Anda di halaman 1dari 42

BAB 5: ASAS-ASAS, TUJUAN

DAN FUNGSI HUKUM

1
Asas-asas hukum

2
 Balleffroid, Asas Hukum adalah norma dasar
yang dijabarkan dari hukum positif dan yang
oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari
aturan-aturan yang lebih umum.
 Paul Scholten, Asas Hukum adalah
kecenderungan-kecenderungan yang
disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita
pada hukum dan merupakan sifat-sifat umum
dengan keterbatasannya sebagai pembawaan
yang umum itu, tetapi harus ada.

3
 Eikema Hommes, Asas Hukum bukanlah norma-norma
hukum konkrit, tetapi ia adalah sebagai dasar-dasar
pikiran umum atau petunjuk-petunjuk bagi hukum yang
berlaku.

 Satjipto Rahardjo, Asas Hukum adalah unsur yang


penting dan pokok dari peraturan hukum. Asas hukum
adalah jantungnya peraturan hukum karena ia
merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya
peraturan hukum atau ia adalah rasio legisnya peraturan
hukum.
Pada akhirnya peraturan-peraturan hukum itu harus
dapat dikembalikan kepada asas-asas tersebut.

4
Paton, mengatakan :
– Asas Hukum ini tidak akan habis kekuatannya dengan
melahirkan suatu peraturan hukum, melainkan akan
tetap saja ada dan akan melahirkan peraturan-
peraturan selanjutnya.
– Selanjutnya Paton, menyebutkan Asas Hukum sebagai
suatu sarana yang membuat hukum itu hidup, tumbuh
dan berkembang dan ia menunjukkan, bahwa hukum
itu bukan sekedar kumpulan dari peraturan-peraturan
belaka.
– Dengan adanya asas hukum, hukum itu bukan sekedar
kumpulan peraturan-peraturan, maka hal itu
disebabkan, karena asas itu mengandung nilai-nilai dan
tuntutan-tuntutan etis.
5
Karena asas hukum mengandung
tuntutan etis, maka asas hukum
merupakan jembatan antara
peraturan-peraturan hukum dengan
cita-cita sosial dan pandangan etis
masyarakat.

Dengan singkat dapat dikatakan,


bahwa melalui asas hukum ini,
peraturan-peraturan hukum berubah
sifatnya menjadi bagian dari suatu
tatanan etis.
6
• Asas hukum bukan peraturan hukum, namun
tidak ada hukum yang bisa dipahami tanpa
pengetahuan asas-asas hukum yang ada di
dalamnya.
• Untuk memahami hukum suatu bangsa dengan
sebaik-baiknya tidak bisa hanya melihat pada
peraturan-peraturan hukumnya saja,
melainkan harus menggalinya sampai kepada
asas-asas hukumnya.
• Asas hukum inilah yang memberi makna etis
kepada peraturan-peraturan hukum serta tata
hukum.

7
Asas Hukum adalah merupakan dasar-
dasar pemikiran yang umum dan abstrak,
serta didalamnya terkandung nilai-nilai
etis, sehingga peraturan hukum yang lahir
nantinya mengndung nilai yang etis pula.

8
Perbedaan Asas dan Norma

• Asas merupakan dasar pemikiran yang


umum dan abstrak, sedangkan norma
merupakan aturan yang riil.
• Asas adalah suatu ide atau konsep
sedangkan norma adalah penjabaran dari
ide tersebut.
• Asas hukum tidak mempunyai sanksi,
sedangkan norma mempunyai sanksi.

9
Asas-asas peraturan perundang-
undangan

Asas setiap orang dianggap telah mengetahui undang-undang


setelah diundangkan dalam lembaran negara

Asas non retroaktif

Lex specialis derogat legi generale

Lex posteriori derogat legi priori

Lex superior derogat legi inforiori

Undang-undang tidak bisa diganggu gugat.


