Anda di halaman 1dari 31

PEDOMAN

PELAYANAN UNIT GAWAT DARURAT


DI PUSKESMAS PASIRJAMBU

PUSKESMAS PASIRJAMBU
JL. STASION CISONDARI NO.01 RT001 RW 003 DESA
PASIRJAMBU KEC.PASIRJMABU KAB. BANDUNG
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan
yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka
kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat
darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien
gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan
peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian, pelayanan
pra rumah sakit,selama perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Unit Gawat Darurat perlu dibuat standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan
yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien UGD Puskesmas Pasirjambu khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat darurat
di UGD Puskesmas Pasirjambu harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat
Puskesmas Pasirjambu.

1
Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan Unit Gawat Darurat meliputi :


1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan :
- Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
- Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
- Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

B. Batasan Operasional

1. Unit Gawat Darurat


Adalah unit pelayanan pra rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama
pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /
penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam
jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan
anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan
fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.

2
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan TBC kulit , dan sebagainya
10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian :
 Kecelakaan lalu lintas
 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
 Kecelakaan di sekolah
 Kecelakaan di tempat – tempat umum lainnya.
2. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar
baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain

3
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah
satu system / organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan ( poisoning )
4. Degerenerasi ( failure)
5. Asfiksia
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water and
electrolit )
7. Dan lain-lain.

Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemia


dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat,sedangkan kegagalan
sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :

4
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
C. Landasan Hukum
1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993
tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701 / YANMED / RSKS / GDE /
VII / 1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
4. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
5. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM UGD adalah :

Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan


Formal
1 Penanggung Jawab UKP Dokter umum Bersertifikat
BLS/BTCLS/PPGD
2 Koordinator UGD D III Bersertifikat
Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD
3 Perawat Pelaksana UGD D III Bersertifikat
Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD
4 Dokter UGD Dokter Umum Bersertifikat
ACLS/ATLS/PPGD

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Unit Gawat Darurat yaitu :
a. Waktu dinas 08-00-14.00 (senin-sabtu):
yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang yang terdiri dari:
1 Dokter umum
1 Perawat

6
C. Pengaturan Jaga
I. Pengaturan Jaga Perawat UGD

 Pengaturan jadwal dinas perawat UGD dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
Kepala Perawatan dan disetujui oleh Kepala Puskesmas.
 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana UGD setiap satu bulan..
 Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( KJ Shift)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan.
 Jadwal dinas 08-00-14.00 (senin-sabtu)
 Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang bersangkutan
harus memberitahu Kepala Perawatan H-1 jadwal jaga. Sebelum memberitahu
Kepala Perawatan, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari
perawat pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan
perawat pengganti.
II. Pengaturan Jaga Dokter UGD
 Pengaturan jadwal dokter jaga UGD menjadi tanggung jawab UKP dan disetujui
Kepala Puskesmas.
 Jadwal dokter jaga UGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah
diedarkan ke unit terkait.
 Jadwal dinas 08-00-14.00 (senin-sabtu)
 Apabila dokter jaga UGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
PJ UKP paling lambat 1 hari sebelum tanggal jaga, dan PJ UKP tersebut
wajib menunjuk dokter jaga pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke PJ UKP dan atas persetujuan kepala puskesmas PJ
UKP menunjuk dokter pengganti.

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas

I. Fasilitas & Sarana

UGD Puskesmas Pasirjambu berlokasi terdiri dari 1 (satu) ruangan IGD.

II. Peralatan
Peralatan yang tersedia di UGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat
Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien
Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving.

a. Alat – alat untuk ruang UGD


1. Mesin suction ( 1 set )
2. Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set )
3. Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah )
4. Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )
5. Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah )
6. Infuset Mikro ( 5 buah )
7. Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &
penghalang ( 1 buah )
8. Diagnostik set (1 buah )
9. EKG ( 1 buah )
10. Nebullaizer (1 buah )
11. Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi ( 1 buah )
12. Ambu bag ( 1 buah )
13. Stetoskop ( 1 buah )

8
14. Tensimeter ( 2 buah )
15. Tensimeter anak ( 1 buah )
16. Thermometer ( 2 buah )
17. Tiang Infus ( 6 buah )
18. Timbangan berat badan injak
19. APD
b. Alat – alat untuk tindakan bedah
1. Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung (1 set )
2. Verban segala ukuran :
- 4 x 5 em ( 5 buah )
- 4 x10 em ( 5 buah )
3. Hecting set ( 4 set )
4. Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
- Cat gut 2/0 ( 1 buah )
- Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah )
- Jarum ( 1 set )
5. Lampu sorot ( 1 buah )
6. Kassa ( 1 tromol )
7. Stomach tube / NGT
- Nomer 12 ( 3 buah )
- Nomer 16 ( 3 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah )
8. Spekulum hidung ( 2 buah )
9. Spuit sesuai kebutuhan
- 5 cc ( 5 buah )
- 2.5 cc ( 5 buah )
10. Dower Catheter segala ukuran
- Nomer 16 ( 2 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah )
11. Emergency lamp ( 1 buah )
12. Elastis verban sesuai kebutuhan

9
- 6 inchi ( 1 buah )
13. Neck collar ukuran S/M ( 2 buah )

c. Alat – alat dan obat dalam emergency bok.


1. Infuset ( 1 buah )
2. IV line ( 1 buah )
3. Cairan RL ( 1 buah )
4. Aminophiline inj. ( 4 buah )
5. Deksamethasone inj. (4 buah )
6. Diphenhidramine inj. ( 4 buah )
7. Adrenalin inj. ( 2 buah )
8. Sulphas Atrophin inj. ( 1 buah )
9. Diazepam inj. ( 2 buah )
10. D40% (41 buah )
11. Diazepam supp (2 buah)

e. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien Puskesmas Pasirjambu saat ini
memiliki 1 (satu) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi UGD dan
bagian Perawatan.

Fasilitas & Sarana untuk Ambulance


A. Perlengkapan Ambulance
1. Ac
2. Sirine
3. Lampu rotater
4. Sabuk pengaman
5. Sumber listrik / stop kontak
6. Lemari untuk alat medis
7. Lampu ruangan
8. Wastafel

10
B. Alat & Obat
1. Tabung Oksigen ( 1 buah )
2. Stretcher ( 1 buah )
3. Piala ginjal ( 1 buah )
4. Tas Emergency yang berisi :
Obat – obat untuk life saving
Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 /5kolf )
Senter ( 1 buah )
Stetoskop ( 1 buah )
Tensimeter ( 1 buah )
Piala ginjal ( 1 buah )
Oropharingeal air way
Gunting verban ( 1 buah )
Tongue Spatel ( 1 buah )
Infus set ( 1 buah )
IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )
Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah )

Standar Obat UGD Puskesmas Pasirjambu

I. OBAT LIVE SAVING


a. Injeksi

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Adrenalin Ampul 2 Vasokonstriksi


2. Deksamethashone Ampul 4 Kortikosteroid
3. Aminophilin Ampul 4 Anti asmatic dan COPD
preparations
4 Atropin sulfat Ampul Anti spasmodics
5. Diphenhidramine Ampul 4 Anti Histamin

11
6 Diazepam Ampul 2 Minor Transquillizer
7 Lidocain Ampul 10 Anastetic local
8 Dextrose 40% 4 AntiHipoglikemia

b. Tablet

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Nifedipin 10 mg Tablet 10 Anti hypertensi/


Betabloker
2. ISDN 5 mg Tablet 10 Anti anginal

c. Cairan Infus
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Asering Kolf 5
3. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 5
4 Dextrose 10 % 500ml Kolf 5
5. Dextrose In Saline 0,225 Kolf 5
12. Nacl 0,9 % 500 ml Kolh 5
15 Ringer Lactat Kolf 5
17. Dex 40 % 25 ml Flalon 4

d. Suppositoria
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

7. Pronalgest supp Tube 5 Analgetik


8. Stesolid 10 mg rect Tube 2 Sedatif

12
2. OBAT PENUNJANG
a. Injeksi
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Ondancentron Ampul 5 Antiemetik


2. Antrain Ampul 3 Analgetik Antipiretik

b. Obat tablet
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Paracetamol Tablet 7 Antipiretik


2. antasida Tablet 5 Antasida
3. Ranitidine Tablet 5 Antiulceran
4. Ondancentron Tablet 2 Antivomiting
5. Asam mefenamat Tablet 2 Analgesik

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
13
A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN

I. Petugas Penanggung Jawab

 Dokter UGD

II. Perangkat Kerja

 Dokter dan Perawat

III. Tata Laksana Pendaftaran Pasien UGD

1. Pendaftaran pasien yang datang ke UGD dilakukan oleh pasien /

keluarga ( SOP –Pendaftaran pasien baru di UGD)

2. Bila keluarga tidak ada petugas UGD bekerja sama dengan securiti

untuk mencari identitas pasien.

3. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung

diberikan pertolongan di UGD, sementara keluarga / penanggung jawab

melakukan pendaftaran

B. TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI UGD

I. Petugas Penanggung Jawab

 Dokter jaga UGD

III. Tata Laksana Sistim Komunikasi UGD

1. Antara UGD dengan unit lain dalam Puskesmas Pasirjambu adalah dengan

komunikasi langsung.

2. Antara UGD dengan dokter jaga yang terkait dengan pelayanan adalah

komunikasi langsung

14
3. Antara UGD dengan petugas ambulan yang berada di lapangan menggunakan

pesawat telephone atau komunikasi langsung.

C. TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE

I. Petugas Penanggung Jawab

- Dokter jaga UGD

II. Perangkat Kerja

- Stetoscope

- Tensimeter

- Status medis

III. Tata Laksana Pelayanan Triase UGD

1. Pasien / keluarga pasien datang dan diterima perawat jaga UGD

2. Dokter jaga UGD/Perawat jaga melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap

dan menentukan prioritas penanganan.

3. Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa / mengancam

fungsi vital.

4. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi vital,

bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan pemindahan

bersifat terakhir.

5. Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan biasa,

tidak perlu segera.

D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT

15
I. Petugas Penangung Jawab

- Dokter jaga UGD

II. Perangkat Kerja

- Formulir Persetujuan Tindakan

III. Tata Laksana Informed Consent

1. Dokter /Perawat UGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian

informed consent pada pasien / keluarga pasien .

2. pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh

perawat.

3. Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.

D. TATA LAKSANA TRANSPORTASI PASIEN

I. Petugas Penanggung Jawab

- Perawat UGD

- Sopir Ambulan

II. Perangkat Kerja

- Ambulan

- Alat Tulis

III. Tata Laksana Transportasi Pasien UGD

1. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan Puskesmas Pasirjambu

sebagai transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi bagian ambulan.

16
2. Perawat UGD menuliskan data-data / penggunaan ambulan ,nama pasien,tujuan

dan nama sopir.

3. Perawat UGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan

kendaraan

4. Perawat UGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.

F. TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY

I. Petugas Penanggung Jawab

 Perawat jaga

 Dokter jaga UGD

II. Perangkat Kerja

 Stetoscope

 Tensi meter

 Alat Tulis

III. Tata Laksana Pelayanan False Emergency

1. Pasien / keluarga pasien mendaftar

2. Dilakukan triase

3. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga UGD

4. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung jawab

5. Bila perlu observasi pasien dianjurkan mengisi informed consent

6. Bila tidak perlu observasi diberikan resep dan bisa langsung pulang

7. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter

17
H. TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL ( DOA )

I. Petugas Penanggung Jawab

 Dokter jaga UGD

II. Perangkat Kerja

 Senter

 Stetoscope

 EKG

 Surat Kematian

III. Tata Laksana Death On Arrival UGD ( DOA )

1. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga UGD

2. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah

3. Dokter jaga UGD membuat surat keterangan meninggal

4. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan kepada keluarga

I. TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN

I. Petugas Penanggung Jawab

 Dokter IGD

 Perawat IGD

II. Perangkat Kerja

 Ambulan

 Formulir persetujuan tindakan

 Formulir rujukan

18
III. Tata Laksana Sistim Rujukan UGD

 Perawat UGD menghubungi rumah sakit yang akan tuju

 Perawat jaga UGD memberikan informasi pada perawat /dokter jaga rumah sakit

rujukan mengenai keadaan umum pasein ( SOP - Rujukan UGD )

 Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat UGD menghubungi

ambulan.

19
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan Pasien ( Patient Safety )

Adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :


 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
 Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di puskesmas
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

20
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )


ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah


Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )


Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”

21
 Karena “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi
pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

C. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga UGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”

22
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV.
Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum
mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus
yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data
PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak
dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “
Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai

23
resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai


resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.

