Yusnita Eva*
Abstract Abstrak
As a newly-born branch of knowledge, an- Sebagai sebuah cabang pengetahuan yang
thropology of law is still in formulating independen dan relatif baru, antropologi
stage. Basically, anthropology of law hu- kum masih berada dalam tahap
examines the empirical and mutual relation perumusan. Pada dasarnya, antropologi
between law and various social phenomena. hukum meneliti hubungan empiris timbal-
This research aims to learn what is the balik antara hu- kum dengan fenomena
principle and mean- ing of law as sosial di masyarakat. Penelitian ini
understood and affixed by the society. bertujuan mengetahui hakikat hukum
sebagaimana disematkan oleh ma-
syarakat.
*
Dosen Fakultas Syari'ah IAIN Imam Bonjol Padang (Jalan Rumah Tiga Ruang Nomor 19 Lubuk-Lintah Pa-
dang).
1
Hilman Hadikusuma, 2004, Pengantar Antropologi Hukum, PT.Citra Aditya Bakti, Bandar Lampung, hlm. 4.
2
ibid.
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 171
dalam ilmu yang lain. Dikarenakan sasaran pokok dalam penelitian antropologi
perbedaan tempat dan lingkungan, hukum.5
perbedaan sejarah dan asal-usulnya, Antropologi hukum sebagai ilmu
perbedaan semangat dan jiwanya, tidak mungkin dibatasi pada suatu bentuk
perbedaan akal dan cara berpikirnya, atau bidang khusus hukum. Bentuk-bentuk
perbedaan budaya dan agama yang seperti hukum negara, hukum adat atau
mempengaruhinya, maka perilaku budaya hukum agama, serta bidang-bidang seperti
manusia itu berbeda-beda antara yang satu hukum publik atau hukum privat yang
dan yang lain. Jadi tidak ada suatu sistem terdiferensiasi dalam ilmu-ilmu hukum
pola perilaku manusia yang seragam, dan dogmatik. Penelitian antropologi hukum
oleh karenanya tidak ada pula sistem pola berhubungan dengan semua hukum yang
kepribadian manusia itu yang sama.3 relevan bagi masalah penelitian khusus
Antropologi melihat hukum itu hanya yang dikaji. Dalam mengkaji hukum
sebagai suatu aspek dari kebudayaan yaitu dalam masyarakat, antar hubungan serta
suatu aspek yang digunakan oleh kekuasaan interdependensi berbagai bentuk normatif
masyarakat yang teratur dalam mengatur serta lembaga-lembaga, serta hubungan-
perilaku manusia dan masyarakat agar ti- hubungannya dengan perilaku, manusialah
dak terjadi penyimpangan dan agar penyim- yang merupakan tema pusat dalam
pangan yang terjadi dari norma-norma penelitian antropologi hukum.
sosial yang telah ditentukan dapat Antropologi hukum pada dasarnya
diperbaiki. De- ngan demikian adat mempelajari hubungan timbal-balik antara
masyarakat yang menjadi suatu sistem hukum dengan fenomena-fenomena sosial
kontrol sosial itu akan mempu- nyai secara empiris dalam kehidupan
kekuatan hukum, apabila ia digunakan oleh masyarakat; bagaimana hukum berfungsi
kekuasaan masyarakat. Sebagaimana dalam kehi- dupan masyarakat, atau
dikatakan Hoebel: “Hukum itu ada pada bagaimana hukum bekerja sebagai alat
ma- syarakat yang sederhana dengan pengendalian sosial (social control) atau
hukumnya yang sederhana atau primitive sarana untuk menjaga keteraturan sosial
law, hukum itu ada pada masyarakat purba (social order) dalam masyarakat.
dengan hu- kumnya yang purba atau
archaic law, dan hukum itu ada pada B. Perspektif Antropologi Hukum
masyarakat yang telah maju dan hukumnya Awal kelahiran antropologi hukum
yang modern.”4 biasanya berkaitan dengan karya klasik Sir
Maka sebagaimana telah diuraikan di Henry Maine yang bertajuk “The Ancient
atas dapatlah diketahui bahwa antropologi Law”, yang secara ringkas menyatakan
hukum adalah ilmu tentang manusia dalam hukum berkembang seiring dan sejalan
kaitannya dengan kaedah-kaedah sosial
yang bersifat hukum, sedangkan kaedah-
kaedah sosial yang tidak bersifat hukum
bukanlah
3
Hilman Hadikusuma, 1986, Antropologi Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, hlm. 4.
