Kiprah Komisi Yudisial (KY) sejak dibentuk pada 2005 hingga kini tidak
sebanding dengan misi suci yang diembannya. Upaya memperjuangkan negeri ini
agar terbebas dari korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) dengan cara mengawasi kode
etik dan perilaku hakim-hakim yang masih belum tercapai. Praktik mafia peradilan
terjadi karena tidak ada sistem pengawasan terpadu dan handal. Tidak dapat
disanggah, secara konstitusional posisi KY sangat dipercaya. Kehadiran KY
penting bukan saja dalam rangka memerangi bahaya laten korupsi yang melibatkan
oknumoknum di lembaga peradilan, namun juga mencetak hakim-hakim yang
bermartabat dan menjunjung tinggi etika.
1
Kedua, kredibilitas KY didasarkan bahwa proses penuangannya dalam UUD
1945 hasil perubahan 1999-2002 merupakan kreasi dan inovasi konstitusional.
Harapan pembentukan lembaga negara tersebut untuk meletakkan dasar
pemerintahan yang baik dan bersih, termasuk penegakan hukum yang terbuka,
handal, berkeadilan, dan penuh pertanggungjawaban.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
orang yang terseleksi karena kualitas dan integritasnya bukan karena ada
kepentingan-kepentingan lain.
2.2. Kewenangan, Tugas dan Fungsi Komisi Yudisial (KY) berdasarkan undang-
undang terbaru.
a. Kewenangan Komisi Yudisial (KY)
Sesuai Pasal 13 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi
Yudisial, Komisi Yudisial mempunyai wewenang:
1) Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah
Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan;
2) Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim;
3) Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH)
bersama-sama dengan Mahkamah Agung;
4) Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman
Perilaku Hakim (KEPPH).
4
− Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Hakim;
− Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan
dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara
tertutup;
− Memutus benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim,
− Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang
perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan
kehormatan dan keluhuran martabat hakim.
2) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi Yudisial juga
mempunyai tugas mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan
hakim;
3) Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Komisi
Yudisial dapat meminta bantuan kepada aparat penegak hukum untuk
melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan dalam hal adanya
dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim oleh
Hakim.
4) Aparat penegak hukum wajib menindaklanjuti permintaan Komisi Yudisial
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
5
5) membuat laporan hasil pemeriksaan yang berupa rekomendasi dan
disampaikan ke Mahkamah Agung dan/Mahkamah Konstitusi, serta
tindasannya disampaikan kepada Presiden dan DPR”.
Didalam UUD 1945 komisi yudisial terdapat dalam pasal 24B UUD 1945
yang mempunyai wewenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan,keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Dalam masalah pengawasan
hakim dilihat posisi KY yang terdapat pada pasal 24B UUD 1945 yang dipandang
hanya terkait dengan ketentuan pasal 24A UUD 1945 yang jadi dapat dikatakan
maksud pengawasan hakim disini ialah pengawasan terhadap hakim agung.
Namun, didalam undang-undang nomor 22 tahun 2004 tentang komisi yudisial
hakim konstitusi juga dimasukkan kedalamnya. Ketentuan ini mengakibatkan
lumpuhnya kedudukan Mahkamah Konstitusi dalam menghadapi kenyataan
timbulnya persengketaan kewenangan konstitusional antara Mahkamah Agung dan
KY. Oleh karena itu diadakanlah judicial review oleh MK yang menghasilkan
putusan MK No. 005/PUU-IV/2006 yang memangkas kewenangan KY tersebut
menyatakan perilaku hakim konstitusi tidak lagi menjadi objek pengawasan oleh
komisi yudisial. Disamping itu, dipastikan pula bahwa komisi yudisial sebagai
supporting institution. Pandangan MK dari putusan tersebut bahwa KY hanyalah
supporting institution dapat diterima dalam kaitannya dengan kekuasaan
kehakiman dalam artian KY bukanlah lembaga pemegang kekuasaan kehakiman
seperti MA dan MK. Akan tetapi, dapatlah ditegaskan bahwa sebagai lembaga
pengawas eksternal kedudukan KY bukan supporting melainkan dapat juga disebut
sebagai main institution. Oleh sebab itu, sebagai lembaga Negara kedudukan KY
tidaklah di bawah MA maupun MK, tetapi tugas dan wewenangnya tetaplah
bersifat penunjang bagi kekuasaan kehakiman.
6
BAB II
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Keberadaan KY secara konstitusional sangat lejitimit karena berada satu
rumah dengan institusi peradilan dengan jaminan pasal 24B UUD 1945. Namun
pada tingkat implementasi, KY dihadapkan pada tantangan internal dan eksternal.
Tantangan internal yang dihadapi KY adalah ambivalensi pengaturan tentang KY
dalam UUD 1945 dan struktur organisasi dan model kepemimpinan yang bersifat
kolegial. Fokus program pengawasan tidak dapat dilakukan dengan mandiri, selain
itu integritas KY menjadi kurang dipercaya masyarakat. Hal ini terjadi saat wakil
ketua KY, Irawadi Joenoes tersangkut kasus suap. Tantangan eksternal adalah
keputusan MK yang membatalkan tugas dan kewenangan KY dalam mengawasi
hakim agung dan hakim konstitusi, hal ini berakibat peran KY sebagai pengawas
eksternal menjadi jauh dari harapan. Kedua tantangan itu berpengaruh pada fungsi
KY yang kini timpang, karena fungsi pengawasan KY yang semakin terbatas pada
hakim di luar hakim MA dan MK.
Untuk meningkatkan peran KY tersebut diperlukan prioritas program yang
dijadikan acuan jangka pendek. Revisi UU Nomor 22 Tahun 2004 kepada
pemerintah dan DPR sebagai dasar kebijakan KY untuk melakukan lobi efektif.
Penambahan tugas dan kewenangan KY yang lebih mandiri dalam melakukan
pengawasan tidak sekedar turut hadir dalam pemeriksaan di Majelis Kehormatan
Hakim (MKH). Secara internal, perubahan struktur organisasi dan kepemimpinan
yang memiliki dorongan moral dan efek yang menempatkan tanggung jawab pada
seorang ketua terhadap wewenang pokok pengawasan mutlak harus dilakukan.
Kedua program ini dipandang menjanjikan mengingat kedudukan
konstitusionalitas KY dalam UUD 1945, serta kepercayaan masyarakat terhadap
KY cukup tinggi.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://www.neliti.com/publications/151370/kedudukan-komisi-yudisial-sebagai
https://komisiyudisial.go.id/frontend/static_content/authority_and_duties/about_
Indonesia” JURNAL HUKUM NO. 2 VOL. 18 APRIL 2011: 285 – 302, Fakultas