Anda di halaman 1dari 19

PENGANTAR

ILMU HUKUM
SESI 6

ASAS HUKUM
AHSANUL MINAN
PRODI HUKUM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA
Pokok bahasan
• Hukum Berangkat dari Titik
Pandang (Point of View)
• Pengertian Asas Hukum
• Fungsi Asas Hukum
• Asas Hukum: Dibuat atau
Ditemukan?
• Kedudukan Asas Hukum
• Contoh-contoh Asas Hukum
• Asas Hukum Dalam Tataran
Empirik di Indonesia
2
HUKUM BERANGKAT DARI TITIK PANDANG (POINT OF VIEW)

• Hukum itu memiliki titik pandang dan akan berangkat dari situ pula. Hukum tanpa
titik pandang bukan hukum namanya, tetapi hanya kumpulan pasal-pasal suruhan
dan larangan saja.
• Titik pandang tersebut mengandung filsafat kehidupan dan memuat kearifan
tentang “wat denkt gij van de mens en samenleving?” (bagaimana pendapat anda
tentang manusia dan kehidupan bersama manusia itu). Setiap bangsa akan
memberi jawaban sendiri terhadap pertanyaan filsafati tersebut.
• Pembuatan hukum yang baik akan bertolak dari titik pandang, oleh karena
berangkat dari titik pandang dan senantiasa menyadari kehadiran titik pandang
tersebut, akan menjadikan hukum itu benar-benar satu kesatuan pengaturan.
• Titik pandang tersebut mendapatkan tempat dalam hukum dalam bentuk asas-asas
hukum (“Through the medium of the principle, law can draw nourishment from the
views of community,” Paton, 1964: 204).
3
HUKUM BERANGKAT DARI TITIK PANDANG (POINT OF VIEW)

Perbedaan antarbangsa terletak pada dan ditentukan oleh cara anggota-anggota dari
bangsa itu berhubungan satu sama lain (the way people behave toward each other).
Amerika Serikat, misalnya, menjawab dengan paham individualisme, sedang Jepang
dengan paham kolektivisme.
Itulah yang menyebabkan praksis hukum kedua negara adikuasa tersebut berbeda.
Posisi seseorang dalam masyarakat di Amerika dan Jepang berbeda. Di Amerika
seseorang itu merdeka dan bebas hampir total, sedang di Jepang seseorang itu
merupakan bagian dari jaringan kolektif setempat.
Di Amerika ditemukan individual actors, sedang di Jepang contextual actors.
Perbedaan tersebut menentukan bagaimana hukum diciptakan dan dijalankan di kedua
negara itu. Dalam istilah yang kita gunakan di atas, perbedaan tersebut merupakan titik
pandang hukum masing-masing negara.

4
ASAS HUKUM AKAN MEWADAHI TITIK PANDANG

• Dalam legislasi akan dijumpai hal-hal yang oleh suatu bangsa atau komunitas dianggap sebagai ‘sudah
seharusnya,’ ‘sudah dengan sendirinya’ (Bld.: onmiddelijk evident, Scholten, 1954). Misalnya hukum
tidak perlu memberikan penjelasan mengapa orang yang berhutang itu harus melunasi hutang itu.
Komunitas di situ berpendapat bahwa hutang dengan sendirinya akan membawa beban bagi yang
berhutang untuk melunasi. Berangkat dari asas hukum tersebut lalu dapat dilanjutkan pengaturan lebih
lanjut dalam hubungan utang-piutang.
• Asas hukum merupakan kelengkapan vital dalam legislasi. Ia bukan sekadar hiasan yang bisa dilepas
begitu saja dari suatu undang-undang tanpa risiko apapun. Ia adalah bagian integral dari suatu undang-
undang dan sistem hukum.
• Asas hukum itu sesungguhnya mengatur tetapi dengan cara tidak muncul sebagai aturan yang konkret.
Tidak ada hukum dan sistem hukum yang bisa berjalan tanpa memiliki asas hukum. Mungkin ia
dinyatakan secara eksplisit, tetapi mungkin juga tersembunyi di belakang peraturan.
• Pengaturan oleh hukum itu dilakukan baik melalui pasal-pasal maupun asas hukum. Oleh sebab itu
membaca dan memahami asas merupakan aspek penting dari ikhwal membaca undang-undang.
Implikasi yang muncul dari situ adalah, bahwa legislator tidak boleh sembarangan atau asal-asalan
dalam mencantumkan suatu asas hukum.
5
ASAS-ASAS HUKUM
• Bellefroid: asas hukum adalah norma dasar
yang dijabarkan dari hukum positif dan yang
oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari
aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum
umum merupakan pengendapan hukum
positif
• The Liang Gie: asas adalah dalil umum yang
dinyatakan dalam istilah umum tanpa
menyarankan cara-cara khusus mengenai
pelaksanaannya, yang diterapkan pada
serangkaian perbuatan untuk menjadi
petunjuk yang tepat bagi perbuatan itu
• Scholten: asas hukum adalah kecenderungan-
kecenderungan yang disyaratkan oleh
pandangan kesusilaan pada hukum,
merupakan sifat-sifat umum dengan segala
keterbatasannya sebagai pembawaan yang
umum, tetapi yang tidak boleh tidak harus ada
6
FUNGSI ASAS-ASAS
HUKUM
• Jantungnya peraturan hukum, karena:
1. Landasan yg paling luas bagi lahirnya
peraturan hukum  peraturan hukum
dapat dikembalikan kepada asas hukum
2. Alasan bagi lahirnya peraturan hukum
ratio legis peraturan hukum
• Sebagai sarana yg membuat hukum hidup,
tumbuh dan berkembang. (Paton)
• Asas hukum menjadikan hukum bukan
sekedar kumpulan peraturan, karena asas
hukum mengandung nilai dan etis 
asas hukum merupakan jembatan antara
peraturan hukum dengan cita2 sosial dan
pandangan etis masyarakat.

