Anda di halaman 1dari 19

PERSPEKTIF DAN KAJIAN HUKUM DARI BEBERAPA TOKOH

DALAM BIDANG ANTROPOLOGI HUKUM

Yusnita Eva*

Abstract Abstrak
As a newly-born branch of knowledge, an- Sebagai sebuah cabang pengetahuan yang
thropology of law is still in formulating independen dan relatif baru, antropologi
stage. Basically, anthropology of law hu- kum masih berada dalam tahap
examines the empirical and mutual relation perumusan. Pada dasarnya, antropologi
between law and various social phenomena. hukum meneliti hubungan empiris timbal-
This research aims to learn what is the balik antara hu- kum dengan fenomena
principle and mean- ing of law as sosial di masyarakat. Penelitian ini
understood and affixed by the society. bertujuan mengetahui hakikat hukum
sebagaimana disematkan oleh ma-
syarakat.

Kata Kunci: hukum, antropologi hukum.

A. Pendahuluan perilaku sebagai kebiasaan yang berulang-


Antropologi hukum itu adalah ilmu ulang terjadi, sebagaimana dalam hukum
pengetahuan (logos) tentang manusia adat; atau hukum dalam arti dan bentuk
(antropos) yang bersangkutan dengan kaidah peraturan dan bentuk kaidah
hukum. Manusia yang dimaksud adalah peraturan perundangan; jika demikian
manusia yang hidup bermasyarakat, bergaul hukum dengan pendekatan yang normatif.
antara yang satu dan yang lain, baik Tetapi juga masalah hukum yang dilihat
masyarakat yang masih sederhana dari segi-segi kecendikiawan (intelektual),
budayanya (primitif) maupun yang sudah filsafat, ilmu jiwa dan lainnya yang melatar
modern (maju) budayanya. Budaya yang belakangi hukum itu serta cara-cara
dimaksud adalah budaya hukum, yaitu menyelesaikan sesuatu perselisihan yang
segala bentuk perilaku budaya manusia timbul dalam masyarakat.2
yang mempengaruhi atau yang berkaitan Sasaran pokok dalam antropologi
dengan masalah hukum.1 adalah manusia, baru kemudian perilaku
Masalah hukum yang dimaksud ialah budayanya, tidaklah sebaliknya
bukan saja hukum dalam arti dan bentuk sebagaimana

*
Dosen Fakultas Syari'ah IAIN Imam Bonjol Padang (Jalan Rumah Tiga Ruang Nomor 19 Lubuk-Lintah Pa-
dang).
1
Hilman Hadikusuma, 2004, Pengantar Antropologi Hukum, PT.Citra Aditya Bakti, Bandar Lampung, hlm. 4.
2
ibid.
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 171

dalam ilmu yang lain. Dikarenakan sasaran pokok dalam penelitian antropologi
perbedaan tempat dan lingkungan, hukum.5
perbedaan sejarah dan asal-usulnya, Antropologi hukum sebagai ilmu
perbedaan semangat dan jiwanya, tidak mungkin dibatasi pada suatu bentuk
perbedaan akal dan cara berpikirnya, atau bidang khusus hukum. Bentuk-bentuk
perbedaan budaya dan agama yang seperti hukum negara, hukum adat atau
mempengaruhinya, maka perilaku budaya hukum agama, serta bidang-bidang seperti
manusia itu berbeda-beda antara yang satu hukum publik atau hukum privat yang
dan yang lain. Jadi tidak ada suatu sistem terdiferensiasi dalam ilmu-ilmu hukum
pola perilaku manusia yang seragam, dan dogmatik. Penelitian antropologi hukum
oleh karenanya tidak ada pula sistem pola berhubungan dengan semua hukum yang
kepribadian manusia itu yang sama.3 relevan bagi masalah penelitian khusus
Antropologi melihat hukum itu hanya yang dikaji. Dalam mengkaji hukum
sebagai suatu aspek dari kebudayaan yaitu dalam masyarakat, antar hubungan serta
suatu aspek yang digunakan oleh kekuasaan interdependensi berbagai bentuk normatif
masyarakat yang teratur dalam mengatur serta lembaga-lembaga, serta hubungan-
perilaku manusia dan masyarakat agar ti- hubungannya dengan perilaku, manusialah
dak terjadi penyimpangan dan agar penyim- yang merupakan tema pusat dalam
pangan yang terjadi dari norma-norma penelitian antropologi hukum.
sosial yang telah ditentukan dapat Antropologi hukum pada dasarnya
diperbaiki. De- ngan demikian adat mempelajari hubungan timbal-balik antara
masyarakat yang menjadi suatu sistem hukum dengan fenomena-fenomena sosial
kontrol sosial itu akan mempu- nyai secara empiris dalam kehidupan
kekuatan hukum, apabila ia digunakan oleh masyarakat; bagaimana hukum berfungsi
kekuasaan masyarakat. Sebagaimana dalam kehi- dupan masyarakat, atau
dikatakan Hoebel: “Hukum itu ada pada bagaimana hukum bekerja sebagai alat
ma- syarakat yang sederhana dengan pengendalian sosial (social control) atau
hukumnya yang sederhana atau primitive sarana untuk menjaga keteraturan sosial
law, hukum itu ada pada masyarakat purba (social order) dalam masyarakat.
dengan hu- kumnya yang purba atau
archaic law, dan hukum itu ada pada B. Perspektif Antropologi Hukum
masyarakat yang telah maju dan hukumnya Awal kelahiran antropologi hukum
yang modern.”4 biasanya berkaitan dengan karya klasik Sir
Maka sebagaimana telah diuraikan di Henry Maine yang bertajuk “The Ancient
atas dapatlah diketahui bahwa antropologi Law”, yang secara ringkas menyatakan
hukum adalah ilmu tentang manusia dalam hukum berkembang seiring dan sejalan
kaitannya dengan kaedah-kaedah sosial
yang bersifat hukum, sedangkan kaedah-
kaedah sosial yang tidak bersifat hukum
bukanlah

