Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HUKUM TATA NEGARA

Penguatan Fungsi Komisi Yudisial Sebagai Badan


Pendukung Kekuasaan Kehakiman

1. Wiranto Cokro Aminoto (211010250309)


2. Ika Candra Dewi (211010200172)
3. Fitri Nurhayati (211010250310)
4. Ahmad miftahul choiri (211010250027)
5. Nur Ardhiansyah (211010250016)
6. Hika Transisia AP (211010200118)

Program Studi Ilmu Negara


Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang
Tahun Ajaran 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


2.1 Kedudukan Komisi Yudisial sebagai Lembaga Negara ............................ 3

2.2 Kewenangan, Tugas dan Fungsi Komisi Yudisial (KY)


berdasarkan undang-undang terbaru .......................................................... 4
a. Kewenangan Komisi Yudisial (KY) .................................................... 4
b. Tugas Komisi Yudisial (KY) ............................................................... 4
c. Fungsi Komisi Yudisial (KY) .............................................................. 5

2.3 Penguatan fungsi KY sebagai badan fungsi kekuasaan kehakiman. ......... 6

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 7


KESIMPULAN ................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komisi Yudisial Republik Indonesia, merupakan Lembaga Negara yang
bersifat mandiri dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha
mewujudkan kekuasaan kehakiman yang merdeka melalui kewenangannya
mengusulkan pengangkatan hakim agung serta melakukan pengawasan
(pengawasan eksternal) terhadap hakim sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang
transparan dan partisipati guna menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim. Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pasal 24B UUD
1945. Maka kedudukan Komisi Yudisial telah mendapatkan justifikasinya dari
konstitusi dengan memberikan kewenangan sebagai pendukung lembaga peradilan.

Kiprah Komisi Yudisial (KY) sejak dibentuk pada 2005 hingga kini tidak
sebanding dengan misi suci yang diembannya. Upaya memperjuangkan negeri ini
agar terbebas dari korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) dengan cara mengawasi kode
etik dan perilaku hakim-hakim yang masih belum tercapai. Praktik mafia peradilan
terjadi karena tidak ada sistem pengawasan terpadu dan handal. Tidak dapat
disanggah, secara konstitusional posisi KY sangat dipercaya. Kehadiran KY
penting bukan saja dalam rangka memerangi bahaya laten korupsi yang melibatkan
oknumoknum di lembaga peradilan, namun juga mencetak hakim-hakim yang
bermartabat dan menjunjung tinggi etika.

Kemunculan sejumlah kasus yang mengindikasikan praktik mafia peradilan


yang melibatkan oknum hakim membawa pertanyaan “mengapa pengawasan
terhadap hakim-hakim perlu dilakukan oleh KY? Pertama, pembentukan KY
adalah amanah konstitusional UUD 1945, yang merupakan hukum tertinggi dalam
hirarki sistem peraturan perundang-undangan (constitusion is the supreme law of
the land). 1 KY selain sebagai lembaga negara yang memiliki fungsi dan
kewenangan berkaitan dengan Mahkamah Konsitusi (MK) dan Mahkamah Agung
(MA), juga merupakan komisi negara dengan kedudukan yang kuat dalam UUD
1945.

1
Kedua, kredibilitas KY didasarkan bahwa proses penuangannya dalam UUD
1945 hasil perubahan 1999-2002 merupakan kreasi dan inovasi konstitusional.
Harapan pembentukan lembaga negara tersebut untuk meletakkan dasar
pemerintahan yang baik dan bersih, termasuk penegakan hukum yang terbuka,
handal, berkeadilan, dan penuh pertanggungjawaban.

Ketiga, melimpahnya laporan masyarakat kepada KY, fenomena yang


hampir sama dialami oleh MK. Buruknya situasi peradilan di Indonesia, tidak
sekadar karena faktor mentalitas aparat peradilan, juga karena sistem peradilan
yang mudah diintervensi oleh pemegang kekuasaan. Dalam beberapa tahun saja,
KY telah menerima 7.450 laporan dari masyarakat mengenai proses peradilan yang
janggal dan terindikasi melanggar hukum, sebanyak 2.567 laporan telah
ditindaklanjuti. Persoalan ini sangat menentukan menjadi bahan pertimbangan
dalam kepemimpinan mendatang.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka hasil kajian ini didasarkan pada :

1. Bagaimanai Kedudukan Komisi Yudisial di dalam sistem Ketatanegaraan


Indonesia ?
2. Bagaimana Kewenangan, Tugas dan Fungisi Komisi Yudisial (KY) ?
3. Mengapa perlu penguatan fungsi KY sebagai badan fungsi kekuasaan
kehakiman ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kedudukan Komisi Yudisial sebagai Lembaga Negara.

