Anda di halaman 1dari 8

KOMISI YUDISIAL ( KY )

KELOMPOK 7

Nama-nama Kelompok :
Asril Septian Barnabas_D10121450

Kurnia_D10121426

Emylia M_D10121447

Maharani Dwi Andriana Pratiwi_D10121406

Gita Agustina_D10121419

Virly Mauru_D10121441

Ariska Cahyana_D10121414

Suryadi_D10121427

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TADULAKO

2022

\
Pertanyaan dari beberapa kelompok untuk kelompok 7

1. Pertanyaan dari kelompok 1


Nama : Ummul khairiah
Stambuk : D10121008
Pertanyaan : Dalam wewenang komisi yudisial ada menjaga dan menegakkan
pelaksanaan kode etik hakim. Pertanyaan sy, bagaimana jika ada seorang hakim yang
melanggar kode etik tersebut dan bagaimana cara melaporkan hakim yang melanggar
kode etik hakim?
Jawab : Komisi Yudisial bukan pelaku Kekuasaan Kehakiman, namun
fungsinya berkaitan dengan Kekuasaan Kehakiman (dalam penjelasan umum Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial). rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim

2. Pertanyaan dari kelompok (2)

Nama : Alifah Hardillah

Stambuk : D10121019

Pertanyaan : Bagaimanakah pengaruh Komisi Yudisial dalam membangun sistem


peradilan yang bersih ?

Jawab : Salah satu wujud terbentuknya Komisi Yudisial adalah untuk


membangun suatu sistem peradilan yang bersih,tentu hal ini ada kaitannya dengan
kode etik dan kode etik profesi hakim dimana kode etik dan kode etik profesi hakim
merupakan suatu acuan hakim dalam setiap kali menjalankan tugas dalam mengambil
putusan.Komisi Yudisial dalam hal menjalankan tugas dan wewenangnya berdasarkan
laporan dan temuan dari masyarakat indonesia.Hal ini diatur dalam UU 2 tahun 2005
tentang tata cara pengawasan hakim. Adapun Komisi Yudisial dalam menerapkan
sanksi diatur dalam pasal 14 yang bebrbunyi sebagai berikut:

(1) Komisi Yudisial dalam rapat pleno berwenang menilai jenis dan kualitas
pelanggaran terhadap kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim, dengan
memperhatikan Kode Etik Hakim, dan menentukan jenis sanksi berdasarkan peraturan
perundang-undangan;

(2) Jenis sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa : a. teguran tertulis; b.
pemberhentian sementara; c. pemberhentian. Dengan adanya sanksi seperti ini maka
akan terlihat sangat jelas bahwa Komisi Yudisial sangat berpengaruh dalam
membangun suatu sistem peradilan yang bersih.Agar nantinya hakim dalam
mengambil putusan sesuai dengan apa yang ada dalam irah-irah atau kepala putusan
yaitu “Demi keadilan berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa”.

3. Pertanyaan dari kelompok (3)

Nama : Adelia Divana

Stambuk : D10121170

Pertanyaan : Bagaimana kedudukan Komisi Yudisial dalam kekuasaan kehakiman


di Indonesia?

Jawab : Komisi Yudisial merupakan salah satu lembaga negara yang


merupakan anak kandung dari reformasi. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004
Tentang Komisi Yudisial yang diajukan oleh tiga puluh satu hakim agung. Adapun
materi utama yang di judicial review adalah tentang kewenangan Komisi Yudisial
dalam mengawasi hakim agung. Menurut para pemohon, bahwa Komisi Yudisial
hanya berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung, tetapi tidak berwenang
mengawasi hakim agung. Sehingga, kedudukan dari Komisi Yudisial dalam
kekuasaan kehakiman di Indonesia adalah sebagai auxiliary organ terhadap main
organ yang terdapat di dalam BAB IX UUD 1945 tentang Kekuasaan Kehakiman,
yaitu Mahkamah Agung serta hakim yang berada di lingkungannya. Komisi Yudisial
memiliki dua kewenangan penting dalam lingkup kekuasaan kehakiman yaitu
berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan berwenang dalam menjaga
dan menegakkan kehormatan, keluruhan martabat serta perilaku hakim. Komisi
Yudisal bukanlah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan kehakiman.
4. Pertanyaan dari kelompok (4)

Nama : Rachel Amira Ibrahim

Stambuk : D10121225

Pertanyaan : Apa saja wewenang KY berdasarkan psl 24B ayat 1 UUD NRI tahun
1945 dan jelaskan maksud Dari “serta perilaku Hakim." Perilaku hakim apa yg
dimaksud?

Jawab : Berdasarkan pasal 24 B ayat 1 UUD tahun 1945 yang berbunyi :

“Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim


agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.”

(Perilaku hakim yang dimaksud adalah Hakim sebagai tokoh utama dalam sebuah
pengadilan maka hakim dituntut harus bersikap dan berperilaku yang berlandaskan
pada prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, adil, bijaksana dan berwibawa, berbudi
luhur, dan jujur. Dalam hal ini maka hal tersebut menjadi wewenang KY dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan).

Jadi, singkatnya saya lebih perjelas, Seperti dalam pasal 24 B yang sdh disebutkan di
atas bahwa perilaku hakim termasuk kedalam wewenang KY.

5. Pertanyaan dari kelompok (5)

Nama : Agy Mukni

Stambuk : D10121283

Pertanyaan : Siapa yang dapat memberhentikan anggota komisi yudisial dan


biasanya apa alasan-alasan sehingga anggota komisi yudisial tersebut diberhentikan,
jelaskan?

Jawab : Dalam pasal 33 undang-undang nomor 18 tahun 2011 tentang


perubahan atas undang-undang nomor 22 tahun 2004 tentang komisi yudisial. Dalam
Ayat (1) dijelaskan bahwa ketua, wakil ketua, anggota komisi yudisial diberhentikan
tidak dengan hormat dari jabatannya oleh presiden dengan persetujuan DPR, dengan
alasan melanggar sumpah jabatan,dijatuhi pidana karena bersalah melakukan tindak
pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, melakukan perbuatan tercela,terus menerus melalaikan kewajiban dalam
menjalankan tugas pekerjaannya, atau melanggar larangan rangkap jabatan.

6. Pertanyaan dari kelompok (6)

Nama : Abdul Aziz

Stambuk : D10121361

Pertanyaan : Pada presentasi kelompok 7, sejarah pembentukan KY dikaitkan


dengan cita-cita reformasi. Dimana korelasi (hubungan) antara tugas dan wewenang
KY dengan cita-cita reformasi yang tiga itu (supremasi hukum, jaminan HAM, dan
pemberantasan KKN)?

Jawab : Pada tahun 1998 MPR mengeluarkan Ketetapan MPR RI No.X


/MPR/1998 tentang Pokok- pokok Reformasi Pembangunan dalam Rangka
Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai haluan negara.TAP MPR
tersebut menyatakan perlunya segera diwujudkannya pemisahan yang tegas antara
fungsi-fungsi yudikatif dan eksekutif.

Namun ternyata masalahnya tidak sesederhana itu.Setelah adanya komitmen politik


untuk memberlakukan penyatuan atap pemindahan kewenangan administrasi,
personel, keuangan dan organisasi non pemerintah yaitu kekhawatiran akan lahirnya
monopoli kekuasaan kehakiman oleh MA.Selain itu, ada kekhawatiran pula bahwa
MA tidak akan mampu menjalankan tugas barunya itu dan hanya mengulangi
kelemahan yang selama ini dilakukan oleh departemen.

Untuk menghindari hal tersebut, kalangan pemerhati hukum dan organisasi non
pemerintah menganggap perlu dibentuk Komisi Yudisial.Komisi ini diharapkan dapat
memainkan fungsi-fungsi tertentu dalam sistem yang baru khususnya rekrutmen
hakim agung dan pengawasan terhadap hakim.

Komisi yudisial itu mempunyai kewenangan mengusulkan pengangkatan hakim


agung dan mengawasi pelaksanaan tugas hakim agung itu dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku para hakim agung
Melalui lembaga ini diharapkan dapat diwujudkan lembaga peradilan yang sesuai
dengan harapan rakyat sekaligus dapat mewujudkan penegakkan hukum dan
pencapaian keadilan melalui putusan hakim yang terjaga kehormatan dan keluhuran
martabat serta perilakunya demi tercapainya cita-cita reformasi (supremasi hukum,
jaminan HAM, dan pemberantasan KKN).

8. Pertanyaan dari kelompok (8)

Nama : Muh Ajay

Stambuk : D10121528

Pertanyaan : Apa perbedaan Mahkama agung Komisi Yudisial ?

Jawab : Mahkamah Agung berwenang menjalankan fungsi pengawasan


internal, sedangkan Komisi Yudisial menjalankan fungsi pengawasan eksternal.
Dalam hal ini, berdasarkan dasar hukum KY, wewenang KY terbatas mengenai
dugaan pelanggaran KEPPH oleh hakim.

9. Pertanyaan dari kelompk (9)

Nama : Firda Dwi Anggraeni

Stambuk : D10121570

Pertanyaan : Apa hubungan Komisi Yudisial dengan Mahkamah Agung? Apakah


kedua lembaga tersebut memiliki wewenang yang sama ?

