojoagung)
II. Obat penunjang ( terlampir pada standart obat UGD Puskesmas
Mojoagung)
III. Alat – alat kesehatan
1. Ambu bag / air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah)
2. Oropharingeal airway
- Nomer 3 ( 2 buah)
- Nomer 4 ( 2 buah)
3. Laringoscope dewasa & anai ( 1 set )
4. Magyl forcep
5. Face mask ( 1 buah )
6. Urine bag non steril ( 3 buah )
7. Spuid semua ukuran:
8. Infus set ( 1 buah )
9. Endotracheal tube (dewasa & anak )
- Nomer 2,5 ( 1 buah )

14

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

10. Selang oksigen sesuai kebutuhan


11. IV cateter sesuai kebutuhan
- Nomer 18 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah)
- Nomer 20 Cath / Terumo ( 2 / 16 buah)
- Nomer 22 Cath / Terumo ( 2 / 11 buah)
12. Suction cateter segala ukuran
- Nomer 10 ( 3 buah)
- Nomer 12 ( 2 buah)
13. Neck collar ukuran S / M ( 2 / 1)
f. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien Puskesmas
Mojoagung saat ini memiliki 2 ( dua) unit ambulance yang
kegiatannya berada dalam koordinasi UGD dan bagian umum.

Fasilitas & Sarana untuk Ambulance


a. Perlengkapan Ambulance
1. Sirine
2. Lampu rotater
3. Sabuk pengaman
4. Sumber listrik / stop kontak
5. Lampu ruangan
b. Alat & Obat
1. Tabung oksigen ( 1 buah )
2. Obat – obat untuk life saving :
 Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5/ 10 kolf)
 Senter ( 2 buah )
 Stetoskop ( 2 buah )
 Tensimeter ( 2 buah )
 Oropharingeal air way
 Gunting verban ( 2 buah )

15

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

 Tongue spatel ( 1 buah )


 Reflek hummer ( 2 buah )
 Infus set ( 1 buah )
 IV cateter ( No 20,18 : 2: 2)
 Spuid semua ukuran ( masing – masing 2 buah)

16

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN

I. Petugas Penanggung Jawab


- Perawat UGD
- Petugas Administrasi
II. Perangkat Kerja
- Status Medis
III. Tata Laksana Pendaftaran Pasien UGD
1. Pendaftaran pasien yang dating ke UGD dilakukan oleh pasien /
keluarga dibagian admission (SPO – UGD).
2. Bila keluarga tidak ada petugas UGD bekerja sama dengan securiti
untuk mencari identitas pasien.
3. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan
memberikan status untuk diisi oleh dokter UGD yang bertugas.
4. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung
diberikan pertolongan di UGD, sementara keluarga / penanggung
jawab melakukan pendaftaran di bagian admission.
B. TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI

I. Petugas Penanggung Jawab


- Petugas Operator
- Dokter / perawat UGD
II. Perangkat Kerja
- Hand Phone
III. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD

17

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

1. Antara UGD dengan unit lain dalam Puskesmas Mojoagung


dengan nomor handphone masing-masing unit (SPO – UGD).
2. Antara UGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang
terkait dengan pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan
handphone langsung dari UGD dengan menggunakan kode PIN
yang dimiliki oleh dokter jaga.
3. Antara UGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan
menggunakan handphone (SPO – UGD).
4. Dari luar Puskesmas Mojoagung dapat langsung dari nomor
handphone.

C. TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE


I. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter jaga UGD
II. Perangkat Kerja
- Stethoscope
- Tensimeter
- Status medis
III. Tata Laksana Pelayanan Triase UGD
1. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian admission (SPO –
UGD).
2. Dokter jaga UGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara
lengkap dan menentukan prioritas penanganan.
3. Prioritas pertama (I, tertinggi, emergency) yaitu mengancam jiwa /
mengancam fungsi vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi.
4. Prioritas kedua (II, medium, urgent) yaitu potensial mengancam
jiwa / fungsi vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat.
Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan
di ruang resutasi.

18

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

5. Prioritas ketiga (III, rendah, non emergency) yaitu memerlukan


pelayanan biasa tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan
bersifat terakhir. Pasien ditempatkan diruang resutasi.

