Anda di halaman 1dari 66

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BENDA


Nomor :
Tanggal :

PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI GAWAT DARURAT TAHUN 2024
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BENDA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan
kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan
tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat
meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak
perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan
dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan
sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka
diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan
ditempat kejadian, selama perjalanan ke rumah sakit, maupun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat
standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD
RSUD BENDA pada khususnya.

1
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan
gawat darurat di IGD harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat RSUD
BENDA.

B. Tujuan Pedoman
Meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit
Umum Daerah Benda serta sebagai asuhan keperawatan di instalasi gawat
darurat agar lebih optimal.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan:
- Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
- Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya
- Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

D. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan
pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma / penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan
dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT 2


5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan
anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila
tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi
cacat ) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya
10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental
dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian .
 Kecelakaan lalu lintas
 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
 Kecelakaan di sekolah
 Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat
rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
2. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat,
terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT 3


12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana
umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat
dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau
kegagalan dari salah satu system / organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan ( poisoning )
4. Degerenerasi ( failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of
water and elektrolit)
7. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4–6 menit),
sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam
waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
(PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT 4


E. Landasan Hukum
1. Undang – undang No 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan
2. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701 / YANMED / RS /
GDE / VII / 1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
4. Permenkes No. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan
Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Menkes/Per/III/2008


tentang Pencegahan Pengendalian Infeksi;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
856/Menkes/SK/IX/2009 Tentang Standar Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2018 Tentang Pelayanan Kegawat Daruratan

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT 5


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :

Nomo Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan


r Formal
1 Ka Instalasi Gawat Dokter Bersertifikat ACLS/ATLS
Darurat
2 Ka Ru IGD S1 Ners Bersertifikat
BLS/BTCLS/PPGD
3 Perawat Pelaksana IGD D III Bersertifikat
Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD
S1 Ners
4 Dokter IGD Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS

5 Asper Spk dan Smk


Kes
6 Admin S1 Admin dan
SMU

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
a. Untuk Dinas Pagi :
yang bertugas sejumlah 7 (tujuh) orang dengan standar minimal bersertifikat
GELS, ATLS,ACLS untuk Dokter Umum dan sertifikat pelatihan Emergency
Nursing, BTLS, BCLS untuk Perawat.
Kategori :
1 orang Ka Ru
1 orang Dokter Umum
1 orang Penanggung Jawab Shift
2 orang Pelaksana
1 orang asper
1 orang administrasi

b. Untuk Dinas Sore :

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT 6


yang bertugas sejumlah 5 (lima) orang dengan standar minimal bersertifikat
GELS, ATLS,ACLS untuk Dokter Umum dan sertifikat pelatihan Emergency
Nursing, BTLS, BCLS untuk Perawat.
Kategori :
1 orang Dokter Umum
1 orang Penanggung Jawab Shift
2 orang Pelaksana
1 orang administrasi

c. Untuk Dinas malam :


yang bertugas sejumlah 5 (lima) orang dengan standar minimal bersertifikat
GELS, ATLS,ACLS untuk Dokter Umum dan sertifikat pelatihan Emergency
Nursing, BTLS, BCLS untuk Perawat.
Kategori :
1 orang Dokter Umum
1 orang Penanggung Jawab Shift
2 orang Pelaksana
1 orang administrasi

C. Pengaturan Jaga
I. Pengaturan Jaga Perawat IGD
 Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat oleh Kepala Ruangan
(Karu) IGD dan di pertanggung jawabkan oleh Kepala Instalasi IGD
dan disetujui oleh direktur rumah sakit.
 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan
ke perawat pelaksana IGD setiap satu bulan..
 Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas
pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang
serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
 Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift
( PJ Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan
pengalaman kerja minimal 2 tahun, serta memiliki sertifikat tentang
kegawat daruratan.
 Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur dan cuti.

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT 7


 Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak
dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka
perawat yang bersangkutan harus memberitahu Karu IGD : 6 jam
sebelum dinas pagi, 8 jam sebelum dinas sore atau dinas malam.
Sebelum memberitahu Karu IGD, diharapkan perawat yang
bersangkutan sudah mencari perawat pengganti, Apabila perawat
yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka KaRu
IGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari
itu libur.
 Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan (tidak terencana ), maka KaRu IGD akan
mencari perawat pengganti yang hari itu libur. Apabila perawat
pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang dinas pada shift
sebelumnya wajib untuk menggantikan.

II. Pengaturan Jaga Dokter IGD


 Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab KSMF
Umum dan disetujui direktur Rumah Sakit.
 Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah
diedarkan ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 2 hari
sebelum jaga di mulai.
 Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke KSMF Umum paling lambat 1 hari sebelum
tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga
pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke KSMF Umum dan dokter tersebut sudah
menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga pengganti
tidak didapatkan, maka KSMF Umum wajib untuk mencarikan
dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang pada
saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila
dokter jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift
sebelumnya wajib untuk menggantikan.

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT 8


III. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen
 Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab
Ka.Sie Pelayanan Medik Dan Keperawatan.
 Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta
sudah diedarkan ke unit terkait dan dokter konsulen yang
bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
 Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka.Sie Pelayanan Medik Dan Keperawatan
paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut
wajib menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka.Sie Pelayanan Medik Dan Keperawatan
dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga
konsulen pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak
didapatkan, maka Ka.Sie Pelayanan Medik Dan Keperawatan wajib
untuk mencarikan dokter jaga konsulen pengganti.

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT 9


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas / Sarana dan Prasarana


I. Fasilitas & Sarana

IGD RSUD Benda berlokasi di lantai I gedung B yang terdiri dari ruangan
Triase dan zona hijau, zona merah dan 1 tempat tidur resusitasi, zona kuning,
ruang isolasi dan ruang Spoelhook. Di luar Gedung (samping) IGD terdapat
ruangan dekontaminasi yang digunakan untuk membersihkan /
mendekontaminasi bagi pasien yang terpapar oleh bahan kimia, sebelum
pasien masuk ke ruang pemeriksaan di IGD.

II. Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman
pelayanan Gawat Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang
kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus
kegawatan jantung seperti monitor dan defribrilator

1. Alat – alat untuk ruang Triase:


a. 1 tempat tidur
b. 2 set kursi tunggu
c. Tensimeter
d. Thermometer
e. Gds stik

2. Alat-alat Zona Merah:


a. 1 tempat tidur untuk resusitasi lengkap dengan panel listrik, 02
dan suction
b. 1 tempat tidur untuk zona merah lengkap dengan panel listrik, 02
dan suction
c. 2 monitor pasien
d. 1 trolly emergency
e. 1 meja tindakan
f. 1 sentral monitor di Nurse station

1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
0
g. GDS stick

3. Alat-alat Zona Kuning:


a. 1 tempat tidur lengkap dengan panel listrik dan o2
b. 1 pasien monitor
4. Alat-alat Zona Hijau:
a. 1 tempat tidur lengkap dengan panel listrik dan o2
5. Alat-alat ruang Isolasi
a. 1 tempat tidur lengkap dengan panel listrik dan 02
b. 1 nakas
c. 1 pasien monitor
6. Alat – alat dan obat dalam trolly emergency (ada 2 trolly
emergency di IGD):
NO NAMA OBAT/ALAT JML
1 DEFIBRILATOR 1
LACI 1
1 EPINEPRIN 10
2 ATROPINE SULPHATE 12
3 DIGOXIN 3
4 ISOSORBID DINITRAT 1
5 AMIODARONE INJ 3
6 DIAZEPAM INJ 2
7 AQUA PRO INJ 2
8 WING CATETHER NO.18 2
9 WING CATETHER NO.20 2
10 WING CATETHER NO.22 2
11 WING CATETHER NO.24 2
12 WING CATETHER NO.26 2
13 TEGADERM 1623 2
LACI 2
1 THREE WAY STOP COCK 2
2 DYSP. 1 CC 2
3 DYSP. 3 CC 2
4 DYSP. 5 CC 2
5 DYSP. 50 CC 1
6 DYSP. 20 CC 2

1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
1
7 DYSP. 10 CC 2
8 EXTENTION TUBE 75 CM 2
9 BLOOD SET 2
10 INFUS SET MAKRO 1
11 TERUFUSION 1
12 RED DOT ADULT 6
13 NEEDLE 23 3
14 NEEDLE 18 3
15 ALCOHOL SWAB 3
LACI 3
1 ETT NO.3 1
2 ETT NO.3,5 1
3 ETT NO.4 1
4 ETT NO.4,5 1
5 ETT NO.5 1
6 ETT NO.6,5 1
7 ETT NO.7 1
8 ETT NO.7,5 1
9 ETT NO.8 1
4 SUCTION.CAT NO 6 1
5 SUCTION.CAT NO 8 1
6 SUCTION.CAT NO 10 1
7 SUCTION.CAT NO 12 1
8 SUCTION.CAT NO 14 1
9 SUCTION.CAT NO 16 1
16 NASAL CANUL ADULT 1
17 NASAL PEDIATRIK 1
18 NASAL NEONATUS 1
19 SIMPLE MASK 1
20 REBREATHING MASK 1
21 NON REBREATHING MASK 1
22 GUDEL 0 1
23 GUDEL 1 1
24 GUDEL 2 1
25 GUDEL 2 HIJAU 1
LACI 4

1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
2
1 RINGER LAKTAT 2
2 NACL 0.9 % 2
3 CATHJEL 2
4 GLOVES STERIL NO.6,5 1
5 GLOVES STERIL NO.7 1
6 GLOVES STERIL NO.7,5 1
LACI 5
1 AMUBAG ADULT 1
2 AMUBAG PEDIATRIC 1
3 AMUBAG NEONATUS 1
4 LARYNGOSCOPE 2
1 AMUBAG ADULT 1

e. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSUD BENDA saat ini
memiliki 1 ( satu ) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi
IGD dan bagian umum.