3
Hilman Hadikusuma, 1986, Antropologi Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, hlm. 4.
4
ibid., hlm. 8.
17 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -
5
ibid., hlm. 10.
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 173

dengan perkembangan masyarakat, dari lokal yang bersumber dari suatu kebiasaan
masyarakat yang sederhana (primitive), masyarakat (customary law/folk law),
tradisional, dan kesukuan (tribal) ke termasuk pula di dalamnya mekanisme-
masyarakat yang kompleks dan modern, mekanisme pengaturan dalam masyarakat
dan hukum yang inheren dengan (self regulation) yang juga berfungsi
masyarakat semula menekankan pada status sebagai sarana pengendalian sosial (legal
kemudian wujudnya berkembang ke bentuk order).8
kontrak.6 Menurut pandangan antropologi,
Manusia sebagai pelaku-pelaku tempat hukum di dalam budaya masyarakat
hukum dan objek hukum tidak lagi adalah sangat luas. Hukum mencakupi
memiliki iden- titas alami yang lama, suatu pandangan masyarakat tentang
melainkan berubah menjadi (hasil) kebutuhannya untuk survival, hukum juga
konstruksi. Hasil konstruksi tersebut adalah merupakan aturan yang mengatur produksi
seperti subjek hukum, hak hukum, asas dan distribusi kekayaan dan metode untuk
hukum, proses hukum, hubung- an hukum melindungi masyarakat terhadap kekacauan
dan akibat hukum. Kendati de- mikian, internal dan musuh dari luar.
masyarakat tempat hukum itu ada dan Oleh karena itu, para antropolog
bekerja tidak sepenuhnya ikut direkons- mempunyai pengertian tersendiri tentang
truksi bahkan untuk sebagian besar tetap apa yang mereka pandang sebagai hukum,
menjalani kehidupannya yang biasa, yaitu yaitu antara lain:
yang alami.7 1. Any rule of conduct likely to be
Hukum dalam perspektif antropologi enforced by the courts (Schapera).
dipelajari sebagai bagian yang integral 2. The whole reservoir of ruler on
dari kebudayaan secara keseluruhan, dan which judges draw for their decisions
karena itu hukum dipelajari sebagai produk (Gluckman).
dari interaksi sosial yang dipengaruhi oleh 3. That bodies of binding obligation,
aspek-aspek kebudayaan yang lain, seperti which has been reinstitutionalised
politk, ekonomi, ideologi, religi, struktur whithin, the legal institutions
sosial, dan lain-lain atau hukum dipelajari (Bohannan).
sebagai proses sosial yang berlangsung 4. Rules or modes of conduct made
dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena obligations by same sanction which
itu, hukum dalam perspektif antropologi is imposed and enforced for their
bukan semata-mata berwujud peraturan violations by controling authority
perundang-undangan yang diciptakan oleh (Pospisil).
negara (state law), tetapi juga hukum dalam Dewasa ini ada kecendrungan luas
wujudnya sebagai peraturan-peraturan untuk membatasi ruang lingkup antropologi

6
I Nyoman Nurjaya, “Perkembangan Tema Kajian, Metodologi dan Model Penggunaannya Untuk Memahami
Fenomena Hukum di Indonesia”, http://editorsiojo85.wordpress.com/2009/03/31/antropologi-hukum/, diak-
ses 3 Januari 2009.
7
Satjipto Rahardjo, 2006, Hukum dalam Jagad Ketertiban, Uki Press, Jakarta, hlm. 142
8
I Nyoman Nurjaya, “Perkembangan Pemikiran Konsep Pluralisme Hukum”, http://huma.or.id/document/I.03.
Analisa Hukum/Perkembangan Pemikiran Konsep Pluralisme Hukum_I Nyoman Nurjaya.pdf, diakses 2
Janu- ari 2009.
17 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -

hukum pada masalah sengketa yang terjadi sistem hukum yang satu dan yang
di dalam suatu masyarakat, baik itu lain.9
mengenai pola-pola sengketa, bagaimana Oleh karena itu masalah-masalah
reaksinya dalam masyarakat dan bagaimana yang menjadi pusat perhatian erat
cara mengatasi sengketa-sengketa tersebut, hubungan- nya dengan lembaga
yang pada mulanya hanya bersifat pengendalian sosial di dalam masyarakat-
menguraikan laporan tentang norma-norma masyarakat tertentu. Pendapat Leopold
hukum dalam masyarakat sederhana yang Pospisil mengenai ciri- ciri hukum yang
dikumpulkan dari para penulis pegawai diutarakan dalam buku- nya “Anthropology
pemerintahan kolonial dan para misionaris. of Law: A Comparative Theory”,
Seperti pernyataan Laura Nader dalam sebagaimana yang diutarakan pada halaman
bukunya “The Anthropological Study of sebelumnya, oleh karena pada saat ini ciri-
Law”, antara lain dikemukakan masalah ciri yang dikemukakan olehnya di- anggap
pokok yang merupakan ruang lingkup sudah cukup lengkap untuk dapat
antropologi hukum sebagai berikut: menggambarkan hukum dan membedakan-
1. Apakah dalam setiap masyarakat ter- nya dari gejala-gejala sosial budaya lainnya
dapat hukum, dan bagaimana karakte- di dalam masyarakat.10
ristik hukum yang universal. Studi-studi antropologis mengenai hu-
2. Bagaimana hubungan antara hukum kum diawali dengan munculnya
dengan aspek kebudayaan dan organ- pertanyaan- pertanyaan mendasar: apakah
isasi sosial. hukum itu? Dan apakah hukum itu terdapat
3. Mungkinkah mengadakan tipologi dalam setiap bentuk masyarakat? Untuk
hukum tertentu, sedangkan variasi menjawab per- tanyaan di atas diungkapkan
karakteristik hukum terbatas. oleh dua ahli antropologi ternama, yaitu
4. Apakah tipologi hukum itu berguna Radcliffe-Brown dan Bronislaw
untuk menelaah hubungan antara Malinowski.
hukum dan aspek kebudayaan dan Hukum menurut Radcliffe-Brown:
organisasi sosial. Mengapa pula “Suatu sistem pengendalian sosial yang
hukum itu berubah. hanya muncul dalam kehidupan masyarakat
5. Bagaimana cara mendeskripsi sistem- yang berada dalam suatu bangunan
sistem hukum, apakah akibat jika negara, karena hanya dalam suatu
sistem hukum dan subsistem hukum organisasi sosial seperti negara terdapat
antara masyarakat dan kebudayaan pranata-pranata hukum seperti polisi,
yang saling berhubungan, dan pengadilan, penjara, dan lain-lain.
bagaimana kemungkinan untuk Sedangkan dalam masyarakat- masyarakat
membandingkan bersahaja yang tidak ter- organisasi secara
politis sebagai suatu negara tidak
mempunyai hukum. Walaupun