D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT

I. Petugas Penanggung Jawab


- Dokter jaga UGD
II. Perangkat kerja
- Formulir Persetujuan Tindakan
III. Tata Laksana Informed Consent
1. Dokter UGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari
pengisian informed consent pada pasien / keluarga pasien (SPO –
UGD) disaksikan oleh perawat.
2. Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap
disaksikan oleh perawat.
3. Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.

E. TATA LAKSANA TRANSPORTASI PASIEN

I. Petugas Penanggung Jawab


- Perwat UGD
- Supir Ambulan
II. Perangkat Kerja
- Ambulan
- Alat Tulis
III. Tata Laksana Transportasi Pasien UGD
1. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan Puskesmas
Mojoagung sebagai transportasi, maka perawat unit terkait
menghubungi UGD (SPO – UGD).

19

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

2. Perawat UGD menuliskan data -data / penggunaan ambulan (nama


pasien, ruang rawat inap, waktu penggunaan & tujuan
penggunaan).
3. Perawat UGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk
menyiapkan kendaraan.
4. Perawat UGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi
pasien.

F. TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY


I. Petugas Penanggung Jawab
- Perawat Admission
- Dokter jaga UGD
II. Perangkat Kerja
- Stetoscope
- Tensimeter
- Alat Tulis
III. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
1. Pasien / keluarga pasien mendaftar di bagian admission (SPO –
UGD).
2. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah.
3. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga UGD.
4. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga /
penanggung jawab.
5. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian
admission.
6. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung
pulang.
7. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran
dokter

20

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

G. TATA LAKSANA PELAYANAN VISUM ET REPERTUM


I. Petugas Penanggung Jawab
- Petugas Rekam Medis
- Dokter jaga UGD
II. Perangkat Kerja
- Formulir Visum Et Repertum UGD
III. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
1. Petugas UGD menerima surat permintaan visum et repertum dari
pihak kepolisian (SPO – UGD).
2. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian loket.
3. Petugas loket menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga
yang menangani pasien terkait.
4. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medic maka
lembar yang asli diberikan pada pihak kepolisian.

H. TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL (DOA)


I. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter jaga UGD
- Perawat Jaga
II. Perangkat Kerja
- Senter
- Stetoscope
- Surat Kematian
III. Tata Laksana Death On Arrival UGD (DOA)
1. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga UGD
(SPO – UGD).
2. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan
perawatan jenazah.
3. Dokter jaga UGD membuat surat keterangan meninggal.

21

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

4. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah


dengan bagian umum / keamanan.

1. TATA LAKSANA SISTEM INFORMASI PELAYANAN PRA


PUSKESMAS
I. Petugas penanggung jawab
- Perawat UGD

II. Perangkat Kerja

- Ambulance
- Handphone

III. Tata laksana Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit

1. Perawat yng mendampingi pasien memberikan informasi


mengenai kondisi pasien yang akan dibawa, kepada perawat
IGD RS yang akan dituju.
2. Isi informasi mencakup :
- Keadaan umum (kesadaran dan tanda – tanda vital)
- Peralatan yang diperlukan di UGD
- Kemungkinan untuk di rawat di unit intensive care
(SPO - UGD)
- Perawat UGD melaporkan pada dokter jaga GD & PJ
shift serta menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai
dengan laporan yang di terima dari petugas ambulan.

22

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

1. TATA LAKSANA SISTEM RUJUKAN

I. Petugas Penanggung Jawab

- Dokter UGD
- Perawat UGD

II. Perangkat Kerja

- Ambulance
- Formulir persetujuan tindakan
- Formulir rujukan

III. Tata Laksana Sistem Rujukan

1. Alih Rawat
- Perawat UGD menghubungi rumah sakit yang akan di
rujuk
- Dokter jaga UGD memberikan informasi pada dokter
jaga rumah sakit rujukan mengenai keadaan umum
pasien (SPO - UGD)
- Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan,
perawat UGD ambulan sesuai kondisi pasien.
2. Pemeriksaan Diagnostik
- Pasien / keluarga pasien di jelaskan oleh dokter jaga
mengenai tujuan pemeriksaan diagnostic, bila setuju
maka keluarga pasien harus mengisi informed consent.
- Perawat UGD menghubungi rumah sakit rujukan
- Perawat UGD menghubungi petugas ambulan
Puskesmas mojoagung

