Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN

TRIASE

UPT PUSKESMAS DOKO


TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karuniaNya, Pedoman Triase di Puskesmas telah dapat diselesaikan.

Petugas UGD di Puskesmas Doko telah menyusun suatu pedoman triase di Puskesmas yang
diharapkan dapat melengkapi pedoman triase yang sudah ada. Pedoman ini memuat uraian tentang
kualifikasi sumber daya manusia, distribusi ketenagaan, tatalaksana pelayanan, keselamatan pasien
dan pengendalian mutu. Pedoman ini diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas.

Kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dr. Yudia Supradini selaku Kepala Puskesmas Doko


2. Eni Dwi Hartini selaku Kepala Tata Usaha Puskesmas Doko
3. Bapak dan Ibu semua staf Puskesmas Doko yang turut mendukung penyelesaian Pedoman
triase
4. Teman-teman di Pelayanan UGD dan semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam
penyusunan pedoman ini

Saran serta kritik membangun tentunya sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan
perbaikan dimasa mendatang.

Akhir kata, semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi tenaga rawat inap dalam memberikan
pelayanan rawat inap di Puskesmas Doko.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Triase merupakan suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan
suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta
fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua
pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya. Triase
merupakan usaha pemilahan korban sebelum ditangani berdasarkan tingkat kegawat
daruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan
sumber daya yang ada. Triase adalah suatu sistem pembagian/ klasifikasi prioritas klien
berdasarkan berat ringannya kondisi klien/ kegawatannya yang memerlukan tindakan
segera. Dalam triase, perawat dan dokter di puskesmas mempunyai batasan waktu
(respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi yaitu < 5 menit.

B. Tujuan
Triase memiliki tujuan sebagai pedoman bagi dokter dan perawat puskesmas
untuk mengkaji secara cepat dan fokus dalam menangani pasien berdasarkan tingkat
kegawat daruratan, trauma, atau penyakit dengan mempertimbangkan penanganan dan
sumber daya yang ada.

C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah semua tenaga kesehatan di Puskesmas Doko
baik dokter, perawat, ataupun bidan

D. Ruang Lingkup
Triase diberlakukan sistem prioritas, penentuan/ penyeleksian mana yang harus
didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
dengan seleksi pasien berdasarkan :
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
b. Dapat mati dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal
Pada umumnya penilaian pasien dalam triase di Puskesmas Doko dapat dilakukan
dengan :
a. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
b. Menilai kebutuhan medis
c. Menilai kemungkinan bertahan hidup
d. Menilai bantuan yang memungkinkan
e. Memprioritaskan penanganan definitive
f. Tag warna

E. Batasan Operasional
1. Unit Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan pra rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan.
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /
penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan anatomi yang
akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada
berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat misalnya
kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya
10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian :
 Kecelakaan lalu lintas
 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
 Kecelakaan di sekolah
 Kecelakaan di tempat – tempat umum lainnya.
2. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu
system / organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan ( poisoning )
4. Degerenerasi ( failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water and
electrolit)
7. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemia
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat,sedangkan kegagalan sistim/organ yang
lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM UGD adalah :

Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan

Formal

1 Penanggung Jawab UKP Dokter umum Bersertifikat


BLS/BTCLS/PPGD

2 Koordinator UGD D III Bersertifikat


Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD

3 Perawat Pelaksana UGD D III Bersertifikat


Keperawatan
BLS/BTCLS/PPGD

4 Dokter UGD Dokter Umum Bersertifikat


ACLS/ATLS/PPGD

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Unit Gawat Darurat yaitu :

a. Untuk Dinas Pagi :

yang bertugas sejumlah 3 ( tiga) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS

Kategri :

1 orang Koordinator
2 orang Pelaksana

b. Untuk Dinas Sore :

yang bertugas sejumlah 3 ( tiga ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS

Kategori :

1 orang Penanggung Jawab Shift

2 orang Pelaksana

c. Untuk Dinas Malam :

yang bertugas sejumlah 3 ( Tiga ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS
Kategori :

1 orang Penanggung Jawab Shift

2 orang Pelaksana

C. Pengaturan Jaga

I. Pengaturan Jaga Perawat UGD


 Pengaturan jadwal dinas perawat UGD dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
Kepala Perawatan dan disetujui oleh Kepala Puskesmas.
 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana UGD setiap satu bulan..
 Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila
tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka
permintaan disetujui).
 Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( KJ Shift)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2
tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.
 Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam,
libur dan cuti.
 Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu Kepala Perawatan: 2 jam sebelum dinas pagi,
4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Kepala
Perawatan, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat
pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat
pengganti, maka Kepala Perawatan akan mencari tenaga perawat pengganti
yaitu perawat yang hari itu libur.
 Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( tidak terencana ), maka Kepala Perawatan akan mencari perawat
pengganti yang hari itu libur. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka
perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.