Komisi Yudisial adalah lembaga Negara yang dibentuk dalam rumpun


kekuasaan kehakiman yang ditetapkan oleh undang-undang dasar 1945 yang telah
diamandemen yaitu pada bab kekuasaan kehakiman yaitu pasal 24B UUD 1945. ide
pembentukan lembaga yang berfungsi mengawasi kekuasaan kehakiman sebenarnya
sudah lama muncul. Berawal dari tahun 1968 muncul ide pembentukan Majelis
Pertimbangan Penelitian Hakim (MPPH). Namun ide tersebut tidak berhasil
dimasukkan dalam undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman. Baru pada tahun
1998 muncul kembali dan menjadi wacana yang semakin kuat dan solid sejak adanya
desakan penyatuan atap bagi hakim, yang tentunya memerlukan pengawasan
eksternal dari lembaga yang mandiri agar cita-cita untuk mewujudkan peradilan yang
jujur, bersih, transparan dan profesional dapat tercapai. Atas dasar itulah pada
amandemen UUD 1945 yang ketiga munculah pasal yang menjelaskan komisi
yudisial pada bab kekuasaan kehakiman.

Walaupun berada dalam satu rumpun kekuasaan kehakiman, komisi yudisial


bukan lembaga pemegang kekuasaan kehakiman melainkan hanya sebagai lembaga
yang menunjang tehadap pelaksanaan tugas kekuasaan kehakiman atau dapat disebut
sebagai supporting institution.

Kedudukan Komisi Yudisial sebagai lembaga Negara mempunyai peranan


penting yang secara tidak langsung pasti akan berpengaruh terhadap upaya
membangun system peradilan yang baik yang dapat dipercaya dan terbebas dari
praktik KKN serta masalah-masalah mafia peradilan. Maka keberhasilan Komisi
Yudisial dalam menjalankan tugasnya juga penting dalam memberantas mafia
peradilan. Oleh karena itu dibutuhkan pimpinan dan anggota KY yang benar-benar
terkualifikasi dan memliki integritas untuk menjalankan tugas Komisi Yudisial ini
dengan baik. Maka dalam seleksi pimpinan Komisi Yudisial sebaiknya panitia
seleksi (Pansel) dan DPR benar-benar serius dalam melakukan pemilihan calon
pimpinan Komisi Yudisial,Calon pimpinan Komisi Yudisial harus benar-benar

3
orang yang terseleksi karena kualitas dan integritasnya bukan karena ada
kepentingan-kepentingan lain.

2.2. Kewenangan, Tugas dan Fungsi Komisi Yudisial (KY) berdasarkan undang-
undang terbaru.
a. Kewenangan Komisi Yudisial (KY)
Sesuai Pasal 13 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi
Yudisial, Komisi Yudisial mempunyai wewenang:
1) Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah
Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan;
2) Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim;
3) Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH)
bersama-sama dengan Mahkamah Agung;
4) Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman
Perilaku Hakim (KEPPH).

b. Tugas Komisi Yudisial (KY)


Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011, dalam
melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, yaitu
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah
Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan, maka Komisi Yudisial
mempunyai tugas:
1) Melakukan pendaftaran calon hakim agung;
2) Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung;
3) Menetapkan calon hakim agung; dan
4) Mengajukan calon hakim agung ke DPR.

Berdasarkan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 mengatur


bahwa:

1) Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,


serta perilaku hakim, Komisi Yudisial mempunyai tugas:
− Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku hakim;

4
− Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Hakim;
− Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan
dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara
tertutup;
− Memutus benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim,
− Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang
perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan
kehormatan dan keluhuran martabat hakim.
2) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi Yudisial juga
mempunyai tugas mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan
hakim;
3) Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Komisi
Yudisial dapat meminta bantuan kepada aparat penegak hukum untuk
melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan dalam hal adanya
dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim oleh
Hakim.
4) Aparat penegak hukum wajib menindaklanjuti permintaan Komisi Yudisial
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

c. Fungsi Komisi Yudisial (KY)


Komisi Yudisial dalam melakukan fungsi pengawasan berlandaskan pada
kekuasaan yang diberikan oleh pasal 24 B ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dijabarkan dalam Pasal 22 ayat
1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004, menentukan :
1) Menerima laporan masyarakat tentang perilaku hakim;
2) Meminta laporan secara berkala kepada badan peradilan berkaitan dengan
perilaku hakim;
3) melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim;
4) memanggil dan meminta keterangan dari hakim yang diduga melanggar
kode etik perilaku hakim;

5
5) membuat laporan hasil pemeriksaan yang berupa rekomendasi dan
disampaikan ke Mahkamah Agung dan/Mahkamah Konstitusi, serta
tindasannya disampaikan kepada Presiden dan DPR”.

2.3. Penguatan fungsi KY sebagai badan fungsi kekuasaan kehakiman.

Kompleksitas problem yang dihadapi KY, memerlukan kerangka kebijakan


hukum dan politik yang mendukung lahirnya suatu model pengawasan KY yang
lebih handal agar suatu peradilan yang independen dan jujur, serta bermartabat
dapat tercipta. Pelaksanaan program yang berdasarkan analisis keunggulan dan
peluang dalam skala prioritas jangka pendek dan jangka menengah.

