November 2012
Taufik Sukasah
ii
DAFTAR ISI
hal
Pengantar Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Hubungan
Kelembagaan dan Kemasyarakatan ..
iii
BAB I
PENDAHULUAN ...
BAB II
TEORI-TEORI LEMBAGA YUDIKATIF ..
10
13
15
BAB II
MAHKAMAH AGUNG..
23
23
42
43
46
48
iii
52
54
55
BAB IV
Mahkamah Konstitusi .
65
65
2. Dasar Hukum .
79
81
82
83
86
88
94
101
B. Penyelesaian Perkara .
106
C. Amar Putusan
107
108
10.Kesekretariatan
dan
Kepaniteraan
Mahkamah
Konstitusi ..................................................................................................
111
BAB V
KOMISI YUDISIAL
119
119
2. Dasar Hukum .
124
126
iv
128
130
133
135
143
149
BAB VI
PENUTUP.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
155
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia
yang
menduduki
gedung
MPR/DPR.
negara
yang
Permusyawaratan
Presiden/Wakil
ada
di
Rakyat,
Presiden,
Indonesia
Dewan
Dewan
adalah
Majelis
Perwakilan
Rakyat,
Pertimbangan
Agung,
sehingga
susunan
lembaga
negara
amandemen adalah:
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);
b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
c. Dewan Perwakilian Daerah (DPD);
d. Presiden/Wakil Presiden (Lembaga Kepresidenan);
pasca
negara
prinsip
sistem
konstitusional (constitutional system), menata kembali lembagalembaga negara yang ada dan membentuk beberapa lembaga
negara yang baru agar sesuai dengan sistem konstitusional dan
prinsip-prinsip negara berdasar atas hukum (Zoelva, 2006).
Lembaga-lembaga baru yang terbentuk dalam ranah yudikatif
pasca amandemen UUD NRI 1945 adalah Mahkamah Konstitusi
dan Komisi Yudisial. Sehingga lembaga pemegang kekuasaan
kehakiman adalah Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan
Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga baru tersebut mempunyai
tugas dan wewenang yang sebelumnya belum ada pada sistem
ketatanegaraan di Indonesia misalnya pada Mahkamah Konstitusi
yang mempunyai tugas dan wewenang yaitu: Menguji undangundang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; Memutus sengketa kewenangan lembaga
berada
dilingkungan
peradilan
umum,
hal
ini
2. Tujuan Penulisan
BAB II
TEORI-TEORI LEMBAGA YUDIKATIF
dan
terjaminnya
kepentingan
bersama.
10
federatif,
kekuasaan
untuk
mengadakan
11
Legislatif,
dilaksanakan
oleh
suatu
badan
12
Yudikatif
dapat
disebut
juga
sebagai
lembaga
Fatkhurohman
dkk,
dalam
bukunya,
Memahami
2.
3.
13
4.
kekuasaan
untuk
memeriksa
dan
mengadili
serta
pihak
kepentingan
yang
secara
bersengketa
langsung
14
atas
yang
mempunyai
putusan
yang
15
berfungsi
kepentingan
memenuhi
individu
berbagai
(individual
kepentingan
interest),
yaitu
kepentingan
merupakan
menyelenggarakan
kekuasaan
peradilan
guna
yang
merdeka
menegakkan
hukum
untuk
dan
keadilan.
Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amandemen
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dijalankan oleh
Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi,
termasuk pengaturan administrasi para hakim. Meskipun demikian
16
17
Mahkamah Agung
Mahkamah Agung sesuai Pasal 24A UUD 1945 memiliki kewenangan
mengadili kasus hukum pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undangundang, dan mempunyai wewenang lain yang diberikan oleh
undang-undang. Sebagai sebuah lembaga yudikatif, Mahkamah
Agung memiliki beberapa fungsi:
a. Fungsi Peradilan
b. Fungsi Pengawasan
c. Fungsi Mengatur
d. Fungsi Nasehat
e. Fungsi Administratif
Adapun wewenang dan fungsi Mahkamah Agung akan dijabarkan
lebih lanjut pada bab berikutnya.
Mahkamah Konstitusi
MK memiliki 4 (empat) kewenangan dan 1 (satu) kewajiban
sebagaimana diatur dalam Pasal 24C UUD 1945. MK berwenang:
1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap
Undang-Undang Dasar;
18
19
dalam
menjaga
serta
menegakkan
kehormatan,
martabat
serta
menjaga
perilaku
hakim.
Dalam
Agung,
Pemerintah,
dan
masyarakat
juga
20
21
22
BAB III
MAHKAMAH AGUNG
kehakiman
bersama-sama
dengan
Mahkamah
meliputi
seluruh
Hindia
belanda.