4
ibid., hlm. 8.
17 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -
5
ibid., hlm. 10.
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 173
dengan perkembangan masyarakat, dari lokal yang bersumber dari suatu kebiasaan
masyarakat yang sederhana (primitive), masyarakat (customary law/folk law),
tradisional, dan kesukuan (tribal) ke termasuk pula di dalamnya mekanisme-
masyarakat yang kompleks dan modern, mekanisme pengaturan dalam masyarakat
dan hukum yang inheren dengan (self regulation) yang juga berfungsi
masyarakat semula menekankan pada status sebagai sarana pengendalian sosial (legal
kemudian wujudnya berkembang ke bentuk order).8
kontrak.6 Menurut pandangan antropologi,
Manusia sebagai pelaku-pelaku tempat hukum di dalam budaya masyarakat
hukum dan objek hukum tidak lagi adalah sangat luas. Hukum mencakupi
memiliki iden- titas alami yang lama, suatu pandangan masyarakat tentang
melainkan berubah menjadi (hasil) kebutuhannya untuk survival, hukum juga
konstruksi. Hasil konstruksi tersebut adalah merupakan aturan yang mengatur produksi
seperti subjek hukum, hak hukum, asas dan distribusi kekayaan dan metode untuk
hukum, proses hukum, hubung- an hukum melindungi masyarakat terhadap kekacauan
dan akibat hukum. Kendati de- mikian, internal dan musuh dari luar.
masyarakat tempat hukum itu ada dan Oleh karena itu, para antropolog
bekerja tidak sepenuhnya ikut direkons- mempunyai pengertian tersendiri tentang
truksi bahkan untuk sebagian besar tetap apa yang mereka pandang sebagai hukum,
menjalani kehidupannya yang biasa, yaitu yaitu antara lain:
yang alami.7 1. Any rule of conduct likely to be
Hukum dalam perspektif antropologi enforced by the courts (Schapera).
dipelajari sebagai bagian yang integral 2. The whole reservoir of ruler on
dari kebudayaan secara keseluruhan, dan which judges draw for their decisions
karena itu hukum dipelajari sebagai produk (Gluckman).
dari interaksi sosial yang dipengaruhi oleh 3. That bodies of binding obligation,
aspek-aspek kebudayaan yang lain, seperti which has been reinstitutionalised
politk, ekonomi, ideologi, religi, struktur whithin, the legal institutions
sosial, dan lain-lain atau hukum dipelajari (Bohannan).
sebagai proses sosial yang berlangsung 4. Rules or modes of conduct made
dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena obligations by same sanction which
itu, hukum dalam perspektif antropologi is imposed and enforced for their
bukan semata-mata berwujud peraturan violations by controling authority
perundang-undangan yang diciptakan oleh (Pospisil).
negara (state law), tetapi juga hukum dalam Dewasa ini ada kecendrungan luas
wujudnya sebagai peraturan-peraturan untuk membatasi ruang lingkup antropologi
6
I Nyoman Nurjaya, “Perkembangan Tema Kajian, Metodologi dan Model Penggunaannya Untuk Memahami
Fenomena Hukum di Indonesia”, http://editorsiojo85.wordpress.com/2009/03/31/antropologi-hukum/, diak-
ses 3 Januari 2009.
7
Satjipto Rahardjo, 2006, Hukum dalam Jagad Ketertiban, Uki Press, Jakarta, hlm. 142
8
I Nyoman Nurjaya, “Perkembangan Pemikiran Konsep Pluralisme Hukum”, http://huma.or.id/document/I.03.
Analisa Hukum/Perkembangan Pemikiran Konsep Pluralisme Hukum_I Nyoman Nurjaya.pdf, diakses 2
Janu- ari 2009.
17 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -
hukum pada masalah sengketa yang terjadi sistem hukum yang satu dan yang
di dalam suatu masyarakat, baik itu lain.9
mengenai pola-pola sengketa, bagaimana Oleh karena itu masalah-masalah
reaksinya dalam masyarakat dan bagaimana yang menjadi pusat perhatian erat
cara mengatasi sengketa-sengketa tersebut, hubungan- nya dengan lembaga
yang pada mulanya hanya bersifat pengendalian sosial di dalam masyarakat-
menguraikan laporan tentang norma-norma masyarakat tertentu. Pendapat Leopold
hukum dalam masyarakat sederhana yang Pospisil mengenai ciri- ciri hukum yang
dikumpulkan dari para penulis pegawai diutarakan dalam buku- nya “Anthropology
pemerintahan kolonial dan para misionaris. of Law: A Comparative Theory”,
Seperti pernyataan Laura Nader dalam sebagaimana yang diutarakan pada halaman
bukunya “The Anthropological Study of sebelumnya, oleh karena pada saat ini ciri-
Law”, antara lain dikemukakan masalah ciri yang dikemukakan olehnya di- anggap
pokok yang merupakan ruang lingkup sudah cukup lengkap untuk dapat
antropologi hukum sebagai berikut: menggambarkan hukum dan membedakan-
1. Apakah dalam setiap masyarakat ter- nya dari gejala-gejala sosial budaya lainnya
dapat hukum, dan bagaimana karakte- di dalam masyarakat.10
ristik hukum yang universal. Studi-studi antropologis mengenai hu-
2. Bagaimana hubungan antara hukum kum diawali dengan munculnya
dengan aspek kebudayaan dan organ- pertanyaan- pertanyaan mendasar: apakah
isasi sosial. hukum itu? Dan apakah hukum itu terdapat
3. Mungkinkah mengadakan tipologi dalam setiap bentuk masyarakat? Untuk
hukum tertentu, sedangkan variasi menjawab per- tanyaan di atas diungkapkan
karakteristik hukum terbatas. oleh dua ahli antropologi ternama, yaitu
4. Apakah tipologi hukum itu berguna Radcliffe-Brown dan Bronislaw
untuk menelaah hubungan antara Malinowski.
hukum dan aspek kebudayaan dan Hukum menurut Radcliffe-Brown:
organisasi sosial. Mengapa pula “Suatu sistem pengendalian sosial yang
hukum itu berubah. hanya muncul dalam kehidupan masyarakat
5. Bagaimana cara mendeskripsi sistem- yang berada dalam suatu bangunan
sistem hukum, apakah akibat jika negara, karena hanya dalam suatu
sistem hukum dan subsistem hukum organisasi sosial seperti negara terdapat
antara masyarakat dan kebudayaan pranata-pranata hukum seperti polisi,
yang saling berhubungan, dan pengadilan, penjara, dan lain-lain.
bagaimana kemungkinan untuk Sedangkan dalam masyarakat- masyarakat
membandingkan bersahaja yang tidak ter- organisasi secara
politis sebagai suatu negara tidak
mempunyai hukum. Walaupun
9
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 7.
10
Soerjono Soekanto, 1984, Antropologi Hukum Materi Pengembangan Ilmu Hukum Adat, C.V. Rajawali, Ja-
karta, hlm. 160.