23

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

3. Spesimen

 Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan specimen


 Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
 Dokter jaga mengisi formulir pemeriksaan dan diserahkan kepetugas
laboratorium
 Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju

24

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

BAB V
LOGISTIK

Standar Obat UGD

1. OBAT LIVE SAVING


a. Injeksi

No. Nama obat Satuan Jumlah Jenis obat

1. Aminopihilin Ampul 14 Anti asmatic dan COPD


preparations

2. Atropine sulfat Ampul 125 Anti spasmodies

3. Buscopan Ampul 14 Anti spasmodies

4. Cortidex Ampul 6 Corticosteroid hormones

5. Diazepam Ampul 5 Minor transquillizer

6. Ephinephrin Ampul 2 Asnastetic local & general

7. Lidocain Ampul 94 Asnastetic local

8. Novalgin Ampul 5 Analgetik

9. Ranitidine Ampul 5 Antacid

10. Panadol Ampul 5 Analgetik

11. Vit K Ampul 2 Anti pendarahan

12. ATS 1500 u Ampul 10 Anti tetanus

13. Vaksin engerik B-In-1 Tube 3 Vaksinasi hepatitis

14. Vaksin engerik 0,5ml Tube 2 Vaksinasi hepatitis

15. Calium clorida Flacon 6 Elektrolit

25

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

b. Tablet

No. Nama obat Satuan Jumlah Jenis obat

1. Captropil 5 mg Tablet 10 Anti hipertensi / betabloker

2. Captropil 10 mg Tablet 10 Anti hipertensi / betabloker

c. Cairan infus

No. Nama obat Satuan Jumlah Jenis obat

1. Asering kolf 4

2. Dextrose 5% 250 ml kolf 5

3. Dextrose 5% 500 ml kolf 5

4. Dextrose 10% 500 ml kolf 5

5. Kaen 3 B kolf 5

6. Nacl 0,9% 500 ml kolf 10

7. Ringer laktat kolf 10

26

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

2. OBAT PENUNJANG

a. Injeksi

No. Nama obat Satuan Jumlah Jenis obat

1. Viicilin Ampul 10 Antibiotic

2. Cefotaxim Ampul 10 Antibiotic

3. Dexamethason Ampul 10

4. Ketoprofen Ampul 10 Antipiretik

5. Neurobion Ampul 5 Vitamin

6. Ketorolac Ampul 10 Antipiretik

b. Obat tablet

No. Nama obat Satuan Jumlah Jenis obat

1. Pamol Tablet 10 Antipiretik & analgesic

2. Antasida doen Tablet 10 Antasida

3. Asam mefenamat Tablet 10 Analgesic

4. Oralit Tablet 10 Anti mencret

27

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui instalasi farmasi.
Kebutuhan obat, alat medis dan bahan habis pakai dihitung tiap dua minggu
berdasarkan analisis kebutuhan obat dan bahan habis pakai dua minggu yang lalu
dengan cadangan 10% , diajukan kepada panitia pengadaan obat untuk mendapat
persetujuan. Pengadaan obat dan alat kesehatan dilakukan oleh panitia pengadaan
setelah mendapat persetujuan dari kepala puskesmas.

Distribusi obat alat medis dan bahan habis pakai dari instalasi farmasi
dilakukan tiap tiga hari sekali pada hari senin dan hari kamis berdasarkan permintaan
dari UGD. Pendistribusian obat dilaksanakan tidak lebih dari 3jam sesudah order
diterimaoleh instalasi farmasi.

28

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safely)
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
 Asemen resiko.
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien.
 Pelaporan dan analisis insiden.
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya.
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan.


 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

B. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit.
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
 Menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas.
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan kejadian tidak diharapkan (KTD).

29

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

STANDAR KESELAMATAN PASIEN

1) Hak pasien
2) Mendidik pasien dan keluarga
3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4) Penggunaan metoda-metoda peningkatan kerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5) Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6) Peran memimpin dalam meningkatkan keselamatan pasien
7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)

ADVERSE EVENT :

Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakitdasarnya atau kondisi
pasien.Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan
medis karena tidak dapat dicegah.

