SWT, karena dengan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah
Peradilan Agamadi Indonesia dengan judul “Pengadilan Agama Pada Masa Orde
Dan tak lupa Sholawat serta salam semoga selalu tercurah ke pangkuan
Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi yang akan kami presentasikan
dan merupakan implementasi dari program belajar aktif oleh Dosen pengajar mata
dan kekhilafan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
kepada umat islam dengan lingkup kewenangan yang khusus pula,baik perkaranya
B. RUMUSAN MASALAH
reformasi.
PEMBAHASAN
kebijakan bahwa, segala urusan mengenai peradilan baik yang menyangkut teknis
yudisial maupun urusan organisasi, administrasi, dan finansial berada satu atap
yudikatif dengan tujuan untuk memantapkan posisi lembaga peradilan pada segi-
selanjutnya dimasukkan dalam satu atap (one roof system) dibawah Mahkamah
permasalahan dan yang jauh lebih berat adalah menyangkut hukum materiil
UU No. 7 Tahun 1989 tentang peradilan agama yang disetujui DPR tanggal 21
Februari 2006. UU ini muncul sebagai konsekuensi adanya UU No.4 Tahun 2004.
Pada Pasal 2 UU No. 3 Tahun 2006 tersebut ditegaskan bahwa, peradilan agama
adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di
lingkungan Peradilan Militer, Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh
Agustus 1999 tentang Perubahan Atas UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-
1
Jaenal Arifin, Peradilan Agama Dalam Bingkai Reformasi Hukum Di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media, 2008), hlm.14-15
Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman sebagai realisasi awal dari semangat
Kehakiman adalah karena UU ini dinilai telah menyimpang dari UUD 1945
1999 ini merupakan koreksi atas UU No. 14 Tahun 1970 dan sebagai jembatan
Agung, baik secara teknis yudisial maupun secara adminstrasi, organisasi dan
Mahkamah Agung.
dilakukan secara bertahap, paling lama 5 tahun sejak UU ini mulai berlaku
Presiden.
No. 4 Tahun 2004 ini adalah untuk merealisasikan amanat dari UU No. 35 Tahun
dan fungsi yang diberikan kepada Peradilan Agama semakin luas dan mantap
bersumber dari Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 yang menetapkan bahwa
konsisten dengan Pasal 2 ayat (2) UUD 1945 tersebut, maka Pasal 2 UU
subjek yang mengerjakan sesuatu atas inisiatif, perintah atau ide pihak
lain. Sedang ‘pelaku’ adalah subjek yang memiliki ide, kewenangan dan
tidak ada lagi dan kemandirian serta kemerdekaan hakim diharapkan lebih
terjamin.
4. Dialihkannya tata cara sumpah hakim dari praktik “diambil sumpah” oleh
hakim, dan pengangkatan hakim agung. Hal ini tidak pernah ada
sebelumnya.
struktur organisasi, tugas dan fungsi, sumberdaya manusia, finansial, dan sarana
kekokohannya pada tahun 2001, saat disepakatinya perubahan ketiga UUD 1945
oleh MPR. Dalam Pasal 24 UUD 1945 hasil amendemen, secara eksplisit
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Setelah lahirnya UU No. 3 Tahun 2006
tersebut semakin kokohlah kekuasaan dan kewenangan peradilan agama. Hal lain
yang penting dalam kedudukan peradilan agama di era reformasi adalah dalam hal
Tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama yang
tahun 2006. Yakni ketika status Badan Peradilan Agama yang awalnya hanya
pada saat bersamaan juga membuka peluang bagi pengembangan karir pegawai.2
menyelesaikan perkara; perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, dan
perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989. Akan tetapi status peraturan perundang-
undangan yang lama tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan undang-
undang ini.
kewenangan antara peradilan agama dengan peradilan umum. Ada beberapa irisan
dan titik singgung antara keduanya, khususnya menyangkut hak opsi dan sengketa
kepemilikan.4
asas-asas yang berlaku pada pengadilan agama pada dasarnya hampir sama
5
b. Asas kebebasan.
menambahkan beberapa asas lagi yang itu juga tercamtum dalam UU No. 4 Tahun
2004 yaitu:6
acto).
6
Ibid., hlm. 355-356
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
UU No. 35 Tahun 1999, UU No. 4 Tahun 2004 dan UU No. 3 Tahun 2006.
struktur organisasi, tugas dan fungsi, sumberdaya manusia, finansial, dan sarana
B. Penutup
Demikian makalah sederhana ini kami susun. Terima kasih atas antusias
dari pembaca yang telah sudi menelaah dan mengimplementasikan isi makalah
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kelompok kita pada
khususnya juga para pembaca yang dirahmati Allah Azza wa Jalla. Amiin
DAFTAR PUSTAKA
Jaenal Arifin, Peradilan Agama Dalam Bingkai Reformasi Hukum Di Indonesia, (Jakarta: Prenada
Pasal 2 ayat (2) UUD 1945 jo Pasal 2, 4 ayat (2), 10, dan 31 UU No. 4 Tahun 2004.
A Mukti Arto, Peradilan Agama Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Jaenal Arifin, Peradilan Agama Dalam Bingkai Reformasi Hukum Di Indonesia, (Jakarta: Prenada
Ibid., hlm.327-337
Ibid., hlm.337-342
Ibid., hlm.344-348