Fasilitas & Sarana untuk Ambulance


A. Perlengkapan Ambulance
1. Ac
2. Sirine
3. Lampu rotater
4. Sabuk pengaman
5. Sumber listrik / stop kontak
6. Lemari untuk alat medis
7. Lampu ruangan
8. Wastafel

B. Alat & Obat


1. Tabung Oksigen ( 1 buah )
2. Mesin suction ( 1 buah )
3. Monitor EKG 1 buah )
4. Stretcher ( 1 buah )
5. Scope ( 2 buah )
6. Piala ginjal ( 5 buah )
1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
3
7. Tas Emergency yang berisi :
8. Ambubag dewasa
9. Ambubag anak
10. Laryngoscope
11. Gudel
12. Pocket CPR
13. Reflek hammer
14. Penlight
15. Suction manual
16. Mouth gage
17. ETT NO 6/7/8
18. Pinset Anatomi
19. Pincet cirurgis
20. Kocher
21. Gunting Verban
22. Scapel
23. Nalfuder
24. Tong Spatel
25. Margil

Standar Obat IGD RSUD Kota Tangerang


Kebutuhan obat-obatan live saving untuk di IGD disediakan di depo obat (apotik)
IGD.
I. OBAT LIVE SAVING
a. Injeksi

No Nama Obat Jenis Obat

1. Adona AC 10 ml Haemostatic
2. Alupent Anti asthmatic dan COPD preparations
3. Aminophilin Anti asmatic dan COPD preparations
4 Atropin sulfat Anti spasmodics
5. Buscopan Anti spasmodics
6 Catapres Other Anti hypertensives
7 Cedation Anti emetics
8 Cortidex Corticosteroid Hormones

1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
4
9 Diazepam Minor Transquillizer
10 Dicynone Haemostatics
11 Dormicum Hypnotics dan sedatives
12 Ephinephrin Asnastetic lokal & general
13 Lasik Diuretics
14 Lidocain Anastetic lokal
15 Metro clopramide Anti emetik
16 Nicholin 250 mg Neuroprotector
17 Nicholin 100 mg Neoroprotector
18 Naotropil 1 gr Neuroprotector
19 Novalgin Analgetik
20 Orodexon Anti inflamasi
21 Phenobarbital Sedatif
22 Pethidine Sedatif
23 Pulmicortn Naspv Broncodilator
24 Ranitidine Antacida
25 Remopain Analgetik
26 Renatoc Antacida
27 Toradol 50 mg Analgetik
28 Panadol Analgetik
29 Transamin Haemostatics
30 Valium Sedatif
31 Vit k Anti perdarahan
32 Tramal 100 mg Analgetik
33 ATS 1500 u Anti tetanus
34 Vaksin Engerik B-In-1 Vaksinasi hepatitis
35 Vaccin Engerik o,5 ml Vaksinasi hepatitis
36 Kallium clorida Elektrolit
37 Meylon 25 ml
38 Meylon 100 ml

b. Tablet
No Nama Obat Jenis Obat

1. Adalat 5 mg Anti hypertensi/ Betabloker


2. Adalat 10 mg Anti hypertensi / Betabloker

1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
5
3. Cedocard 5 mg Anti anginal
4. Nitrobat Nitrogliserida

c. Cairan Infus
No Nama Obat Jenis Obat

1. Asering
2. Dextrose 5 % 250 ml
3. Dextrose 5 % 500 ml
4 Dextrose 10 % 500ml
5. Dextrose In Saline 0,225
6. Dextrose 0,5 Darrow
7. Kaen 3 B
8. Kaen 3 A
9. Larutan 2 A
10. Manitol 250 cc
11. Nacl 0,9 % 250 ml
12. Nacl 0,9 % 500 ml
13. Nacl 3 %
14. Ringer Dextrose
15 Ringer Lactat
16. Ringer Solution
17. Dex 40 % 25 ml

d. Suppositoria
No Nama Obat Jenis Obat

1. Amicain Supp Anti emetik


2. Primperan sup Child Anti emetik
3. Primperan Sup Adult Anti emetik
4. Paracetamol Sup Anti piretik, Analgetik
5. Propyretic 160 mg Anti piretik, Analgetik
6. Proris Sup Anti piretik , Analgetik
7. Stesolid 5 mg rect Sedatif
8. Stesolid 10 mg rect Sedatif

1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
6
2. OBAT PENUNJANG
a. Injeksi
No Nama Obat Jenis Obat

1. Cedantron Antiemetik
2. Calsium gluconas Vitamin (elektrolit)
3. Zantadin Antasida
4. Lanoxin Cardiac drugs
5. Neurobion 5000 Vitamin
6. Papaverin Anti spasmudics
7. Sotatik Anti emetik
8 Cortison Asetat Anti inflamasi
9. Kanamycin 1 gr Antibiotik
10. Procain Penicillin Antibiotik

b. Obat tablet
No Nama Obat Jenis Obat

1. Aspilet Anti coagulans, anti trombotics


2. Inderal Beta –Blockers
3. Inopamil
4. Isorbid Cardiac drugs
5. Merislon Anti vertigo
6. Propanolol Beta Blockers
7. Strocain Antacid& Antiulcerant
8. Norit
9. Ponstan Analgetic& Antipiretic

1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
7
B. Denah Ruangan IGD

DENAH IGD RSUD BENDA

TOILET PASIEN R. GANTI


TOILET KARYAWAN

APOTEK IGD
ZONA HIJAU

SPOOLHOK
ZONA KUNING

ZONA MERAH

RESUS

NURSE STATION

RUANG ISOLASI
RUANG TRIASE

PINTU MASUK IGD

1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN


I. Petugas Penanggung Jawab
 Petugas Pendaftaran IGD
 Petugas Admission
II. Perangkat Kerja
 Status Medis
 Komputer
III. Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD
1. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh
pasien / keluarga dibagian admission
2. Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan
security untuk mencari identitas pasien
3. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission
akan memberikan status untuk diisi oleh dokter IGD yang bertugas.
4. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan
langsung diberikan pertolongan di IGD, sementara keluarga /
penanggung jawab melakukan pendaftaran di bagian admission

B. TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI IGD

I. Petugas Penanggung Jawab


 Petugas Operator
 Dokter / perawat IGD
II. Perangkat Kerja
 Pesawat telpon
 Hand phone
III. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD
1. Antara IGD dengan unit lain dalam RS adalah dengan nomor
extension masing-masing unit
2. Antara IGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait
dengan pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat
telephone langsung dari IGD dan TAB/HP (WhatsApp dan Telegram)

1
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
9
3. Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan
menggunakan pesawat telephone dan handphone
4. Dari luar RS dapat langsung melalui pesawat telepon IGD atau
WhatsApp

C. TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE


I. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter jaga atau Perawat IGD
II. Perangkat Kerja
- Stetoscope
- Tensimeter
- Status medis
- Thermometer
III. Tata Laksana Pelayanan Triase IGD
1. Tatalaksana pelayanan triase diatur di dalam Panduan Triase
2. Petugas IGD (dokter/perawat) melakukan pemeriksaan pada pasien
secara lengkap dan menentukan prioritas penanganan.
3. Prioritas pertama ATS I (Resusitasi) Segera Pasien dalam keadaan
kritis dan mengancam nyawa atau anggota badannya menjadi cacat
bila tidak segera mendapat pertolongan atau tindakan darurat
ditempatkan di zona merah.
4. ATS II (Emergensi) ≤ 10 menit Pasien berada dalam keadaan gawat,
akan menjadi kritis dan mengancam nyawa bila tidak segera
mendapat pertolongan atau tidakan darurat (Gawat Tidak Darurat),
MASUK KE ZONA MERAH.
5. ATS III (Urgency) ≤ 30 menit Pasien berada dalam keadaan tidak
stabil, dapat berpotensi menimbulkan masalah serius tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat, dan tidak mengancam nyawa. (Darurat
Tidak Gawat) masuk ke zona kuning,
6. ATS IV (Less Urgency) ≤ 60menit Pasien datang dengan keadaan
stabil, tidak mengancam nyawa, dan tidak memerlukan tindakan
segera. (Tidak gawat tidak darurat) dan
7. ATS V (Rutin) ≤ 120 menit. Pasien datang dengan keadaan stabil,
tidak mengancam nyawa, tidak memerlukan tindakan segera, hanya
membutuhkan perawatan lanjutan. Pasien di tempatkan di zona hijau
langsung ditatalaksana di triase

2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
0
8. Pasien DOA masuk zona hitam, dilakukan pemeriksaan EKG di zona
merah, dan jenazah langsung dijemput oleh petugas kamar jenazah.

D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT


I. Petugas Penangung Jawab
- Dokter jaga IGD
II. Perangkat Kerja
- Formulir Persetujuan Tindakan
III. Tata Laksana Informed Consent
1. Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian
informed consent pada pasien / keluarga pasien disaksikan oleh
perawat
2. Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan
oleh perawat,serta pasien menandatangani informed consent tersebut
begitu juga perawat sebagai saksi.
3. Tanggal penandatangan informed consent harus ditulis secara jelas.
4. Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.

E. TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY


I. Petugas Penanggung Jawab
 Perawat Admission
 Dokter jaga IGD
II. Perangkat Kerja
 Stetoscope
 Tensi meter
 Alat Tulis
III. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
1.Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian admission
2.Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang zona hijau atau
kuning
3.Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
4.Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga /
penanggung jawab
5.Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian
admission.

2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
1
6. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung
pulang
7. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter

F. TATA LAKSANA PELAYANAN VISUM ET REPERTUM


I.Petugas Penanggung Jawab
 Petugas Rekam Medis
 Dokter jaga IGD
II. Perangkat Kerja
 Formulir Visum Et Repertum IGD
III. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
1. Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari
pihak kepolisian
2. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam
medik
3. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada
dokter jaga yang menangani pasien terkait
4. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka
lembar yang asli diberikan pada pihak kepolisian

G. TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL ( DOA )


I. Petugas Penanggung Jawab
 Dokter jaga IGD
 Petugas Security
II. Perangkat Kerja
 Senter
 Stetoscope
 EKG
 Surat Kematian
III. Tata Laksana Death On Arrival IGD ( DOA )
1. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD
2. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan
jenazah
3. Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal
4. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan
petugas kamar jenazah.

2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
2
H. TATA LAKSANA SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT
I. Petugas Penanggung Jawab
 Perawat dan Dokter Jaga IGD
II. Perangkat Kerja
 Ambulan
 Handphone

III. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit


1. Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai
kondisi pasien yang akan dibawa, kepada perawat IGD RS
Isi informasi mencakup :
 Keadaan umum ( kesadaran dan tanda – tanda vital )
 Peralatan yang diperlukan di IGD ( suction, monitor, defibrillator )
 Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care
 Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD & PJ Shift serta
menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang
diterima dari petugas ambulan.

I. TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN


I. Petugas Penanggung Jawab
 Dokter IGD
 Perawat IGD
II. Perangkat Kerja
 Ambulan
 Formulir persetujuan tindakan
 Formulir rujukan
III. Tata Laksana Sistim Rujukan IGD
1. Menerima Rujukan Dari Luar
Perujuk mengirim data rujukan mengenai keadaan umum pasien melalui
Sisrute atau nomor WhatsApp. Bila pasien mampu tatalaksana dan tersedia
ruangan maka pasien diterima. Sebelum mengirim perujuk menghubungi
dokter jaga IGD untuk memberikan informasi mengenai kondisi umum
pasien.

2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
3
2. Alih Rawat
 Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk atau
melalui Sisrute
 Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit
rujukan mengenai keadaan umum pasein.
 Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD
menghubungi RS rujukan sesuai kondisi pasien
 Bila RS Rujukan sudah siap menerima, maka pasien dirujuk dengan
menggunakan Ambulan dan di dampingi oleh Dokter dan Perawat.

2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
4
BAB V
PENGELOLAAN LIMBAH

a. Pengertian
Limbah benda tajam adalah sampah medis padat yang dihasilkan dan
dapat melukai atau menusuk. Contoh: jarum, pecahan kaca, jarum jahit
bedah, pisau, skapel, gunting, benang kawat, dan benda lain yang dapat
melukai petugas

b. Rincian Kegiatan
1) Identifikasi limbah : infeksius, non infeksius, tajam, dan cair
a) Pemisahan :
1) Pemisahan dari awal penghasil limbah (unit/ruang
perawatan)
2) Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
3) Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
4) Limbah cair segera dibuang ke spoelhoek
5) Limbah cair infeksius (darah) yang sudah tidak digunakan oleh
ruang perawatan agar dikembalikan ke laboratorium
b) Labeling
1) Limbah padat infeksius (plastik warna kuning)
2) Limbah non infeksius (plastik warna hitam)
3) Limbah benda tajam (wadah tahan tusuk yang diberi label
biohazard atau sesuai jenis limbah)
c) Packing
1) Tempatkan limbah dalam wadah/tempat sampah tertutup
2) Tutup tempat sampah mudah dibuka (pedal bin)
3) Tempat sampah dalam keadaan bersih, harus di cuci setiap
hari
4) Tempat sampah dilapisi plastik dengan warna sesuai standart
5) Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan
tidak berkarat

d) Penyimpanan dan pengangkutan


1) Gunakan APD ketika menangani limbah

2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
5
2) Limbah dalam tempat sampah harus dibuang jika sudah terisi
¾ penuh
3) Mengangkut limbah harus dengan trolly khusus (sebaiknya
lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien)
4) Trolly harus kuat, mudah dibersihkan dan tertutup
5) Tidak boleh ada limbah tercecer
6) Kumpulkan limbah di TPS RS
7) Secara berkala limbah dari TPS didistribusikan oleh rekanan
(pihak ketiga) untuk dikelola lebih lanjut
e) Treatment
1) Limbah infeksius dan non infeksius dikelola oleh pihak ketiga
2) Limbah cair dibuang ke dalam spoelhoek
3) Limbah feces dan urine dalam WC
f) Penanganan limbah benda tajam
1) Jangan menekuk atau mematahkan jarum
2) Jangan meletakkan limbah tajam sembarangan tempat
3) Segera buang limbah tajam ke infectious waste box yang
tersedia oleh si pemakai (“anda pakai anda buang”)
4) Tidak menutup kembali jarum suntik habis pakai
5) Infectious waste box limbah tajam diletakkan dekat lokasi
tindakan
6) Infectious waste box limbah tajam harus dibuang jika sudah
terisi sampai batas garis hitam putus-putus pada safety box.

2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
6
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua
rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan
sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO
Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International
(JCI).
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa
desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum
difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.
Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai
berikut :
B. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

1. STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
7
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN


Standar SKP I
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan
ketelitian identifikasi pasien.

Maksud dan Tujuan Sasaran I


Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir
semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien
bisa terjadi padapasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami
disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/ lokasi di rumah sakit, adanya
kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk
melakukan dua kali pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi pasien sebagai
individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk
kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi
pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan
lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk
mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis,
tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar
pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau
prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang
berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau
ruang operasi termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu
proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur
agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi.
Elemen Penilaian Sasaran I
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.

2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
8
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi.

SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Standar SKP II
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan.

Maksud dan Tujuan Sasaran II


Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien.
Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang
mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara
lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain
adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil
laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk: mencatat (atau memasukkan
ke komputer) perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima
perintah; kemudian penerima perintah membacakan kembali (read back) perintah
atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan
dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian
juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali
(read back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat
darurat di IGD atau ICU.
Elemen Penilaian Sasaran II
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.

2
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
9
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
Standar SKP III
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan
obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert).

Maksud dan Tujuan Sasaran III


Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen
harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan
yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang
berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa
dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun Alike/LASA). Obat-obatan yang
sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit
konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih
pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat
=50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan
orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak
diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat
darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian
tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu
diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan
pasien ke farmasi.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data
yang ada di rumah sakit. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area
mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau kamar
operasi, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana
penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah
pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati.
Elemen Penilaian Sasaran III
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,
menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.

3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
0
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi
label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).

SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-


PASIEN OPERASI
Standar SKP IV
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat- lokasi,
tepat-prosedur, dan tepat- pasien.

Maksud dan Tujuan Sasaran IV


Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada operasi, adalah sesuatu yang
mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah
akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota
tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site
marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu,
asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak
adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim
bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak
terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor
kontribusi yang sering terjadi.
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini. Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang
digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di
The Joint Commission’s Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong
Procedure, Wrong Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada
tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah
sakit dan harus dibuat oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan,
dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat
sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus
termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multipel
level (tulang belakang).
Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk:

3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
1
1 memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
2 memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang
relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang; dan
3 melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant2 yang
dibutuhkan.
Tahap “Sebelum insisi” (Time out) memungkinkan semua pertanyaan atau
kekeliruan diselesaikan. Time out dilakukan di tempat, dimana tindakan akan
dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi.
Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu didokumentasikan secara ringkas,
misalnya menggunakan checklist.

Elemen Penilaian Sasaran IV


1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien
dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan
fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum
insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang
seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,
termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.

SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN
Standar SKP V
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.

Maksud dan Tujuan Sasaran V


Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam
tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar
bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya
dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran

3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
2
kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering
kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan
berbagai organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit mempunyai proses
kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang
menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara
umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.

Elemen Penilaian Sasaran V


1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru
yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient
Safety).
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.

SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH


Standar SKP VI
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien
dari cedera karena jatuh.

Maksud dan Tujuan Sasaran VI


Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat
inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol,
gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
pasien. Program tersebut harus diterapkan rumah sakit.
Elemen Penilaian Sasaran VI
1.Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko
jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
2.Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.

3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
3
3.Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera
akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4.Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.

2. TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT


Mengacu kepada standar keselamatan pasien pada Lampiran I, maka rumah sakit
harus merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah
sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,
praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien
sesuai dengan “Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai
berikut:
1. MEMBANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. Langkah
penerapan:
A. Bagi Rumah Sakit:
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus
dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah
pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus
diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
1. Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran
dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
2. Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di
rumah sakit.
3. Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian
keselamatan pasien.

B. Bagi Unit/Tim:
1. Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara
mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada
insiden.

3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
4
2. Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di
rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara
terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat.

2. MEMIMPIN DAN MENDUKUNG STAF


Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien
di rumah sakit.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit:
1.Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas
Keselamatan Pasien
2.Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat diandalkan
untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan Keselamatan Pasien
3.Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Direksi/Pimpinan
maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
4.Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf rumah
sakit anda
Dan pastikan .........
dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.

B. Untuk Unit/Tim:
1. Nominasikan “penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin Gerakan
Keselamatan Pasien
2. Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi
mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
3. Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.

3. MENGINTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO


Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikas dan asesmen hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit:
1.Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis
dan nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan
Keselamatan Pasien dan staf;

3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
5
2.Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang
dapat dimonitor oleh direksi/pimpinan rumah sakit;
3.Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan
kepedulian terhadap pasien.

B. Untuk Unit/Tim:
1.Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu-isu
Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen
yang terkait;
2.Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen
risiko rumah sakit;
3.Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah- langkah yang tepat untuk
memperkecil risiko tersebut;
4. Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses
asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.

4. MENGEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN


Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah sakit
mengatur pelaporan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit:
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam maupun
ke luar, yang harus dilaporkan ke Komite Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
B. Untuk Unit/Tim:
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan
setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi
juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.

5. MELIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN


Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit:

3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
6
1.Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan cara-
cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan para
pasien dan keluarganya.
2.Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan
jelas bilamana terjadi insiden.
3.Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien dan keluarganya.

B. Untuk Unit/Tim:
1. Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
keluarganya bila telah terjadi insiden
2. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi
insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar
secara tepat
3. Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien
dan keluarganya.

6. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN


PASIEN
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit:
1. Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
2. Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (root cause analysis/RCA) yang
mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun melakukan
Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.

B. Untuk Unit/Tim:
1. Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden.
2. Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa
depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.

3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
7
7. MENCEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN
PASIEN
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit:
1. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk
menentukan solusi setempat.
2. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
3. Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
4. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
5. Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden yang
dilaporkan.
B. Untuk Unit/Tim :
1.Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat
asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
2.Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan
pelaksanaannya.
3.Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
insiden yang dilaporkan.

Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang


komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut
secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam
pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus
serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah
dilaksanakan di rumah sakit. Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan
langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah
dilaksanakan dengan baik rumah sakit dapat menambah penggunaan metoda-
metoda lainnya.

3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
8
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA DAN
PENGENDALIAN INFEKSI

A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan
anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun
terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan
yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya
kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara
potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks
bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum
ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa
menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor
sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat
menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat
dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi
semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi
dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai
sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas
Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib
menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar
dapat bekerja maksimal.

3
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
9
B. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran
infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan
tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap
petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

C. Tindakan yang berisiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima)
kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

A. BATASAN OPERASIONAL
1. Kegiatan Kebersihan Tangan
Mikroorganisme pada kulit manusia dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok yaitu flora residen dan flora transien. Flora residen adalah
mikroorganisme yang secara konsisten dapat diisolasi dari tangan manusia
dan tidak mudah dihilangkan dengan cuci tangan biasa dan telah
beradaptasi pada kehidupan tangan manusia. Flora transien adalah flora

4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
0
kontaminasi, jenisnya tergantung dari lingkungan tempat bekerja. Oleh
karena itu cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang sangat penting.
Kegiatan Kebersihan tangn adalahProses membersihkan kotoran dari
mikroorganisme pada tangan yang didapat melalui kontak dengan pasien,
petugas kesehatan lain dan permukaan lingkungan (flora transient) dengan
menggunakan sabun antiseptik dibawah air mengalir atau menggunakan
handrub yang berbasis alcohol

a. Persiapan Kebersihan Tangan


1)Air mengalir adalah air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan
dan disaring sehingga aman untuk diminum karena memenuhi
standart kesehatan yang telah ditetapkan
2)Sabun adalah produk-produk pembersih yang dapat menurunkan
tegangan permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran,
debris dan mikroorganisme yang menempel sementara pada
tangan, sabun biasa memerlukan gosokan untuk melepaskan
mikroorganisme secara mekanik, sementara sabun antiseptik selain
melepas juga membunuh atau menghambat pertumbuhan dan
hampir sebagian besar mikroorganisme
3)Sabun Antiseptik adalah antimikrobal topikal dipakai pada kulit atau
jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh
mikroorganisme pada kulit.
4)Tissue/ lap pengering: digunakan untuk mengeringkan tangan pasca
mencuci tangan dengan air dan sekali pakai.
5)Handrub adalah mencuci tangan menggunakan larutan antiseptik
berbasis alkohol tanpa menggunakan tissue/ handuk untuk
mengeringkan tangan.
6)Handwash adalah mencuci tangan dengan sabun/antiseptik dibawah
air mengalir dengan gesekan mekanis untuk menghilangkan flora
transien dan dan flora residen. Kotoran atau zat organic yang
terkontaminasi dengan tubuh pasien harus dicuci tangan
menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir.
b. Hal-hal yang diperhatikan untuk kebersihan tangan
1) Jari tangan; kuku harus pendek, Penelitian membuktikan bahwa
daerah dibawah kuku mengandung jumlah mikroba tertinggi
(McGinley,Larson dan Leydon 1988) beberapa penelitian
menunjukan kuku yang panjang dapat berperan sebagai reservoir

4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
1
untuk gram negative (P.Aeruginosa) jamur, dan pathogen lain
(Hedderwick et al. 2000). Oleh karena itu petugas kesehatan harus
berkuku pendek.
2) Kuku buatan; petugas kesehatan tidak boleh menggunakan kuku
buatan, Kuku buatan (pembungkus kuku, pemanjang kuku, kuku
palsu) yang dipakai oleh petugas kesehatan dapat berperan dalam
infeksi nosokomial (Hedderwick et al.2000), oleh karena itu petugas
kesehatan tidak boleh menggunakan kuku buatan saat bertugas.
3) Cat kuku, tidak diperkenankan oleh petugas saat melayani pasien,
karena cat kuku mempunyai cela diantara kuku dan cat kuku,
sehingga kuman dapat berkembang biak.
4) Perhiasan; Penggunaan perhiasan saat betugas tidak
diperbolehkan karena perhiasan ditangan salah satu media
berkembang biaknya kuman gram negative
c. Cara Mencuci Tangan
Prosedur cuci tangan dilakukan oleh semua petugas di rumah sakit,
pasien dan pengunjung sesuai dengan prosedur cuci tangan yang
distandartkan oleh WHO yang sudah diakui oleh umum, adalah
sebagai berikut:
1) HANDWASH MENURUT WHO:
a) Basahi tangan dengan air mengalir, tutup keran air
b) Tuangkan 3-5 cc sabun cair untuk menyabuni seluruh
permukaan tangan
c) Ratakan dengan kedua telapak tangan hingga merata
d) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan laukan kembali sebaliknya
e) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
f) Kaitkan kedua jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling
mengunci
g) Gosok ibu jari kiri berputas dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan kembali sebaliknya
h) Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak
tangan kiri dan lakukan kembali sebaliknya
i) Buka keran air, bilas kedua tangan dengan air mengalir
j) Keringkan dengan handuk /tissue towel sekali pakai sampai
benar-benar kering
k) Gunakan handuk/tissue towel tersebut untuk menutup keran

4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
2
l) Kini tangan anda sudah bersih dan bebas kuman , kegiatan
mencuci tangan dengan air mengalir dilakukan selama 40-60
detik.