KTD yang tidak dapat dicegah

Unpreventable Adverse Event :

Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir.

30

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

KEJADIAN NYARIS CEDERA (KNC)

Near Miss :

Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau


tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat
mencederai pasien, tetapi tidak cedera serius tidak terjadi :

 Karena “keberuntungan”
 Karena “pencegahan”
 Karena “peringanan”

KESALAHAN MEDIS

Medical Errors :

Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

KEJADIAN SENTINEL

Sentinel Event :

Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang terjadi
seperti, amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencairan fakta terhadap
kejadian ini mengungklapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.

31

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

C. Tatalaksana
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi
pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “pelaporan
insiden keselamatan”

32

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan

HIV/AIDS telah menjadi ancaman global.Ancaman penyebaran HIV menjadi


lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap ribuan anak
berusia 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 sampai 49 tahun terinfeksi HIV
dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di negara-negara berkembang yang belum
mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus
yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV/AIDS terjadi akibat masuknya kasus
secara langsung masyarakat cukup tinggi (misalnya : melalui perilaku seks bebas
tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkan
kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit :
tato, tindik, dll).
Penyakit hepatitis B dan C yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan.Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut
data PMI angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2.10% kedua penyakit ini sering dapat dikenali secara klinis karena tidak
memeberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi
semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal
melalui kewaspadaan umum atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak
dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “petugas kesehatan”
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi. Oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga

33

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

kesehatan dan keselamatan darinya, dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.

B. Tujuan
Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.Petugas
kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi
terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya. Untuk menghindari
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

C. Tindakan yang beresiko terpajan


 Cuci tangan yang kurang benar
 Penggunaan sarung tangan yanag kurang tepat
 Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
 Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
 Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat
 Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai

D. Prinsip keselamatan kerja


Prinsip utama prosedur universal precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan.Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu
 Cuci tangan guna mencegah infeksi
 Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna kontak
dengan darah serta cairan infeksi yang lain
 Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
 Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
 Pengolaan limbah dan sanitasi ruangan

34

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indicator mutu yang digunakan di Puskesmas Mojoagung dalam memberikan


pelayanan adalah angka keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan
variabel jumlah penderita yang dilayani >5menit berbanding dengan jumlah penderita
gawat darurat hari yang sama.

Dalam pelaksanan indicator mutu menggunakan kurva harian dalam format


tersendiri dan evaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur
pelayanan.

35

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

BAB IX
PERENCANAAN

A. Perencanaan

Untuk mencapai kepuasan pasien pada pelayanan medis gawat darurat, maka
diperlukan perencanaan yang matang sehingga menciptakan pelayanan yang efektif
dan efisien, sehingga perlu diperhatikan hal- hal sebagai berikut

Unit Gawat Darurat harus mempunyai :

a. Falsafah Dan Tujuan


UGD memberikan pelayanan kepada masyarakat/ pasien sesuai dengan
standart. Kriteria sebahai berikut :
1. Puskesmas menyelenggarakan pelayanan gawat darurat secara terus
menerus selama 24 jam, 7 hari seminggu
2. Ada kebijakan prosedur tertulis tentang penanganan tidak tergolong
gawat akan tetapi datang berobat di UGD
3. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kegawat daruratan
4.
b. Target Dan Standart
1. Target pencapaian standar Unit Gawat Darurat Puskesmas secara nasional
adalah maksimal 5 tahun dari tanggal penetapan SK.
2. Setiap Puskesmas dapat menentukan target pencapaian lebih cepat dari
target maksimal capaian secara nasional.
3. Rencana pencapaian dan penerapan standar Unit Gawat Darurat Puskesmas
dilaksanakan secara bertahap berdasarkan pada analisis kemampuan

36

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)


lOMoARcPSD|28008275

BAB X
PENUTUP

Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan


yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok agar dapat menurunkan angka
kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan
gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat
menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari – hari maupun dalam
keadaan bencana.
UGD seharusnya mengupanyakan pelayananya dalam proses POACE
(perencanaan, organisasi, penggerak, kontrol dan evalusi) untuk menciptakan standart
pelayanan gawat darurat dan sistem kerja selama 24 jam 7 hari seminggu secara
efektif dn efisien.

37

Downloaded by Indira Dwipuspa (indiradpi21@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai