Anda di halaman 1dari 28

PEDOMAN PELAYANAN GAWAT DARURAT PUSKESMAS MAROKO

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT


DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS MAROKO

Jl. Maroko Desa Maroko Kecamatan Cibalong Kode Pos 44176 - Garut
Email : puskesmasmaroko.10@gmail.com
TAHUN 2023
PEDOMAN PELAYANAN
GAWAT DARURAT BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan
kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta
yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat
memberikan tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau
kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan
gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga
dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan
sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat
darurat, maka diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik
yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama perjalanan ke
fasilitas pelayanan kesehatan maupun di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Unit Gawat Darurat
perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi
semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan
ke pasien pada umumnya dan pasien UGD Puskesmas Maroko.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan
pelayanan gawat darurat di UGD Puskesmas Maroko harus
berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat Puskesmas Maroko

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency

2
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat
darurat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau
anggota badannya ( akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolonngan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency Yaitu pasien dengan :
a) Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
b) Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya
c) Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

C. Batasan Operasional
1. Unit Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di UPT Puskesmas Maroko yang
memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman
kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas
berat ringannya trauma / penyakit serta kecepatan penanganan /
pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan
mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat
ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari
perubahan – perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi
semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada
berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat

3
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat
dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan
sebagainya
10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang
datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan
cedera fisik, mental dan sosial. Kecelakaan dan cedera dapat
diklasifikasikan menurut :
a) Tempat kejadian :

1) Kecelakaan lalu lintas

2) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga


3) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan

4) Kecelakaan di sekolah
5) Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya :
tempat rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain
– lain.
b) Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing,
tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik
atau radiasi.
c) Waktu kejadian
1) Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
2) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat
kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan
penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta

4
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau
kegagalan dari salah satu system / organ di bawah ini, yaitu :
a) Susunan saraf pusat
b) Pernafasan
c) Kardiovaskuler
d) Hati
e) Ginjal
f) Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan
oleh :
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan ( poisoning )
4. Degerenerasi ( failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar
( excessive loss of water and electrolit )
7. Dan lain-lain
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler,
pernafasan dan hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam
waktu singkat ( 4 – 6 ), sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain
dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat
ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit

D. Landasan Hukum
1. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

5
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Pelayanan Kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 nomor 68);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 nomor 1335);

6
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM UGD adalah :

No Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan


Formal
1 Penanggung jawab S.Kep Ners Bersertifikat
Pelayanan D III BLS/BTCLS/PPGD
Keperawatan UGD Keperawatan
2 Ka Ru UGD D III Bersertifikat
Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD
S.Kep Ners
3 Ka Unit Gawat Darurat Dokter Umum Bersertifikat
ACLS/ATLS
4 Perawat Pelaksana UGD D III Bersertifikat
Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD
S.Kep Ners

B. Distribusi Ketenagaan

Pola pengaturan ketenagaan Unit Gawat Darurat yaitu :


a. Untuk Dinas Pagi Sampai pagi (24 Jam)
yang bertugas minimal sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal
bersertifikat BTLS.

C. Pengaturan Jaga

1. Pengaturan Jaga Perawat UGD

a) Pengaturan jadwal dinas perawat UGD dibuat dan di pertanggung


jawabkan oleh Kepala Ruang (Karu) UGD dan disetujui oleh kepala
puskesmas. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan
direalisasikan ke perawat pelaksana UGD setiap satu bulan.
b) Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,

7
maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas Kepada
Kepala Ruangan UGD Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak
mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
c) Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ
Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan serta
memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.
d) Jadwal dinas terbagi satu shift dari jam 8 pagi sampai jam 8 pagi kembali
libur 2 hari (lepas dan libur)
e) Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu Karu UGD Sebelum memberitahu Karu
UGD, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat
pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat
pengganti, maka KaRu UGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu
perawat yang hari itu libur
f) Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka KaRu UGD akan mencari
perawat pengganti yang hari itu libur

2. Dokter Konsulen

a. Perawat yang jaga di UGD menghubungi dokter yang bertanggung di UPT


Puskesmas Maroko melalui Whatshap untuk konsultasi pasien yang datang
ke UGD UPT Puskesmas Maroko

8
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana
UGD Puskesmas Maroko berlokasi di gedung kedua yang terdiri dari
ruangan Triase, ruang tindakan bedah , ruangan tindakan non bedah dan
ruangan observasi.
Ruangan resusitasi terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, ruangan tindakan
terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, ruangan observasi terdiri dari 1 (satu) tempat
tidur
2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di UGD mengacu kepada buku pedoman
pelayanan Gawat Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan
pelayanan terhadap pasien Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan
jantung seperti monitor dan defribrilator.
a. Alat – alat untuk ruang resusitasi :
1. Mesin suction ( 1 set )
2. Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set )
3. Laringoskope anak & dewasa ( 1 set )
4. Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah )
5. Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )
6. Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah )
7. Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan
infus & penghalang ( 1 buah )
8. Gunting besar (1 buah )
9. Monitor EKG ( 1 buah )
10. Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi ( 1
buah )
11. Papan ( 1 buah )
12. Ambu bag ( 1 buah )
13. Stetoskop ( 1 buah )
14. Tensi meter ( 1 buah )
15. Thermometer ( 1 buah )
9
16. Tiang Infus ( 1 buah )

b. Alat – alat untuk ruang tindakan bedah


1. Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung (1
set )
2. Verban segala ukuran :
- 4 x 5 Cm ( 5 buah )
- 4 x10 Cm ( 5 buah )
3. Extraksi kuku set ( 2 set )
4. Hecting set ( 5 set )
5. Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
- Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah )
- Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah )
- Jarum ( 1 set )
6. Kassa ( 1 tromel )
7. Cirkumsisi set ( 1 set )
8. Ganti verban set ( 3 set )
9. Spekulum hidung ( 2 buah )
10. Spuit sesuai kebutuhan
- 5 cc ( 5 buah )
- 2.5 cc ( 5 buah )
11. Infus set ( 1 buah )
12. Dower Catheter segala ukuran
- Nomer 16 ( 2 buah )
- Nomer 18 ( 2 buah )
13. Stetoskop ( 1 buah )
14. Tensimeter ( 1 buah )
15. Thermometer ( 1 buah )
16. Elastis verban sesuai kebutuhan
- 4 inchi ( 2 buah )
17. Tiang infus ( 2 buah )
c. Alat – alat untuk ruang tindakan non bedah :
1. Urine bag ( 3 buah )
2. Otoscope ( 1 buah )
3. Nebulizer ( 1 buah )
4. Mesin EKG ( 1 buah )

10
5. Infus set ( 1 buah )
6. IV catheter semua nomer ( 1 set )
7. Spuit sesuai kebutuhan :
- 2.5 cc ( 5 buah )
- 5 cc( 5 buah )
- 10 cc ( 5 buah )
- 20 cc ( 3 buah )
- 50 cc ( 3 buah )
8. Tensimeter ( 1 buah )
9. Stetoskop ( 1 buah )
10. Thermometer ( 1 buah )
11. Tiang infus ( 1 buah )
d. Alat – alat untuk ruang observasi
1. Tensi meter ( 1 buah )
2. Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah )
3. Termometer ( 1 buah )
4. Stetoskop ( 1 buah )
5. Standar infus ( 1 buah )
6. Infus set ( 1 set )
7. IV catheter segala ukuran ( 1 set )
8. Spuit sesuai kebutuhan
- 1 cc ( 5 buah )
- 2.5 cc ( 5 buah )
- 5 cc ( 5 buah )
- 10 cc ( 5 buah )
- 20 cc ( 3 buah )
- 50 cc ( 3 buah )
e. Alat – alat dalam trolly emergency
1. Obat Life saving ( terlampir pada standar obat Puskesmas Maroko)
2. Obat penunjang ( terlampir pada standar obat Puskesmas Maroko)

3. Alat – alat kesehatan


a. Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah )
b. Oropharingeal airway
- Nomer 3 ( 2 buah )
- Nomer 4 ( 2 buah )

11
c. Laringoscope dewasa & anak ( 1 set )
d. Magyl forcep
e. Face mask ( 1 buah )
f. Urine bag non steril ( 5 buah )
g. Spuit semua ukuran
h. Infus set ( 1 set)
i. Endotracheal tube ( dewasa & anak )
- Nomer 2.5 ( 1 buah )
- Nomer 3 ( 1 buah )
- Nomer 4 ( 1 buah )
- Nomer 7 ( 1 buah )
- Nomer 7.5 ( 1 buah )
- Nomer 8 ( 1 buah )
j. Slang oksigen sesuai kebutuhan
k. IV catheter sesuai kebutuhan
- Nomer 18 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah )
- Nomer 20 Cath / Terumo ( 2 / 16 buah )
- Nomer 22 Cathy / terumo ( 2 / 11 buah )
- Suction catheter segala ukuranNomer 10 ( 3 buah )
- Nomer 12 ( 2 buah )
l. Neck collar Ukuran S/M ( 2 / 1 ) 15.

f. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien Puskesmas
Maroko saat ini memiliki 2 ( dua ) unit ambulance yang kegiatannya
berada dalam koordinasi UGD dan bagian umum.

Fasilitas & Sarana untuk Ambulance


1. Perlengkapan Ambulance
a. Sirine
b. Lampu rotater
c. Sabuk pengaman
d. Sumber listrik / stop kontak
e. Lemari untuk alat medis
f. Lampu ruangan
2. Alat & Obat

12
a. Tabung Oksigen ( 1 buah )
b. Stretcher ( 1 buah )
c. Scope ( 2 buah )
d. Piala ginjal ( 5 buah )
e. Tas Emergency yang berisi :
Obat – obat untuk life saving (
Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 / 10 kolf ) Senter ( 2 buah )
Stetoskop ( 3 buah ) Tensimeter ( 1 buah ) Piala ginjal ( 5 buah )
Oropharingeal air way Gunting verban ( 2 buah ) Tongue Spatel ( 1 buah
) Reflex hummer ( 2 buah ) Infus set ( 1 buah )
IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )
Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah )

13
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN


1. Petugas Penanggung Jawab
a) Perawat UGD
b) Petugas Administrasi
2. Perangkat Kerja
Status Medis
3. Tata Laksana Pendaftaran Pasien UGD
a) Pendaftaran pasien yang datang ke UGD dilakukan oleh pasien / keluarga
dibagian administrasi (sesuai SPO )
b) Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan
pertolongan di UGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan
pendaftaran di bagian administrasi

B. TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI UGD


1. Petugas Penanggung Jawab
a) Petugas Operator/ Administrasi
b) Dokter / perawat UGD
2. Perangkat Kerja
a) Pesawat telpon
b) Hand phone
3. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD
a) Antara UGD dengan unit lain dalam PUSKESMAS MAROKO adalah
dengan nomor extension masing-masing unit ( sesuai SPO)
b) Antara UGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan
menggunakan pesawat telephone dan handphone (sesuai SPO)
c) Dari luar PUSKESMAS MAROKO dapat langsung melalui operator

C. TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE


1. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter UGD
2. Perangkat Kerja
- Stetoscope
- Tensimeter
- Status medis
3. Tata Laksana Pelayanan Triase UGD
a) Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian administrasi (sesuai SPO)
b) Dokter UGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan
menentukan prioritas penanganan.
c) Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa /
mengancam fungsi vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi
d) Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa /
fungsi vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan
dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan di ruang tindakan
bedah / non bedah
e) Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Pasien ditempatkan diruang non bedah

D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT


1. Petugas Penangung Jawab
- Dokter UGD
2. Perangkat Kerja
- Formulir Persetujuan Tindakan
3. Tata Laksana Informed Consent
a. Dokter UGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian
informed consent pada pasien / keluarga pasien (sesuai SPO) disaksikan
oleh perawat
b. Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh
perawat.
c. Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.