Jawab : Hubungan MA dengan Komisi Yudisial (KY) adalah MA bertugas


mengawasi hakim agung secara internal sedangkan KY mengawasi secara eksternal,
namun hasil pengawasan KY harus dilaporkan ke MA.

Meskipun Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial sama-sama berwenang


menjalankan fungsi pengawasan hakim di badan peradilan, namun bentuk
pengawasan yang dilakukan keduanya berbeda. Mahkamah Agung berwenang
menjalankan fungsi pengawasan internal, sedangkan Komisi Yudisial menjalankan
fungsi pengawasan eksternal.
10. Pertanyaan dari kelompk (10)

Nama : Farhan Novriasnsyah Rahim

Stambuk : D10121734

Pertanyaan : Bagaiman Kedudukan Komisi Yudisaial sebagai Lembaga Yudikatif?

Jawab : Sebagai lembaga yang bebas dari pengaruh kekuasaan,lembaga


yudikatif dimungkinkan untuk melaksanakan proses pengadilan yang jujur, objektif,
tidak memihak, dan adil. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara lembaga
yudikatif merupakan sandaran harapan dan kepercayaan terakhir bagi warga negara
untuk memperoleh keadilan.Keistimewaan yudikatif dibanding dengan legislatif dan
eksekutif adalah pada substansi sifat produk lembaga.Produk legislatif,yang berupa
Undang-Undang,dan produk eksekutif,yang berupa kebijakan atau aturan
pemerintah,didasarkan pada “demi kepentingan rakyat” atau “demi kepentingan
umum”. Sementara yudikatif mendasarkan putusannya(putusan hukum) pada “demi
keadilan berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa”.Karena sifatnya yang demikian
hakim acapkali diidentikan sebagai “kepanjangan tangan Tuhan di dunia”. Dengan
predikat itu mengandung makna bahwa, penyalahgunaan fungsi dan kewenangan
yang dilakukan hakim adalah pengingkaran atas fungsi dan misi sucinya
“perpanjangan Tuhan”. Beranjak dari kenyataan yang ada bahwa masih banyak hakim
yang salah dalam mengambil keputusan,Maka dari itu diperlukan suatu lembaga
negara yang dapat mengawasi kinerja hakim,yaitu Komisi Yudisial yang bertujuan
Menjaga dan Menegakkan Kehormatan, Keluhuran Martabat Serta Perilaku Hakim
dan Menjaga kualitas dan konsistensi putusan lembaga peradilan, karena senantiasa
diawasi secara intensif oleh lembaga yang benar-benar independen. Dengan adanya
lembaga seperti Komisi Yudisial mewujudkan harapan warga negara serta
kepercayaan terakhir untuk memperoleh keadilan (landing of the last resort). Menurut
Jimly asshiddiqie, maksud dibentuknya Komisi Yudisial dalam struktur kekuasaan
Kehakiman Indonesia adalah agar warga masyarakat diluar struktur resmi lembaga
parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan, penilaian kinerja, dan
kemungkinan pemberhentian hakim. Dalam menjalankan tugas dan kewenangannya
Komisi Yudisial sebagai badan LANDING OF THE LAST RESORT untuk menjadi
kepercayaan terakhir serta mewujudkan harapan warga negaranya dalam mencapai
suatu keadilan sangat terbatas,hal ini didasarkan oleh UU no 22 tahun 2004 Tentang
Komisi Yudisial dalam pasal 13 dan pasal 21 bunyinya sebagai berikut: PASAL 13
Komisi Yudisial mempunyai wewenang: a. mengusulkan pengangkatan Hakim
Agung kepada DPR; dan b. menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta
menjaga perilaku hakim. PASAL 21 Untuk kepentingan pelaksanaan kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b, Komisi Yudisial bertugas
mengajukan usul penjatuhan sanksi terhadap hakim kepada pimpinan Mahkamah
Agung dan/atau Mahkamah Konstitusi. Dengan demikian karena adanya amanat dari
UU 22 tahun 2004 inilah Komisi Yudisial sebagai LANDING OF THE LAST
RESORT dalam menjalankan tugas dan wewenangnya sangat terbatas, menurut
penulis sendiri seharusnya Komisi Yudisial diberikan suatu kewenangan yang lebih
luas dalam hal memantau kinerja Hakim agar hakim sebagai badan indepent dan
impartial judiciary benar-benar terjaga kualitasnya,dan dapat mendorong adanya suatu
pembangunan dalam sistem peradilan yang bebas dan bersih dari mafia hukum.

Anda mungkin juga menyukai