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 175
tidak mempunyai hukum, ketertiban sosial atau sebagai sarana pengendalian sosial.12
dalam masyarakat tersebut diatur dan Dalam perkembangannya pendapat
dijaga oleh tradisi-tradisi yang ditaati oleh Malinowski memperoleh komentar dan
warga masyarakat secara otomatis kritik dari Bohannan, yang menyatakan:
spontan.”11 1. Mekanisme resiprositas dan publisitas
Hukum menurut Bronislaw Malinowski: sebagai kriteria untuk mengatur hak
“Hukum tidak semata-mata terdapat dalam dan kewajiban dalam kehidupan
masyarakat yang terorganisasi suatu neg- masyarakat pada dasarnya bukanlah
ara, tetapi hukum sebagai sarana pengen- merupakan hukum seperti
dalian sosial (legal order) terdapat dalam dimaksudkan Malinowski, tetapi hanya
setiap bentuk masyarakat. Hukum dalam merupakan suatu kebiasaan (custom)
kehidupan masyarakat bukan ditaati karena yang di- gunakan masyarakat untuk
adanya tradisi ketaatan yang bersifat oto- menjaga keteraturan sosial.
matis spontan, seperti dikatakan Radcliffe- 2. Pengertian hukum harus dibedakan
Brown, tetapi karena adanya prinsip dengan tradisi atau kebiasaan, atau
timbal- balik dan prinsip publisitas.” lebih spesifik norma hukum mempu-
nyai pengertian yang berbeda dengan
Pendapat dua ahli antropologi di atas kebiasaan. Norma hukum adalah per-
dapat dikatakan bahwa apabila hukum aturan hukum yang mencerminkan
diberi pengertian yang sempit, hanya tingkah laku yang seharusnya (ought)
sebagai sistem pengendalian sosial yang dilakukan dalam hubungan antar indi-
diciptakan oleh lembaga legislatif dan vidu. Sedangkan kebiasaan merupakan
diterapkan oleh aparat penegakan hukum seperangkat norma yang diwujudkan
seperti polisi, pengadilan, jaksa, atau dalam tingkah laku dan berlangsung
penjara dalam kehidupan organisasi negara, dalam kurun waktu yang lama.
maka hukum diartikan bahwa masyarakat- Kadang- kala kebiasaan bisa sama
masyarakat yang sederhana yang tidak dengan norma hukum, tetapi bisa juga
terorganisasi sebagai suatu negara tidak bertentangan.
memiliki hukum, tetapi bila hukum diberi 3. Kebiasaan terwujud sebagai institusi
pengertian yang luas, yaitu sebagai proses- non hukum sedangkan peraturan meru-
proses pengendalian sosial yang didasarkan pakan institusi hukum, di dalam ma-
pada prinsip resiprositas dan publisitas yang syarakat ditemukan keduanya. Norma-
secara empiris berlangsung dalam norma hukum cenderung mengabaikan
kehidupan masyarakat, maka semua bentuk bahkan sebaliknya memfungsikan ke-
masyarakat betapapun sederhananya beradaan kebiasaan-kebiasaan dalam
memiliki hukum dalam bentuk mekanisme- penyelesaian kasus-kasus sengketa
mekanisme yang diciptakan untuk menjaga yang terjadi dalam masyarakat.
keteraturan sosial
11
ibid.
12
ibid.
17 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -
13
ibid.
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 177
tomary law). Namun demikian, secara 3. Kekuatan mengikat itu terwujud dari
antropologis bentuk mekanisme-mekanisme adanya hubungan timbal balik karena
pengaturan sendiri (inner order mechanism proses tukar menukar jasa.
atau self-regulation) dalam komunitas-ko- 4. Kekuatan mengikat itu didasarkan
munitas masyarakat juga merupakan hukum pada adanya hak untuk saling
yang secara lokal berfungsi sebagai sarana menuntut dalam hubungan yang
untuk menjaga keteraturan sosial.14 bersifat ganda.
