Jl. Maroko Desa Maroko Kecamatan Cibalong Kode Pos 44176 - Garut
Email : puskesmasmaroko.10@gmail.com
TAHUN 2023
PEDOMAN PELAYANAN
GAWAT DARURAT BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan
kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta
yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat
memberikan tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau
kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan
gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga
dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan
sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat
darurat, maka diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik
yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama perjalanan ke
fasilitas pelayanan kesehatan maupun di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Unit Gawat Darurat
perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi
semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan
ke pasien pada umumnya dan pasien UGD Puskesmas Maroko.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan
pelayanan gawat darurat di UGD Puskesmas Maroko harus
berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat Puskesmas Maroko
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
2
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat
darurat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau
anggota badannya ( akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolonngan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency Yaitu pasien dengan :
a) Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
b) Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya
c) Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
C. Batasan Operasional
1. Unit Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di UPT Puskesmas Maroko yang
memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman
kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas
berat ringannya trauma / penyakit serta kecepatan penanganan /
pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan
mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat
ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari
perubahan – perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi
semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada
berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
3
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat
dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan
sebagainya
10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang
datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan
cedera fisik, mental dan sosial. Kecelakaan dan cedera dapat
diklasifikasikan menurut :
a) Tempat kejadian :
4) Kecelakaan di sekolah
5) Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya :
tempat rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain
– lain.
b) Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing,
tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik
atau radiasi.
c) Waktu kejadian
1) Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
2) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat
kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan
penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
4
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau
kegagalan dari salah satu system / organ di bawah ini, yaitu :
a) Susunan saraf pusat
b) Pernafasan
c) Kardiovaskuler
d) Hati
e) Ginjal
f) Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan
oleh :
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan ( poisoning )
4. Degerenerasi ( failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar
( excessive loss of water and electrolit )
7. Dan lain-lain
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler,
pernafasan dan hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam
waktu singkat ( 4 – 6 ), sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain
dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat
ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
D. Landasan Hukum
1. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
5
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Pelayanan Kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 nomor 68);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 nomor 1335);
6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM UGD adalah :
B. Distribusi Ketenagaan
C. Pengaturan Jaga
7
maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas Kepada
Kepala Ruangan UGD Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak
mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
c) Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ
Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan serta
memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.
d) Jadwal dinas terbagi satu shift dari jam 8 pagi sampai jam 8 pagi kembali
libur 2 hari (lepas dan libur)
e) Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu Karu UGD Sebelum memberitahu Karu
UGD, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat
pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat
pengganti, maka KaRu UGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu
perawat yang hari itu libur
f) Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka KaRu UGD akan mencari
perawat pengganti yang hari itu libur
2. Dokter Konsulen
8
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana
UGD Puskesmas Maroko berlokasi di gedung kedua yang terdiri dari
ruangan Triase, ruang tindakan bedah , ruangan tindakan non bedah dan
ruangan observasi.
Ruangan resusitasi terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, ruangan tindakan
terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, ruangan observasi terdiri dari 1 (satu) tempat
tidur
2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di UGD mengacu kepada buku pedoman
pelayanan Gawat Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan
pelayanan terhadap pasien Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan
jantung seperti monitor dan defribrilator.
a. Alat – alat untuk ruang resusitasi :
1. Mesin suction ( 1 set )
2. Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set )
3. Laringoskope anak & dewasa ( 1 set )
4. Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah )
5. Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )
6. Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah )
7. Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan
infus & penghalang ( 1 buah )
8. Gunting besar (1 buah )
9. Monitor EKG ( 1 buah )
10. Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi ( 1
buah )
11. Papan ( 1 buah )
12. Ambu bag ( 1 buah )
13. Stetoskop ( 1 buah )
14. Tensi meter ( 1 buah )
15. Thermometer ( 1 buah )
9
16. Tiang Infus ( 1 buah )
10
5. Infus set ( 1 buah )
6. IV catheter semua nomer ( 1 set )
7. Spuit sesuai kebutuhan :
- 2.5 cc ( 5 buah )
- 5 cc( 5 buah )
- 10 cc ( 5 buah )
- 20 cc ( 3 buah )
- 50 cc ( 3 buah )
8. Tensimeter ( 1 buah )
9. Stetoskop ( 1 buah )
10. Thermometer ( 1 buah )
11. Tiang infus ( 1 buah )
d. Alat – alat untuk ruang observasi
1. Tensi meter ( 1 buah )
2. Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah )
3. Termometer ( 1 buah )
4. Stetoskop ( 1 buah )
5. Standar infus ( 1 buah )
6. Infus set ( 1 set )
7. IV catheter segala ukuran ( 1 set )
8. Spuit sesuai kebutuhan
- 1 cc ( 5 buah )
- 2.5 cc ( 5 buah )
- 5 cc ( 5 buah )
- 10 cc ( 5 buah )
- 20 cc ( 3 buah )
- 50 cc ( 3 buah )
e. Alat – alat dalam trolly emergency
1. Obat Life saving ( terlampir pada standar obat Puskesmas Maroko)
2. Obat penunjang ( terlampir pada standar obat Puskesmas Maroko)
11
c. Laringoscope dewasa & anak ( 1 set )
d. Magyl forcep
e. Face mask ( 1 buah )
f. Urine bag non steril ( 5 buah )
g. Spuit semua ukuran
h. Infus set ( 1 set)
i. Endotracheal tube ( dewasa & anak )
- Nomer 2.5 ( 1 buah )
- Nomer 3 ( 1 buah )
- Nomer 4 ( 1 buah )
- Nomer 7 ( 1 buah )
- Nomer 7.5 ( 1 buah )
- Nomer 8 ( 1 buah )
j. Slang oksigen sesuai kebutuhan
k. IV catheter sesuai kebutuhan
- Nomer 18 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah )
- Nomer 20 Cath / Terumo ( 2 / 16 buah )
- Nomer 22 Cathy / terumo ( 2 / 11 buah )
- Suction catheter segala ukuranNomer 10 ( 3 buah )
- Nomer 12 ( 2 buah )
l. Neck collar Ukuran S/M ( 2 / 1 ) 15.
f. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien Puskesmas
Maroko saat ini memiliki 2 ( dua ) unit ambulance yang kegiatannya
berada dalam koordinasi UGD dan bagian umum.
12
a. Tabung Oksigen ( 1 buah )
b. Stretcher ( 1 buah )
c. Scope ( 2 buah )
d. Piala ginjal ( 5 buah )
e. Tas Emergency yang berisi :
Obat – obat untuk life saving (
Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 / 10 kolf ) Senter ( 2 buah )
Stetoskop ( 3 buah ) Tensimeter ( 1 buah ) Piala ginjal ( 5 buah )
Oropharingeal air way Gunting verban ( 2 buah ) Tongue Spatel ( 1 buah
) Reflex hummer ( 2 buah ) Infus set ( 1 buah )
IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )
Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah )
13
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
15
3. Tata Laksana Transportasi Pasien UGD
a. Transportasi Pasien UGD ke Faskes lain
1) Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan PUSKESMAS
MAROKO sebagai transportasi, maka perawat unit terkait
menghubungi UGD (sesuai SPO )
2) Perawat UGD menuliskan data-data / penggunaan ambulan (nama
pasien ruang UGD, waktu penggunaan & tujuan penggunaan
3) Perawat UGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan
kendaraan
4) Perawat UGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.
16
2. Perangkat Kerja
- Formulir Visum Et Repertum UGD
3. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
1. Petugas UGD menerima surat permintaan visum et repertum
dari pihak kepolisian (sesuai SPO)
2. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam
medik
3. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien
kepada dokter jaga yang menangani pasien terkait
4. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik
maka lembar yang asli diberikan pada pihak kepolisian
− Dokter UGD
− Perawat
− Petugas ambulan
− Petugas administrasi
2. Perangkat Kerja
− Senter
− Stetoscope
− EKG
− Surat Kematian
17
I. TATA LAKSANA SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT
1. Petugas Penanggung Jawab
− Perawat UGD
2. Perangkat Kerja
− Ambulan
− Handphone
− Dokter UGD
− Perawat UGD
− Sopir ambulan
2. Perangkat Kerja
− Ambulan
− Formulir rujukan
18
whatshap 119 dan siserute
c) Spesimen
specimen
laboratorium
19
BAB V
LOGISTIK
20
5 Lidocain Ampul 9 Anastetic lokal
4
6 Novalgin Ampul 5 Analgetik
7 dexamethason Ampul 4 Anti inflamasi
8 Ranitidine Ampul 5 Antacida
9 Transamin Ampul 7 Haemostatics
b) Tablet
N Nama Obat Satu Jumlah Jenis Obat
o an
1. Adalat 5 mg Table 10 Anti hypertensi/
t Betabloker
2 Cedocard 5 mg Table 8 Anti anginal
t
3 Nitrobat Table 10 Nitrogliserida
t
c) Cairan Infus
N Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
o
1. Asering Kolf 4
2 Dextrose 5 % 500 ml Kolf 8
3 Dextrose 10 % 500ml Kolf 5
4 Dextrose In Saline 0,225 Kolf 2
5 Nacl 0,9 % 500 ml Kolh 5
6 Ringer Lactat Kolf 13
d) Suppositoria
N Nama Obat Satuan Jumla Jenis Obat
o h
1 Proris Sup Supp 2 Anti piretik ,
Analgetik
2 Stesolid 5 mg rect Tube 2 Sedatif
3 Dulcolax sup Supp 2 Sedatif
2. OBAT PENUNJANG
21
a) Injeksi
N Nama Obat Satuan Jumla Jenis Obat
o h
1 ranitidin Ampul 5 Antasida
2 ondansentron Ampul 8 Anti emetik
3 gentamycin 1 gr Ampul 10 Antibiotik
4 Ampiicillin Ampul 2 Antibiotik
b) Obat tablet
N Nama Obat Satuan Jumla Jenis Obat
o h
1. Amoxilin Tablet 7 Antibiotik
2. Simvastatin Tablet 5 Statin
3. Antasida Tablet 5 Antasida
4. Captopril Tablet 2 Anti hipertensi
5. glibenclamid Tablet 2 Anti diabet
6. Tetrasylin Tablet 3 Antibiotik
7. ciproflokxaxin Tablet 5 Antibiotik
8. pamol Tablet 15 Antipiretic
9. ibuprofen Tablet 2 Analgetic&
Antipiretic
22
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
23
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
24
dengan pengetahuan mutakhir
2. KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )/ Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
a) Karena “ keberuntungan”
b) Karena “ pencegahan ”
c) Karena “ peringanan ”
3. KESALAHAN MEDIS/ Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
4. KEJADIAN SENTINEL/ Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau
tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
(seperti, amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap
kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.
E. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga UGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formuli “Pelaporan Insiden
Keselamatan”
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari
ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49
tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara
25
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan
yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya
kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara
potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks
bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum
ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa
menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor
sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat
menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat
dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran
infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu
dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi
“Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
C. Tindakan yang beresiko terpajan
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
26
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
D. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
27
tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur
pelayanan
28