9
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 7.
10
Soerjono Soekanto, 1984, Antropologi Hukum Materi Pengembangan Ilmu Hukum Adat, C.V. Rajawali, Ja-
karta, hlm. 160.
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 175

tidak mempunyai hukum, ketertiban sosial atau sebagai sarana pengendalian sosial.12
dalam masyarakat tersebut diatur dan Dalam perkembangannya pendapat
dijaga oleh tradisi-tradisi yang ditaati oleh Malinowski memperoleh komentar dan
warga masyarakat secara otomatis kritik dari Bohannan, yang menyatakan:
spontan.”11 1. Mekanisme resiprositas dan publisitas
Hukum menurut Bronislaw Malinowski: sebagai kriteria untuk mengatur hak
“Hukum tidak semata-mata terdapat dalam dan kewajiban dalam kehidupan
masyarakat yang terorganisasi suatu neg- masyarakat pada dasarnya bukanlah
ara, tetapi hukum sebagai sarana pengen- merupakan hukum seperti
dalian sosial (legal order) terdapat dalam dimaksudkan Malinowski, tetapi hanya
setiap bentuk masyarakat. Hukum dalam merupakan suatu kebiasaan (custom)
kehidupan masyarakat bukan ditaati karena yang di- gunakan masyarakat untuk
adanya tradisi ketaatan yang bersifat oto- menjaga keteraturan sosial.
matis spontan, seperti dikatakan Radcliffe- 2. Pengertian hukum harus dibedakan
Brown, tetapi karena adanya prinsip dengan tradisi atau kebiasaan, atau
timbal- balik dan prinsip publisitas.” lebih spesifik norma hukum mempu-
nyai pengertian yang berbeda dengan
Pendapat dua ahli antropologi di atas kebiasaan. Norma hukum adalah per-
dapat dikatakan bahwa apabila hukum aturan hukum yang mencerminkan
diberi pengertian yang sempit, hanya tingkah laku yang seharusnya (ought)
sebagai sistem pengendalian sosial yang dilakukan dalam hubungan antar indi-
diciptakan oleh lembaga legislatif dan vidu. Sedangkan kebiasaan merupakan
diterapkan oleh aparat penegakan hukum seperangkat norma yang diwujudkan
seperti polisi, pengadilan, jaksa, atau dalam tingkah laku dan berlangsung
penjara dalam kehidupan organisasi negara, dalam kurun waktu yang lama.
maka hukum diartikan bahwa masyarakat- Kadang- kala kebiasaan bisa sama
masyarakat yang sederhana yang tidak dengan norma hukum, tetapi bisa juga
terorganisasi sebagai suatu negara tidak bertentangan.
memiliki hukum, tetapi bila hukum diberi 3. Kebiasaan terwujud sebagai institusi
pengertian yang luas, yaitu sebagai proses- non hukum sedangkan peraturan meru-
proses pengendalian sosial yang didasarkan pakan institusi hukum, di dalam ma-
pada prinsip resiprositas dan publisitas yang syarakat ditemukan keduanya. Norma-
secara empiris berlangsung dalam norma hukum cenderung mengabaikan
kehidupan masyarakat, maka semua bentuk bahkan sebaliknya memfungsikan ke-
masyarakat betapapun sederhananya beradaan kebiasaan-kebiasaan dalam
memiliki hukum dalam bentuk mekanisme- penyelesaian kasus-kasus sengketa
mekanisme yang diciptakan untuk menjaga yang terjadi dalam masyarakat.
keteraturan sosial

11
ibid.
12
ibid.
17 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -

4. Peraturan-peraturan hukum juga me- peristiwa yang sama secara uni-


ngembangkan kebiasaan-kebiasaan se- versal (attribute of intention of
bagai institusi hukum melalui proses universal application).
pelembagaan ulang c. Atribut obligasio (attribute of
(reinstitutionalized) dan dinyatakan obli- gatio), yaitu keputusan-
ulang (restated) sehing- ga peraturan keputusan dari pihak pemegang
hukum juga sebagai suatu kebiasaan otoritas me- ngandung suatu
yang telah dilembagakan kembali pernyataan bahwa pihak pertama
untuk tujuan-tujuan yang ingin dicapai memiliki hak untuk menagih
hukum tersebut.13 sesuatu dari pihak ke- dua, dan
Komentar dan kritik terhadap Mali- pihak kedua mempunyai
nowski juga dilontarkan oleh Pospisil, yang kewajiban untuk memenuhi hak
pada pokoknya menyatakan: pihak pertama tersebut sepanjang
1. Pengertian hukum yang dikemukakan mereka masih hidup.
Malinowski dipandang terlalu luas, d. Atribut sanksi (attribute of sanc-
sehingga hukum yang dimaksudkan tion), yaitu keputusan-keputusan
juga mencakup pengertian kebiasaan- dari pihak pemegang otoritas
kebiasaan, dan bahkan semua bentuk tersebut juga disertai dengan pen-
kewajiban-kewajiban yang berhubu- jatuhan sanksi-sanksi, baik berupa
ngan dengan aspek religi dan juga ke- sanksi yang bersifat fisik, seperti
wajiban yang bersifat moral dalam ke- hukuman badan dan penyitaan
hidupan masyarakat. harta benda, atau sanksi non fisik
2. Hukum pada dasarnya adalah suatu seperti dipermalukan di depan
aktivitas kebudayaan yang mempunyai orang banyak, diasingkan dari
fungsi sebagai alat untuk menjaga pergaulan sosial, dibuat menjadi
keteraturan sosial atau sebagai sarana ketakutan, dan lain-lain.
pengendalian sosial dalam masyarakat.
Untuk itu cara membedakan peraturan C. Kritik terhadap Paradigma dan
hukum dengan norma-norma lain, Pers- pektif Antropologi Hukum
peraturan hukum dicirikan ada 4 Antropologis mengenai hukum juga
atribut hukum, yaitu: memberi perhatian pada fenomena kema-
a. Atribut otoritas (attributes of au- jemukan hukum (pluralisme hukum) dalam
thority), keputusan berdasarkan kehidupan masyarakat. Ini berarti secara
pemegang otoritas untuk menye- empiris dapat dijelaskan, bahwa hukum
lesaikan sengketa atau yang berlaku dalam masyarakat selain ter-
ketegangan sosial dalam wujud dalam bentuk hukum negara (state
masyarakat. law), juga berwujud sebagai hukum agama
b. Atribut dengan maksud untuk (religious law), dan hukum kebiasaan (cus-
diaplikasikan terhadap peristiwa-

