PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI GAWAT DARURAT TAHUN 2024
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BENDA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan
kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan
tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat
meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak
perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan
dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan
sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka
diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan
ditempat kejadian, selama perjalanan ke rumah sakit, maupun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat
standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD
RSUD BENDA pada khususnya.
1
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan
gawat darurat di IGD harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat RSUD
BENDA.
B. Tujuan Pedoman
Meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit
Umum Daerah Benda serta sebagai asuhan keperawatan di instalasi gawat
darurat agar lebih optimal.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan:
- Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
- Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya
- Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
D. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan
pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma / penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan
dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
a. Untuk Dinas Pagi :
yang bertugas sejumlah 7 (tujuh) orang dengan standar minimal bersertifikat
GELS, ATLS,ACLS untuk Dokter Umum dan sertifikat pelatihan Emergency
Nursing, BTLS, BCLS untuk Perawat.
Kategori :
1 orang Ka Ru
1 orang Dokter Umum
1 orang Penanggung Jawab Shift
2 orang Pelaksana
1 orang asper
1 orang administrasi
C. Pengaturan Jaga
I. Pengaturan Jaga Perawat IGD
Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat oleh Kepala Ruangan
(Karu) IGD dan di pertanggung jawabkan oleh Kepala Instalasi IGD
dan disetujui oleh direktur rumah sakit.
Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan
ke perawat pelaksana IGD setiap satu bulan..
Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas
pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang
serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift
( PJ Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan
pengalaman kerja minimal 2 tahun, serta memiliki sertifikat tentang
kegawat daruratan.
Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur dan cuti.
IGD RSUD Benda berlokasi di lantai I gedung B yang terdiri dari ruangan
Triase dan zona hijau, zona merah dan 1 tempat tidur resusitasi, zona kuning,
ruang isolasi dan ruang Spoelhook. Di luar Gedung (samping) IGD terdapat
ruangan dekontaminasi yang digunakan untuk membersihkan /
mendekontaminasi bagi pasien yang terpapar oleh bahan kimia, sebelum
pasien masuk ke ruang pemeriksaan di IGD.
II. Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman
pelayanan Gawat Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang
kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus
kegawatan jantung seperti monitor dan defribrilator
1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
0
g. GDS stick
1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
1
7 DYSP. 10 CC 2
8 EXTENTION TUBE 75 CM 2
9 BLOOD SET 2
10 INFUS SET MAKRO 1
11 TERUFUSION 1
12 RED DOT ADULT 6
13 NEEDLE 23 3
14 NEEDLE 18 3
15 ALCOHOL SWAB 3
LACI 3
1 ETT NO.3 1
2 ETT NO.3,5 1
3 ETT NO.4 1
4 ETT NO.4,5 1
5 ETT NO.5 1
6 ETT NO.6,5 1
7 ETT NO.7 1
8 ETT NO.7,5 1
9 ETT NO.8 1
4 SUCTION.CAT NO 6 1
5 SUCTION.CAT NO 8 1
6 SUCTION.CAT NO 10 1
7 SUCTION.CAT NO 12 1
8 SUCTION.CAT NO 14 1
9 SUCTION.CAT NO 16 1
16 NASAL CANUL ADULT 1
17 NASAL PEDIATRIK 1
18 NASAL NEONATUS 1
19 SIMPLE MASK 1
20 REBREATHING MASK 1
21 NON REBREATHING MASK 1
22 GUDEL 0 1
23 GUDEL 1 1
24 GUDEL 2 1
25 GUDEL 2 HIJAU 1
LACI 4
1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
2
1 RINGER LAKTAT 2
2 NACL 0.9 % 2
3 CATHJEL 2
4 GLOVES STERIL NO.6,5 1
5 GLOVES STERIL NO.7 1
6 GLOVES STERIL NO.7,5 1
LACI 5
1 AMUBAG ADULT 1
2 AMUBAG PEDIATRIC 1
3 AMUBAG NEONATUS 1
4 LARYNGOSCOPE 2
1 AMUBAG ADULT 1
e. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSUD BENDA saat ini
memiliki 1 ( satu ) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi
IGD dan bagian umum.
1. Adona AC 10 ml Haemostatic
2. Alupent Anti asthmatic dan COPD preparations
3. Aminophilin Anti asmatic dan COPD preparations
4 Atropin sulfat Anti spasmodics
5. Buscopan Anti spasmodics
6 Catapres Other Anti hypertensives
7 Cedation Anti emetics
8 Cortidex Corticosteroid Hormones
1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
4
9 Diazepam Minor Transquillizer
10 Dicynone Haemostatics
11 Dormicum Hypnotics dan sedatives
12 Ephinephrin Asnastetic lokal & general
13 Lasik Diuretics
14 Lidocain Anastetic lokal
15 Metro clopramide Anti emetik
16 Nicholin 250 mg Neuroprotector
17 Nicholin 100 mg Neoroprotector
18 Naotropil 1 gr Neuroprotector
19 Novalgin Analgetik
20 Orodexon Anti inflamasi
21 Phenobarbital Sedatif
22 Pethidine Sedatif
23 Pulmicortn Naspv Broncodilator
24 Ranitidine Antacida
25 Remopain Analgetik
26 Renatoc Antacida
27 Toradol 50 mg Analgetik
28 Panadol Analgetik
29 Transamin Haemostatics
30 Valium Sedatif
31 Vit k Anti perdarahan
32 Tramal 100 mg Analgetik
33 ATS 1500 u Anti tetanus
34 Vaksin Engerik B-In-1 Vaksinasi hepatitis
35 Vaccin Engerik o,5 ml Vaksinasi hepatitis
36 Kallium clorida Elektrolit
37 Meylon 25 ml
38 Meylon 100 ml
b. Tablet
No Nama Obat Jenis Obat
1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
5
3. Cedocard 5 mg Anti anginal
4. Nitrobat Nitrogliserida
c. Cairan Infus
No Nama Obat Jenis Obat
1. Asering
2. Dextrose 5 % 250 ml
3. Dextrose 5 % 500 ml
4 Dextrose 10 % 500ml
5. Dextrose In Saline 0,225
6. Dextrose 0,5 Darrow
7. Kaen 3 B
8. Kaen 3 A
9. Larutan 2 A
10. Manitol 250 cc
11. Nacl 0,9 % 250 ml
12. Nacl 0,9 % 500 ml
13. Nacl 3 %
14. Ringer Dextrose
15 Ringer Lactat
16. Ringer Solution
17. Dex 40 % 25 ml
d. Suppositoria
No Nama Obat Jenis Obat
1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
6
2. OBAT PENUNJANG
a. Injeksi
No Nama Obat Jenis Obat
1. Cedantron Antiemetik
2. Calsium gluconas Vitamin (elektrolit)
3. Zantadin Antasida
4. Lanoxin Cardiac drugs
5. Neurobion 5000 Vitamin
6. Papaverin Anti spasmudics
7. Sotatik Anti emetik
8 Cortison Asetat Anti inflamasi
9. Kanamycin 1 gr Antibiotik
10. Procain Penicillin Antibiotik
b. Obat tablet
No Nama Obat Jenis Obat
1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
7
B. Denah Ruangan IGD
APOTEK IGD
ZONA HIJAU
SPOOLHOK
ZONA KUNING
ZONA MERAH
RESUS
NURSE STATION
RUANG ISOLASI
RUANG TRIASE
1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
9
3. Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan
menggunakan pesawat telephone dan handphone
4. Dari luar RS dapat langsung melalui pesawat telepon IGD atau
WhatsApp
2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
0
8. Pasien DOA masuk zona hitam, dilakukan pemeriksaan EKG di zona
merah, dan jenazah langsung dijemput oleh petugas kamar jenazah.
2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
1
6. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung
pulang
7. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter
2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
2
H. TATA LAKSANA SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT
I. Petugas Penanggung Jawab
Perawat dan Dokter Jaga IGD
II. Perangkat Kerja
Ambulan
Handphone
2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
3
2. Alih Rawat
Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk atau
melalui Sisrute
Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit
rujukan mengenai keadaan umum pasein.
Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD
menghubungi RS rujukan sesuai kondisi pasien
Bila RS Rujukan sudah siap menerima, maka pasien dirujuk dengan
menggunakan Ambulan dan di dampingi oleh Dokter dan Perawat.