Anggota
23
Anggota Indonesia
: Mr. Notosubagio
Koesnoen
Anggota Belanda
: Mr. Peter
Br Bruins
Procureur General
24
Wakil
Anggota
Panitera
: Mr. Soebekti
Kepala TU
: Ranuatmadja
alih
Hoogerechtshoof.
gedung
dan
Dengan
personil,
serta
pekerjaan
para
anggota
demikian,
Wakil
Anggota
25
: Mr. Soebekti
Jaksa Agung
: Mr. Tirtawinata
26
sistem
Mahkamah
Agung
merupakan
Pengadilan
kasasi.
sebagai
Dalam
Badan
kasasi
yang
sistem
tersebut,
Pengadilan
tertinggi
bertugas
membina
dan
Undang-Undang
diseluruh
wilayah
negara
27
lalai
memenuhi
syarat-syarat
yang
diwajibkan
oleh
c.
karena
salah
menerapkan
atau
karena
melanggar
28
diajukan
kepada
Pengadilan
yang
putusannya
dimohonkan kasasi.
Menurut Ketua Mahkamah Agung Periode 1968-1974, Prof.
Soebekti, SH, (2012) dikeluarkannya Peraturan MA. No. 1 tahun
1963 tersebut adalah tepat karena Pengadilan Tinggi pada
umumnya jauh letaknya dengan tempat tinggal pemohon kasasi
itu. lagi pula berkas-berkasnya disimpan di Pengadilan Negeri.
Permohonan kasasi yang telah disebutkan di atas adalah "kasasi
pihak" (partij cassatie). Selain daripada kasasi tersebut, masih
ada bentuk kasasi lain yang disebut dengan permohonan kasasi
yang diajukan oleh Jaksa Agung demi kepentingan hukum (pasal
50 ayat (2) Undang-Undang No. 13 tahun 1965).
Setelah kasasi di putuskan, maka dapat dilakukan Peninjauan
Kembali (PK). Dalam Undang-Undang No. 13 tahun 1965 pasal
52 disebutkan bahwa: "Terhadap putusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dapat dimohon
peninjauan kambali, hanya apabila terdapat hal-hal atau
keadaankeadaan yang ditentukan dengan Undang-Undang".
Kemudian dalam pasal 21 Undang-Undang No. 14 tahun 1970
29
Hakim
terhadap
peraturan
perundang-
rendah
dari
Undang-Undang
30
atas
alasan
sah
tersebut
dilakukan
oleh
instansi
yang
bersangkutan.
Lebih lanjut menurut Prof. Soebekti, SH dalam karangannya
tentang "Pokok-pokok pemikiran tentang hubungan Mahkamah
Agung dengan Badan Peradilan Umum" (2012) menyatakan
bahwa sesungguhnya "toetsingsrecht" itu ada 2 (dua) macam:
1.
2.
31
Mahkamah
Agung
dalam
prakteknya
masih
32
perkara
dan
surat-surat
untuk
di
pertimbangkan.
Pengawasan Mahkamah Agung menurut pasal 47 UndangUndang No. 13 tahun 1965 adalah terhadap jalannya peradilan
(bahasa Belanda: Rechtsgang), dengan tujuan agar Pengadilanpengadilan tersebut berjalan secara seksama dan sewajarnya.
Jalannya peradilan atau "rechtsgang" tersebut terdiri dari:
a. jalannya peradilan yang bersifat teknis peradilan atau teknis
yustisial.
b. jalannya peradilan yang bersegi administrasi peradilan
Adapun yang dimaksud dengan "teknis peradilan" adalah segala
sesuatu yang menjadi tugas pokok Hakim yaitu menerima,
memeriksa,
mengadili
dan
memutuskan
perkara
yang
33
34
Peradilan.
Pengawasan
terhadap
lingkungan
bagi
Mahkamah
Agung
untuk
membuat
36
Mahkamah
Agung
tidak
diharuskan
37
"Semua
pengadilan
dapat
memberi
keterangan,
di
mana
Mahkamah
Agung
dapat
memberikan
38
Sebagai
contoh
pelaksanaan
ketentuan.
Undang-Undang
39
(misalnya
monitoring
perkara
yang
telah
40
tersebut
adalah
keliru,
beliau
berpendapat
41
2. Dasar Hukum
Pengaturan lebih lanjut mengenai MA terdapat pada UndangUndang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 14 Tahun 1984 Tentang Mahkamah Agung serta
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua
42
43
44
KMA
TUADA
Pembinaan
WK MA
Non Yudisial
WK MA
Yudisial
TUADA
Pengawasan
TUADA
Perdata
TUADA
Pidana
TUADA
Pid Khusus
TUADA
Pdt Khusus
SEK
DIREKTO
DIREKTO
DIREKT
RAT
RAT
ORAT
DITJEN
BADILAG
SEK
DIREKTO
DIREKTO
DIREKTO
RAT
RAT
RAT
TUADA
TUN
PANITERA MA
SEKRETARIS MA
DITJEN
BADILUM
TUADA
Militer
DITJEN
BADILMIL
TUN
SEK
DIREKTO
DIREKTO
DIREKTO
RAT
RAT
RAT
BADAN
PENGAWASAN
BALITBANG
DIKLAT &
KUMDIL
SEK
INSPEKTO
DIREKTO
DIREKTO
RAT
RAT
RAT
BADAN
URUSAN ADM
SEK
KAPUS
DIREKTO
DIREKTO
RAT
RAT
45
KARO
DIREKTO
DIREKTO
RAT
RAT
PANITERA
MUDA
TUADA
Agama
46
negeri)
selain
dari
pengadilan
tipikor
pada
b.
c.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
47
i.
j.
k.
l.