III. Tindakan yang beresiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

24
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

A. Kalibrasi Alat
Setiap alat medis yang ada di UGD harus dilakukan kalibrasi agar hasil yang diberikan sesuai
standar. Adapun jadwal kalibrasi adalah :

Nama alat Jadwal kalibrasi Pelaksanaan

Tensimeter 1 tahun sekali Bagian sarana dan prasarana

EKG 1 tahun sekali Bagian sarana dan prasarana

Timbangan 1 tahun sekali

Oksimetri 1 tahun sekali

B. Preventif pemeliharaan alat


Dalam rangka mendapatkan hasil yang akurat dalam setiap pengukuran menggunakan
alat medis, setiap alat medis harus dilakukan pengujian berkala. Petugas UGD akan
membuat permintaan pengujian berkala ke bagian sarana dan prasarana sesuai jadwal
dan bergilir. Setiap kegiatan pemeliharaan alat harus didokumentasikan di kartu
pemeliharaan alat. Jadwal pemeliharaan alat :

Alat medis Jadwal pemeliharaan alat

Tensimeter 3 bulan

Oksimetri 3 bulan

Timbangan 1 tahun

25
C. Pendidikan dan pelatihan staf
Dalam memberikan pelayanan yang bermutu, seluruh petugas UGD harus
mendapatkan pendidikan dan pelatihan secara teratur dan berkelanjutan.
Pendidikan dan pelatihan dapat dilakukan baik pelatihan internal maupun eksternal.
Pelatihan eksternal dijadwalkan sesuai dengan jadwal pelatihan di luar Puskesmas.
Sedangkan pelatihan internal diadakan di dalam Puskesmas dan dijadwalkan
bekerjasama dengan bagian diklat Puskemas.

Pelatihan Peserta Jadwal pelatihan

BTCLS/PPGD Perawat, bidan Setiap 3 tahun

ACLS/ATLS/PPGD Dokter jaga Setiap 3 tahun

Pelatihan/seminar Dokter jaga, perawat,bidan Menyesuaikan


kedokteran berkelanjutan

Manajemen ruangan Ka bag, Wa ka bag Setiap 3 tahun

BHD Dokter, perawat,bidan,petugas Setiap 2 tahun


non medis

Blue code Dokter,perawat Setiap 2 tahun

K3 Seluruh staf UGD Setip tahun

D. Indikator mutu pelayanan


Indikator mutu yang diukur di UGD adalah :

Judul indikator Sertifikasi kegawatdaruratan pemberi layanan di UGD

26
Definisi operasional Ketersediaan sertifikat pelatihan
BLS/PPGD/ATLS/ACLS/BTCLS staf klinis yang masih
berlaku

Bagian/unit UGD

Person in charge Kepala bagian

Kebijakan mutu

Rasionalisasi Dengan adanya sertifikasi kegawatdaruratan yang masih


berlaku maka akan meningkatkan mutu pelayanan di UGD

Formula kalkulasi Jumlah pemberi layanan yang memiliki sertifikat


Jumlah seluruh pemberi layanan X 100%

Numerator Jumlah pemberi layanan yang memiliki sertifikat

Denomirator Jumlah seluruh pemberi layanan

Kriteria inklusi Seluruh staf klinis

Kriteria eksklusi Seluruh staf non klinis,perawat pindahan dari unit lain kurang
dari 6 bulan

Metodologi Retrospektif
pengumpulan data

Sumber data Diklat

Waktu pelaporan

Frekuensi pelaporan 6 bulan

Target kinerja 100 %

Jumlah sample Total populasi

27
Area monitoring UGD

Rencana komunikasi Rapat bulanan


ke staf

Referensi

Judul indikator Waktu tanggap pelayanan dokter pada pasien gawat darurat

Definisi operasional Waktu yang dibutuhkan sejak pasien triase merah datang ke
UGD sampai diperiksa/ dilayani oleh dokter jaga seharusnya
< 5 menit
Bagian/unit UGD

Person in charge Kepala bagian UGD

Kebijakan mutu

Rasionalisasi Bila pasien triase merah lebih cepat mendapatkan


penanganan,maka keberhasilan penanganan akan lebih tinggi,
meningkatkan pelayanan UGD dan mengurangi complain
pasien
Formula kalkulasi Jumlah pasien triase merah yang diperiksa < 5 menit
Jumlah pasien triase merah X 100%
Numerator Jumlah pasien triase merah yang diperiksa < 5 menit

Denomirator Jumlah seluruh pasien triase merah

Kriteria inklusi Seluruh pasien triase merah

Kriteria eksklusi Pasien DOA

28
Metodologi Retrospektif
pengumpulan data

Sumber data Lembar pemeriksaan dokter UGD

Waktu pelaporan

Frekuensi pelaporan 1 bulan

Target kinerja 100 %

Jumlah sample Sampling

Area monitoring UGD

Rencana komunikasi Rapat bulanan


ke staf

Referensi

Pasirjambu, 2021
Mengetahui
Kepala Puskesmas Pasirjambu

Drg. Ernawaty Purba


NIP.

29
30

Anda mungkin juga menyukai