Anda di halaman 1dari 7

Pengertian asas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kamus Besar Bahasa Indonesia memuat tiga pengertian asas, yaitu:

1. Dasar, alas, pedoman, misalnya batu yang baik untuk alas rumah.
2. Suatu kebenaran yang menjadi pokok atau tumpuan berpikir (berpendapat dan
sebagainya); misalnya: bertentangan dengan asas-asas hukum pidana; pada asasnya yang
setuju dengan usul saudara.
3. Cita-cita yang menjadi dasar (perkumpulan negara dan sebagainya); misalnya:
membicarakan asas dan tujuan.

Pengertian asas yang relevan dengan pembahasan ini adalah pengertian yang kedua, yaitu suatu
kebenaran yang menjadi pokok atau tumpuan berpikir.

Pengertian asas hukum menurut para ahli

Pengertian asas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut sejalan dengan beberapa
pengertian asas hukum yang disampaikan oleh para ahli berikut:

Belleford

Menurut Belleford asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan yang
oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum umum
merupakan pengendapan dari hukum positif.

P Scholten

Scholten berpendapat bahwa asas hukum adalah kencenderungan-kecenderungan yang


disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum yang merupakan sifat-sifat umum
dengan keterbatasannya sebagai pembawaan hukum, tetapi tidak boleh tidak harus ada.

Elkema Hommes

Hommes berpandangan bahwa asas hukum bukanlah norma-norma hukum konkret, tetapi
landasan yang kuat dan paling luas bagi lahirnya peraturan hukum yang berlaku. Asas hukum
adalah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.

Satjipto Rahardjo

Pengertian asas hukum menurut Satjipto Rahardjo adalah unsur yang penting dan pokok dari
peraturan hukum. Asas hukum merupakan jantung dari peraturan hukum karena asas hukum
merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya peraturan hukum. Asas hukum menjadi
jembatan antara peraturan-peraturan hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis
masyarakatnya. Melalui asas hukum peraturan-peraturan berubah sifatnya menjadi bagian dari
suatu tatanan etis.
Van der Velden

Asas hukum adalah tipe putusan tertentu yang dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai
situasi atau digunakan sebagai pedoman berperilaku. Asas hukum didasarkan atas satu nilai atau
lebih yang menentukan situasi yang bernilai yang harus direalisasi.

Mohammad Daud Ali

Asas hukum menurut Mohammad Daud Ali adalah kebenaran yang digunakan sebagai tumpuan
berpikir dan alasan pendapat, terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum. Misalnya asas
hukum pidana menjadi tolok ukur dalam pelaksanaan hukum pidana.

Abdul Kadir Besar

Menurut Abdul Kadir Besar asas hukum adalah pangkal tolak daya dorong normatif bagi proses
dinamik pembentukan hukum yang tidak terjangkau oleh segala pengaruh dari luar dirinya yang
merupakan dasar normatif pembentukan hukum. Asas hukum merupakan konsep-konsep
pembimbing bagi pembentukan hukum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dikonkretkan
dalam bentuk norma.

Moh. Koesnoe

Koesnoe berpendapat bahwa asas hukum merupakan pokok ketentuan atau ajaran yang berdaya
cukup menyeluruh terhadap segala persoalan hukum di dalam masyarakat yang bersangkutan.
Asas hukum juga berlaku sebagai dasar dan sumber material ketentuan hukum yang diperlukan.

A. A. Oka Mahendra

Pengertian asas hukum menurut Mahendra adalah dasar-dasar umum yang terkandung dalam
peraturan hukum yang mengandung nilai-nilai moral dan etis. Asas hukum menjadi petunjuk
arah bagi pembentukan hukum yang memenuhi nilai-nilai filosofis yang berintikan rasa keadilan
dan kebenaran, nilai-nilai sosiologis yang sesuai dengan tata nilai budaya yang berlaku di
masyarakat dan nilai yuridis yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan beberapa pengertian asas hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa asas hukum
merupakan aturan dasar dan prinsip-prinsip yang abstrak dan pada umumnya melatarbelakangi
peraturan konkret dan pelaksanaan hukum. Asas hukum merupakan pikiran dasar yang umum
dan abstrak atau merupakan latar belakang peraturan konkret yang terdapat dalam dan di
belakang setiap sistem hukum yang menjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan
hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau
ciri-ciri yang umum dalam peraturan konkret tersebut.

Asas hukum menjadi pikiran dasar peraturan konkret yang tersirat dalam kaidah atau peraturan
hukum konkret. Asas hukum bukan peraturan hukum, namun tidak ada hukum yang bisa
dipahami tanpa mengetahui asas-asas hukum yang ada di dalamnya. Asas hukum yang memberi
makna etis kepada peraturan-peraturan hukum serta tata hukum, sehingga untuk bisa memahami
hukum suatu bangsa, maka kita perlu menggalinya sampai kepada asas-asas hukumnya, bukan
sekadar melihat peraturan-peraturan hukumnya saja.

Asas-Asas Peraturan Perundang-Undangan

Berikut ini beberapa asas peraturan perundang-undangan, yaitu:

1. Asas setiap orang dianggap telah mengetahui undang-undang setelah diundangkan dalam
lembaran negara.
2. Asas non retroaktif, yaitu suatu undang-undang tidak boleh berlaku surut.
3. Lex specialis derogat legi generali, berarti undang-undang yang bersifat khusus
mengesampingkan undang-undang yang bersifat umum.
4. Lex posterior derogat legi priori, yaitu undang-undang yang lama dinyatakan tidak
berlaku apabila ada undang-undang baru yang mengatur hal yang sama.
5. Lex superior derogat legi inferior, artinya peraturan yang lebih tinggi derajatnya
mengesampingkan peraturan yang derajatnya di bawahnya.
6. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat. Ini berarti siapapun tidak boleh melakukan
uji materiil atas isi undang-undang kecuali oleh Mahkamah Konstitusi.

Asas-Asas yang Dianut dalam Undang-Undang Dasar 1945

Asas-asas yang dianut dalam Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari:

1. Asas kekeluargaan yang diatur dalam Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945,
yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
2. Asas kedaulatan rakyat, yakni kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
3. Asas pembagian kekuasaan, dimana kekuasaan dibagi atas kekuasaan legislatif (Dewan
Perwakilan Rakyat), kekuasaan eksekutif (Pemerintah) dan kekuasaan yudikatif
(Kehakiman).
4. Asas negara hukum dengan prinsip Rule of Law. Ciri-cirinya meliputi pengakuan dan
perlindungan hak asasi manusia, peradian yang bebas dan legalitas dalam segala
bentuknya.
5. Asas kewarganegaraan yang terdiri dari:
o Ius Sanguinis yang menetapkan kewarganegaraan seseorang berdasarkan atas
keturunan/pertalian darah.
o Ius Solli yang menetapkan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
tempat/negara kelahiran.

Asas-Asas yang Berlaku dalam Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana

Hukum pdana merupakan hukum yang mengatur mengenai pelanggaran dan kejahatan terhadap
kepentingan umum, dimana pelanggaran dan kejahatan tersebut diancam dengan hukuman
berupa penderitaan atau siksaan bagi pelakunya, sedangkan hukum acara pidana berisi peraturan
yang mengatur cara alat-alat perlengkapan pemerintah melaksanakan tuntutan, memeroleh
keputusan pengadilan, serta oleh siapa keputusan pengadilan tersebut harus dilaksanakan apabila
ada seseorang atau kelompok orang yang melakukan perbuatan pidana.

Ada beberapa asas yang menjadi pokok dari hukum pidana dan hukum acara pidana, seperti asas
legalitas, asas culpabilitas, asas presumption of innocence, asas persamaan di muka hukum, serta
asas-asas lain yang selengkapnya bisa dibaca di artikel Asas-Asas dalam Hukum Pidana dan
Hukum Acara Pidana.

Asas-Asas dalam Hukum Perdata dan Hukum Acara Perdata

Hukum perdata adalah hukum yang terdiri dari berbagai aturan yang mengatur mengenai tingkah
laku setiap orang yang berhubungan dengan hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan
masyarakat maupun pergaulan keluarga, sedangkan hukum acara perdata berisi aturan-aturan
mengenai cara menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim.

Hukum perdata dan hukum acara perdata dilandaskan pada beberapa asas seperti asas kebebasan
berkontrak, asas pacta sunt servanda, asas konsensualitas, asas actio pauliana, serta berbagai
asas lainnya yang dirangkum dalam artikel Asas-Asas dalam Hukum Perdata dan Hukum Acara
Perdata.

Asas-Asas dalam Hukum Tata Negara

Berikut ini beberapa asas dalam hukum tata negara:

 Asas ius sanguinis, merupakan asas untuk menentukan kewarganegaraan seseorang


berdasarkan pertalian darah atau keturunan dari orang yang bersangkutan.
 Asas ius soli, adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
tempat/negara di mana orang tersebut dilahirkan.
 Asas bipatride, yaitu asas di mana seseorang dimungkinkan mempunyai
kewarganegaraan rangkap.
 Asas apatride, berarti seseorang yang sama sekali tidak memiliki kewarganegaraan.
 Asas desentralisasi, adalah asas di mana urusan pemerintahan yang telah diserahkan oleh
pemerintah pusat kepada daerah sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan wewenang
pemerintah daerah yang bersangkutan.
 Asas dekonsentralisasi, adalah asas dimana urusan pemerintah pusat yang tidak dapat
diserahkan kepada pemerintah daerah dilakukan oleh perangkat pemerintah pusat di
daerah yang bersangkutan.
 Asas medebewind, berarti tugas pembantuan, yakni penentuan kebijaksanaan
perencanaan dan pembiayaan tetap di tangan pemerintah pusat, tetapi pelaksanaannya ada
pada pemerintah daerah.
 Asas welfare state atau negara kesejahteraan, merupakan asas dimana pemerintah pusat
bertugas untuk menjaga keamanan dalam arti yang seluas-luasnya dengan mengutamakan
kesejahteraan rakyat.
 Asas prior restraint atau kendali dini, adalah suatu asas yang mempunyai makna
pencegahan untuk mengadakan unjuk rasa setelah memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan.
 Asas non-lisensi, yaitu asas yang lebih terkait dengan kemerdekaan atau kebebasan
menyampaikan pendapat dalam bentuk tulisan.
 Asas naturalisasi atau pewarganegaraan, merupakan asas dimana seseorang yang telah
dewasa dapat mengajukan permohonan menjadi warga negara (Indonesia) melalui
pengadilan negeri.

Asas-Asas dalam Hukum Administrasi Negara dan Peradilan Administrasi

Ada beberapa asas yang menjadi landasan dari berlakunya hukum administrasi di Indonesia,
seperti asas Asas Ne Bis Vexari Rule, Asas principle of legality atau asas kepastian hukum, Asas
Audit Et Alteram Partem, serta berbagai asas lainnya. Uraian lengkapnya silahkan baca artikel
Asas-Asas dalam Hukum Administrasi Negara dan Peradilan Administrasi.

Asas-Asas dalam Hukum Internasional dan Hukum Perdata Internasional

Berikut ini beberapa asas yang berlaku dalam hukum internasional dan hukum perdata
internasional:

 Asas independent atau asas kemerdekaan, berarti suatu negara berdiri sendiri, merdeka
dari negara lain.
 Asas exteritorial, berarti seorang diplomat/duta besar yang ditugaskan di suatu negara
harus dianggap berada di luar wilayah negara di mana dia ditempatkan tersebut.
 Asas souvereignity, berarti kedaulatan suatu negara mempunyai kekuasaan yang tertinggi.
 Asas reciprocitet, mengandung pengertian apabila suatu negara menerima duta dari
negara sahabat, maka negara itu juga harus mengirimkan dutanya.
 Asas statuta mixta, yakni dalam menghukum suatu perbuatan, digunakan hukum negara
di mana perbuatan itu dilakukan.
 Asas personalitas, merupakan asas untuk menentukan status personal pribadi seseorang,
yaitu hukum yang berlaku bagi dirinya adalah hukum nasionalnya/negaranya (lex
partriae).
 Asas teritorialitas, adalah asas yang menentukan bahwa hukum yang berlaku bagi
seseorang adalah hukum negara di mana dia berdomisili.
 Mobilia personam sequuntur, berarti status hukum benda-benda bergerak mengikuti
status hukum orang yang menguasainya.
 Lex Rei Sitae, Lex Situs, artinya status hukum benda tidak bergerak (benda tetap) tunduk
kepada hukum di mana benda itu berada (statuta realia).
 Lex loci contractus, berarti dalam perjanjian perdata internasional, hukum yang berlaku
adalah hukum negara di mana perjanjian tersebut dibuat.
 Lex loci solotionis, yaitu hukum yang berlaku adalah hukum negara di mana perjanjian
itu dilaksanakan.
 Lex loci delicti commisi, artinya apabila terjadi perbuatan melanggar hukum/wanprestasi,
maka yang berlaku adalah hukum negara di mana penyelewenangan perdata itu terjadi.
 Lex fori, adalah dalam hal terjadi penyelewenangan perdata, maka hukum yang berlaku
adalah hukum negara di mana perkara tersebut diadili.
 Lex loci actus, berarti hukum yang berlaku adalah hukum di mana dilakukannya suatu
perbuatan hukum.
 Lex partriae, artinya hukum yang berlaku bagi para pihak atau salah satu pihak dalam
berperkara adalah hukum kewarganegaraannya.
 Lex locus delicti, berarti hukum yang berlaku untuk menyelesaikan suatu perkara adalah
hukum di mana perbuatan hukum tersebut dilakukan.
 Lex causae, maksudnya adalah hukum yang akan digunakan adalah hukum yang berlaku
bagi persoalan pokok (pertama) yang mendahului persoalan yang akan diselesaikan
kemudian.
 Lex actus, berarti hukum yang berlaku adalah hukum dari negara yang mempunyai
hubungan erat dengan transaksi yang dilakukan
 Lex originis, adalah suatu asas hukum yang menyangkut ketentuan hukum mengenai
status dan kekuasaan atas subyek hukum tetap berlaku di luar negeri.
 Lex loci celebrationis adalah syarat formalitas berlangsungnya perkawinan, yaitu berlaku
hukum dari negara di mana perkawinan tersebut dilangsungkan (locus regit actum).
 Asas monogami, adalah asas dalam suatu perkawinan di mana seorang laki-laki hanya
boleh memiliki seorang perempuan sebagai istri dan seorang perempuan hanya boleh
memiliki seorang suami.
 Asas poligami, merupakan suatu asas di mana dalam suatu perkawinan seorang laki-laki
diperbolehkan memiliki lebih dari seorang istri.
 Asas Resiprositas, adalah asas timbal balik atau pembalasan. Asas ini biasanya berlaku
dalam hal hak dan kewajiban suatu negara terhadap negara lain. Contohnya adalah
putusan arbitrase di luar negeri akan dilaksanakan di Indonesia apabila negara lain
tersebut mau melaksanakan putusan arbitrase yang diputuskan di Indonesia.

Asas-Asas Hukum Pajak

Berikut ini beberapa asas yang berlaku dalam hukum pajak:

 Asas legal, yaitu setiap pungutan pajak harus didasarkan atas undang-undang.
 Asas domisili (tempat tinggal), yaitu negara di mana seorang wajib pajak berkediaman,
berhak untuk mengenakan pajak terhadap wajib pajak tersebut dari semua pendapatan di
mana saja pendapatan tersebut diterima.
 Asas sumber, adalah cara pemungutan pajak yang tergantung atau didasarkan pada
adanya sumber di suatu negara. Negara di mana sumber-sumber penghasilan itu berada,
berhak untuk memungut pajak, dengan tidak mengingat di mana wajib pajak berada.
 Asas kepastian hukum, merupakan asas yang menentukan bahwa pada hakikatnya
ketentuan perpajakan tidak menimbulkan pengertian ganda agar tidak menimbulkan
kesempatan untuk melakukan penyimpangan.
 Asas sederhana, maksudnya adalah peraturan perpajakan haruslah sederhana, sehingga
tidak terjadi berbagai penafsiran.
 Asas adil, artinya adalah pajak ditekankan pada keadilan dengan membebankan pajak
sesuai dengan daya pikul masyarakat.
 Asas ekonomis dan efisian, yaitu pajak dipungut untuk membangun sarana-sarana bagi
kepentingan masyarakat (kurang mampu) dan dengan biaya pungutan yang serendah-
rendahnya.
 Asas nondistorsi, yakni pajak tidak boleh menimbulkan distorsi ekonomi, inflasi, efek
psikologikal dan kerusakan-kerusakan.
Asas-Asas Hukum Agraria

Hukum agraria di Indonesia dilandasi oleh beberapa asas, yaitu:

 Asas dikuasai oleh negara, yang menyatakan bahwa bumi, air dan ruang angkasa
termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara. Arti
dikuasai dalam asas ini berbeda dengan dimiliki. Asas ini terdapat di Pasal 33 ayat (3) jo.
Pasal 2 Undang-Undang Pokok Agraria.
 Asas hak milik berfungsi sosial, maksudnya adalah penggunaan tanah hak milik tetap
harus diesesuaikan dengan keadaannya dan sifat daripada haknya, sehingga
mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan terhadap pemilik maupun
masyarakat luas.
 Asas nasionalisme, mengandung makna bahwa tanah yang dikuasai oleh negara hanya
disediakan untuk warga negara. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 21 ayat (1)
Undang-Undang Pokok Agraria yang menentukan ahwa hanya warga negara Indonesia
yang boleh mempunyai hak milik.
 Asas non diskriminasi, makna dari asas ini adalah negara tidak boleh membedakan
angara warga negara, baik warga negara dari penduduk asli (dahulu disebut pribumi)
maupun warga negara keturunan asing.
 Asas pemilikan horizontal (horisontale scheiding bigensel), merupakan asas yang
memisahkan kedudukan benda-benda yang ada di atas tanah di mana benda-benda itu
berada.

Anda mungkin juga menyukai