2) HANDRUB MENURUT WHO:


a) Tuangkan 3-5 cc cairan antiseptik berbasis alkohol ke dalam
tangan
b) Gosok kedua telapak tangan hingga merata
c) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan lakukan kembali sebaliknya
d) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
e) Kaitkan kedua jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling
mengunci
f) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan kembali sebaliknya
g) Gosok memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak tangan kiri
dan sebaliknya
h) Keringkan tangan tanpa menggunakan tissue towel/handuk
pengering
i) Kini tangan anda bebas kuman dan sudah bersih, kegiatan ini
dilakukan dalam waktu 20-30 detik

3) CUCI TANGAN BEDAH (disadur dari buku Pedoman


Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di pelayanan Kesehatan,
DepKes RI Cetakan ke III tahun 2010)
a) Nyalakan kran
b) Basahi tangan dan lengan bawah dengan air
c) Taruh sabun antiseptik dibagian telapak tangan yang telah
basah. Buat busa secukupnya tanpa percikan.
d) Sikat bagian bawah kuku dengan sikat lembut
e) Buat gerakan mencuci tangan seperti cuci tangan biasa dengan
waktu lebih lama. Gosok tangan dan lengan satu persatu secara
bergantian dengan melingkar.
f) Sikat lembut hanya digunakan untuk membersihkan kuku saja
bukan untuk menyikat kulit yang lain oleh karena dapat
melukainya. Untuk menggosok kulit dapat digunakan spons steril
sekali pakai

4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
3
g) Proses cuci tangan bedah berlangsung selama 3 hingga 5 menit
dengan prinsip sependek mungkin tapi cukup memadai untuk
menggurangi jumlah bakteri yang menempel ditangan
h) Selama cuci tangan jaga agar letak tangan lebih tinggi dari siku
agar air mengalir dari arah tangan ke wastafel
i) Jangan sentuh kran, wastafel atau gaun pelindung
j) Keringkan tangan dengan lapsteril
k) Kenakan sarung tangan steril

d. Indikasi Kebersihan Tangan

4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
4
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptik dan invasif
3) Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
4) Setelah kontak dengan pasien
5) Setelah kontak dengan lingkungan pasien
e. Kapan Melakukan Kegiatan Mencuci tangan
1) Bila tangan terlihat kotor /terkontaminasi dengan bahan yang
mengandung protein gunakan sabun dan air mengalir
2) Bila tangan tidak telihat jelas kotor atau tidak terkontaminasi
gunakan handrub berbasis alkohol
3) Setelah penggunaan handrub 5-10 kali lakukan cuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir untuk mengurangi
penumpukan emmolient pada tangan.
4) Pastikan tangan kering sebelum melakukan tindakan.
f. Sasaran kegiatan Mencuci tangan
1) Seluruh petugas kesehatan, staff dan pengunjung RS mampu
melakukan kegiatan cuci tangan dengan baik dan benar.
2) Pendidikan dan pelatihan : dapat dilakukan di dalam atau di luar
RS, diklat kelas, diarea perawatan dan workshop
3) Evaluasi : dilakukan uji kompetensi PPI peserta diklat
4) Dukungan manajemen RS : berpartisipasi dalam organisasi
5) pengendalian infeksi di luar RS seperti PERDALIN JAYA

2. Kegiatan Penggunaan APD


a. Pengertian Alat Pelindung Diri
Alat pelindung tubuh digunakan untuk melindungi kulit, selaput lendir
petugas dari risiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh,
sekret,ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien. Jenis
tindakan berisiko mencakup kegiatan rutin, tindakan bedah, perawatan
gigi dimana menggunakan bor dengan kecepatan putar yang tinggi
b. Tujuan Penggunaan APD
Melindungi kulit, membrane mukosa, kulit dan pakaian tenaga
kesehatan dari risiko terpajan darah, cairan tubuh secret dan ekskreta
dari pasien maupun permukaan lingkungan yang terkontaminasi dan
melindungi pasien dari paparan tenaga kesehatan

4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
5
c. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri
1) Sarung tangan
Melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan
melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada ditangan
petugas kesehatan, Jenis Sarung Tangan yaitu:
a) Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang didesinfeksi
tingkat tinggi dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit
dan selaput lendir.
b) Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan
harus digunakan pada tindakan bedah.
c) Sarung tangan rumah tangga adalah terbuat dari latek atau vinil
yang tebal yang biasa digunakan untuk membersihakan alat
kesehatan, meja kerja.
2) Indikasi petugas menggunakan sarung tangan:
a) Kontak kontaminasi berat, misal menyentuh darah, cairan tubuh,
sekresi, eksresi, mucus membran, kulit yang tidak utuh.
b) Menghindari transmisi mikroba di tangan petugas ke pada pasien
saat melakukan tindakan terhadap kulit pasien yang tidak utuh,
atau membrane mukosa.
c) Mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien
transmisi kepada pasien lain
3) Kapan sarung tangan diperlukan
a) Jika kontak dengan darah atau cairan tubuh
b) Melakukan tindakan invasif
c) Menangani bahan bekas pakai yang terkontaminasi
d) Menerapkan Kewaspadaan Transmisi kontak (pada kasus
penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui atau
dicurigai). Jangan memproses ulang sarung tangan yang retak,
mengelupas atau memiliki lubang atau robekan
4) Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan:
b) Cuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah
melepas sarung tangan
c) Gunakan sarung tangan yang berbeda pada setiap pasien
d) Hindari kontak dengan benda-benda sekitar saat masih
mengenakan sarung tangan
e) Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai
f) Jaga agar kuku selalu pendek

4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
6
g) Tarik sarung tangan ke atas manset gaun (jika memakainya)
untuk melindungi pergelangan tangan
h) Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak karena akan
merusak sarung tangan
i) Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung
parfum karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit
j) Jangan menyimpan sarung tangan ditempat yang terlalu panas
atau terlalu dingin
5) Penanggulangan Sampah Sarung Tangan
Sarung tangan yang sudah digunakan mengandung banyak sumber
infeksius yang dapat mengkontaminasi peralatan disekitarnya. Jadi
setiap petugas kesehatan setelah menggunakan sarung tangan
harus segera melepaskan sarung tangan dan membuangnya
ketempat sampah medis yang tersedia.

b. Alat Pelindung Mata


Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh. Pelindung
mata mencakup kacamata (goggle), plastik bening, kacamata
pengaman, pelindung wajah dan visor.

c. Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan
kulit dan rambut tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan
1) Indikasi penggunaan topi
a) pada saat melakukan tindakan pembedahan

b) pada petugas kesehatan yang bekerja di ruang OK yang


memungkinkan terpecik dari darah atau cairan tubuh pasien

c) pada petugas laundry dalam pengelolahan linen kotor diruang


laundry

d) pada petugas pantry dalam pengelolahan makanan ataupun


penyajian makanan.

2) Pemeliharaan topi
1. untuk topi yang digunakan di ruang OK,CSSD,pantry dapat
digunakan kembali dengan mencuci alat tersebut jika berbahan kain

4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
7
2. untuk topi yang disposible langsung di buang ke tempat sampah
medis

d. Gaun Pelindung
Pemakaian gaun adalah untuk melindungi baju dan kulit petugas
kesehatan dari sekresi respirasi. Digunakan untuk menutupi atau
menganti pakaian biasa atau seragam, pada saat merawat pasien yang
diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
droplet/airborne.
1. Jenis Gaun
a) Gaun pelindung tidak kedap air adalah adalah gaun pelindung
yang tidak bisa ditembus dengan air,percikan darah ataupun
percikan cairan tubuh laiinnya,di rumah sakit umum kota
Tangerang sendiri gaun ini di gunakan pada tindakan operasi
dengan kasus-kasus hiv positif
b) Gaun steril adalah gaun hijau yang sering digunakan di ruang
operasi jika akan melakukan tindakan bedah
2. Pemeliharaan gaun pelindung
Gaun pelindung untuk kedap air tidak bisa digunakan kembali tapi
satu kali pakai dibuang ke tempat sampah medis,dan untuk gaun
pelindung lainnya bisa di gunakan kembali dengan proses
pencucian dan penyimpanan di tempat yang tidak lembab.Gaun
pelindung steril setelah proses pencucian dilakukan proses
penyeterilan. Dengan penyimpanan di tromol steril pula dalam 3x24
jam gaun steril tidak digunakan tetap dilakukan sterilisasi ulang

e. Apron
Petugas kesehatan harus menggunakan apron ketika melakukan
perawatan tertentu kepada pasien,yang melakukan prosedur dimana
ada risiko tumpahan darah.
Apron terbuat dari bahan karet atau plastik.
1. Pemeliharaan apron
Apron bisa di gunakan kembali dengan proses dekontaminasi
dengan menggunakan anyosin 5 cc dalam 1 liter air selama 5-10
menit,bilas di air mengalir dan keringkan.

4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
8
2. Penanganan apron
Karena apron terbuat dari plastik dan dapat rusak dngan proses
pencucian mesin,maka apron yang sudah tidak layak pakai/rusak
dibuang ke tempat sampah medis.

f. Pelindung Kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cidera akibat benda tajam atau
benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki
Pemeliharaan Sepatu boot tetap dijaga kebersihan dan bebas
kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lainnya dengan
melakukan dekontaminasi menggunakan anyosin 5 cc dalam 1 liter air
selama 5-10 menit,sikat bagian dalamnya bilas di air mengalir dan
keringkan.

g. Masker
Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas
berbicara, batuk atau bersin, serta mencegah percikan darah atau cairan
tubuh lainnya masuk ke mulut atau hidung petugas. Bila masker tidak
terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tidak efektif untuk
mencegah kedua hal tersebut.
Indikasi Penggunaan Masker
Kapan kita menggunakan masker yaitu:
1) pada perawatan pasien yang telah diketahui atau curiga menderita
penyakit menular melalui udara atau droplet
2) petugas kesehatan/karyawan yang terkena virus influenza
3) pasien yang diketahui atau curiga menderita penyakit menular
melalui udara misal pasien tuberkulosis
4) Petugas kesehatan yang bekerja di ruang risiko tinggi misal di
icu,perina,ok,kbbl
5) Petugas pantry saat menyiapkan makanan yang akan di sajikan ke
pasien
6) Petugas laundry dalam melakukan pengolahan linen kotor

Pemeliharaan Masker
Untuk masker disposible tidak bisa digunakan kembali dan hanya
digunakan 1 kali pakai,namun untuk masker kain yang digunakan di
laundry bisa digunakan kembali dengan proses pencucian.

4
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
9
Penanggulangan Sampah Masker
Masker adalah barang infeksius yang tidak bisa di gunakan lagi setelah
dipakai,tidak bisa di simpan di saku ataupun di gantung di leher tapi
langsung di buang ketempat sampah medis setelah penggunaan
selesai.

d. Faktor penting yang harus diperhatikan pada pemakaian APD


1) Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umunya sebelum
memasuki ruangan
2) Gunakan dengan hati-hati, jangan menyebarkan kontaminasi
3) Segera lepas dan buang setelah tidak digunakan lagi ke tempat
sampah infeksius
4) Segera lakukan kebersihan tangan

e. Sasaran penggunaan APD


Penggunan APD tenaga kesehatan ditentukan interaksi tenaga
kesehatan ke pasien dan antisipasi penyebaran darah, cairan tubuh atau
paparan kuman patogen
Monitoring kegiatan
1) Manajemen harus menyediakan APD yang tepat kepada petugas
2) Memastikan bahwa APD sekali pakai atau dipakai ulang
3) Memberikan informasi tentang pemilihan dan penggunaan APD
difasilitas pelayanan kesehatan
4) Praktek cara aman memakai dan melepas APD

3. Kegiatan pengendalian lingkungan Rumah Sakit


Pengendalian lingkungan rumah sakit merupakan salah satu aspek dalam
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit, pengendalian
lingkungan rumah sakit jarang menimbulkan infeksi nosokomial tapi pasien-
pasien yang immunokompromais harus lebih diwaspadai karena dapat
menimbulkan beberapa penyakit infeksi seperti: TB, Varicella,Morbili
Pengendalian lingkungan Rumah Sakit meliputi kegiatan pembersihan
lingkungan dengan proses membuang semua atau sebagian besar
pathogen dari permukaan dan benda terkontaminasi.
a. Prinsip Dasar Pembersihan Lingkungan
1) Semua ruangan yang disediakan untuk pasien harus dibersihkan
setiap hari dan bila terlihat kotor. Permukaan tersebut juga harus

5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
0
dibersihkan bila pasien sudah keluar dan sebelum pasien baru
masuk.
2) Bila permukaan meja periksa, atau peralatan lainnya pernah
bersentuhan langsung dengan pasien penyakit menular permukaan
tersebut harus dibersihkan dan didesinfektan, bila tidak cukup
dibersihkan dengan detergen dan air bersih
3) Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum dipakai.
Hindari membersihkan debu dengan sapu dan kemoceng untuk
mencegah aerolisasi
4) Kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala dan tidak
menggunakan kain pel atau kain lap yang sama untuk area berbeda.
5) Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan dikeringkan
setelah digunakan dan sebelum disimpan.
6) Tempat-tempat disekitar pasien tidak perlu banyak barang sehingga
memudahkan pembersihan menyeluruh setiap hari.
7) Peralatan disekitar pasien yang telah digunakan dan diketahui atau
suspek infeksi pernafasan harus dibersihkan dengan desinfektan
segera setelah digunakan.
8) Pembersihan tumpahan cairan tubuh pasien harus menggunakan
cairan desinfektan, dan petugas yang membersihkan menggunakan
alat pelindung diri.
b. Sasaran Pengendalian Lingkungan Rumah Sakit:
Terlaksananya kegiatan monitoring pengendalian lingkungan serta
tindak lanjut jika ada kejadian infeksi
c. Tujuan Pengendalian Lingkungan
Menciptakan lingkungan yang bersih aman dan nyaman sehingga dapat
meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari
lingkungan kepada petugas, pengunjung, dan masyarakat di sekitar
rumah sakit sehingga infeksi nasokomial dan kecelakaan kerja dapat
dicegah

4. Kegiatan Pengelolaan Limbah Benda Tajam, Jarum Dan Sampah


Rumah Sakit
c. Pengertian
Limbah benda tajam adalah sampah medis padat yang dihasilkan dan
dapat melukai atau menusuk. Contoh: jarum, pecahan kaca, jarum jahit

5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
1
bedah, pisau, skapel, gunting, benang kawat, dan benda lain yang dapat
melukai petugas
d. Rincian Kegiatan
2) Identifikasi limbah : infeksius, non infeksius, tajam, dan cair
a) Pemisahan :
1) Pemisahan dari awal penghasil limbah (unit/ruang
perawatan)
2) Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
3) Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
4) Limbah cair segera dibuang ke spoelhoek
5) Limbah cair infeksius (darah) yang sudah tidak digunakan oleh
ruang perawatan agar dikembalikan ke laboratorium
b) Labeling
1) Limbah padat infeksius (plastik warna kuning)
2) Limbah non infeksius (plastik warna hitam)
3) Limbah benda tajam (wadah tahan tusuk yang diberi label
biohazard atau sesuai jenis limbah)
c) Packing
1) Tempatkan limbah dalam wadah/tempat sampah
tertutup
2) Tutup tempat sampah mudah dibuka (pedal bin)
3) Tempat sampah dalam keadaan bersih, harus di cuci setiap
hari
4) Tempat sampah dilapisi plastik dengan warna sesuai standart
5) Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan
tidak berkarat
d) Penyimpanan dan pengangkutan
1) Gunakan APD ketika menangani limbah
2) Limbah dalam tempat sampah harus dibuang jika sudah terisi
¾ penuh
3) Mengangkut limbah harus dengan trolly khusus (sebaiknya
lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien)
4) Trolly harus kuat, mudah dibersihkan dan tertutup
5) Tidak boleh ada limbah tercecer
6) Kumpulkan limbah di TPS RS
7) Secara berkala limbah dari TPS didistribusikan oleh rekanan
(pihak ketiga) untuk dikelola lebih lanjut

5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
2
e) Treatment
1) Limbah infeksius dan non infeksius dikelola oleh pihak ketiga
2) Limbah cair dibuang ke dalam spoelhoek
3) Limbah feces dan urine dalam WC
f) Penanganan limbah benda tajam
1) Jangan menekuk atau mematahkan jarum
2) Jangan meletakkan limbah tajam sembarangan tempat
3) Segera buang limbah tajam ke infectious waste box yang
tersedia oleh si pemakai (“anda pakai anda buang”)
4) Tidak menutup kembali jarum suntik habis pakai
5) Infectious waste box limbah tajam diletakkan dekat lokasi
tindakan
6) Infectious waste box limbah tajam harus dibuang jika sudah
terisi sampai batas garis hitam putus-putus pada safety box.

5. Kegiatan penggunaan Antiseptik dan Desinfektan


a. Tujuan Penggunaan Antiseptik Dan Desinfektan
1) Antiseptik digunakan untuk menghilangkan mikroorganisme tanpa
menyebabkan rusaknya atau teriritasinya kulit atau selaput lendir
(mukosa)
2) Desinfektan digunakan untuk menghancurkan atau menginaktivasi
mikroorganisme pada permukaan benda
Macam-Macam Desinfektan:
Masing-masing disinfektan tersebut mempunyai karakteristik sendiri dan
tidak dapat saling mengganti satu sama lain. Pemilihan yang kurang tepat
akan desinfektan atau konsentrasi yang digunakan akan mengakibatkan
biaya yang terlalu tinggi dan efektifits yang rendah.
1) Disinfektan Kimiawi :
1) Alkohol
Alkohol merupakan disinfektan dan antiseptik, bekerja cepat
sebagai pembunuh bakterisidal, tuberkulosid, fungisidal dan
virusidal, tetapi tidak membunuh spora bakterisidal. Alkohol
tidak digunakan untuk sterilisasi alat-alat medis atau bedah,
dapat untuk desinfeksi termometer, serat endoskop,tutup karet
flakon obat vaksin, permukaan stetoskop, ventilator, manekin,
alat resusitasi jantung-paru, atau daerah suntikan.