7
FUNGSI ASAS HUKUM SEBAGAI JANTUNGNYA PERATURAN HUKUM
Dibandingkan dengan pasal-pasal undang-undang, maka asas hukum itu memang
bukan peraturan, tetapi seperti dikatakan oleh Scholten, “doch geen recht is te
begrijpen zonder die beginselen” (hukum tidak dapat dipahami dengan baik tanpa
asas-asas).

Hukum modern dibuat secara sengaja dan rasional (purposeful human action, Trubek,
1972), tetapi pada waktu yang sama, dengan cara pembuatan yang demikian itu, ia
makin kehilangan pijakan moralnya. Yang menonjol dalam hukum modern adalah
pasal-pasal yang dibuat secara rasional itu. Lebih lanjut Scholten mengatakan, “het
zijn tendenzen, welke ons zedelijk oordeel aan het recht stelt, algemeenheden, … maar
die toch niet te missen zijn” (ia berupa arah/kecenderungan yang datang dari putusan
moral kita yang kita tanamkan dalam hukum, berupa pernyataan umum, yang namun
demikian tak dapat diabaikan).

8
FUNGSI ASAS HUKUM SEBAGAI SARANA YG MEMBUAT
HUKUM HIDUP, TUMBUH DAN BERKEMBANG
 Paton mengatakan, “A principle is the broad reason which lies at the base of a rule of law; it has not exhausted
itself in giving birth to that particular rule but is fertile. Principle, the means by which the law lives, grows, and
develops, demonstrate that law is not a mere collection of rules.” (Paton, 1964: 204).
 Asas hukum itu mengawal dan memberi daya hidup (nourishment) kepada hukum dan bagian-bagian atau bidang-
bidang dari hukum. Paton menyebutnya sebagai suatu sarana yang membuat hukum itu hidup, tumbuh dan
berkembang.
 Asas hukum menjadikan hukum lebih daripada sekadar peraturan yang dibuat dengan sengaja dan rasional, tetapi
juga suatu dokumen moral-etis. Asas hukum memang tidak tampil sebagai aturan (rule) yang konkret, tetapi lebih
berkualitas sebagai kaidah (norm) di belakang peraturan. Aturan itu rasional, sedang kaidah memiliki kandungan
moral dan bersifat etis. Sebuah peraturan bisa mengatakan, bahwa perbuatan yang merugikan orang lain
mengharuskan pelaku perbuatan itu untuk membayar ganti rugi. Peraturan seperti itu sebetulnya didasari oleh
suatu pertimbangan etis dan moral, yaitu bahwa merugikan orang lain adalah perbuatan tercela dan oleh karena
itu membutuhkan keadilan yang memulihkan, di sini dalam bentuk pemberian ganti kerugian.
 Asas hukum menjelaskan dan memberi ratio legis mengapa harus ada aturan begini atau begitu. Ia menjadi
jembatan antara peraturan hukum dan cita-cita sosial serta pandangan etis masyarakatnya.

9
FUNGSI ASAS HUKUM SEBAGAI SUMBER PENAFSIRAN

Salah satu fungsi penting asas hukum muncul pada waktu kita dihadapkan kepada
penafsiran suatu pasal dalam undang-undang bersangkutan.
Penafsiran merupakan bagian yang rumit (crucial) dalam kehidupan hukum.
Sesungguhnya tidak ada peraturan perundangundangan yang benar-benar jelas. Sesuatu
yang pada suatu saat tampak sebagai jelas, di waktu lain bisa menjadi tidak jelas atau
kurang jelas. Maka dari itu tidak ada peraturan yang bebas dari penafsiran. Dengan
perkataan lain, membaca undang-undang adalah sekaligus menafsirkannya.
Peraturan hukum bisa berlaku untuk masa yang berbeda-beda, tetapi asas hukum yang
memuat pertimbangan atau alasan etis/moral, akan bisa bertahan terus. Ia relatif tidak
terjamah oleh perubahan, karena mengandung kearifan dasar tentang pandangan
terhadap manusia dan masyarakat (mens en samenleving). Pandangan mendasar ini sulit
sekali untuk berubah.
10
ASAS HUKUM: DIBUAT ATAU DITEMUKAN?
 Asas hukum yang dibuat dengan sengaja dan dicantumkan dalam undang-undang memang mudah
diketahui. Bagaimana apabila hal itu tidak terjadi, yaitu apabila asas hukum tidak ditemukan secara
eksplisit tertulis dalam suatu undang-undang? Apakah dengan demikian memang undang-undang itu
tidak memiliki asas dan dengan demikian tidak disusun berdasar asas hukum tertentu? Ataukah ia
mengandung asas hukum, tetapi tersembunyi di tengah-tengah rimba pasal-pasal?
 Apabila kita berpendapat, bahwa tidak mungkin suatu peraturan itu tidak bertolak dari suatu titik
pandang tertentu, maka sekalipun tidak ditemukan pencantuman asas hukum secara jelas, tetap kita
berusaha menemukannya. Scholten yang berpendapat seperti itu memberi tugas kepada ilmu hukum
untuk menemukan asas-asas tersebut.
 Asas hukum itu mungkin bisa ditemukan dengan mencari kesamaan antara pasal-pasal yang tersebar,
yang sepintas lalu terlihat seperti tidak ada hubungan satu sama lain (het rechtsbeginsel vinden door
het gemeenschappelijke in schijnbaar uit elkaar liggende regelingen aan te wijzen).
 Kendatipun asas hukum itu tidak dinyatakan secara tegas dan juga tidak bisa ditemukan dengan cara
mencari ikatan keumuman yang menyatukan berbagai pasal, tetapi tetap diandaikan (verondersteld),
bahwa ada “sesuatu” yang menyatukan hukum sebagai satu keseluruhan. Sesuatu itu pun bisa kita
namakan sebagai asas hukum.

11
KEDUDUKAN ASAS HUKUM
Asas hukum/prinsip hukum bukanlah
peraturan hukum positif, melainkan
merupakan pikiran dasar yg umum sifatnya
atau merupakan latar belakang dr
EIKEMA HOMMES icon
peraturan kongkrit yg tdpt dlm dan di
belakang setiap sistem hukum yg terjelma
dlm peraturan per-UU-an dan putusan
Asas hukum itu tidak boleh dianggap hakim yg merupakan hukum positif dan dpt
sebagai norma-norma hukum yang diketemukan dg mencari sifat-sifat umum
kongkrit, akan tetapi perlu dipandang dlm peraturan kongkrit tsb
sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-
pertunjuk bagi hukum yang berlaku. Hukum tidak dapat dipahami tanpa
Pembentukan hukum praktis perlu mengetahui asas2 hukum yg terkandung di
berorientasi pada asas-asas hukum dalamnya.
tersebut = asas hukum adalah dasar-dasar
atau petunjuk arah dalam pembentukan
hukum positif icon SUDIKNO