10
Asas-asas yang dianut dalam UUD
1945

Asas kekeluargaan

Asas kedaulatan rakyat

Asas pembagian kekuasaan

Asas negara hukum dengan prinsip rule of law

Asas kewarganegaraan

Ius sanguinis

Ius solii
11
Asas yang berlaku dalam Hukum
Pidana dan Hukum Acara Pidana

• Asas legalitas
• Asas noella peona sine culpa
• Asas oportunitas
• Asas presumption of innocence
• Asas in dubrio pro reo
• Asas persamaan dimuka hukum
• Asas peradilan cepat, etc.
12
Asas-asas yang berlku dalam hukum
perdata dan hukum acara perdata

• Asas kebebasan berkontrak

• Asas pacta sunt servanda

• Asas konsensualitas

• Asas hukum benda merupakan dwingendrecht

• Asas individualiteit

• Asas totaliteit

• Asas onsplitsbaarheid, etc.


13
Asas-asas Pengadilan (UU.No.4 Tahun 2004)

1. Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa,


mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan
dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang
jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya.
2. Semua pengadilan memeriksa, mengadili, dan
memutus dengan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang
hakim, kecuali undang-undang menentukan lain.
3. Pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus
perkara pidana dengan hadirnya terdakwa, kecuali
undang-undang menentukan lain.

14
Asas-asas Pengadilan (UU.No.4 Tahun 2004)

4. Dalam hal tidak hadirnya terdakwa, sedangkan


pemeriksaan dinyatakan telah selesai, putusan dapat
diucapkan tanpa kehadiran terdakwa.
5. Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk
umum, kecuali undang-undang menentukan lain.
6. Dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim wajib
menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis
terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari putusan.
Catatan : Dalam hal sidang permusyawaratan tidak
dapat dicapai mufakat bulat, pendapat hakim yang
berbeda wajib dimuat dalam putusan.

15
Asas-asas Pengadilan (UU.No.48 Tahun 2009)

7. Semua putusan pengadilan hanya sah dan


mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum.
8. Terhadap putusan pengadilan tingkat pertama dapat
dimintakan banding kepada pengadilan tinggi oleh
pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undang-
undang menentukan lain.
(Kecuali : tidak merupakan pembebasan dari
dakwaan atau putusan lepas dari segala tuntutan
hukum)
9. Tiap putusan pengadilan ditandatangani oleh ketua
serta hakim yang memutus dan panitera yang ikut
serta bersidang.

16
Tujuan Hukum

17
 L.J. Van Apeldoorn mengatakan tujuan hukum
ialah mengatur pergaulan hidup secara
damai. Hukum menghendaki perdamaian.

 Dalam fungsinya sebagai perlindungan


kepentingan manusia hukum harus mempunyai
tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang
hendak dicapai.

 Sedangkan tujuan pokok hukum adalah


menciptakan tatanan masyarakat yang tertib,
menciptakan ketertiban dan keseimbangan.

18
 Dengan terciptanya ketertiban di dalam
masyarakat diharapkan kepentingan manusia
akan terlindungi.
Dalam mencapai tujuan itu hukum bertugas
menjadi hak dan kewajiban antar perorangan di
dalam masyarakat, membagi wewenang dan
mengatur cara memecahkan masalah hukum
serta memelihara kepastian hukum.

 Tujuan hukum sifatnya abstrak karena


didalamnya mengandung cita-cita hukum yaitu
cita-cita ketertiban dan keadilan.
19
 Hakekat keadilan adalah penilaian terhadap suatu
perlakuan atau tindakan dengan mengkajinya dengan
suatu norma yang menurut pandangan (subyektif untuk
kepentingan kelompoknya, golongannya dan
sebagainya) melebihi norma-norma lain.
 Dalam hal ini ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak
yang memperlakukan dan pihak yang menerima
perlakuan : orang tua dan anaknya, majikan dan
pekerjanya (karyawannya), hakim dan yustisiabel,
pemerintah dan warganya, serta kreditur dan debitur.
 Pada umumnya keadilan merupakan penilaian yang
hanya dilihat dari pihak yang menerima perlakuan saja.