5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
3
Alkohol bahan yang mudah terbakar dan cepat menguap
sehingga harus memperhatikan proses dan letak
penyimpanan.
2) Klorin dan ikatan
klorin
Hipoklorit adalah desinfektan yang telah digunakan secara
luas di rumah sakit dan tersedia dalam bentuk cair dan padat.
Memiliki efektifitas yang luas, murah dan bekerja cepat.
Sediaan klorin berupa cairan pemutih rumah tangga
mengandung natrium hipoklorit 5,25% atau 52.500 ppm klorin
bebas dengan pengenceran 1:9. Klorin dapat digunakan untuk
dekontaminasi permukaan meja atau lantai atau alat yang
terkontaminasi cairan tubuh pasien dengan pengenceran 1:10
sampai 1:100, dan dapat juga untuk proses pengelolaan air
dengan cara hiperklorinasi untuk membersihkan air limbah.
3) Formaldehid
Formaldehid digunkan sebagai desinfektan dan juga sterilisasi
baik dalam bentuk cair ataupun gas. Memiliki daya
bakterisidal, tuberkulosid, fungisidal, virusidal dan sporasidal
namun bersifat karsinogenik, mengiritasi dan bau yang sangat
menyengat maka tidak lagi dipergunakan.
4) Glutarldehid
Gluteradehid tergolong dalam bahan sterilisasi kimia, bersifat
asam dan mempunyai daya bunuh sporasidal sehingga harus
dibuat suasana basa dengan pH 7,5 -8,5 namun suasana ini
hanya bertahan sampai 14 hari.
5) Hidrogen
Peroksida (H202)
Dipasaran Hidrogen Perokside dalam konsentrasi 3% yang
cukup stabil dan cukup efektif sebagai desinfektan, dapat
digunakan untuk membersihkan ventilator, desinfeksi lensa
kontak.
6) Yodofora
Dahulu dikenal larutan Yodium atau tingtur sebagai antiseptik
bagi kulit. Larutan ini disukai karena tidak meninggalkan
bercak dan tidak toksik ataupun iritatif.

5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
4
2) Cara desinfeksi lainnya : radiasi sinar ultraviolet, pasteurisasi, mesin
pencuci.

b. Monitoring kegiatan
1) Manajemen harus menyediakan antiseptik dan desinfektan yang
tepat

2) Memberikan informasi tentang pemilihan dan penggunaan antiseptik


dan desinfektan difasilitas pelayanan kesehatan
c. Pemilihan Antiseptik:
1) Memiliki efek yang luas, menghambat mikroorganisme secara luas
2) Efektifitas
3) Kecepatan efektifitas awal
4) Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk merendam
pertumbuhan
5) Tidak mengakibatkan iritasi kulit
6) Tidak menyebabkan alergi
7) Efektif sekali pakai tidak perlu berulang-ulang
8) Dapat diterima secara visual maupun estetik
d. Karakteristik Desinfektan Yang Ideal:
1) Berspektrum luas
2) Membunuh kuman secara cepat
3) Tidak dipengaruhi oleh factor lingkungan, yaitu tetap aktif dengan
adanya darah, sputum, tidak rusak oleh sabun dan zat kimia lain jika
mungkin digunakan bersamaan
4) Tidak toksik
5) Tidak korosif atau merusak bahan
6) Meninggalkan lapisan mikrobial pada permukaan yang diproses
7) Mudah pemakiannya
8) Tidak berbau
9) Ekonomis
10)Larut dalam air
11)Stabil dalam konsentrasi aktifnya
12)Mempunyai efek pembersih

RUMUS PENGENCERAN HIPOKLORIT


JML % HIPOKLORIT YG TERSEDIA -1
JML % HIPOKLORIT YG DIINGINKAN

5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
5
Misalnya :
 Tersedia hipolorit = 5.25%
 Diinginkan hipoklorit = 0.5%
 5.25 -1 = 52.5 -1 =9
 0.5 5
 Keterangan :
 Hipoklorit : air =1:9
Pencampuran aniosym DD1
1 literer air dicampur dengan 5 cc aniosym DD1

6. Kegiatan Dekontaminasi sampai Sterilisasi


Untuk menciptakan lingkungan bebas Infeksi yang salah satunya adalah
kegiatan mengurangi penularan penyakit melalui instrumen yang kotor dan
peralatan habis pakai lainnya. Sterilisasi harus dilakukan untuk alat-alat,
sarung tangan bedah dan alat lain yang kontak langsung dengan aliran
darah atau jaringan normal steril (Spaulding, 1939). Sebelum melakukan
proses sterilisasi harus dilakukan proses precleaning, pengemasan hingga
akhirnya sterilisasi.
a. Definisi
1) Sterilisasi adalah: proses menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteri, virus, fungi dan parasit) sampai dengan endospora bakterial
dari benda mati dengan uap bertekanan tinggi (otoklaf), panas kering
(oven), sterilan kimiawi atau radiasi
2) Dekontaminasi tingkat tinggi: proses menghilagkan semua
mikroorganisme kecuali beberapa bakterial dari objek dengan
merebus, menguapkan atau memakai desinfektan kimiawi
3) Pembersihan : proses yang secara fisik membuang semua kotoran,
darah, atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang
sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka yang
menyentuh kulit atau menangani objek tersebut.proses ini adalah
kegiatan mencuci, menyikat dengan sabun, detergen, air, enzymatic
kemudian membilas dengan air bersih, mengeringkan dan
pengemasan.
4) Precleaning/prabilas: proses yang membuat benda mati lebih aman
untuk ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan ( umpamanya
menginaktivasikan HBV, HBC, dan HIV) dan mengurangi tetapi tidak
menghilgkan sejumlah m,ikroorgansme yang mengkontaminasi alat.

5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
6
5) Steril : Kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
6) Sterilan: adalah zat yang mempunyai karakteristik yang dapat
mensterilkan.
7) Desinfeksi : proses inaktivasi mikroorganisme melalui system termal
(panas) atau kimia

8) Antiseptik : bahan aktivasi yang digunakan pada permukaan kulit dan


membran mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme` xz
9) Autoklaf : adalah suatu alat/ mesin yang digunakan untuk sterilisasi
dengan menggunakan uap bertekanan
10)Indikator kimia : adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang
menandai terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan,
ditandai dengan adanya perubahan warna
b. Tujuan Dekontaminasi Sampai Sterilisasi
Dekontaminasi diawali dengan pemisahan alat lalu direndam yang
bertujuan mencegah terjadinya pengeringan materi protein dan
melunakannya sehingga mudah untuk dibersihkan, kemudian sampai
ke proses pencucian, pengeringan, pengemasan, dan sterilisasi yang
bertujuan menyediakan produk/barang/alat medis yang steril bagi user
di rumah sakit.
c. Hubungan Kerja
Proses kegiatan sterilisasi berhubungan dengan unit lain di rumah sakit
antara lain dengan:
1) Pelayanan rawat inap dan rawat jalan
2) Bagian laundry
3) IPSRS (pemeliharaan alat dan kalibrasi alat)
4) Kesehatan lingkungan (air bersih, uji mikrobiologi alat medis)
5) Panitia Pencegahan dan Pengendalian infeksi
d. Teknik Proses Pelaksanaan Sterilisasi
Kegiatan sterilisasi di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang belum
tersentralisasi tetapi masih dilakukan diunit masing-masing kerja pada
kegiatan pracleaning, pencucian dilakukan diruang/ unit pemakai, hanya
proses sterilisasi yang dilakukan di unit CSSD.
e. Metode Sterilisasi
Metode sterilisasi dengan menggunakan uap panas, dilakukan
menggunakan kombinasi efek dari uap dan panas selama periode waktu

5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
7
tertentu. Metode ini hanya dapat digunakan untuk barang/alat yang stabil
terhadap suhu tinggi.
f. Klasifikasi Risiko Instrumen menurut E.H Spaulding

Risiko Defenisi Peralatan Cara

Tinggi Kontak dengan Instrumen bedah, Steril: sterilisasi


(critical) jaringan steril, kateter jantung, autoclaf, EO, panas
sistem peredaran implant kering,bahan kimia
darah

Sedang Kontak dengan Endoskopi,/ anastesi Desinfeksi:


(semi membran mukosa tubing ventilator, pasteurisasi, steam,
Critical) yang utuh, mudah termometer desinfektan kimiawi
terkontaminasi dg (DTT)
mikroba

Rendah Kontak dengan kulit Stetoscope, Tidak perlu steril:


(Non Critical) yang utuh dan tidak tensimeter, linen, pembersihan
mengenai membran urinal, apron, alat fisik/desinfeksi
mukosa, lingkungan makan, lantai, tingkat rendah
secara tidak dinding, TT (detergen dan air)
langsung

g. Bahan pengemas
Tujuan dan fungsi pengemasan pada proses sterilisasi adalah untuk
membungkus peralatan medis yang akan disterilkan dan
mempertahankan sterilitas alat tersebut sampai waktu penggunaan.
Bahan pengemas yang digunakan harus mempunyai kontribusi dalam
mempertahankan sterilisitas. Kualitas bahan sangat penting dalam
upaya memproteksi isi yang steril dari kontaminasi mikroba. Satu hal
yang perlu ditekankan disini adalah bahwa untuk dapat berpindah dari
satu tempat ke tempat yang lainnya mikroorganismememerlukan media
pembantu. Serpihan ini dapat berupa serpihan kecil bahan kain, debu,
maupun lembab.
Jenis Bahan Pengemas:

5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
8
1. Linen
2. Kertas
3. Plastik film
Jenis pengemasan ini linen merupakan pengemas tradisional dan paling
banyak digunakan. Keuntungan pengemasan ini paling digunakan
karena dapat digunakan ulang, relative mudah, cukup kuat dan memberi
proteksi cukup baik.
Dalam mengemas instrumen tidak boleh padat agar kemasan dapat
tertutup rapi sehingga tidak ada celah.
h. Bagan Dekontaminasi Dan Sterilisasi

Rendam dalam lar.Aniosym DD1

Keseluruhan dicuci & dibilas


pakai sarung tangan dan pelindung lain

Sterilisasi DTT

Panaskan Rendam
Steam uap dengan suhu Didihkan
/dikukus kimiawi
bertekanan 1200C
selama 40 selama 20 selama 10-
tinggi/ menit menit 20 menit
Autoclav

Dinginkan dan simpan


ditempat yang tertutup,
bebas debu 30cm Dari
lantai

i. Monitoring Sterilisasi

Dirumah sakit sterilisasi adalah hal yang lazim dilakukan, dengan tujuan
untuk menyediakan barang/alat medis yang steril bagi pengguna
(OK,VK,IGD,ICU, Rawat jalan,Rawat Inap dan lain-lain), namun sterilitas
bukan sekedar untuk menghasilkan barang steril tetapi harus ada yang
menjamin bahwa barang/instrumen itu dengan mekanisme
control.dengan proses monitoring control yang ketat akan memberikan
jaminan bahwa barang-barang yang kita hasilkan ini benar-benar steril

5
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
9
dengan cara melakukan uji kultur atau uji sterilitas alat yang sudah steril
dan dilakukan secara random.
Memonitor proses sterilisasi di RS Umum Kota Tangerang
dilakukan dengan Indikator steril yaitu:
1) Indikator kimia yaitu :indicator tape yang aka berubah warna setiap
kali kemasan yang ditempelkan indikator tape berwarna putih akan
berubah menjadi putih bergaris hitam bila alat sudah steril.
2) Monitoring secara manual dengan menentukan barang/instrumen
yang sudah steril dalam kemasan belum terbuka kadaluwarsanya,
dengan kertas 14 hari , dengan linen 14 hari dan dengan pouches 3
bulan

7. Kegiatan Indentifikasi Risiko Infeksi


a. Pengertian Survailens
Kegiatan survailens adalah pengumpulan data dan analisa data secara
sistematik aktif dan terus menerus terhadap timbulnya dan penyebaran
penyakit pada suatu populasi serta terhadap peristiwa yang
menyebabkan meningkat atau menurunya risiko untuk terjadinya
penyebaran penyakit.

b. Assesmen Risiko Infeksi pada unit pelayanan yang berisiko infeksi


1) Indentifikasi Unit Kerja yang berisiko tejadi Infeksi Pada Petugas

No Unit Kerja Risiko Infeksi Tindakan Pencegahan


1 Kamar Bedah a. Tertusuk jarum a. Tidak melakukan recapping
b. Terpercik cairan spuit
tubuh pasien b. Hati-hati saat bekerja
c. Penggunaan APD
d. Pelatihan K3 dan
Penggunaan APD

2 Kamar Bersalin/ a. Tertusuk jarum a. Tidak melakukan recapping


VK b. Terpercik cairan spuit
tubuh pasien b. Hati-hati saat bekerja
c. Penggunaan APD
d. Pelatihan K3 dan

6
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
0
Penggunaan APD

3 ICU/NICU a. Tertusuk jarum a. Tidak melakukan recapping


b. Terpercik cairan spuit
tubuh pasien b. Hati-hati saat bekerja
c. Tertular infeksi c. Penggunaan dan
penyakit menular Penggunaan APD
dari pasien (TBC, d. Pelatihan Kewaspadaan
dll) Isolasi dan Penanganan
pasien dengan penyakit
menular

4 IGD a. Tertusuk jarum a. Tidak melakukan recapping


b. Terpercik cairan spuit
tubuh pasien b. Hati-hati saat bekerja
c. Tertular infeksi c. Penggunaan dan
penyakit menular Penggunaan APD
dari pasien (TBC, d. Pelatihan Kewaspadaan
dll) Isolasi dan Penanganan
pasien dengan penyakit
menular

5 Laboratorium a. Tertusuk jarum a. Tidak melakukan recapping


b. Terpercik cairan spuit
tubuh pasien b. Hati-hati saat bekerja
c. Tertular infeksi c. Penggunaan dan
penyakit menular Penggunaan APD
dari pasien (TBC, d. Pelatihan Kewaspadaan
dll) Isolasi dan Penanganan
pasien dengan penyakit
menular

6 Unit Perawatan a. Tertusuk jarum a. Tidak melakukan recapping


yang merawat b. Terpercik cairan spuit
pasien isolasi tubuh pasien b. Hati-hati saat bekerja
c. Tertular infeksi c. Penggunaan dan
penyakit menular Penggunaan APD
dari pasien (TBC, d. Pelatihan Kewaspadaan
dll) Isolasi dan Penanganan
6
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
1
pasien dengan penyakit
menular

7 Kebersihan a. Tertusuk jarum a. Tidak melakukan recapping


b. Terpercik cairan spuit
tubuh pasien b. Hati-hati saat bekerja
c. Tertular infeksi c. Penggunaan dan
penyakit menular Penggunaan APD
dari pasien (TBC, d. Pelatihan Kewaspadaan
dll) Isolasi dan Penanganan
pasien dengan penyakit
menular

8 Laundry a. Tertusuk jarum a. Hati-hati saat bekerja


b. Terpercik cairan b. Penggunaan dan
tubuh pasien Penggunaan APD
c. Pelatihan Kewaspadaan
Isolasi dan Penanganan
pasien dengan penyakit
menular

2) Indentifikasi Unit Kerja yang berisiko terjadi infeksi pada pasien

No Unit Kerja Risiko Infeksi Tindakan Pencegahan


1 Perina/ICU IADP, ISK, IDO, VAP, a. Kebersihan tangan
Dekubitus,Diare b. Tehnik aseptic
Nosokomial c. Kebersihan lingkungan,
peralatan dan makanan
d. Tehnik sterilisasi

2 Kamar Bedah IDO,IADP, HAP,ISK, a. Kebersihan tangan


Dekubitus b. Tehnik aseptic
c. Kebersihan lingkungan,
peralatan dan makanan
d. Tehnik sterilisasi

3 Kamar HAP,Endometritis, a. Kebersihan tangan


bersalin/VK ISK,IADP, Diare b. Tehnik aseptic
Nosokomial c. Kebersihan lingkungan,
6
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
2
peralatan dan makanan
d. Tehnik sterilisasi

4 IGD ISK,HAP,IADP a. Kebersihan tangan


b. Tehnik aseptic
c. Kebersihan lingkungan,
peralatan dan makanan
d. Tehnik sterilisasi

5 Kamar Bayi Baru HAP,Diare a. Kebersihan tangan


Lahir Nosokomial b. Tehnik aseptic
c. Kebersihan lingkungan,
peralatan dan makanan
d. Tehnik sterilisasi

6 Ruang Perawatan HAP,Diare a. Kebersihan tangan


Ibu, Anak dan Nosokomial, ISK, b. Tehnik aseptic
Umum IADP, Dekubitus c. Kebersihan lingkungan,
peralatan dan makanan
d. Tehnik sterilisasi

7 Apotik Diare Nosokomial a. Kebersihan tangan


b. Tehnik aseptic
c. Kebersihan lingkungan,
peralatan dan makanan

8 Poli Klinik Diare Nosokomial, a. Kebersihan tangan


IDO b. Tehnik aseptic
c. Kebersihan lingkungan,
peralatan dan makanan
d. Tehnik sterilisasi

6
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
3
BAB IX
PELAPORAN

Laporan di Instalasi Gawat Darurat terdiri dari laporan harian berupa sensus
pasien, laporan bulanan berupa laporan insiden, laporan masalah- masalah
yang ada di IGD dan laporan perencanaan.
Laporan perencanaan diantaranya ada laporan pengajuan anggaran kebutuhan
alat kesehatan, SDM, Pelatihan dan semua yang menyangkut kebutuhan
Instalasi Gawat Darurat.

6
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
4
BAB X
PENUTUP

Dengan adanya buku Pedoman Pelayanan ini diharapkan pelayanan di IGD RSUD
Kota Tangerang dapat berjalan dengan baik dan kinerjanya dapat ditingkatkan
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan paisen di Instalasi Gawat Darurat

Bagi para staf IGD diharapkan Buku Pedoman ini dapat membantu memberi
gambaran kegiatan, hal-hal apa saja yang dilaksanakan dan upaya-upaya
peningkatan kinerja sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

Buku ini masih akan terus dievaluasi, sehingga kami harapkan saran dan masukan
yang berharga bagi penyempurnaan buku pedoman ini dimasa mendatang selalu
di nantikan.

DIREKTUR RSUD BENDA,

dr. H. SUHENDRA
6
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
5
NIP:197512052005011005

6
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT
6

Anda mungkin juga menyukai