13
ibid.
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 177

tomary law). Namun demikian, secara 3. Kekuatan mengikat itu terwujud dari
antropologis bentuk mekanisme-mekanisme adanya hubungan timbal balik karena
pengaturan sendiri (inner order mechanism proses tukar menukar jasa.
atau self-regulation) dalam komunitas-ko- 4. Kekuatan mengikat itu didasarkan
munitas masyarakat juga merupakan hukum pada adanya hak untuk saling
yang secara lokal berfungsi sebagai sarana menuntut dalam hubungan yang
untuk menjaga keteraturan sosial.14 bersifat ganda.
5. Kekuatan mengikat itu bertambah kuat
D. Asumsi-asumsi Para Sarjana Antro- dengan adanya upacara dalam proses
pologi Hukum tentang Hukum transaksi, karena dengan diadakan
Di bawah ini akan diuraikan upacara berarti umum mengetahui dan
pandangan beberapa sarjana tentang apakan terbuka mengemukakan pendapatnya.
hukum itu, berdasarkan hasil-hasil Dengan demikian yang pertama,
penelitian mereka di berbagai suku-suku bukan rasa kebersamaan atau tanggung
bangsa atau masyarakat yang kehidupan jawab bersama yang menjadi sebab dan
budayanya masih sederhana, di antaranya: menjamin ketaatan terhadap adat sehingga
timbul sifat mengikat, sehingga adat itu
1. Bronislaw Malinowski menjadi hukum adat. Kedua tidaklah benar
Sarjana Antropologi hukum bernama jika dikatakan dengan adanya kepercayaan
Bronislaw Malinowski (1884-1942) yang yang supernatural dan kemungkinan
pernah melakukan pada masyarakat Trobian terhadap si pelaku pelanggaran hukum
di Kepulauan Solomon Papua Nugini akan dikucilkan, merupakan tindakan yang
mengemukakan bahwa untuk membedakan sudah cukup untuk mencegah seseorang
antara aturan hukum dengan aturan melakukan pelanggaran. Ketiga bahwa
kemasyarakatan yang lain ialah dilihat dari setiap pelanggaran adat itu dijatuhi pidana,
mekanisme kekuatan mengikat. Bahwa ciri- bahkan menurut mekanisme yang berlaku
ciri aturan hukum itu dapat dirinci dapat diketahui yang mana yang merupakan
pengertiannya sebagai berikut: hukum pidana dan yang mana yang hukum
1. Dikatakan aturan-aturan hukum perdata.
apabila aturan itu dirasakan dan Begitu pula halnya dengan
dianggap menimbulkan kewajiban di masyarakat Melanesia menurutnya:
satu pihak dan hak-hak di lain pihak. 1. Hukum itu tidaklah berproses dalam
2. Aturan hukum itu mempunyai sanksi lembaga yang mandiri.
negatif atau sanksi positif berdasarkan 2. Hukum itu adalah suatu aspek dari
kejiwaan dan adanya mekanisme (cara kehidupan masyarakat sederhana yang
bekerja) kekuatan yang mengikat. sekaligus sebagai bagian dari susunan
masyarakat, dan tidak terpisahkan se-
bagai lembaga sendiri.
14
I Nyoman Nurjaya, loc. cit.
17 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -

3. Hukum tidaklah terdapat dalam ben- lah sekunder, tetapi gunanya bersifat fung-
tuk keputusan yang berkaitan dengan sional.
pelanggaran yang akan terjadi kemu- Dalam buku mereka (Hoebel dan
dian dan kemudian baru diatur penang- Karl Llewellyn) “Cheyenne Way” mereka
gulangannya. mengemukakan adanya empat unsur hakiki
4. Hukum adalah hasil dari susunan dari hukum yang mengelompok sebagai
hak dan kewajiban yang mencegah suatu gejala yang disebut ‘authority', baik
seseorang untuk menghindari dalam kelompok masyarakat maupun dalam
tanggung jawab dari pelanggaran, oleh suatu kebudayaan. Unsur-unsur dimaksud
karenanya ia harus menanggung adalah:
akibatnya.15 1. unsur imperatif (yang memerintah),
Teori yang dikembangkan bahwa hukum itu dibuat atau
Malinowski terhadap hukum adalah adanya ditetapkan oleh pihak yang
prinsip timbal-balik (principle of memerintah, untuk mengatur warga
reciprocity) dan prinsip publisitas (principle masyarakat pada suatu arah tertentu,
of publicity) yang secara empiris 2. supremasi (yang tertinggi), bahwa
berlangsung dalam kehidupan masyarakat, hukum itu menunjukkan sebagai fakta
maka semua bentuk masyarakat betapapun dan jika hukum itu diperlukan,
sederhananya memiliki hukum dalam 3. sistem, bahwa hukum itu merupakan
bentuk mekanisme-mekanisme yang tata yang bertautan satu sama lain,
diciptakan untuk menjaga keteratuan sosial 4. dan resmi, bahwa hukum itu memiliki
atau sebagai sarana pengendalian sosial.16 kualitas umum (publik) yang diakui
oleh masyarakat dengan resmi.18
2. E. Adamson Hoebel Authority menurut Hoebel dan Karl
Sarjana Antropologi Amerika E. Llewellyn merupakan suatu ringkasan pe-
Adam- son Hoebel adalah antropolog ngertian ciri hukum yang dikaitkan dengan
pertama yang melakukan kerja sama antar keputusan dari seseorang atau berbagai ke-
disiplin sarjana hukum Karl Llewellyn lompok dan kebudayaan. Sehingga kekua-
sehingga melahirkan antropologi hukum. saan itu merupakan acara (procedure) atau
Mereka antara lain melakukan penelitian merupakan pola kegiatan atau kaedah-kae-
lapangan terhadap orang-orang Indian dah kegiatan yang sudah lemah derajatnya
Comanche, Chyenne, Pueblos Keresan terhadap seseorang. Misalnya dalam hukum
(New Mexico).17 yang sudah kuno, terdapat tabu atau panta-
Dia memulai pengertian hukum itu ngan yang mempunyai kekuatan tanpa ada
dengan pengertian suatu definisi, karena petugas yang memaksakan berlakunya, dan
suatu definisi hanya menguraikan kata-kata
sedangkan fakta-fakta adalah kenyataan
yang terjadi; memang suatu definisi ada-

15
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 47-50.
16
I Nyoman Nurjaya, loc. cit.
17
ibid, hlm. 50.
18
ibid., hlm. 91-92.
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 179

atau suatu cara menyelesaikan kekecewaan officially, atas nama masyarakat


dengan mengadakan perjanjian, sumpah secara keseluruhan dan dengan
atau pertandingan keagamaan yang penerimaan masyarakat secara
dilaksanakan tanpa adanya petugas yang umum terhadap legitimasinya.
mengawasi. De- ngan demikian kekuasaan 4. Fungsi hukum yang dikaitkan Hoebel
ini adalah dalam arti yang abstrak.19 dengan pola-pola budaya, dilihat
Esensi pandangan Hoebel tentang dalam empat lapis, yaitu :
hukum, adalah antara lain: a. The determination and promul-
1. Ia menggunakan metode kasus gation of the mode of relations
dari studinya sebagai alat yang among members of a group,
memungkinkan baginya untuk mela- involving the acceptance or
kukan pendekatan terhadap bahan prohibition of certain declared
hukum dari suatu kebudayaan (“the types of behavior.
law stuff of a culture”). Ia menolak b. The allocation of authority in
investigasi terhadap aturan-aturan relation to the prevention and
yang abstrak, atau abstraksi semata punishment of those who ignore
dari perilaku sosial. norms.
2. Konsep dari beberapa pakar c. The resolution of disputes so that
antropologi tentang “lawless tribal social cohesion might continue.
society” (masyarakat yang tidak d. The continue re-examination of
mengenal hukum) ditolaknya sebagai social relationship so that legal
suatu mitos. Ketegasannya system might reflect, and adapt
mengatakan tidak ada tribal groups. to, change.20
3. Ada tiga unsur esensial hukum yang Teori yang dikembangkan Hoebel
mungkin digunakan sebagai kriteria dan Karl Llewellyn terhadap hukum adalah
untuk mengidentifikasi yang mana yang Keteraturan hidup (regularity); Otoritas
termasuk fenomena-fenomena hukum, pejabat (official authority); Sanksi, Pada
ketiga unsur esensial itu adalah : akhirnya hukum dirumuskan sebagai
a. Keteraturan hidup (regularity); berikut:
b. Otoritas pajabat (official autho- “Suatu kaedah sosial adalah hukum,
rity); apabila ada kelalaian dalam menta-
c. Sanksi, secara yuridis sanksi ini atinya atau pelanggaran terhadapnya
merupakan aplikasi paksaan ditanggulangi dalam bentuk ancaman
secara fisik yang dilaksanakan atau kenyataannya, dengan menerap-
secara resmi (officially) maupun kan kekuatan fisik, dilakukan oleh se-
quasi-