20
TEORI
ETIS

TEORI YANG
BERKAITAN
DENGAN
TUJUAN
HUKUM

TEORI TEORI
CAMPUR
AN UTILITIS

21
Teori Etis
 Menurut teori etis, hukum semata-mata bertujuan
keadilan.
 Isi hukum ditentukan oleh keyakinan kita yang etis
tentang yang adil dan tidak.
 Dengan perkataan lain hukum menurut teori ini bertujuan
merealisir atau mewujudkan keadilan. Geny termasuk
salah seorang pendukung teori ini.
 Sekarang timbul pertanyaan : “Apakah keadilan itu” ?
 Pertanyaan mengenai keadilan itu meliputi dua hal, yaitu
yang menyangkut hakekat keadilan dan yang
menyangkut isi atau norma untuk berbuat secara konkrit
dalam keadaan tertentu.

22
 Hukum mempertahankan perdamaian dengan
menimbang kepentingan yang bertentangan
secara teliti dan mengadakan keseimbangan di
antaranya, karena hukum hanya dapat
mencapai tujuan jika ia menuju peraturan yang
adil, artinya peraturan yang mana terdapat
keseimbangan antara kepentingan-kepentingan
yang dilindungi, yang mana setiap orang
memperoleh sebanyak mungkin yang menjadi
bagiannya.
Demikian keadilan yang diuraikan oleh
Aristoteles dalam “Rhetorica”.

23
 Teori Etis, bahwa hukum semata-mata
menghendaki keadilan.
 Isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh
kesadaran etis kita mengenai apa yang adil dan
apa yang tidak adil. Teori ini berat sebelah, ia
melebih-lebihkan kadar keadilan hukum, tanpa
memperhatikan keadaan sebenarnya.
 Hukum harus menentukan peraturan umum,
harus menyamaratakan, keadilan melarang
menyamaratakan, keadilan menuntut supaya
tiap-tiap perkara harus ditimbang tersendiri
(“Suum Cuique Tribuere”).
24
 Jika pembentuk undang-undang memerintahkan hakim
supaya ia dalam keputusannya memperhatikan keadilan
dalam arti dalam penerapan peraturan-peraturan umum
dalam hal-hal yang khusus, jangan mengakibatkan
ketidak adilan atau adanya kepantasan (redelijkheid)
atau itikad baik.

 Akan tetapi kepastian hukum tidak akan dipenuhi


seluruhnya, lebih-lebih berhubungan dengan kenyataan,
bahwa dalam peradilan kita terlihat cita-cita untuk selalu
memperluas “asas itikad baik”, jangan melakukannya
dalam hal undang-undang tidak menunjuk kepadanya.

 Jadi dalam hukum terdapat bentrokan yang tidak dapat


dihindarkan, pertikaian yang selalu berulang antara
tuntutan-tuntutan keadilan dan tuntutan-tuntutan
kepastian hukum.
25
 Makin banyak hukum memenuhi syarat “peraturan yang
tetap”, yang sebanyak mungkin meniadakan ketidak
pastian, jadi makin tetap dan tajam peraturan hukum,
makin terdesaklah keadilan, itulah arti “Summum Ius
Summa Iniura” (keadilan yang tertinggi adalah ketidak
adilan yang tertinggi).

 Keadilan tidak boleh dipandang sama arti dengan


persamarataan. Keadilan bukan berarti bahwa tiap-tiap
orang memperoleh bagian yang sama.

 Karenanya menurut Aristoteles ada dua yaitu : Keadilan


“distributif” (justitia distributiva/distributive justice) dan
“komutatif” (justitia commutativa/remedial justice).