2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
4
BAB V
PENGELOLAAN LIMBAH
a. Pengertian
Limbah benda tajam adalah sampah medis padat yang dihasilkan dan
dapat melukai atau menusuk. Contoh: jarum, pecahan kaca, jarum jahit
bedah, pisau, skapel, gunting, benang kawat, dan benda lain yang dapat
melukai petugas
b. Rincian Kegiatan
1) Identifikasi limbah : infeksius, non infeksius, tajam, dan cair
a) Pemisahan :
1) Pemisahan dari awal penghasil limbah (unit/ruang
perawatan)
2) Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
3) Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
4) Limbah cair segera dibuang ke spoelhoek
5) Limbah cair infeksius (darah) yang sudah tidak digunakan oleh
ruang perawatan agar dikembalikan ke laboratorium
b) Labeling
1) Limbah padat infeksius (plastik warna kuning)
2) Limbah non infeksius (plastik warna hitam)
3) Limbah benda tajam (wadah tahan tusuk yang diberi label
biohazard atau sesuai jenis limbah)
c) Packing
1) Tempatkan limbah dalam wadah/tempat sampah tertutup
2) Tutup tempat sampah mudah dibuka (pedal bin)
3) Tempat sampah dalam keadaan bersih, harus di cuci setiap
hari
4) Tempat sampah dilapisi plastik dengan warna sesuai standart
5) Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan
tidak berkarat
2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
5
2) Limbah dalam tempat sampah harus dibuang jika sudah terisi
¾ penuh
3) Mengangkut limbah harus dengan trolly khusus (sebaiknya
lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien)
4) Trolly harus kuat, mudah dibersihkan dan tertutup
5) Tidak boleh ada limbah tercecer
6) Kumpulkan limbah di TPS RS
7) Secara berkala limbah dari TPS didistribusikan oleh rekanan
(pihak ketiga) untuk dikelola lebih lanjut
e) Treatment
1) Limbah infeksius dan non infeksius dikelola oleh pihak ketiga
2) Limbah cair dibuang ke dalam spoelhoek
3) Limbah feces dan urine dalam WC
f) Penanganan limbah benda tajam
1) Jangan menekuk atau mematahkan jarum
2) Jangan meletakkan limbah tajam sembarangan tempat
3) Segera buang limbah tajam ke infectious waste box yang
tersedia oleh si pemakai (“anda pakai anda buang”)
4) Tidak menutup kembali jarum suntik habis pakai
5) Infectious waste box limbah tajam diletakkan dekat lokasi
tindakan
6) Infectious waste box limbah tajam harus dibuang jika sudah
terisi sampai batas garis hitam putus-putus pada safety box.
2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
6
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua
rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan
sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO
Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International
(JCI).
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa
desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum
difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.
Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai
berikut :
B. Tujuan
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
7
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
8
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi.
2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
9
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
Standar SKP III
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan
obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert).
3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
0
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi
label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).
3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
1
1 memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
2 memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang
relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang; dan
3 melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant2 yang
dibutuhkan.
Tahap “Sebelum insisi” (Time out) memungkinkan semua pertanyaan atau
kekeliruan diselesaikan. Time out dilakukan di tempat, dimana tindakan akan
dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi.
Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu didokumentasikan secara ringkas,
misalnya menggunakan checklist.
3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
2
kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering
kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan
berbagai organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit mempunyai proses
kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang
menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara
umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.
3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
3
3.Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera
akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4.Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.
B. Bagi Unit/Tim:
1. Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara
mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada
insiden.
3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
4
2. Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di
rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara
terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat.
B. Untuk Unit/Tim:
1. Nominasikan “penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin Gerakan
Keselamatan Pasien
2. Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi
mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
3. Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.
3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
5
2.Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang
dapat dimonitor oleh direksi/pimpinan rumah sakit;
3.Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan
kepedulian terhadap pasien.
B. Untuk Unit/Tim:
1.Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu-isu
Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen
yang terkait;
2.Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen
risiko rumah sakit;
3.Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah- langkah yang tepat untuk
memperkecil risiko tersebut;
4. Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses
asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.
3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
6
1.Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan cara-
cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan para
pasien dan keluarganya.
2.Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan
jelas bilamana terjadi insiden.
3.Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien dan keluarganya.
B. Untuk Unit/Tim:
1. Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
keluarganya bila telah terjadi insiden
2. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi
insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar
secara tepat
3. Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien
dan keluarganya.
B. Untuk Unit/Tim:
1. Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden.
2. Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa
depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
7
7. MENCEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN
PASIEN
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit:
1. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk
menentukan solusi setempat.
2. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
3. Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
4. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
5. Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden yang
dilaporkan.
B. Untuk Unit/Tim :
1.Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat
asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
2.Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan
pelaksanaannya.
3.Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
insiden yang dilaporkan.
3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
8
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA DAN
PENGENDALIAN INFEKSI
A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan
anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun
terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan
yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya
kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara
potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks
bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum
ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa
menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor
sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat
menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat
dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi
semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi
dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai
sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas
Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib
menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar
dapat bekerja maksimal.
3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
9
B. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran
infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan
tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap
petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
A. BATASAN OPERASIONAL
1. Kegiatan Kebersihan Tangan
Mikroorganisme pada kulit manusia dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok yaitu flora residen dan flora transien. Flora residen adalah
mikroorganisme yang secara konsisten dapat diisolasi dari tangan manusia
dan tidak mudah dihilangkan dengan cuci tangan biasa dan telah
beradaptasi pada kehidupan tangan manusia. Flora transien adalah flora
4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
0
kontaminasi, jenisnya tergantung dari lingkungan tempat bekerja. Oleh
karena itu cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang sangat penting.
Kegiatan Kebersihan tangn adalahProses membersihkan kotoran dari
mikroorganisme pada tangan yang didapat melalui kontak dengan pasien,
petugas kesehatan lain dan permukaan lingkungan (flora transient) dengan
menggunakan sabun antiseptik dibawah air mengalir atau menggunakan
handrub yang berbasis alcohol
4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
1
untuk gram negative (P.Aeruginosa) jamur, dan pathogen lain
(Hedderwick et al. 2000). Oleh karena itu petugas kesehatan harus
berkuku pendek.
2) Kuku buatan; petugas kesehatan tidak boleh menggunakan kuku
buatan, Kuku buatan (pembungkus kuku, pemanjang kuku, kuku
palsu) yang dipakai oleh petugas kesehatan dapat berperan dalam
infeksi nosokomial (Hedderwick et al.2000), oleh karena itu petugas
kesehatan tidak boleh menggunakan kuku buatan saat bertugas.
3) Cat kuku, tidak diperkenankan oleh petugas saat melayani pasien,
karena cat kuku mempunyai cela diantara kuku dan cat kuku,
sehingga kuman dapat berkembang biak.
4) Perhiasan; Penggunaan perhiasan saat betugas tidak
diperbolehkan karena perhiasan ditangan salah satu media
berkembang biaknya kuman gram negative
c. Cara Mencuci Tangan
Prosedur cuci tangan dilakukan oleh semua petugas di rumah sakit,
pasien dan pengunjung sesuai dengan prosedur cuci tangan yang
distandartkan oleh WHO yang sudah diakui oleh umum, adalah
sebagai berikut:
1) HANDWASH MENURUT WHO:
a) Basahi tangan dengan air mengalir, tutup keran air
b) Tuangkan 3-5 cc sabun cair untuk menyabuni seluruh
permukaan tangan
c) Ratakan dengan kedua telapak tangan hingga merata
d) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan laukan kembali sebaliknya
e) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
f) Kaitkan kedua jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling
mengunci
g) Gosok ibu jari kiri berputas dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan kembali sebaliknya
h) Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak
tangan kiri dan lakukan kembali sebaliknya
i) Buka keran air, bilas kedua tangan dengan air mengalir
j) Keringkan dengan handuk /tissue towel sekali pakai sampai
benar-benar kering
k) Gunakan handuk/tissue towel tersebut untuk menutup keran
4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
2
l) Kini tangan anda sudah bersih dan bebas kuman , kegiatan
mencuci tangan dengan air mengalir dilakukan selama 40-60
detik.
4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
3
g) Proses cuci tangan bedah berlangsung selama 3 hingga 5 menit
dengan prinsip sependek mungkin tapi cukup memadai untuk
menggurangi jumlah bakteri yang menempel ditangan
h) Selama cuci tangan jaga agar letak tangan lebih tinggi dari siku
agar air mengalir dari arah tangan ke wastafel
i) Jangan sentuh kran, wastafel atau gaun pelindung
j) Keringkan tangan dengan lapsteril
k) Kenakan sarung tangan steril
4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
4
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptik dan invasif
3) Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
4) Setelah kontak dengan pasien
5) Setelah kontak dengan lingkungan pasien
e. Kapan Melakukan Kegiatan Mencuci tangan
1) Bila tangan terlihat kotor /terkontaminasi dengan bahan yang
mengandung protein gunakan sabun dan air mengalir
2) Bila tangan tidak telihat jelas kotor atau tidak terkontaminasi
gunakan handrub berbasis alkohol
3) Setelah penggunaan handrub 5-10 kali lakukan cuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir untuk mengurangi
penumpukan emmolient pada tangan.
4) Pastikan tangan kering sebelum melakukan tindakan.
f. Sasaran kegiatan Mencuci tangan
1) Seluruh petugas kesehatan, staff dan pengunjung RS mampu
melakukan kegiatan cuci tangan dengan baik dan benar.
2) Pendidikan dan pelatihan : dapat dilakukan di dalam atau di luar
RS, diklat kelas, diarea perawatan dan workshop
3) Evaluasi : dilakukan uji kompetensi PPI peserta diklat
4) Dukungan manajemen RS : berpartisipasi dalam organisasi
5) pengendalian infeksi di luar RS seperti PERDALIN JAYA
4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
5
c. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri
1) Sarung tangan
Melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan
melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada ditangan
petugas kesehatan, Jenis Sarung Tangan yaitu:
a) Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang didesinfeksi
tingkat tinggi dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit
dan selaput lendir.
b) Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan
harus digunakan pada tindakan bedah.
c) Sarung tangan rumah tangga adalah terbuat dari latek atau vinil
yang tebal yang biasa digunakan untuk membersihakan alat
kesehatan, meja kerja.
2) Indikasi petugas menggunakan sarung tangan:
a) Kontak kontaminasi berat, misal menyentuh darah, cairan tubuh,
sekresi, eksresi, mucus membran, kulit yang tidak utuh.
b) Menghindari transmisi mikroba di tangan petugas ke pada pasien
saat melakukan tindakan terhadap kulit pasien yang tidak utuh,
atau membrane mukosa.
c) Mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien
transmisi kepada pasien lain
3) Kapan sarung tangan diperlukan
a) Jika kontak dengan darah atau cairan tubuh
b) Melakukan tindakan invasif
c) Menangani bahan bekas pakai yang terkontaminasi
d) Menerapkan Kewaspadaan Transmisi kontak (pada kasus
penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui atau
dicurigai). Jangan memproses ulang sarung tangan yang retak,
mengelupas atau memiliki lubang atau robekan
4) Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan:
b) Cuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah
melepas sarung tangan
c) Gunakan sarung tangan yang berbeda pada setiap pasien
d) Hindari kontak dengan benda-benda sekitar saat masih
mengenakan sarung tangan
e) Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai
f) Jaga agar kuku selalu pendek
4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
6
g) Tarik sarung tangan ke atas manset gaun (jika memakainya)
untuk melindungi pergelangan tangan
h) Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak karena akan
merusak sarung tangan
i) Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung
parfum karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit
j) Jangan menyimpan sarung tangan ditempat yang terlalu panas
atau terlalu dingin
5) Penanggulangan Sampah Sarung Tangan
Sarung tangan yang sudah digunakan mengandung banyak sumber
infeksius yang dapat mengkontaminasi peralatan disekitarnya. Jadi
setiap petugas kesehatan setelah menggunakan sarung tangan
harus segera melepaskan sarung tangan dan membuangnya
ketempat sampah medis yang tersedia.
c. Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan
kulit dan rambut tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan
1) Indikasi penggunaan topi
a) pada saat melakukan tindakan pembedahan
2) Pemeliharaan topi
1. untuk topi yang digunakan di ruang OK,CSSD,pantry dapat
digunakan kembali dengan mencuci alat tersebut jika berbahan kain
4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
7
2. untuk topi yang disposible langsung di buang ke tempat sampah
medis
d. Gaun Pelindung
Pemakaian gaun adalah untuk melindungi baju dan kulit petugas
kesehatan dari sekresi respirasi. Digunakan untuk menutupi atau
menganti pakaian biasa atau seragam, pada saat merawat pasien yang
diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
droplet/airborne.
1. Jenis Gaun
a) Gaun pelindung tidak kedap air adalah adalah gaun pelindung
yang tidak bisa ditembus dengan air,percikan darah ataupun
percikan cairan tubuh laiinnya,di rumah sakit umum kota
Tangerang sendiri gaun ini di gunakan pada tindakan operasi
dengan kasus-kasus hiv positif
b) Gaun steril adalah gaun hijau yang sering digunakan di ruang
operasi jika akan melakukan tindakan bedah
2. Pemeliharaan gaun pelindung
Gaun pelindung untuk kedap air tidak bisa digunakan kembali tapi
satu kali pakai dibuang ke tempat sampah medis,dan untuk gaun
pelindung lainnya bisa di gunakan kembali dengan proses
pencucian dan penyimpanan di tempat yang tidak lembab.Gaun
pelindung steril setelah proses pencucian dilakukan proses
penyeterilan. Dengan penyimpanan di tromol steril pula dalam 3x24
jam gaun steril tidak digunakan tetap dilakukan sterilisasi ulang
e. Apron
Petugas kesehatan harus menggunakan apron ketika melakukan
perawatan tertentu kepada pasien,yang melakukan prosedur dimana
ada risiko tumpahan darah.
Apron terbuat dari bahan karet atau plastik.
