NIM : 210710101128
Mata Kuliah : Hukum Acara Peradilan Agama
3. Tergantung pada perspektif individu, terutama para ahli hukum, akademisi, dan
praktisi hukum di Indonesia, pertanyaan apakah perubahan dalam pasal-pasal undang-
undang dianggap sebagai perbaikan atau penurunan sistem Pengadilan Agama di
Indonesia adalah subjektif. Perubahan undang-undang dapat dianggap sebagai
perbaikan jika mereka meningkatkan keadilan, kejelasan, atau efisiensi sistem
peradilan agama. Perubahan yang memperjelas hak dan tanggung jawab para pihak,
atau meningkatkan akses ke keadilan dapat dianggap sebagai perbaikan. Sebaliknya,
jika perubahan mengurangi hak-hak individu, transparansi, atau standar keadilan,
perubahan tersebut dapat dianggap sebagai penurunan dalam pengaturan sistem
peradilan agama. Misalnya, jika perubahan menghalangi hak hakim untuk membuat
keputusan independen atau mengurangi akses masyarakat ke peradilan, perubahan
tersebut dapat dianggap sebagai penurunan dalam pengaturan sistem peradilan agama.
Oleh karena itu, teks undang-undang tersebut serta konsekuensi praktisnya terhadap
sistem peradilan agama harus diperiksa secara menyeluruh untuk menentukan apakah
perubahan dalam pasal-pasal undang-undang tersebut dianggap sebagai peningkatan
atau penurunan dalam struktur Pengadilan Agama di Indonesia. Selain itu, perspektif
praktisi hukum dan ahli hukum dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang masalah ini.Pengadilan Agama hanya berwenang menangani perkara
perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf dan shadaqah. Undang-Undang No.
3/2006 yang merubah Undang-Undang No. 7/1989 kemudian memperluas
kewenangan Pengadilan Agama. Dalam pasal 49 kewenangan tersebut ditambah
dengan penangan perkara zakat, infaq dan ekonomi syari’ah. Sementara itu Undang-
Undang tentang Peradilan Agama yang baru, No. 50/2009 memuat
perubahan/tambahan baru diantaranya sebagai berikut: Pengadilan khusus di
lingkungan Peradilan Agama, Hakim Adhoc di Peradilan Agama, Pengawasan
Internal oleh MA dan eksternal oleh KY, Putusan bisa dijadikan dasar mutasi, Seleksi
pengangkatan hakim dilakukan oleh MA dan KY, Pemberhentian hakim atas usulan
MA dan atau KY via KMA, Tunjangan hakim sebagai pejabat Negara. Kewenangan
baru lainnya dari UU No. 3 tahun 2006 ini adalah dalam hal penyelesaian sengketa
hak milik antara sesama orang Islam dan pemberian itsbat kesaksian rukyat hilal
dalam penentuan awal bulan pada tahun hijriyah, serta pemberian keterangan atau
nasihat mengenai perbedaan penentuan arah kiblat danpenentuan waktu sholat,
Sedangkan Undang-Undang tentang Peradilan Agama yang baru, No. 50 tahun 2009
memuat perubahan/tambahan baru diantaranya sebagai berikut:
Pengadilan khusus di lingkungan Peradilan Agama
Hakim Adhoc di Peradilan Agama
Putusan bisa dijadikan dasar mutase
Seleksi pengangkatan hakim dilakukan oleh MA dan KY
Pemberhentian hakim atas usulan MA dan atau KY via KMA
Tunjangan hakim sebagai pejabat Negara
Usia pensiun hakim 65 bagi PA dan 67 bagi PTA. Panitera/PP, 60 PA dan 62PTA
Pos Bantuan Hukum di setiap Pengadilan Agama
Jaminan akses masyarakat akan informasi pengadilan, dan
Ancaman pemberhentian tidak hormat bagi penarik pungli