26
 Keadilan distributif (justitia distributiva), adalah
keadilan yang memberikan kepada tiap orang menurut
jatahnya (haknya).
Ia tidak menuntut supaya tiap-tiap orang mendapat
bagian yang sama banyaknya, bukan persamaan,
melainkan kesebandingan.

 Jatah ini tidak sama untuk setiap orangnya, tergantung


pada kekayaan, kelahiran, pendidikan, kemampuan dan
sebagainya, sifatnya adalah proporsional.
Yang dinilai adil disini ialah apabila setiap orang
mendapatkan hak atau jatahnya secara proposional
mengingat akan pendidikan, kedudukan, kemampuan
dan sebagainya.
27
 Keadilan Komulatif (justitia commutativa), adalah
keadilan yang memberi kepada setiap orang sama
banyaknya.
Dalam pergaulan di dalam masyarakat keadilan
komulatif merupakan kewajiban setiap orang terhadap
sesamanya.
Jadi yang dituntut adalah kesamaan.

 Yang adil menurut keadilan komulatif ialah apabila


setiap orang diperlakukan sama tanpa memandang
kedudukan dan sebagainya.
Misalnya dalam pengungsian pembagian beras yang
sama banyaknya akan dirasakan adil.
28
Teori Utiliti

 Menurut teori utiliti, bahwa hukum ingin


menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi
manusia dalam jumlah yang sebanyak-
banyaknya (the greatest good of the greatest
number).
 Pada hakekatnya menurut teori ini tujuan
hukum adalah manfaat dalam menghasilkan
kesenangan atau kebahagiaan yang terbesar
bagi jumlah orang yang terbanyak.
 Penganut teori ini antara lain adalah Jeremy
Bentham.

29
Pendapat lain tentang tujuan hukum, yaitu :

 Paul Scholten, yang berpendapat bahwa hukum perlu


mencari keseimbangan antara :
a. Persoonlijkheid (kepribadian) dan gemeenschap
(masyarakat). Secara sepihak mencari kepentingan
masyarakat akan mengakibatkan
individualisme.
Sebaiknya secara sepihak mencari kepentingan
masyarakat, tanpa memperhatikan individu akan
mengakibatkan universalisme, seperti dalam Facisme,
Kommunisme.
Dalam memelihara hukum kita harus mencari
keseimbangan antara kepentingan individu dan
masyarakat.

30
b. Yang kedua kita perlu mencari keseimbangan
antara :
Gelijkheid en gezag, kesamaan manusia dan
kewibawaan. Pada asasnya manusia adalah
sama, apapun pangkatnya dalam masyarakat.

c. Akhirnya dalam hukum perlu memisahkan :


goed en kwaad, baik dan jahat. Hukum dan
pemeliharaan hukum perlu memihak
kebaikan, dan menolak kejahatan dalam
bentuk apapun.

31
 Radbruch, mengatakan bahwa tujuan dari hukum
perlu berorientasi pada tiga hal :
a. Kepastian hukum, tuntutan pertama kepada hukum
ialah, supaya ia positif, yaitu berlaku dengan pasti.
Hukum harus ditaati agar hukum itu sungguh-
sungguh positif.

b. Keadilan, menurut Radbruch sudah cukup apabila


kasus-kasus yang sama diperlukan secara sama.

c. Daya-guna, hukum perlu menuju kepada tujuan


yang penuh harga (waardevol).

32
Ada tiga nilai yang penting bagi hukum, yaitu :
 Individualwerte, nilai-nilai pribadi yang penting untuk
mewujudkan kepribadian manusia.
 Gemeinschaftswerte, nilai-nilai masyarakat, yang
hanya dapat diwujudkan dalam masyarakat
manusia.
 Werkwerte, nilai-nilai dalam karya manusia (ilmu,
kesenian) dan pada umumnya dalam
kebudayaan.