E. TATA LAKSANA TRANSPORTASI PASIEN


1. Petugas Penanggung Jawab
- Perawat UGD
- Supir Ambulan
2. Perangkat Kerja
- Ambulan
- Alat Tulis
- kursi roda
- brancar

15
3. Tata Laksana Transportasi Pasien UGD
a. Transportasi Pasien UGD ke Faskes lain
1) Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan PUSKESMAS
MAROKO sebagai transportasi, maka perawat unit terkait
menghubungi UGD (sesuai SPO )
2) Perawat UGD menuliskan data-data / penggunaan ambulan (nama
pasien ruang UGD, waktu penggunaan & tujuan penggunaan
3) Perawat UGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan
kendaraan
4) Perawat UGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.

F. TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY


1. Petugas Penanggung Jawab
- Petugas Administrasi
- Dokter UGD / Perawat jaga
2. Perangkat Kerja
- Stetosope
- Tensi meter
- Alat Tulis
- Status rawat jalan
3. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
a. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian administrasi (sesuai SPO)
b. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
c. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh Dokter UGD / Perawat jaga
d. Dokter UGD / Perawat jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga /
penanggung jawab
e. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian administrasi.
f. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang
g. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran Dokter UGD /
Perawat jaga.

G. TATA LAKSANA PELAYANAN VISUM ET REPERTUM


1. Petugas Penanggung Jawab
- Petugas Rekam Medis
- Dokter UGD

16
2. Perangkat Kerja
- Formulir Visum Et Repertum UGD
3. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
1. Petugas UGD menerima surat permintaan visum et repertum
dari pihak kepolisian (sesuai SPO)
2. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam
medik
3. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien
kepada dokter jaga yang menangani pasien terkait
4. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik
maka lembar yang asli diberikan pada pihak kepolisian

H. TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL ( DOA )


1. Petugas Penanggung Jawab

− Dokter UGD

− Perawat

− Petugas ambulan

− Petugas administrasi

2. Perangkat Kerja

− Senter

− Stetoscope

− EKG

− Surat Kematian

3. Tata Laksana Death On Arrival UGD ( DOA )


a. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga UGD (sesuai
SPO)
b. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan
jenazah
c. Dokter jaga UGD membuat surat keterangan meninggal
d. Jenazah dipindahkan/diserah terimakan di ruangan jenazah dengan
bagian umum /keamanan

17
I. TATA LAKSANA SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT
1. Petugas Penanggung Jawab

− Perawat UGD

2. Perangkat Kerja

− Ambulan

− Handphone

3. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit


a) Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai
kondisi pasien yang akan dibawa, kepada perawat IGD Rumah Sakit.
b) Isi informasi mencakup :

− Keadaan umum ( kesadaran dan tanda – tanda vital )

− Peralatan yang diperlukan di UGD

− Perawat UGD melaporkan pada dokter UGD & PJ Shift serta

menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang


diterima dari petugas ambulan.

J. TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN


1. Petugas Penanggung Jawab

− Dokter UGD

− Perawat UGD

− Sopir ambulan

2. Perangkat Kerja

− Ambulan

− Formulir persetujuan tindakan

− Formulir rujukan

3. Tata Laksana Sistim Rujukan UGD


a) Alih Rawat

− Perawat UGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk melalui

18
whatshap 119 dan siserute

− Dokter jaga UGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah

sakit rujukan mengenai keadaan umum pasein ( SPO - UGD )

− Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat UGD

menghubungi PUSKESMAS MAROKO melalui whatshap dan


aplikasi siserute
b) Pemeriksaan Diagnostik

− Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan

pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus


mengisi informed consent

− Perawat UGD menghubungi rumah sakit rujukan

− Perawat UGD menghubungi petugas ambulan PUSKESMAS MAROKO

c) Spesimen

− Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan

specimen

− Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent

− Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas

laboratorium

− Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju

19
BAB V
LOGISTIK

A. Standar Obat IGD


1. OBAT LIVE SAVING
a) Injeksi
N Nama Obat Satuan Jumla Jenis Obat
o h
1 Aminophilin Ampul 1 Anti asmatic dan COPD
4 preparations
2 Diazepam Ampul 5 Minor Transquillizer
3 Ephinephrin Ampul 2 Asnastetic lokal &
general
4 furosemide Ampul 1 Diuretics
6