19
ibid.
20
Teguh Prasetyo, 2007, Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum Studi Pemikiran Ahli Hukum Sepanjang Zaman,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 115-117.
18 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -

seorang atau kelompok yang diakui ma- sarana penegakannya,


syarakat mempunyai hak istimewa”.21 4. hukum dirasakan sebagai gejala yang
berada di luar kehidupan sosial,
3. Robert Redfield bersifat mandiri dan memaksa.22
Robert Redfield menulis beberapa buku Pada masyarakat sederhana sistem
‘La ley primitiva’, Mexicana ed Sociologica hukum yang rumit itu tidak akan dijumpai,
(1941); ‘Maine’s Ancient in the Light of tetapi akan ada aturan-aturan perilaku
Primitive Societies', Western Political yang mencerminkan bentuk hukum. Dari
Quarterly (1950), ‘the Primitive World and hasil penelitian yang dilakukan terhadap
Its Transformations’ 1953) mengemukakan aturan-aturan dan tata cara yang dilakukan
jika akan membahas hukum sederhana terhadap masyarakat sederhana, jika
dapat memilih tiga jalur, yaitu: dikembangkan akan menjadi suatu sistem
1. Jalur kanan, yaitu jalur yang mengakui hukum yang dikenal dalam masyarakat
adanya hukum apabila ada pengadilan yang sudah maju. Masalah yang penting
dan kitab Undang-undang dalam suatu ialah bagaimana menentukan aturan-aturan
negara. perilaku tadi sebagai hukum, jika tidak ada
2. Jalur kiri, yaitu jalur yang tidak meng- organisasi politik dan lembaga-lembaga
identifikasi hukum dengan pengadilan hukum tertentu seperti pengadilan dan kitab
dan kitab Undang-undang. undang-undang. Dan perlu diperhatikan
3. Jalur tengah, yaitu jalur yang bertitik bahwa hukum sederhana itu tidak hanya
tolak dari konsep hukum sebagai satu dan sama, oleh karena masyarakat
gejala yang dikenal pada masyarakat sederhana itu bermacam ragam, dengan
yang sudah beradab (civilized aturan dan lembaga-lembaganya yang
societies) dan sudah menerapkan berbeda-beda.23
kekuatan secara sistematis dan formal Teori yang dikembangkan Robert
oleh negara, di dalam melaksanakan Redfield terhadap hukum adalah Jalur tengah,
aturan-aturan yang eksplisit. yaitu jalur yang bertitik tolak dari konsep
Hukum pada masyarakat yang maju hukum sebagai gejala yang dikenal pada
menunjukkan sebagai berikut: masyarakat yang sudah beradab (civilized
1. terdapat berbagai kekhususan, societies) dan sudah menerapkan kekuatan
2. hukum terwujud dalam kerangka yang secara sistematis dan formal oleh negara,
berbeda dari pertimbangan pribadi di dalam melaksanakan aturan-aturan yang
dan budaya, yang mendorong orang eksplisit
memilih pola perilaku tertentu dalam
kehidupan sehari-hari, 4. P. J. Bohannan
3. hukum terwujud dalam sendi-sendi P.J.Bohannan, bukunya berjudul
dan batas-batas dengan berbagai ”Justice and Judgement Among the Tiv”,
macam mengemukakan sebagai berikut:

21
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 57.
22
ibid., hlm. 57-59.
23
ibid., hlm. 60.
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 181

1. Orang-orang yang terlibat dalam suatu pranata-pranata hukum mencampuri suatu


peristiwa sosial akan menafsirkan masalah agar dapat memelihara suatu
peristiwa itu, sistem sosial sehingga memungkinkan
2. Mereka akan menyusun sistem-sistem warga masyarakat hidup dalam sistem itu
yang berarti dalam hubungan sosial secara tenang serta dengan cara-cara yang
itu, dapat diperhitungkan.27
3. Sistem itu merupakan suatu sistem Suatu dilema yang tidak dapat dielak-
interpretasi rakyat (folksystem of kan banwa hukum itu selalu tertinggal dari
interpretation) yang sejalan dengan masyarakat, oleh karenanya warga ma-
cara rakyat berbicara.24 syarakat harus selalu berusaha untuk mem-
Ajaran Paul Bohannan yang paling perkecil kesenjangan tersebut. Contohnya
khusus dan terkenal adalah “a double pada masyarakat yang sudah maju, seperti
legitimacy”. Ia berpandangan bahwa diperkotaan, prosedur pelembagaan kem-
seluruh kaedah hukum berasal dari kaedah- bali untuk menjadikan hukum, diserahkan
kaedah nonhukum lain yang sudah ada kepada badan politik seperti badan pembuat
sebelumnya. Tidak ada kaedah hukum yang Undang-undang. Sehingga terdapat kecen-
langsung lahir sebagai kaedah hukum. drungan bahwa pada lembaga-lembaga hu-
Keseluruhannya melalui proses kum untuk tidak lagi mencerminkan adat
penglegitimasian kembali (double ke- biasaan, tetapi malahan membentuk
legitimacy).25 hukum yang baru, maka lembaga-lembaga
Bagi Bohannan, hukum sebaiknya sosial yang bukan lembaga hukum
dipikirkan sebagai seperangkat kewajiban- memerlukan banyak waktu untuk dapat
kewajiban yang mengikat yang dipandang mengejar hukum itu.28
sebagai hak oleh suatu pihak dan diterima Pada masyarakat yang hukumnya
sebagai kewajiban oleh pihak lain, dan yang masih sederhana atau sistem hukumnya
telah dilegitimasi kembali dalam pranata- kurang berkembang, jarang sekali para
pranata hukum agar masyarakat dapat terus warga masyarakatnya mengajukan
berfungsi dengan cara teratur berdasarkan perkaranya kepada lembaga-lembaga
aturan-aturan yang dipertahankan melalui hukum. Oleh karenanya maka di antara
cara tersebut.26 lembaga-lembaga sosial yang primer dan
Asas timbal-balik merupakan dasar lembaga-lembaga hukum dapat dikatakan
kebiasaan, dan berbeda dengan hukum tidak berhubungan yang satu dan lainnya.29
yang berdasarkan kepada penglegitimasian Teori yang dikembangkan Bohannan
kembali. Menurut Bohannan sanksi adalah terhadap hukum adalah mengemukakan
seperangkat aturan yang mengatur
bagaimana