Didalam UUD 1945 komisi yudisial terdapat dalam pasal 24B UUD 1945
yang mempunyai wewenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan,keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Dalam masalah pengawasan
hakim dilihat posisi KY yang terdapat pada pasal 24B UUD 1945 yang dipandang
hanya terkait dengan ketentuan pasal 24A UUD 1945 yang jadi dapat dikatakan
maksud pengawasan hakim disini ialah pengawasan terhadap hakim agung.
Namun, didalam undang-undang nomor 22 tahun 2004 tentang komisi yudisial
hakim konstitusi juga dimasukkan kedalamnya. Ketentuan ini mengakibatkan
lumpuhnya kedudukan Mahkamah Konstitusi dalam menghadapi kenyataan
timbulnya persengketaan kewenangan konstitusional antara Mahkamah Agung dan
KY. Oleh karena itu diadakanlah judicial review oleh MK yang menghasilkan
putusan MK No. 005/PUU-IV/2006 yang memangkas kewenangan KY tersebut
menyatakan perilaku hakim konstitusi tidak lagi menjadi objek pengawasan oleh
komisi yudisial. Disamping itu, dipastikan pula bahwa komisi yudisial sebagai
supporting institution. Pandangan MK dari putusan tersebut bahwa KY hanyalah
supporting institution dapat diterima dalam kaitannya dengan kekuasaan
kehakiman dalam artian KY bukanlah lembaga pemegang kekuasaan kehakiman
seperti MA dan MK. Akan tetapi, dapatlah ditegaskan bahwa sebagai lembaga
pengawas eksternal kedudukan KY bukan supporting melainkan dapat juga disebut
sebagai main institution. Oleh sebab itu, sebagai lembaga Negara kedudukan KY
tidaklah di bawah MA maupun MK, tetapi tugas dan wewenangnya tetaplah
bersifat penunjang bagi kekuasaan kehakiman.

6
BAB II
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Keberadaan KY secara konstitusional sangat lejitimit karena berada satu
rumah dengan institusi peradilan dengan jaminan pasal 24B UUD 1945. Namun
pada tingkat implementasi, KY dihadapkan pada tantangan internal dan eksternal.
Tantangan internal yang dihadapi KY adalah ambivalensi pengaturan tentang KY
dalam UUD 1945 dan struktur organisasi dan model kepemimpinan yang bersifat
kolegial. Fokus program pengawasan tidak dapat dilakukan dengan mandiri, selain
itu integritas KY menjadi kurang dipercaya masyarakat. Hal ini terjadi saat wakil
ketua KY, Irawadi Joenoes tersangkut kasus suap. Tantangan eksternal adalah
keputusan MK yang membatalkan tugas dan kewenangan KY dalam mengawasi
hakim agung dan hakim konstitusi, hal ini berakibat peran KY sebagai pengawas
eksternal menjadi jauh dari harapan. Kedua tantangan itu berpengaruh pada fungsi
KY yang kini timpang, karena fungsi pengawasan KY yang semakin terbatas pada
hakim di luar hakim MA dan MK.
Untuk meningkatkan peran KY tersebut diperlukan prioritas program yang
dijadikan acuan jangka pendek. Revisi UU Nomor 22 Tahun 2004 kepada
pemerintah dan DPR sebagai dasar kebijakan KY untuk melakukan lobi efektif.
Penambahan tugas dan kewenangan KY yang lebih mandiri dalam melakukan
pengawasan tidak sekedar turut hadir dalam pemeriksaan di Majelis Kehormatan
Hakim (MKH). Secara internal, perubahan struktur organisasi dan kepemimpinan
yang memiliki dorongan moral dan efek yang menempatkan tanggung jawab pada
seorang ketua terhadap wewenang pokok pengawasan mutlak harus dilakukan.
Kedua program ini dipandang menjanjikan mengingat kedudukan
konstitusionalitas KY dalam UUD 1945, serta kepercayaan masyarakat terhadap
KY cukup tinggi.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Fandi Saputra, 2013. “Kedudukan Komisi Yudisial Sebagai Lembaga Negara”

https://www.neliti.com/publications/151370/kedudukan-komisi-yudisial-sebagai

-lembaga-negara, diakses pada tanggal 24 September 2022.

2. Saifulanam&Partners, 2017. ”REFLEKSI PERKEMBANGAN DINAMIKA

PERAN DAN FUNGSI KOMISI YUDISIAL MENUJU PERADILAN YANG

BERSIH DAN BERWIBAWA” https://www.saplaw.top/tag/peran-dan-fungsi-

ky/, diakses pada tanggal 24 September 2022.

3. Judicial Commission The Republic Of Indonesia. “Wewenang dan Tugas”

https://komisiyudisial.go.id/frontend/static_content/authority_and_duties/about_

ky, diakses pada tanggal 24 September 2022.

4. Thontowi, Jawahir, 2011. “Kedudukan dan Fungsi Komisi Yudisial Republik

Indonesia” JURNAL HUKUM NO. 2 VOL. 18 APRIL 2011: 285 – 302, Fakultas

Hukum Universitas Islam Indonesia Jl. Tamansiswa No. 158 Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai