Anda di halaman 1dari 2

Nama: Fakhira Kamila Ainurrafik

Npm: 2010601002
Semester: 4
Instansi: Universitas Tidar

Soal
Kenapa KY masuk ke dalam konstitusi, padahal ky bukan kekuasaan kehakiman?

Jawab
Apabila kita melihat dari sejarahnya Komisi Yudisial (KY) dibentuk pada saat adanya
amandemen ke 3 UUD NRI 1945, MPR menambahkan satu pasal dalam bab kekuasaan
kehakiman pada pasal 24B mengenai Komisi Yudisial (KY). Kemudian juga aturan
mengenai KY diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial.
Kewenangan KY sendiri dibentuk dengan 2 kewenangan konstitutif yaitu:
(1) Mengusulkan pengangkatan hakim agung; dan
(2) Mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormotan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.1
KY dibentuk berdasarkan tuntutan reformasi ketatanegaraan, dan amanah dari UUD
1945, untuk menjaga indepensi hakim dalam memutuskan perkara, dan mengurangi
permainan jual beli perkara. Maka dari itu KY dibentuk sebagai lembaga negara baru yang
berada di luar kekuasaan kehakiman untuk terciptanya mekanisme check and balance.
Namun, apabila kita lihat dengan jelas kewenangan KY hanya sebatas penunjang
kekuasaan kehakiman yaitu untuk menjaga harkat, martabat, dan perilaku hakim (baik itu
hakim konstitusi), dan memilih hakim agung. 2 Kewenangan KY tidak sama dengan
kekuasaan kehakiman tapi pengaturannya berada dalam kekuasaan kehakiman, serta
fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman (dalam penjelasan umum Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial).3

Kekuasaan kehakiman memerlukan akuntabilitas. Pengawasan internal tidak cukup


untuk membangun akuntabilitas yang diperlukan. Maka independensi dan akuntabilitas
kekuasaan kehakiman sama-sama diperlukan, dan tidak bertentangan satu dengan yang
lain. Dari gagasan tersebut akhirnya berkembang dengan membentuk lembaga KY dengan
diberi kewenangan yang luas pada tingkat daerah untuk melakukan rekrutmen hakim dan
promosi hakim, serta pada tingkat nasional untuk mencalonkan hakim agung. KY diberi
kewenangan untuk menegakkan akuntabilitas kekuasaan kehakiman, tanpa mencampuri
kewenangan independen hakim untuk memeriksa dan memutus sebuah perkara. Kemudian
juga gagasan yang kedua, KY terdiri dari pakar dan tokoh yang mumpuni memiliki
wewenang dan tugas untuk mencalonkan hakim agung kepada DPR dan untuk menjaga
dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim.
MPR berpendapat bahwa KY memang perlu dibentuk oleh UUD yang secara
sistemik diperlukan sebagai bagian dari konstitusi karena perannya yang melekat pada
eksistensi kekuasaan kehakiman yang merdeka dan akuntabel.4
1
Dikutip dari http://mappifhui.org/wp-content/uploads/2015/10/Positioning-Paper-KY_.pdf pada pukul
20.00
2
Dikutip dari http://mappifhui.org/wp-content/uploads/2015/10/Positioning-Paper-KY_.pdf pada pukul
20.00
3
Dikutip dari https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/-53-eda16852be02a23ce9edc564ef74c4d7.pdf
pada pukul 08.09
4
Dikutip dari https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11572 pukul 19.00
Soal
A dan B menikah beragama islam, kemudian setelah 5 tahun menikah A dan B pindah
agama kemudian bercerai, maka masuk pengadilan manakah jika A dan B mengajukan
perceraian?

Jawab
Menurut saya perceraian dapat dilakukan di Peradilan Agama. Pasal 1 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama menyebutkan bahwa
Peradilan Agama adalah peradilan bagi orang-orang beragama Islam. Apabila dilihat dari
pasal tersebut, Peradilan Agama hanya diperuntukan bagi pemeluk agama islam saja.
Namun, peradilan agama tidak hanya melihat dari sisi indentitas dari pihaknya saja tetapi
juga melihat peristiwa hukum yang terjadi, apabila peristiwa tersebut dilakukan berdasarkan
hukum islam, maka penyelesaiannya juga harus berdasarkan hukum islam.5
Dalam pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan
bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut agama dan kepercayaannya.
Artinya, suatu perkawinan menjadi rusak atau putus ketika adanya suatu kejadian, yaitu
kejadian yang mana menurut hukum agamanya dan kepercayaannya dapat menghilangkan
keabsahan perkawinan tersebut.6
Menurut pandangan Hukum Islam, apabila dalam suatu perkawinan salah satu pihak
dari suami atau istri berpindah agama (murtad), yaitu keluar agama islam kepada agama
selain islam, maka perkawinannya menjadi batal dan keduanya harus segera dipisahkan.7
Contoh kasus pereceraian dikarenakan pindah agama yaitu ada pada salah satu
Peradilan Agama yang ada di Wilayah Pengadilan Tinggi Agama Manado (Provinsi Sulawesi
Utara), yakni pada Pengadilan Agama Bitung, pada Tahun 2019 menerima dan memeriksa
perkara gugatan dengan alasan murtad dari masyarakat yang berada di wilayah yuridiksi
Pengadilan Agama Bitung. 8

5
Dikutip dari https://repository.iain-manado.ac.id/95/1/NURAFNI%20ANOM.pdf
6
Dikutip dari https://repository.iain-manado.ac.id/95/1/NURAFNI%20ANOM.pdf pada pukul 08.30
7
Dikutip dari https://repository.iain-manado.ac.id/95/1/NURAFNI%20ANOM.pdf pada pukul 08.30
8
Dikutip dari https://repository.iain-manado.ac.id/95/1/NURAFNI%20ANOM.pdf pada pukul 08.30

Anda mungkin juga menyukai