Anda di halaman 1dari 3

(Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2010)

Nama : Fakhira Kamila Ainurrafik

Npm : 2010601002

Instansi : Universitas Tidar

Mata Kuliah : Perlindungan Konsumen

Pertanyaan

Jelaskan mengenai larangan kartel, dan dimana diatur serta berikan contoh kasus yang pernah
terjadi!

Jawab

Kartel adalah kerjasama sejumlah perusahaan yang bersaing untuk mengkoordinasi kegiatannya
sehingga dapat mengendalikan jumlah produksi dan harga suatu barang dan atau jasa untuk
memperoleh keuntungan diatas tingkat keuntungan yang wajar. (Komisi Pengawas Persaingan
Usaha, 2010)

Adanya kartel dapat merugikan perekonomian, karena kartel memaksa konsumen untuk membayar
suatu produk lebih mahal, produk tersebut dapat berupa barang mewah maupun barang yang
menjadi keperluan masyarakat, serta dapat menyebabkan inefisiensi alokasi yang berdampak pada
pengendalian harga di mana para pelaku usaha yang setuju melakukan kegiatan seperti pembatasan
jumlah produksi. (Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2010)

Selain itu, kondisi apabila para pelaku usaha yang melakukan kartel:

1. Jika permintaan tidak elastis, konsumen tidak mudah untuk pindah ke produk atau jasa lain
yang menyebabkan harga suatu produk atau jasa akan lebih tinggi. Dan jika, produk atau
jasa tersebut dalam kondisi sulit untuk barang subtitusi masuk ke pasar yang menyebabkan
barang atau jasa lain tidak terdapat di pasar, maka harga akan tetap tinggi.
2. Kemungkinan yang kecil kartel akan terungkap dan jika diketahui, maka hukuman akan
dijatuhkan relatif rendah dan menyebabkan anggota kartel merasa untung.
3. Biayanya pengeluaran lebih rendah untuk terjadinya kartel dibandingkan keuntungan yang
diharapkan.

Di berbagai negara, pengalaman kartel dapat mencapai 400% diatas harga pasar, sehingga adanya
kartel dapat mengakibatkan kerugian mencapai miliaran atau bahkan triliunan rupiah. Kartel
dianggap berbahaya karena para pelaku yang melakukan kartel memiliki kesepakatan melakukan
konspirasi mengenai hal-hal yang sangat pokok dalam suatu transaksi bisnis, yakni meliputi harga,
wilayah, dan konsumen. Kartel dapat berperilaku seperti monopolis yang mampu menentukan
tingkat harga maupun jumlah produksi, sehingga dapat terjadi kerugian bagi konsumen karena
tingginya harga dan terbatasnya suatu produk barang atau jasa di pasar. (Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, 2010)
Maka, jika dilihat dampak dari praktik kartel yang dapat menghalangi terciptanya persaingan usaha
sehat dibentuklah suatu pedoman untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang larangan
kartel, yakni dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999. (Komisi Pengawas Persaingan Usaha,
2010)

Pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian,
dengan pelaku usaha saingannya, yang bermaksud mempengaruhi harga dengan mengatur produksi
dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. (Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2010)

Pasal 1 angka 7 adalah perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu
atau lebih usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis. (Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, 2010)

Contoh kasus yang pernah terjadi:

Putusan KPPU Nomor 10/KPPU-L/2005 mengenai kartel garam bahan baku di Sumatra Utara.

Pada awalnya kasus ini terjadi karena adanya laporan dari masyarakat yang mengalami kesulitan
melakukan pengiriman garam sebagai bahan baku ke Sumatera Utara, serta terjadi kesulitan
melakukan pembelian garam, di Sumatera Utara. Dalam kasus ini dilaporkan beberapa pelaku usaha
dengan inisial PT. G, PT. B, dan PT GA dengan PT GR, PT SP, UD JW, dan UD SS. (Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, 2010)

Fakta yang didapatkan dari hasil pemeriksaan yaitu adanya sebuah kesepakatan yang dilakukan
secara lisan oleh PT G, PT B dan PT GA dengan PT GR, PT SP, UD JW, dan UD SS. Isi kesepakatan
secara lisan tersebut adalah untuk menetapkan harga produk PT G lebih tinggi dibandingkan dengan
harga produk pada PT B dan PT GA. Dan juga adanya pemberian harga tinggi pada garam yang di beli
oleh perusahan di luar PT GA dan UD SS. (Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2010)

Apabila kita lihat, koordinasi yang terjadi antara PT. G, PT. B, dan PT GA dengan PT GR, PT SP, UD JW,
dan UD SS untuk bersama-sama melakukan pengontrolan pasokan dan pemasaran garam bahan
baku di Sumatera Utara mencerminkan struktur pasar yang bersidat oligopolistik, yaitu:

1. Persaingan semu diantara G3 dalam bentuk pengontrolan jumlah pasokan dan kebijakan
penetapan harga jual garam bahan baku.

2. Sistem pemasaran yang menciptakan hambatan bagi pelaku usaha selain G3.

3. Konsumen harus menanggung harga yang relatif tinggi dan tidak wajar karena sistem pemasaran
dimana jumlah pasokan garam belum tentu sama dengan permintaan konsumen.

Berdasarkan bukti tersebut, mereka dinyatakan sah bersalah dan diyakinkan melanggar Pasal 11
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, dan dikenakan kepada PT G, PT B, PT GA. Mereka para pelaku yang menggunakan kartel
dinyatakan oleh KPPU merupakan pelaku usaha yang menguasai pasokan dan pemasaran garam di
Sumatera Utara dan terbukti telah mengontrol pasokan dan pemasaran garam bahan baku di
Sumatera Utara. Suatu kartel sebagaimana diatur dalam Pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 1999 juga
dapat terjadi apabila beberapa perusahaan A, B, C, D, E dan F yang memproduksi suatu barang atau
jasa yang sama mengadakan konspirasi dan membentuk suatu kartel. Para pegawai senior atau
pimpinan perusahaan A, B, C, D dan E secara rutin mengadakan pertemuan dan menetapkan kuota
produksi atau banyaknya produksi dari masing-masing perusahaan. Kuota produksi ini disepakati
dapat berubah-ubah sesuai dengan kesepakatan diantara mereka. Produksi selalu disesuaikan
dengan permintaan pasar dan produksi oleh pelaku usaha yang bukan anggota dari Kartel. Secara
keseluruhan pangsa pasar dari semua anggota kartel adalah diatas 60%, sehingga mempunyai
kekuatan untuk mengatur jumlah produksi dan harga. Sebagai akibat dari kartel ini, maka harga
barang di pasar bisa diatur. (Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2010)

Anda mungkin juga menyukai