1. Pemeliharaan apron
Apron bisa di gunakan kembali dengan proses dekontaminasi
dengan menggunakan anyosin 5 cc dalam 1 liter air selama 5-10
menit,bilas di air mengalir dan keringkan.
4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
8
2. Penanganan apron
Karena apron terbuat dari plastik dan dapat rusak dngan proses
pencucian mesin,maka apron yang sudah tidak layak pakai/rusak
dibuang ke tempat sampah medis.
f. Pelindung Kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cidera akibat benda tajam atau
benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki
Pemeliharaan Sepatu boot tetap dijaga kebersihan dan bebas
kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lainnya dengan
melakukan dekontaminasi menggunakan anyosin 5 cc dalam 1 liter air
selama 5-10 menit,sikat bagian dalamnya bilas di air mengalir dan
keringkan.
g. Masker
Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas
berbicara, batuk atau bersin, serta mencegah percikan darah atau cairan
tubuh lainnya masuk ke mulut atau hidung petugas. Bila masker tidak
terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tidak efektif untuk
mencegah kedua hal tersebut.
Indikasi Penggunaan Masker
Kapan kita menggunakan masker yaitu:
1) pada perawatan pasien yang telah diketahui atau curiga menderita
penyakit menular melalui udara atau droplet
2) petugas kesehatan/karyawan yang terkena virus influenza
3) pasien yang diketahui atau curiga menderita penyakit menular
melalui udara misal pasien tuberkulosis
4) Petugas kesehatan yang bekerja di ruang risiko tinggi misal di
icu,perina,ok,kbbl
5) Petugas pantry saat menyiapkan makanan yang akan di sajikan ke
pasien
6) Petugas laundry dalam melakukan pengolahan linen kotor
Pemeliharaan Masker
Untuk masker disposible tidak bisa digunakan kembali dan hanya
digunakan 1 kali pakai,namun untuk masker kain yang digunakan di
laundry bisa digunakan kembali dengan proses pencucian.
4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
9
Penanggulangan Sampah Masker
Masker adalah barang infeksius yang tidak bisa di gunakan lagi setelah
dipakai,tidak bisa di simpan di saku ataupun di gantung di leher tapi
langsung di buang ketempat sampah medis setelah penggunaan
selesai.
5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
0
dibersihkan bila pasien sudah keluar dan sebelum pasien baru
masuk.
2) Bila permukaan meja periksa, atau peralatan lainnya pernah
bersentuhan langsung dengan pasien penyakit menular permukaan
tersebut harus dibersihkan dan didesinfektan, bila tidak cukup
dibersihkan dengan detergen dan air bersih
3) Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum dipakai.
Hindari membersihkan debu dengan sapu dan kemoceng untuk
mencegah aerolisasi
4) Kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala dan tidak
menggunakan kain pel atau kain lap yang sama untuk area berbeda.
5) Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan dikeringkan
setelah digunakan dan sebelum disimpan.
6) Tempat-tempat disekitar pasien tidak perlu banyak barang sehingga
memudahkan pembersihan menyeluruh setiap hari.
7) Peralatan disekitar pasien yang telah digunakan dan diketahui atau
suspek infeksi pernafasan harus dibersihkan dengan desinfektan
segera setelah digunakan.
8) Pembersihan tumpahan cairan tubuh pasien harus menggunakan
cairan desinfektan, dan petugas yang membersihkan menggunakan
alat pelindung diri.