5. Kekuatan mengikat itu bertambah kuat
D. Asumsi-asumsi Para Sarjana Antro- dengan adanya upacara dalam proses
pologi Hukum tentang Hukum transaksi, karena dengan diadakan
Di bawah ini akan diuraikan upacara berarti umum mengetahui dan
pandangan beberapa sarjana tentang apakan terbuka mengemukakan pendapatnya.
hukum itu, berdasarkan hasil-hasil Dengan demikian yang pertama,
penelitian mereka di berbagai suku-suku bukan rasa kebersamaan atau tanggung
bangsa atau masyarakat yang kehidupan jawab bersama yang menjadi sebab dan
budayanya masih sederhana, di antaranya: menjamin ketaatan terhadap adat sehingga
timbul sifat mengikat, sehingga adat itu
1. Bronislaw Malinowski menjadi hukum adat. Kedua tidaklah benar
Sarjana Antropologi hukum bernama jika dikatakan dengan adanya kepercayaan
Bronislaw Malinowski (1884-1942) yang yang supernatural dan kemungkinan
pernah melakukan pada masyarakat Trobian terhadap si pelaku pelanggaran hukum
di Kepulauan Solomon Papua Nugini akan dikucilkan, merupakan tindakan yang
mengemukakan bahwa untuk membedakan sudah cukup untuk mencegah seseorang
antara aturan hukum dengan aturan melakukan pelanggaran. Ketiga bahwa
kemasyarakatan yang lain ialah dilihat dari setiap pelanggaran adat itu dijatuhi pidana,
mekanisme kekuatan mengikat. Bahwa ciri- bahkan menurut mekanisme yang berlaku
ciri aturan hukum itu dapat dirinci dapat diketahui yang mana yang merupakan
pengertiannya sebagai berikut: hukum pidana dan yang mana yang hukum
1. Dikatakan aturan-aturan hukum perdata.
apabila aturan itu dirasakan dan Begitu pula halnya dengan
dianggap menimbulkan kewajiban di masyarakat Melanesia menurutnya:
satu pihak dan hak-hak di lain pihak. 1. Hukum itu tidaklah berproses dalam
2. Aturan hukum itu mempunyai sanksi lembaga yang mandiri.
negatif atau sanksi positif berdasarkan 2. Hukum itu adalah suatu aspek dari
kejiwaan dan adanya mekanisme (cara kehidupan masyarakat sederhana yang
bekerja) kekuatan yang mengikat. sekaligus sebagai bagian dari susunan
masyarakat, dan tidak terpisahkan se-
bagai lembaga sendiri.
14
I Nyoman Nurjaya, loc. cit.
17 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -
3. Hukum tidaklah terdapat dalam ben- lah sekunder, tetapi gunanya bersifat fung-
tuk keputusan yang berkaitan dengan sional.
pelanggaran yang akan terjadi kemu- Dalam buku mereka (Hoebel dan
dian dan kemudian baru diatur penang- Karl Llewellyn) “Cheyenne Way” mereka
gulangannya. mengemukakan adanya empat unsur hakiki
4. Hukum adalah hasil dari susunan dari hukum yang mengelompok sebagai
hak dan kewajiban yang mencegah suatu gejala yang disebut ‘authority', baik
seseorang untuk menghindari dalam kelompok masyarakat maupun dalam
tanggung jawab dari pelanggaran, oleh suatu kebudayaan. Unsur-unsur dimaksud
karenanya ia harus menanggung adalah:
akibatnya.15 1. unsur imperatif (yang memerintah),
Teori yang dikembangkan bahwa hukum itu dibuat atau
Malinowski terhadap hukum adalah adanya ditetapkan oleh pihak yang
prinsip timbal-balik (principle of memerintah, untuk mengatur warga
reciprocity) dan prinsip publisitas (principle masyarakat pada suatu arah tertentu,
of publicity) yang secara empiris 2. supremasi (yang tertinggi), bahwa
berlangsung dalam kehidupan masyarakat, hukum itu menunjukkan sebagai fakta
maka semua bentuk masyarakat betapapun dan jika hukum itu diperlukan,
sederhananya memiliki hukum dalam 3. sistem, bahwa hukum itu merupakan
bentuk mekanisme-mekanisme yang tata yang bertautan satu sama lain,
diciptakan untuk menjaga keteratuan sosial 4. dan resmi, bahwa hukum itu memiliki
atau sebagai sarana pengendalian sosial.16 kualitas umum (publik) yang diakui
oleh masyarakat dengan resmi.18
2. E. Adamson Hoebel Authority menurut Hoebel dan Karl
Sarjana Antropologi Amerika E. Llewellyn merupakan suatu ringkasan pe-
Adam- son Hoebel adalah antropolog ngertian ciri hukum yang dikaitkan dengan
pertama yang melakukan kerja sama antar keputusan dari seseorang atau berbagai ke-
disiplin sarjana hukum Karl Llewellyn lompok dan kebudayaan. Sehingga kekua-
sehingga melahirkan antropologi hukum. saan itu merupakan acara (procedure) atau
Mereka antara lain melakukan penelitian merupakan pola kegiatan atau kaedah-kae-
lapangan terhadap orang-orang Indian dah kegiatan yang sudah lemah derajatnya
Comanche, Chyenne, Pueblos Keresan terhadap seseorang. Misalnya dalam hukum
(New Mexico).17 yang sudah kuno, terdapat tabu atau panta-
Dia memulai pengertian hukum itu ngan yang mempunyai kekuatan tanpa ada
dengan pengertian suatu definisi, karena petugas yang memaksakan berlakunya, dan
suatu definisi hanya menguraikan kata-kata
sedangkan fakta-fakta adalah kenyataan
yang terjadi; memang suatu definisi ada-
15
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 47-50.
16
I Nyoman Nurjaya, loc. cit.
17
ibid, hlm. 50.
18
ibid., hlm. 91-92.
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 179
19
ibid.
20
Teguh Prasetyo, 2007, Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum Studi Pemikiran Ahli Hukum Sepanjang Zaman,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 115-117.
18 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -
21
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 57.
22
ibid., hlm. 57-59.
23
ibid., hlm. 60.
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 181
24
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 74.
25
Teguh Prasetyo, op. cit., hlm. 117.
26
ibid., hlm. 118.
27
ibid.
28
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 84.
29
ibid., hlm. 85.
18 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -
30
Soerjono Soekanto, op. cit., hlm.164-167
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 183
31
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 72.
32
Soerjono Soekanto, op. cit., hlm. 167-168.
18 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -
Di sini tampak bahwa hukum merupa- sama. Apabila hal itu terjadi maka cara
kan suatu inter sub-sistem yang dapat penyelesaian perselisihan itu ditanggulangi
mencakup sub-sistem-sub-sistem lainnya.33 dengan sistem kompromi. Dalam hal ini
berarti bukan ‘keputusan' yang dihasilkan
2. Bohannan melainkan ‘kesepakatan' yang tercapai oleh
Betapa pentingnya arti pelembagaan kedua belah pihak yang sifatnya bisentris.35
ganda bagi hukum, (sebagaimana yang di- Menurut Bohannan sistem kompromi
jelaskannya di halaman sebelumnya) bagi yang merupakan penyelesaian yang bisen-
hukum, di samping harus ada kesatuan ke- tris terhadap suatu masalah, akan meng-
kuasaan (politik) yang sifatnya unisentris hasilkan kaedah-kaedah yang kurang pasti,
(terpusat menjadi satu) untuk mempertah- jika dibandingkan dengan keputusan yang
ankan kaedah-kaedah yang telah melem- unisentris. Oleh karena aturan-aturan ma-
baga secara berganda. Namun teori pelem- syarakat tanpa negara itu kurang cermat
bagaan ganda itu nampaknya tidak sesuai atau kurang pasti.36
untuk menjelaskan keadaan hukum dalam Pada masyarakat kolonial maka
masyarakat tanpa kekuasaan negara, dan sistem kekuasannya adalah unisentris di
keadaan hukum dalam masyarakat kolonial mana hubungan pemerintahan pusat dan
atau dalam hukum internasional.34 pemerin- tahan daerah diserasikan,
Pada masyarakat tanpa negara yang sehingga berakibat timbulnya lebih dari satu
cirinya tidak ada sistem kekuasaan yang budaya hukum. Hal mana berarti dalam
unisentris, jika terjadi perselisihan antara suatu kekuasaan yang manunggal terdapat
dua pihak maka yang akan berhadapan kesenjangan antara dua budaya hukum.37
adalah dua kekuasaan yang berimbang
33
ibid., hlm. 167-172.
34
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 86.
35
ibid.
36
ibid.
37
ibid., hlm. 87.
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 185
38
ibid.
39
Soerjono Soekanto, op. cit., hlm. 105.
40
ibid, hlm. 84.
18 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -
41
I Nyoman Nurjaya, loc. cit.
42
ibid.
43
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 97-98.
44
ibid., hlm.59
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 187
Dalam hal ini Summer mengatakan dupan masyarakat, atau bagaimana hukum
bahwa hukum itu terdiri dari dua segi bekerja sebagai alat pengendalian sosial
yaitu konsep dan struktur. Konsep itu atau sarana untuk menjaga keteraturan
mengandung sendi-sendi dan aturan-aturan sosial dalam masyarakat.
yang membatasi atau mengharuskan adanya Antropologi mengenai hukum
tindakan, yang sesuai dengan karakteristik memberi perhatian pada fenomena
hukum yang berkembang menjadi tujuan kemajemukan hukum dalam kehidupan
masyarakat dan kalangan hukum yang masyarakat. Ini berarti secara empiris dapat
tetap dan jelas dalam bentuk aturan yang dijelaskan, bahwa hukum yang berlaku
formal. Sedangkan struktur pada dasarnya dalam masyarakat selain terwujud dalam
mengenai pengadilan dan proses acara bentuk hukum negara, juga berwujud
pelaksanaan hukum itu dalam bentuk cara sebagai hukum agama, dan hukum
mempertahankan dan cara menetapkan kebiasaan. Tetapi secara antropologis
hukuman bagi pelanggar aturan hukum bentuk mekanisme-mekanisme pengaturan
itu.45 sendiri (inner order mechanism atau self-
regulation) dalam komunitas-komunitas
5. Bohannan masyarakat adalah juga merupakan hukum
Bohannan menggunakan metode his- yang secara lokal berfungsi sebagai sarana
toris, maksudnya mempelajari perilaku untuk menjaga keteraturan sosial.
manusia dan budaya hukumnya dengan Hukum tidak selalu berhasil dengan
kaca baik untuk memroyeksikan keinginannya
matasejarah.Dimanaperkembanganmanusia ke dalam masyarakat. Secara padat bisa di-
dan hukum itu berlaku secara evolusi, katakan, bahwa “hukum bekerja dan
artinya berkembang dengan lambat dan tertanam dalam sebuah matriks sosio-
berangsur- angsur. Mulai dari kehidupan kultural”. Itulah awal dari apa yang nanti
manusia yang masih sederhana, dari akan muncul seba- gai budaya hukum.
kelompok keluarga, menjadi kesatuan Ternyata, bagaimanapun hegemonial
kerabat (suku), kesatuan tetangga (dusun), hukum negara itu, ia tidak per- nah
berangsur-angsur menjadi kesatuan sepenuhnya berhasil memastikan apa yang
masyarakat daerah, dan akhirnya menjadi diwajibkan berlaku dalam masyarakat.
kesatuan masyarakat dengan sistem Masyarakat ternyata tetap menjadi peme-
pemerintahan negara yang maju (modern).46 gang saham (stakeholder) utama dalam bis-
nis pengaturan oleh hukum itu. Masyarakat
G. Penutup atau kekuatan masyarakat akan menuntun,
Antropologi hukum pada dasarnya membatasi dan menentukan seberapa jauh
mempelajari hubungan timbal-balik antara dan secara bagaimana hukum itu akan nya-
hukum dengan fenomena-fenomena sosial ta-nyata berjalan, bekerja dan berlaku
secara empiris dalam kehidupan dalam masyarakat.
masyarakat; bagaimana hukum berfungsi
dalam kehi-
45
ibid., hlm. 60.
46
ibid., hlm. 9.
18 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -
DAFTAR PUSTAKA