II. Pengaturan Jaga Dokter UGD


 Pengaturan jadwal dokter jaga UGD menjadi tanggung jawab UKP dan disetujui
Kepala Puskesmas.
 Jadwal dokter jaga UGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah
diedarkan ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum
jaga di mulai.
 Apabila dokter jaga UGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
PJ UKP paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, dan PJ UKP tersebut
wajib menunjuk dokter jaga pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke PJ UKP dan atas persetujuan kepala puskesmas PJ
UKP menunjuk dokter pengganti.

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang

B. Standar fasilitas
a. Alat – alat untuk ruang UGD

1. Mesin suction ( 1 set )


2. Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set )
3. Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah )
4. Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )
5. Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah )
6. Infuset Mikro ( 5 buah )
7. Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus & penghalang ( 1 buah )
8. Diagnostik set (1 buah )
9. EKG ( 1 buah )
10. Nebullaizer (1 buah )
11. Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi ( 1 buah )
12. Ambu bag ( 1 buah )
13. Stetoskop ( 1 buah )
14. Tensimeter ( 2 buah )
15. Tensimeter anak ( 1 buah )
16. Thermometer ( 2 buah )
17. Tiang Infus ( 6 buah )
18. Timbangan berat badan injak
19. APD

b. Alat – alat dan obat dalam emergency bok.


1. Infuset ( 1 buah )
2. IV line ( 1 buah )
3. Cairan RL ( 1 buah )
4. Aminophiline inj. ( 4 buah )
5. Deksamethasone inj. (41 buah )
6. Diphenhidramine inj. ( 4 buah )
7. Adrenalin inj. ( 2 buah )
8. Sulphas Atrophin inj. ( 1 buah )
9. Diazepem inj. ( 2 buah )
10. D40% (41 buah )

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas penanganan
pasien berdasarkan tingkat kegawatanya dan masalah yang terjadi pada pasien. Triase
terutama dilakukan di ruang tindakan. Pelaksanaan Triase di dalam keadaan sehari hari
dilakukan oleh dokter dan atau perawat yang kompeten di ruang tindakan. Sedangkan dalam
keadaan bencana dilakukan oleh perawat dan dilakukan di luar atau di depan gedung
puskesmas.
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera dan mengidentifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahan darurat (life-saving surgery). Dalam aktivitasnya, digunakan label pasien
merah, kuning dan hijau sebagai kode identifikasi korban.
Proses dimulai ketika pasien masuk ke pintu Ruang Tindakan Puskesmas Doko, perawat
harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan
pengkajian serta pemeriksaan tanda-tanda vital, misalnya melihat sekilas kearah pasien yang
berada di brankar sebelum mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.

Pengumpulan data subyektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit karena
pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat penanggung jawab pasien. Perawat dan dokter
bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat. Tanpa
memikirkan dimana pasien pertama kali ditempatkan setelah triase, setiap pasien tersebut harus
dikaji ulang oleh perawat sedikitnya setiap 30 menit.

Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat,
pengkajian dilakukan setiap 1 menit. Setiap pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam
rekam medis. Informasi baru akan mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area
pengobatan.

Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda obyektif bahwa pasien
mengalami gangguan pada airway, breathing dan circulation, maka pasien ditangani dahulu.
Pengkajian awal hanya didasarkan atas data obyektif dan data subyektif sekunder dari pihak
keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengan data
subyektif yang berasal langsung dari pasien.