b. Sasaran Pengendalian Lingkungan Rumah Sakit:
Terlaksananya kegiatan monitoring pengendalian lingkungan serta
tindak lanjut jika ada kejadian infeksi
c. Tujuan Pengendalian Lingkungan
Menciptakan lingkungan yang bersih aman dan nyaman sehingga dapat
meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari
lingkungan kepada petugas, pengunjung, dan masyarakat di sekitar
rumah sakit sehingga infeksi nasokomial dan kecelakaan kerja dapat
dicegah
5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
1
bedah, pisau, skapel, gunting, benang kawat, dan benda lain yang dapat
melukai petugas
d. Rincian Kegiatan
2) Identifikasi limbah : infeksius, non infeksius, tajam, dan cair
a) Pemisahan :
1) Pemisahan dari awal penghasil limbah (unit/ruang
perawatan)
2) Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
3) Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
4) Limbah cair segera dibuang ke spoelhoek
5) Limbah cair infeksius (darah) yang sudah tidak digunakan oleh
ruang perawatan agar dikembalikan ke laboratorium
b) Labeling
1) Limbah padat infeksius (plastik warna kuning)
2) Limbah non infeksius (plastik warna hitam)
3) Limbah benda tajam (wadah tahan tusuk yang diberi label
biohazard atau sesuai jenis limbah)
c) Packing
1) Tempatkan limbah dalam wadah/tempat sampah
tertutup
2) Tutup tempat sampah mudah dibuka (pedal bin)
3) Tempat sampah dalam keadaan bersih, harus di cuci setiap
hari
4) Tempat sampah dilapisi plastik dengan warna sesuai standart
5) Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan
tidak berkarat
d) Penyimpanan dan pengangkutan
1) Gunakan APD ketika menangani limbah
2) Limbah dalam tempat sampah harus dibuang jika sudah terisi
¾ penuh
3) Mengangkut limbah harus dengan trolly khusus (sebaiknya
lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien)
4) Trolly harus kuat, mudah dibersihkan dan tertutup
5) Tidak boleh ada limbah tercecer
6) Kumpulkan limbah di TPS RS
7) Secara berkala limbah dari TPS didistribusikan oleh rekanan
(pihak ketiga) untuk dikelola lebih lanjut
5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
2
e) Treatment
1) Limbah infeksius dan non infeksius dikelola oleh pihak ketiga
2) Limbah cair dibuang ke dalam spoelhoek
3) Limbah feces dan urine dalam WC
f) Penanganan limbah benda tajam
1) Jangan menekuk atau mematahkan jarum
2) Jangan meletakkan limbah tajam sembarangan tempat
3) Segera buang limbah tajam ke infectious waste box yang
tersedia oleh si pemakai (“anda pakai anda buang”)
4) Tidak menutup kembali jarum suntik habis pakai
5) Infectious waste box limbah tajam diletakkan dekat lokasi
tindakan
6) Infectious waste box limbah tajam harus dibuang jika sudah
terisi sampai batas garis hitam putus-putus pada safety box.
5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
3
Alkohol bahan yang mudah terbakar dan cepat menguap
sehingga harus memperhatikan proses dan letak
penyimpanan.
2) Klorin dan ikatan
klorin
Hipoklorit adalah desinfektan yang telah digunakan secara
luas di rumah sakit dan tersedia dalam bentuk cair dan padat.
Memiliki efektifitas yang luas, murah dan bekerja cepat.
Sediaan klorin berupa cairan pemutih rumah tangga
mengandung natrium hipoklorit 5,25% atau 52.500 ppm klorin
bebas dengan pengenceran 1:9. Klorin dapat digunakan untuk
dekontaminasi permukaan meja atau lantai atau alat yang
terkontaminasi cairan tubuh pasien dengan pengenceran 1:10
sampai 1:100, dan dapat juga untuk proses pengelolaan air
dengan cara hiperklorinasi untuk membersihkan air limbah.
3) Formaldehid
Formaldehid digunkan sebagai desinfektan dan juga sterilisasi
baik dalam bentuk cair ataupun gas. Memiliki daya
bakterisidal, tuberkulosid, fungisidal, virusidal dan sporasidal
namun bersifat karsinogenik, mengiritasi dan bau yang sangat
menyengat maka tidak lagi dipergunakan.
4) Glutarldehid
Gluteradehid tergolong dalam bahan sterilisasi kimia, bersifat
asam dan mempunyai daya bunuh sporasidal sehingga harus
dibuat suasana basa dengan pH 7,5 -8,5 namun suasana ini
hanya bertahan sampai 14 hari.
5) Hidrogen
Peroksida (H202)
Dipasaran Hidrogen Perokside dalam konsentrasi 3% yang
cukup stabil dan cukup efektif sebagai desinfektan, dapat
digunakan untuk membersihkan ventilator, desinfeksi lensa
kontak.
6) Yodofora
Dahulu dikenal larutan Yodium atau tingtur sebagai antiseptik
bagi kulit. Larutan ini disukai karena tidak meninggalkan
bercak dan tidak toksik ataupun iritatif.
5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
4
2) Cara desinfeksi lainnya : radiasi sinar ultraviolet, pasteurisasi, mesin
pencuci.
b. Monitoring kegiatan
1) Manajemen harus menyediakan antiseptik dan desinfektan yang
tepat
5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
5
Misalnya :
Tersedia hipolorit = 5.25%
Diinginkan hipoklorit = 0.5%
5.25 -1 = 52.5 -1 =9
0.5 5
Keterangan :
Hipoklorit : air =1:9
Pencampuran aniosym DD1
1 literer air dicampur dengan 5 cc aniosym DD1
5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
6
5) Steril : Kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
6) Sterilan: adalah zat yang mempunyai karakteristik yang dapat
mensterilkan.