12
NILAI/ETIS

ASAS

PERATURAN
HUKUM
BEBERAPA CONTOH ASAS HUKUM
PERDATA PIDANA PERADILAN KENEGARAAN
Asas KONSENSUALIS: pada Geen straft zonder schuld In dubio pro reo (jika ada Iederen wordt ge acht de
dasarnya perjanjian dan (tidak ada pidana tanpa keragu-raguan mengenai wet te kennen (setiap orang
perikatan sudah ada sejak kesalahan) sesuatu hal haruslah dianggap mengetahui
detik tercapainya diputuskan hal-hal yang hukum)
kesepakatan dari seluruh menguntungkan terdakwa)
pihak.
Pacta Sunt Servanda: Ultimum remedium = Res judicata pro veritate Ignorantia excusat legi
masing-masing pihak yang hukum pidana hendaklah habetur (putusan hakim itu neminem (Ketidaktahuan
terlibat dalam perjanjian dijadikan upaya terakhir dianggap benar dan harus akan hukum/undang-
wajib melaksanakan isi dalam hal penegakan dihormati) undang bukan merupakan
perjanjian demi kepastian hukum alasan pemaaf)
hukum.
Pacta tertiis nec nocent nec Asas Opportunitas = Similia similibus (perkara Lex speciale derogat legi
prosunt: perjanjian tak bisa Penuntut umum yang sama (sejenis) harus generale (UU yang khusus
memberikan hak dan berwenang untuk tidak diputus sama (serupa)) mengenyampingkan yang
kewajiban kepada pihak melakukan penuntutan umum)
ketiga. dengan pertimbangan demi
kepentingan umum

14
BEBERAPA CONTOH ASAS HUKUM
PERDATA PIDANA PERADILAN KENEGARAAN
Party autonomy liberty of contract Asas legalitas: Nullum delictum nulla poena sine Lex posterioeri derogat legi priori
atau freedom of contract: Untuk menentukan adanya tindak praevia lege poenali (tidak ada (UU yg berlaku kemudian
kebebasan untuk membuat dan pidana tidak boleh didasarkan pada suatu perbuatan yang dapat membatalkan UU terdahulu, sejauh
memilih kontrak atau perjanjian, analogi. dihukum kecuali berdasarkan UU itu mengatur objek yg sama)
menentukan isi perjanjian atau Peraturan-peraturan hukum pidana ketentuan peraturan perundang-
kontrak, dan memilih subjeknya. tidak boleh berlaku surut. undangan yang telah ada sebelum
perbuatan dilakukan)
Asas Itikad baik: dalam setiap Asas Wilayah atau Teritorial: Unus Testis Nullus Testis: satu saksi Lex superior derogat legi inferiori
pembuatan perjanjian didasarkan Negara yang berdaulat wajib bukan merupakan saksi (suatu asas UU dimana jika ada 2
pada asas itikad baik, tak melanggar menjamin ketertiban hukum di UU yang mengatur objek yang sama
peraturan perUndang-Undangan, wilayahnya, negara berhak maka UU yang lebih tinggi yang
serta tak melanggar kepentingan menjatuhkan pidana bagi siapapun berlaku sedangaka UU yang lebih
masyarakat. yang melakukan tindak pidana di rendah tidak mengikat)
wilayahnya.
Rebus sic stantibus: perjanjian yang Asas Perlindungan atau Asas Ius Curia Novit: hakim dianggap Good Governance: proses
telah berlaku akan terganggu Nasional Pasif: mengetahui dan memahami segala penyelenggaraan kekuasaan negara
berlakunya bila terjadi perubahan berlakunya perundang-undangan hukum dalam melaksanakan penyediaan
keadaan yang fundamental. pidana didasarkan pada public goods and services.
kepentingan hukum suatu negara
yang dilanggar oleh seseorang di
luar negeri dengan tidak
dipersoalkan kewarganegaraannya.

15
BEBERAPA CONTOH ASAS HUKUM
PERDATA PIDANA PERADILAN KENEGARAAN
Party autonomy liberty of contract Asas Universal: asas yang Ne Bis in Idem: sebuah perkara Lex dura sed tamen scripta = hukum
atau freedom of contract: menitikberatkan pada kepentingan dengan objek yang sama, para adalah keras dan memang itulah
kebebasan untuk membuat dan hukum internasional secara luas pihak yang sama dan materi pokok bunyinya atau keadaannya, semua
memilih kontrak atau perjanjian, atau hukum pidana tidak dibatasi perkara yang sama, yang diputus demi kepastian dalam
menentukan isi perjanjian atau oleh tempat, wilayah, atau bagi oleh pengadilan dan telah penegakannya
kontrak, dan memilih subjeknya. orang tertentu saja, melainkan berkekuatan hukum tetap baik
berlaku di mana pun dan bagi siapa mengabulkan atau menolak, tidak
pun. Jangan sampai ada pelaku dapat diperiksa kembali untuk
kejahatan internasional yang lolos kedua kalinya
dari hukuman.
Asas Itikad baik: dalam setiap Asas Nasional Aktif: Lex temporis delicti = perbuatan Lex niminen cogit ad impossibilia =
pembuatan perjanjian didasarkan menitikberatkan subjek hukum seseorang harus diadili menurut Undang-Undang tidak memaksa
pada asas itikad baik, tak melanggar sebagai warga negara tanpa aturan yang berlaku pada waktu seorangpun untuk melakukan
peraturan perUndang-Undangan, mempermasalahkan lokasi perbuatan dilakukan sesuatu yang tidak mungkin atau
serta tak melanggar kepentingan keberadaannya, sekalipun sedang di tidak masuk akal untuk dilakukan
masyarakat. luar negeri.
Asas Individualiteit = Obyek hak Nemo iudex in causa sua = tidak Equality before the law = kesamaan
kebendaan selalu merupakan ada orang yang boleh diadili oleh dihadapan hukum
barang yang dapat ditentukan (yang hakim yang berkepentingan
berwujud yang merupakan (doktrin “no conflict of interest”)
kesatuan).