Kategori triase

Kegawatan pasien berdasarkan skala triase :


a. Segera - Immediate (Warna Merah)
Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang
kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera.

b. Tunda - Delayed (Warna Kuning)


Pasien memerlukan tindakan definitive tetapi tidak ada
ancaman jiwa segera

c. Minimal (Warna Hijau)


Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan
menolong diri sendiri atau mencari pertolongan

1. Merah, sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi


segera dan korban yang mengalami:
▪ Syok oleh berbagai kausa
▪ Gangguan pernapasan
▪ Trauma kepala dengan pupil anisokor
▪ Perdarahan eksternal massif. Pemberian perawatan
lapangan intensif ditujukan bagi korban yang mempunyai
kemungkinan hidup lebih besar, sehingga setelah perawatan di
lapangan ini penderita lebih dapat mentoleransi proses
pemindahan ke Rumah Sakit, dan lebih siap untuk menerima
perawatan yang lebih invasif. Triase ini korban dapat
dikategorisasikan kembali dari status “merah” menjadi “kuning”
(misalnya korban dengan tension pneumothorax yang telah
dipasang drain thoraks (WSD).
2. Kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan
pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat ditunda sementara.
Termasuk dalam kategori ini:
▪ Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung,
trauma abdomen)
▪ Fraktur multipel
▪ Fraktur femur / pelvis
▪ Luka bakar luas
▪ Gangguan kesadaran / trauma kepala
▪ Korban dengan status yang tidak jelas
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus,
pengawasan ketat terhadap kemungkinan timbulnya
komplikasi, dan diberikan perawatan sesegera mungkin.
3. Hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak
memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat
ditunda, mencakup korban yang mengalami:
▪ Fraktur minor
▪ Luka minor, luka bakar minor
▪ Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau
pemasangan bidai dapat dipindahkan pada akhir operasi
lapangan.
▪ Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir
operasi lapangan, juga akan dipindahkan ke fasilitas
kesehatan.

Alur proses triase

a. Pasien datang diterima petugas Ruang Tindakan


b. Di ruang triase dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk
menentukan derajat kegawatannya oleh perawat dan mencatat waktu datang pasien.
c. Bila jumlah penderita/ korban melebihi kapasitas ruangan Ruang Tindakan, maka triase
dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan Ruang Tindakan)
d. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dan mendapatkan prioritas pelayanan
dengan urutan warna merah, kuning, hijau.
e. Pasien kategori triage merah dapat langsung diberikan pengobatan di Ruang Tindakan.
Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut pasien dapat dirujuk ke rumah sakit
setelah dilakukan stabilisasi.
f. Pasien kategori triage kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat
menunggu giliran setelah pasien kategori triage merah selesai ditangani.
g. Pasien kategori triage hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan atau bila memungkinkan
dapat dipulangkan.

BAB V
LOGISTIK
Alat – alat yang digunakan untuk proses triase adalah :
. Perangkat Kerja

- Stetoscope

- Tensimeter

- Status medis

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )

Adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman.

Sistem tersebut meliputi :

 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan


 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
 Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di puskesmas
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

Standar keselamatan pasien

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )

ADVERSE EVENT :

Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil,
dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah

Unpreventable Adverse Event :

Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )

Near Miss :

Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :

 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS

Medical Errors:

Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

KEJADIAN SENTINEL

Sentinel Event :

Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga
higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut
dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Sistem kendali mutu dilakukan dengan mekanisme:


1. Membuat syarat kompetensi pemberi pelayanan
2. Mengikut sertakan petugas dalam pelatihan
3. Melakukan koordinasi antar unit
4. Melakukan identifikasi hambatan dan melakukan upaya pengendaliannya

Dokumentasi yang dijadikan bukti bahwa petugas sudah melakukan pemantauan


dengan tepat dan mengkomunikasikan perkembangan kepada tim kesehatan.
Pada tahap pengkajian, pada proses triase yang mencakup dokumentasi :
a. Waktu dan datangnya pasien
b. Keluhan utama
c. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan
d. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat
e. Penempatan di area penanganan yang tepat
f. Permulaan intervensi.
Petugas Ruang Tindakan harus mengevaluasi secara kontinu perawatan pasien
berdasarkan hasil yang dapat diobservasi untuk penentuan perkembangan pasien ke arah
hasil dan tujuan serta harus mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi
pengobatan dan perkembangannya.
Proses dokumentasi triase menggunakan :
- Form Rekam Medis

BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini dapat digunakan sebagai acuan petugas dalam melaksanakan proses triase di
Puskesmas Doko.

Anda mungkin juga menyukai