7) Desinfeksi : proses inaktivasi mikroorganisme melalui system termal
(panas) atau kimia
5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
7
tertentu. Metode ini hanya dapat digunakan untuk barang/alat yang stabil
terhadap suhu tinggi.
f. Klasifikasi Risiko Instrumen menurut E.H Spaulding
g. Bahan pengemas
Tujuan dan fungsi pengemasan pada proses sterilisasi adalah untuk
membungkus peralatan medis yang akan disterilkan dan
mempertahankan sterilitas alat tersebut sampai waktu penggunaan.
Bahan pengemas yang digunakan harus mempunyai kontribusi dalam
mempertahankan sterilisitas. Kualitas bahan sangat penting dalam
upaya memproteksi isi yang steril dari kontaminasi mikroba. Satu hal
yang perlu ditekankan disini adalah bahwa untuk dapat berpindah dari
satu tempat ke tempat yang lainnya mikroorganismememerlukan media
pembantu. Serpihan ini dapat berupa serpihan kecil bahan kain, debu,
maupun lembab.
Jenis Bahan Pengemas:
5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
8
1. Linen
2. Kertas
3. Plastik film
Jenis pengemasan ini linen merupakan pengemas tradisional dan paling
banyak digunakan. Keuntungan pengemasan ini paling digunakan
karena dapat digunakan ulang, relative mudah, cukup kuat dan memberi
proteksi cukup baik.
Dalam mengemas instrumen tidak boleh padat agar kemasan dapat
tertutup rapi sehingga tidak ada celah.
h. Bagan Dekontaminasi Dan Sterilisasi
Sterilisasi DTT
Panaskan Rendam
Steam uap dengan suhu Didihkan
/dikukus kimiawi
bertekanan 1200C
selama 40 selama 20 selama 10-
tinggi/ menit menit 20 menit
Autoclav
i. Monitoring Sterilisasi
Dirumah sakit sterilisasi adalah hal yang lazim dilakukan, dengan tujuan
untuk menyediakan barang/alat medis yang steril bagi pengguna
(OK,VK,IGD,ICU, Rawat jalan,Rawat Inap dan lain-lain), namun sterilitas
bukan sekedar untuk menghasilkan barang steril tetapi harus ada yang
menjamin bahwa barang/instrumen itu dengan mekanisme
control.dengan proses monitoring control yang ketat akan memberikan
jaminan bahwa barang-barang yang kita hasilkan ini benar-benar steril
5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
9
dengan cara melakukan uji kultur atau uji sterilitas alat yang sudah steril
dan dilakukan secara random.
Memonitor proses sterilisasi di RS Umum Kota Tangerang
dilakukan dengan Indikator steril yaitu:
1) Indikator kimia yaitu :indicator tape yang aka berubah warna setiap
kali kemasan yang ditempelkan indikator tape berwarna putih akan
berubah menjadi putih bergaris hitam bila alat sudah steril.
2) Monitoring secara manual dengan menentukan barang/instrumen
yang sudah steril dalam kemasan belum terbuka kadaluwarsanya,
dengan kertas 14 hari , dengan linen 14 hari dan dengan pouches 3
bulan
6
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
0
Penggunaan APD
6
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
3
BAB IX
PELAPORAN
Laporan di Instalasi Gawat Darurat terdiri dari laporan harian berupa sensus
pasien, laporan bulanan berupa laporan insiden, laporan masalah- masalah
yang ada di IGD dan laporan perencanaan.
Laporan perencanaan diantaranya ada laporan pengajuan anggaran kebutuhan
alat kesehatan, SDM, Pelatihan dan semua yang menyangkut kebutuhan
Instalasi Gawat Darurat.
6
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
4
BAB X
PENUTUP
Dengan adanya buku Pedoman Pelayanan ini diharapkan pelayanan di IGD RSUD
Kota Tangerang dapat berjalan dengan baik dan kinerjanya dapat ditingkatkan
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan paisen di Instalasi Gawat Darurat
Bagi para staf IGD diharapkan Buku Pedoman ini dapat membantu memberi
gambaran kegiatan, hal-hal apa saja yang dilaksanakan dan upaya-upaya
peningkatan kinerja sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
Buku ini masih akan terus dievaluasi, sehingga kami harapkan saran dan masukan
yang berharga bagi penyempurnaan buku pedoman ini dimasa mendatang selalu
di nantikan.
dr. H. SUHENDRA
6
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
5
NIP:197512052005011005
6
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
6