33
 Mochtar Kusumaatmadja, dalam analisa
terakhir, tujuan pokok dari pada hukum apabila
hendak direduksi pada suatu hal saja, adalah
ketertiban (order).
 Kebutuhan akan ketertiban syarat pokok
(fundamental) bagi adanya suatu masyarakat
manusia yang teratur.
 Lepas dari segala kerinduan akan hal-hal lain
yang juga yang menjadi tujuan daripada hukum,
ketertiban sebagai tujuan utama hukum,
merupakan suatu fakta obyektif yang berlaku
bagi segala masyarakat manusia dalam segala
bentuknya.
34
 Mengingat bahwa kita tak mungkin
menggambarkan hidupnya manusia tanpa
atau di luar masyarakat, maka : manusia
masyarakat dan hukum merupakan
pengertian yang tak dapat dipisahkan.
 Pameo Romawi “ubi secietas ibi ius”
yang artinya dimana ada masyarakat
disitu ada hukum.

35
FUNGSI HUKUM

36
 Mochtar Kusumaatmadja, mengatakan
berbicara tentang arti hukum dan fungsi hukum,
dapat dikembalikan kepada pertanyaan dasar :
apakah tujuan hukum itu.
 Di depan sudah dibahas, dari kesimpulannya
dapat kita katakan bahwa hukum merupakan
suatu “alat untuk memelihara ketertiban” dalam
masyarakat.
 Bahwa hukum menjamin keteraturan
(kepastian) dan ketertiban, bukan tujuan akhir
dari hukum melainkan lebih baik disebut fungsi
hukum.
37
 Mengingat fungsinya di atas sifat hukum pada
dasarnya adalah konservatif, artinya hukum
bersifat memelihara dan mempertahankan yang
telah dicapai.

 Fungsi demikian diperlukan dalam setiap


masyarakat, termasuk masyarakat yang sedang
membangun. Karena disinipun ada hasil-hasil
yang harus dipelihara, dilindungi dan
diamankan.

38
Fungsi hukum dapat diberi arti :

1. fungsi berarti tergantung pada


2. fungsi berarti tugas
3. fungsi berarti hubungan timbal balik
antara bagian bab keseluruhan
4. fungsi berarti werking

39
 Telah banyak para ahli yang menguraikan
berkenaan dengan fungsi hukum dalam
hubungan antar anggota masyarakat dan yang
pada dasarnya mengatakan sebagai berikut :
1. Pemeliharaan ketertiban dan kepastian
hukum.
2. Pembagian hak dan kewajiban di antara
anggota masyarakat.
3. Distributor wewenang untuk mengambil
keputusan dalam masalah. publik atau
secondary rules menurut paham Hart.
4. Perelai perselisihan-perselisihan.

40
 Menurut E.A. Goebel seorang antropolog, terdapat
empat fungsi dasar dari hukum di dalam masyarakat,
yaitu :
a. Menetapkan pola hubungan antara anggota-anggota
masyarakat dengan cara menunjukkan jenis-jenis
tingkah laku yang mana yang diperbolehkan dan
yang mana yang dilarang.
b. Menentukan alokasi wewenang merinci siapa yang
boleh melakukan paksaan, siapa yang harus
mentaatinya, siapa yang memilih sanksinya yang
tepat dan efektif.
c. Menyelesaikan sengketa.
d. Memelihara kemampuan masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi
kehidupan yang berubah, yaitu dengan cara
merumuskan kembali hubungan-hubungan esensial
antara anggota-anggota masyarakat
41
 Talcott Parson seorang sosiologi menganggap
hukum sebagai suatu sarana pengendalian sosial,
yaitu melakukan integratif, mengurangi konflik-
konflik dan melancarkan proses interaksi pergaulan
masyarakat.

 Mochtar Kusumaatmadja, mengatakan hukum


dimasa kemajuan dan modernisasi ini, makin lama
makin (tambah) lepas dari kehidupan manusia
sebagai mahluk sosial yang berbudaya (de-
personalized) sehingga aspek fungsi hukum lebih
menonjol atau lebih penting daripada aspek tujuan
hukum.

42

Anda mungkin juga menyukai