24
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 74.
25
Teguh Prasetyo, op. cit., hlm. 117.
26
ibid., hlm. 118.
27
ibid.
28
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 84.
29
ibid., hlm. 85.
18 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -

unsur-unsur hukum itu adalah penggunaan 1. wewenang (authority), merupakan ke-


‘paksaan fisik' yang didampingi unsur kuasaan yang diakui, sehingga kepu-
‘keteraturan' dan unsur ‘authority'. Ini tusan-keputusan yang dihasilkan oleh
berkaitan dengan adanya adat kebiasaan pihak yang berwenang diikuti oleh pi-
yang ditaati masyarakat dan adanya hukum hak-pihak lainnya.
yang merupakan aturan-aturan yang 2. tujuan agar hukum diperlakuakn
ditafsirkan oleh lembaga (institution). Juga secara universal (intention of universal
berkaitan dengan pelembagan ganda yang application), apabila ada masalah-
dapat mengidentifikasi hukum sebagai masalah di kemudian hari, maka
kaedah-kaedah yang menjabarkan hukum hal itu akan diputuskan berdasarkan
ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil prinsip-prinsip yang sama, walaupun
sehingga dapat ditautkan dengan pribadi kemungkinan terjadinya variasi tentu
atau kelompok-kelompok. Kesenjangan me- ada.
rupakan sifat hukum dan kemampuannya 3. hak dan kewajiban (obligation), ini
untuk melaksanakan sesuatu terhadap harus ada di dalam setiap keputusan
lembaga-lembaga sosial, terjadinya peru- pihak yang berwenang. Di dalam
bahan terhadap lembaga-lembaga primer, keputusan-keputusan yang
berakibat timbulnya kesenjangan. Lalu menyangkut hubungan antara pihak-
kekuasaan yang sifatnya unisentris (terpusat pihak tertentu, maka salah satu pihak
menjadi satu). mempunyai hak atau wewenang,
sedangkan pihak lain mendapat
5. Leopold J. Pospisil kewajiban atau tugas. Hak dan
Leopold J. Pospisil berasal dari kewajiban tersebut hanyalah
Cekoslovakia, bukunya yang terkenal menyangkut pribadi-pribadi yang
adalah “Anthropology of Law: a masih hidup.
Comparative Theory”. Menurutnya hukum 4. dan sanksi (sanction), hanya
dikenal melalui identitas yang merupakan ciri bukan suatu kriterium
mempergunakan atribut-atribut atau ciri-ciri utama atau pokok, sebab sanksi
yang dapat dipergunakan untuk tersebut tidak selamanya berbentuk
membedakan hukum dari gejala-gejala fisik tetapi bisa juga berbentuk
sosial lainnya (misalnya ekonomi, politik kejiwaan atau psikologis.30
dan lain-lain). Di dalam penelitiannya Teori yang dikembangkan Pospisil
terhadap berbagai masyarakat, ia membuat terhadap hukum adalah wewenang (autho-
suatu analisa perbandingan, sehingga rity), tujuan agar hukum diperlakuakn
menghasilkan 4 atribut hukum, yakni: secara universal (intention of universal
application), hak dan kewajiban
(obligation), dan sanksi (sanction).

30
Soerjono Soekanto, op. cit., hlm.164-167
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 183

E. Model-Model Berfikir dan Teori dari berwenang. Keputusan tersebut berisikan


Para Ahli Antropologi Hukum perihal hak dan kewajiban dengan tujuan
1. Leopold J. Pospisil untuk dilaksanakan pada masa-masa men-
Sebagaimana penelitiannya mengurai- datang, dan disertai sanksi-sanksi tertentu
kan tentang ‘Kapauku Papuans and Their agar keputusan tersebut dapat ditegakkan.
Law' yang meneliti tentang pergeseran me- Pospisil lebih cenderung memberi tekanan
kanisme-mekanisme penyelesian sengketa pada adanya sengketa atau konflik, hal
dalam masyarakat sederhana, bahwa ma- mana adalah sesuai dengan ruang lingkup
syarakat sederhana diatur oleh adat istiadat- telaah antropologi hukum yang
nya, di sana tidak ada penguasa politik atau- konvensional. 32

pun hirarki pemerintahan formal. Bahwa Kedua, ditinjau secara akademis,


kegiatan perilaku masyarakat berdasarkan maka belum terdapat ciri-ciri yang jelas,
dengan apa adanya, dan cara pengendalian yang membedakan gejala hukum dari gejala
sosial yang mencakup aturan-aturan ma- sosial lainnya. Di dalam peristiwa-peristiwa
syarakat yang eksplisit pada umumnya di- atau gejala-gejala politik, maka atribut-
taati masyarakat. Para warga masyarakat atribut yang diajukan oleh Pospisil juga
bebas untuk menilai perilaku anggota ma- tidak mus- tahil untuk diterapkan dan
syarakat yang lain dan kesemua aturan adat dianggap sebagai ciri-cirinya. Suatu
istiadat mereka merupakan pencerminan keputusan di bidang poli- tik juga diambil
dari hukum.31 oleh pihak yang berwenang, berisikan hak
Menurut Pospisil, hukum yang me- dan kewajiban, bertujuan agar diterapkan
miliki ciri-ciri yang empat di halaman sebe- secara universal dan disertai pula dengan
lumnya maka semuanya tergantung kepada sanksi-sanksi, walaupun bidang poli- tik
pangambilan keputusan. Pertama, ditinjau memberikan tekanan yang lebih besar pada
secara umum, proses pengambilan kepu- faktor kekuasaan. Hal ini juga mung- kin
tusan, keputusan itu sendiri, dan tujuan bisa terjadi pada bidang-bidang lainnya
keputusan tersebut. Kriterianya bahwa yang seperti ekonomi, sosial dan lainnya. Namun
mengambil keputusan haruslah pihak yang Pospisil berusaha untuk memberikan batas-
batas yang diungkapkannya dalam bagan
berikut ini:

BIDANG KEPUTUSAN-KEPUTUSAN POLITIK


ZONA TRANSISI

31
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 72.
32
Soerjono Soekanto, op. cit., hlm. 167-168.
18 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -

Analisis Pospisil mengakibatkan merupakan suatu jaringan inter sub sistem


bahwa hukum hanyalah dianggap sebagai yang dapat mencakup sub-sistem lainnya,
sub- sistem dari sistem kemasyarakatan yang secara visual dapat digambarkan
(societal system). Akan tetapi hukum sebagai berikut:
sebenarnya

Di sini tampak bahwa hukum merupa- sama. Apabila hal itu terjadi maka cara
kan suatu inter sub-sistem yang dapat penyelesaian perselisihan itu ditanggulangi
mencakup sub-sistem-sub-sistem lainnya.33 dengan sistem kompromi. Dalam hal ini
berarti bukan ‘keputusan' yang dihasilkan
2. Bohannan melainkan ‘kesepakatan' yang tercapai oleh
Betapa pentingnya arti pelembagaan kedua belah pihak yang sifatnya bisentris.35
ganda bagi hukum, (sebagaimana yang di- Menurut Bohannan sistem kompromi
jelaskannya di halaman sebelumnya) bagi yang merupakan penyelesaian yang bisen-
hukum, di samping harus ada kesatuan ke- tris terhadap suatu masalah, akan meng-
kuasaan (politik) yang sifatnya unisentris hasilkan kaedah-kaedah yang kurang pasti,
(terpusat menjadi satu) untuk mempertah- jika dibandingkan dengan keputusan yang
ankan kaedah-kaedah yang telah melem- unisentris. Oleh karena aturan-aturan ma-
baga secara berganda. Namun teori pelem- syarakat tanpa negara itu kurang cermat
bagaan ganda itu nampaknya tidak sesuai atau kurang pasti.36
untuk menjelaskan keadaan hukum dalam Pada masyarakat kolonial maka
masyarakat tanpa kekuasaan negara, dan sistem kekuasannya adalah unisentris di
keadaan hukum dalam masyarakat kolonial mana hubungan pemerintahan pusat dan
atau dalam hukum internasional.34 pemerin- tahan daerah diserasikan,
Pada masyarakat tanpa negara yang sehingga berakibat timbulnya lebih dari satu
cirinya tidak ada sistem kekuasaan yang budaya hukum. Hal mana berarti dalam
unisentris, jika terjadi perselisihan antara suatu kekuasaan yang manunggal terdapat
dua pihak maka yang akan berhadapan kesenjangan antara dua budaya hukum.37
adalah dua kekuasaan yang berimbang

33
ibid., hlm. 167-172.
34
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 86.
35
ibid.
36
ibid.
37
ibid., hlm. 87.
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 185

Dalam hukum internasional malahan 1. Adanya kekuasaan atau negara yang


persoalannya menjadi lebih rumit lagi, membawahi pengadilan yang
oleh karena yang sifatnya bukan bisentris tindakan- tindakannya dapat diduga
saja, malahan bhineka, dikarenakan sis- dengan cer- mat.
tem unisentris yang bermacam ragam, 2. Di dalam situasi demikian hanya ter-
bertemu dalam satu organisasi perserikatan dapat satu kebudayaan hukum yang
yang multisentris dengan latar belakang diciptakan oleh masyarakat; pelem-
budayanya yang bhineka. Maka proses bagaan ganda merupakan suatu unsur
pembentukan hukumnya harus dilakukan kebudayaan yang konsisten.
atas dasar persyaratan antar budaya yang Atas dasar asumsi-asumsi tersebut
berlainan yang tidak saling mengenal. Oleh akan dapat dibuat suatu diagram, untuk
karena teori pelembagaan ganda itu tidak meluaskan telaah terhadap bidang-bidang
sesuai untuk dapat menerangkan sistem yang dicakup hukum. Sistem hukum
kekuasaan yang bersifat antar bangsa.38 munisipal (municipal system of law)
Sampai sejauh ini telah ditetapkan berkaitan dengan suatu ke- budayaan
ada-
hukum tunggal dalam sistem kekuasaan
nya dua asumsi, yakni:
unisentris. Sebagaimana contoh diagram di
bawah ini,39

KEKUASAAN KEKUASAAN BISENTRIS


UNISENTRIS (ATAU MULTISENTRIS)
Hukum dalam masyarakat tak Kebudayaan tunggal
Sistem hukum munisipal
bernegara
Dua kebudayaan
Hukum kolonial Hukum internasional (atau lebih)

F. Metode-Metode Berfikir Para Ahli 1941), yang berisikan prinsip-prinsip


Antropologi Hukum hukum teoritis maupun subst (terbit tahun
1. E. Adamson Hoebel 1941), yang berisikan prinsip-prinsip
Hoebel dan Karl Llewellyn menggu- hukum teori- tis maupun substantif orang-
nakan metode studi kasus dalam peneliti- orang Indian Cheyenne. Dengan demikian,
annya yang saksama terhadap kasus-kasus maka kasus- kasus tersebut merupakan data
sengketa merupakan jalur yang tepat untuk yang men- dukung dan merupakan contoh
menemukan hukum. Mereka yang meng- bagi penje- lasan-penjelasan yang abstrak
hasilkan suatu buku klasik yang berjudul sifatnya.40
“The Cheyenne Way Way” (terbit tahun Kajian mengenai kasus-kasus sengketa
pada dasarnya dimaksudkan untuk meng-

38
ibid.
39
Soerjono Soekanto, op. cit., hlm. 105.
40
ibid, hlm. 84.
18 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -

ungkapkan latar belakang dari munculnya 3. Pospisil


kasus-kasus tersebut, cara-cara yang ditem- Pospisil menggunakan metode per-
puh untuk menyelesaikan sengketa, me- bandingan hukum (comparative method)
kanisme-mekanisme penyelesaian sengketa dengan melakukan studi perbandingan
yang digunakan, dan sanksi-sanksi yang di- antara sistem-sistem hukum dalam
jatuhkan kepada pihak yang dipersalahkan, masyarakat- masyarakat yang berbeda-beda
sehingga dapat diungkapkan prinsip-prin- diberbagai belahan dunia.42 Karyanya
sip hukum yang berlaku, prosedur-prosedur Kapauku Papuans and Their Law. Ia
yang ditempuh, dan nilai-nilai budaya yang menggunakan konsep kekuasaan yang
mendukung proses penyelesaian sengketa fungsional bukan deskriptif maksudnya
tersebut. Sedangkan materi kasus sengketa adanya kekuasaan yang keputusan dan
yang dapat dikaji untuk memahami hukum nasehat petunjuknya ditaati oleh para warga
yang berlaku dalam masyarakat meliputi: kelompoknya. Biasanya pendapat yang
kasus-kasus sengketa yang dapat dicermati paling besar pengaruhnya itulah yang
mulai dari awal sampai sengketa disele- disebut pemimpin dari kelompok itu.
saikan; kasus-kasus sengketa yang dapat di- Terhadap kepemimpinan ini Pospisil
kaji melalui dokumen keputusan-keputusan melakukan pendekatan sifat, pendekatan
pemegang otoritas yang diberi wewenang situasi, pendekatan teologis, dan konsepsi
menyelesaikan sengketa; kasus-kasus seng- dikhotomi.43
keta yang dapat direkam dari ingatan-
ingatan para tokoh masyarakat atau para 4. Robert Redfield
pemegang otoritas dan kasus-kasus R. Redfield menggunakan metode
sengketa yang ma- sih bersifat hipotesis.41 normatif-eksploratif yaitu mampelajari
manusia dan budaya hukumnya dengan
2. Bronislaw Malinowski bertitik tolak pada norma-norma (kaedah-
Malinowski menggunakan metode kaedah) hukum yang sudah ada, baik
deskriptif Perilaku ialah cara mempelajari dalam bentuk kelembagaan maupun dalam
perilaku manusia dan budaya hukumnya, bentuk perilaku. Titik tolak penelitiannya
dengan melukiskan situasi hukum yang mengatakan bahwa konsep hukum sebagai
nyata, dengan karyanya ‘Crime and gejala yang dikenal oleh masyarakat
Custom in Savage Society (publikasi tahun beradab (civilized societies) yang mencakup
1926) adalah hasil studi lapangan yang cara bagaimana menerapkan kekuatan itu
komprehensif dalam masyarakat suku secara sistematis dan formal oleh
Trobian di kawasan Lautan Pasifik. pemerintah (negara) di dalam
mempertahankan aturan- aturan perilaku
yang eksplisit.44

41
I Nyoman Nurjaya, loc. cit.
42
ibid.
43
Hilman Hadikusuma, 2004, op. cit., hlm. 97-98.
44
ibid., hlm.59
Eva, Perspektif dan Kajian Hukum dari Beberapa Tokoh 187

Dalam hal ini Summer mengatakan dupan masyarakat, atau bagaimana hukum
bahwa hukum itu terdiri dari dua segi bekerja sebagai alat pengendalian sosial
yaitu konsep dan struktur. Konsep itu atau sarana untuk menjaga keteraturan
mengandung sendi-sendi dan aturan-aturan sosial dalam masyarakat.
yang membatasi atau mengharuskan adanya Antropologi mengenai hukum
tindakan, yang sesuai dengan karakteristik memberi perhatian pada fenomena
hukum yang berkembang menjadi tujuan kemajemukan hukum dalam kehidupan
masyarakat dan kalangan hukum yang masyarakat. Ini berarti secara empiris dapat
tetap dan jelas dalam bentuk aturan yang dijelaskan, bahwa hukum yang berlaku
formal. Sedangkan struktur pada dasarnya dalam masyarakat selain terwujud dalam
mengenai pengadilan dan proses acara bentuk hukum negara, juga berwujud
pelaksanaan hukum itu dalam bentuk cara sebagai hukum agama, dan hukum
mempertahankan dan cara menetapkan kebiasaan. Tetapi secara antropologis
hukuman bagi pelanggar aturan hukum bentuk mekanisme-mekanisme pengaturan
itu.45 sendiri (inner order mechanism atau self-
regulation) dalam komunitas-komunitas
5. Bohannan masyarakat adalah juga merupakan hukum
Bohannan menggunakan metode his- yang secara lokal berfungsi sebagai sarana
toris, maksudnya mempelajari perilaku untuk menjaga keteraturan sosial.
manusia dan budaya hukumnya dengan Hukum tidak selalu berhasil dengan
kaca baik untuk memroyeksikan keinginannya
matasejarah.Dimanaperkembanganmanusia ke dalam masyarakat. Secara padat bisa di-
dan hukum itu berlaku secara evolusi, katakan, bahwa “hukum bekerja dan
artinya berkembang dengan lambat dan tertanam dalam sebuah matriks sosio-
berangsur- angsur. Mulai dari kehidupan kultural”. Itulah awal dari apa yang nanti
manusia yang masih sederhana, dari akan muncul seba- gai budaya hukum.
kelompok keluarga, menjadi kesatuan Ternyata, bagaimanapun hegemonial
kerabat (suku), kesatuan tetangga (dusun), hukum negara itu, ia tidak per- nah
berangsur-angsur menjadi kesatuan sepenuhnya berhasil memastikan apa yang
masyarakat daerah, dan akhirnya menjadi diwajibkan berlaku dalam masyarakat.
kesatuan masyarakat dengan sistem Masyarakat ternyata tetap menjadi peme-
pemerintahan negara yang maju (modern).46 gang saham (stakeholder) utama dalam bis-
nis pengaturan oleh hukum itu. Masyarakat
G. Penutup atau kekuatan masyarakat akan menuntun,
Antropologi hukum pada dasarnya membatasi dan menentukan seberapa jauh
mempelajari hubungan timbal-balik antara dan secara bagaimana hukum itu akan nya-
hukum dengan fenomena-fenomena sosial ta-nyata berjalan, bekerja dan berlaku
secara empiris dalam kehidupan dalam masyarakat.
masyarakat; bagaimana hukum berfungsi
dalam kehi-

45
ibid., hlm. 60.
46
ibid., hlm. 9.
18 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 -

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku B. Artikel Internet/Koran


Hadikusuma, Hilman, 1986, Antropologi Budiharjo, Eko, “Surga Perkotaan yang
Hukum Indonesia, Alumni, Bandung. Terancam”, Kompas, 6 September
, 2004, Pengantar 2008.
Antropologi Hukum, PT.Citra Aditya Nurjaya, I Nyoman, “Perkembangan
Bakti, Bandung. Tema Kajian, Metodologi dan Model
Ihromi, T.O, 2003, Antropologi Hukum Penggunaannya Untuk Memahami
Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor Fenomena Hukum di Indonesia”,
Indonesia, Jakarta. http:// edi t orsi oj o 85 .
Prasetyo, Teguh, 2007, Ilmu Hukum dan wordpress.
Filsafat Hukum Studi Pemikiran Ahli com/2009/03/31/antropologi-hukum/,
diakses 3 Januari 2009.
Hukum Sepanjang Zaman, Pustaka , “Perkembangan
Pelajar, Yogyakarta. Pemikiran Konsep Pluralisme
Rahardjo, Satjipto, 2006, Hukum dalam Hukum”, http://huma.or.id/document/
Jagad Ketertiban, Uki Press, Jakarta. I.03. Analisa Hukum/Perkembangan
Soekanto, Soerjono, 1984, Antropologi Pemikiran Konsep Pluralisme
Hukum Materi Pengembangan Ilmu Hukum_I Nyoman Nurjaya.pdf,
Hukum Adat, CV. Rajawali, Jakarta. diakses 2 Januari 2009.

Anda mungkin juga menyukai