20
5 Lidocain Ampul 9 Anastetic lokal
4
6 Novalgin Ampul 5 Analgetik
7 dexamethason Ampul 4 Anti inflamasi
8 Ranitidine Ampul 5 Antacida
9 Transamin Ampul 7 Haemostatics

b) Tablet
N Nama Obat Satu Jumlah Jenis Obat
o an
1. Adalat 5 mg Table 10 Anti hypertensi/
t Betabloker
2 Cedocard 5 mg Table 8 Anti anginal
t
3 Nitrobat Table 10 Nitrogliserida
t

c) Cairan Infus
N Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
o
1. Asering Kolf 4
2 Dextrose 5 % 500 ml Kolf 8
3 Dextrose 10 % 500ml Kolf 5
4 Dextrose In Saline 0,225 Kolf 2
5 Nacl 0,9 % 500 ml Kolh 5
6 Ringer Lactat Kolf 13

d) Suppositoria
N Nama Obat Satuan Jumla Jenis Obat
o h
1 Proris Sup Supp 2 Anti piretik ,
Analgetik
2 Stesolid 5 mg rect Tube 2 Sedatif
3 Dulcolax sup Supp 2 Sedatif

2. OBAT PENUNJANG

21
a) Injeksi
N Nama Obat Satuan Jumla Jenis Obat
o h
1 ranitidin Ampul 5 Antasida
2 ondansentron Ampul 8 Anti emetik
3 gentamycin 1 gr Ampul 10 Antibiotik
4 Ampiicillin Ampul 2 Antibiotik

b) Obat tablet
N Nama Obat Satuan Jumla Jenis Obat
o h
1. Amoxilin Tablet 7 Antibiotik
2. Simvastatin Tablet 5 Statin
3. Antasida Tablet 5 Antasida
4. Captopril Tablet 2 Anti hipertensi
5. glibenclamid Tablet 2 Anti diabet
6. Tetrasylin Tablet 3 Antibiotik
7. ciproflokxaxin Tablet 5 Antibiotik
8. pamol Tablet 15 Antipiretic
9. ibuprofen Tablet 2 Analgetic&
Antipiretic

Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui Instalasi


Farmasi. Kebutuhan obat, alat medis dan bahan habis pakai dihitung tiap dua
minggu berdasarkan analisis kebutuhan obat dan bahan habis pakai dua minggu
yang lalu dengan cadangan 10 %, diajukan kepada Panitia pengadaan obat
untuk mendapat persetujuan. Pengadaan obat dan alat kesehatan dilakukan
oleh panitia pengadaan setelah mendapat persetujuan dari direktur.
Distribusi obat, alat medis dan bahan habis pakai dari Instalasi Farmasi
dilakukan tiap tiga hari sekali pada hari Senin dan hari Kamis berdasarkan
permintaan dari UGD. Pendistribusian obat dilaksanakan tidak lebih dari 3 jam
sesudah order diterima oleh Instalasi Farmasi

22
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :

23
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

C. STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD ) /ADVERSE EVENT :


Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
karena tidak dapat dicegah
1. KTD yang tidak dapat dicegah /Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah

24
dengan pengetahuan mutakhir
2. KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )/ Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
a) Karena “ keberuntungan”

b) Karena “ pencegahan ”
c) Karena “ peringanan ”
3. KESALAHAN MEDIS/ Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
4. KEJADIAN SENTINEL/ Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau
tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
(seperti, amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap
kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.

E. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga UGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formuli “Pelaporan Insiden
Keselamatan”

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari
ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49
tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara
25
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan
yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya
kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara
potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks
bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum
ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa
menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor
sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat
menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat
dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran
infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu
dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi
“Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
C. Tindakan yang beresiko terpajan
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.

26
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
D. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Puskesmas Maroko dalam memberikan


pelayanan adalah pelayanan dari pengkajian sampai dengan tindakan kurang lebih 5
menit.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format

27
tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur
pelayanan

28

Anda mungkin juga menyukai