16
BEBERAPA CONTOH ASAS HUKUM
PERDATA PERADILAN KENEGARAAN
Asas Totaliteit = Seseorang yang Non ultra petita = “Ne eat iudex ultra Ius cogens = doktrin bahwa hukum
mempunyai hak atas suatu barang petita partium”, arti arfiahnya: jangan normanya bersifat memaksa
maka ia mempunyai hak atas membuat hakim meminta lebih dari (peremptory norm)
keseluruhan barang itu / bagian- para pihak. Prinsip ini dimaknai bahwa
bagian yang tidak tersendiri. pengadilan/hakim dilarang memutus
melebihi dari apa yang dimohonkan
Asas Onsplitsbaarheid = Pemisahan Ex aequo et bono = doktrin ini Ne Bis Vexari Rule = asas yang
dari zakelijkrechten tidak dimaknai bahwa pada prinsipnya demi menghendaki agar setiap tindakan
diperkenankan, tetapi pemilik dapat keadilan pengadilan/hakim dapat administrasi negara harus didasarkan
membebani hak miliknya dengan iura memutus apa yang dipandang wajar atas undang – undang dan hukum
in realiena: jadi seperti melepaskan dan adil yang diserahkan memutus
sebagian dari wewenangnya. kepadanya oleh pihak yang berperkara
Asas Publiciteit = Dalam hal Presumption of Innocence = Asas Principle of legality ( kepastian
pembebanan tanggungan atas benda Seseorang harus dianggap tidak hukum ) = Asas yang menghendaki
tidak bergerak (Hipotik) maka harus bersalah sebelum dinyatakan bersalah dihormatinya hak yang telah diperoleh
didaftarkan didalam register umum oleh putusan pengadilan yang telah seseorang berdasarkan keputusan
mempunyai kekuatan hukum tetap badan atau pejabat administrasi
negara

17
ASAS HUKUM DALAM TATARAN EMPIRIK DI INDONESIA
Tidak sedikit undang-undang yang mencantumkan suatu asas hukum, tetapi pada waktu dibaca, ia hampir tidak
mempunyai fungsi dalam kaitan dengan undang-undang bersangkutan.
Contoh, Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu lintas Jalan merupakan contoh yang baik tentang
pencantumkan asas hukum yang tidak baik. Undang-undang tersebut mencantumkan asas-asas yang tidak
memberitahu rakyat tentang titik pandang dalam bagaimana berlalu-lintas. Menurut saya, yang disebut sebagai asas
di situ, lebih merupakan jargon-jargon P-4 (Penataran Pancasila), daripada asas hukum berlalu-lintas dalam artian
sebenarnya. Pencantuman asas seperti itu hampir tidak memberi tuntunan sama sekali dalam hal berlalu-lintas di
jalan di Indonesia.
Asas yang lebih tepat adalah yang memberikan panduan moral dalam berlalulintas.
Asas seperti itu bisa dirumuskan sebagai berikut:
(1) Dalam berkendaraan di jalan, hendaknya seorang pengendara memerhatikan orang lain;
(2) Dalam berkendaraan di jalan, hendaknya jangan menyusahkan orang lain.
Keduanya merupakan panduan moral dalam berlalu-lintas dan bisa menjadi sumber inspirasi pada saat orang
mempertanyakan apa makna pasal-pasal dalam undang-undang tersebut.

18
THANK YOU
FLORA@CONTOSO.COM

HTTP://WWW.CONTOSO.COM/

Anda mungkin juga menyukai