(2)
(3)
Soerjadi, SH (1966-1968)
(4)
(5)
(6)
Mudjono, SH (1981-1984)
(7)
(8)
(9)
H. Soerjono, SH (1994-1996)
48
b. Wakil Ketua
Effendi
i.
: Widayatno
SH, MSc
49
Sastrohardjono,
j.
50
51
Dr.
Jenis Kewenangan
Perkara
1. Kasasi
2. Peninjauan Kembali
3. Grasi
4. Hak Uji Materil
Jumlah
Non Perkara
Permohonan Fatwa
Jumlah
Sisa
2010
Masuk Jumlah
2011 Beban
Putus
Sisa
6.479
1.935
10
8.424
10.336
2.540
64
50
12.990
16.815
4.475
74
50
21.414
10.968
2.648
57
46
13.719
5.805
1.827
17
4
7.695
221
221
221
221
221
221
0
0
52
Sisa
2010
Masuk
Jumlah
Beban
Putus
Sisa
%
Putus
3.313
3.989
7.302
4.321
2.981
59.18%
502
1.027
1.529
1.188
341
77.70%
Pidana
1.500
2.478
3.978
2.505
1.473
62.97%
Pidana Khusus
1.899
2.980
4.879
3.319
1.560
68.03%
Perdata Agama
20
747
767
603
164
78.62%
Pidana Militer
77
277
354
259
95
73.16%
1.113
1.492
2.605
1.524
1.081
58.50%
Perdata
Perdata Kusus
53
54
55
Agung
maka
dibentuk
Sekretariat
MA
yang
56
SEKRETARIAT
MAHKAMAH AGUNG
DIREKTORAT
JENDERAL BADAN
PERADILAN UMUM
DIREKTORAT
JENDERAL BADAN
PERADILAN AGAMA
SEKRETARIAT
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
PEMBINAAN
TENAGA TEKNIS
PERADILAN UMUM
DIREKTORAT
PEMBINAAN TENAGA
TEKNIS PERADILAN
AGAMA
DIREKTORAT
PEMBINAAN
ADMINISTRASI
PERADILAN UMUM
DIREKTORAT
PEMBINAAN
ADMINISTRASI
PERADILAN AGAMA
DIREKTORAT
PRANATA DAN
TATA LAKSANA
PERKARA PERDATA
DIREKTORAT PRANATA
DAN TATA LAKSANA
PERADILAN AGAMA
DIREKTORAT
PRANATA DAN
TATA LAKSANA
PERKARA PIDANA
DIREKTORAT JENDERAL
BADAN PERADILAN
MILITER DAN TATA
USAHA NEGARA
BADAN
PENGAWASAN
BADAN PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN
DAN PELATIHAN DAN
PENDIDIKAN
SEKRETARIAT
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
PEMBINAAN TENAGA
TEKNIS DAN
ADMINISTRASI
PERADILAN MILITER
DIREKTORAT
PEMBINAAN TENAGA
TEKNIS DAN
ADMINISTRASI
PERADILAN TATA USAHA
NEGARA
SEKRETARIAT
INSPEKTORAT
WILAYAH
I
PUSAT PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN
HUKUM DAN
PERADILAN
INSPEKTORAT
WILAYAH
II
INSPEKTORAT
PUSAT PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN
TEKNIS PERADILAN
WILAYAH
III
DIREKTORAT
PRANATA DAN TATA
LAKSANA
PERADILAN MILITER
DIREKTORAT
PRANATA DAN TATA
LAKSANA TATA
USAHA NEGARA
57
INSPEKTORAT
WILAYAH
IV
BADAN URUSAN
ADMINISTRASI
BIRO
PERENCANAAN
DAN ORGANISASI
BIRO
KEPEGAWAIAN
BIRO
KEUANGAN
BIRO
PERLENGKAPAN
BIRO
KESEKRETARIATAN
PIMPINAN
PUSAT PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN
MANAJEMEN
KEPEMIMPINAN
BIRO UMUM
Direktorat
teknis,
pembinaan
administrasi
peradilan,
pembinaan
tenaga
teknis,
pembinaan
teknis,
pembinaan
administrasi
peradilan,
59
pembinaan
tenaga
teknis,
pembinaan
60
61
d. Badan Pengawasan;
Badan Pengawasan mempunyai tugas membantu Sekretaris
Mahkamah
Agung
dalam
melaksanakan
pengawasan
Hukum
dan
Sekretaris
Peradilan
Mahkamah
mempunyai
tugas
Agung
dalam
kebijakan
di
bidang
penelitian
dan
Mahkamah
Agung
dalam
membina
dan
dan
kerumahtanggaan
di
lingkungan
1) koordinasi
dan
pembinaan
perencanaan,
kerumahtanggaan
di
lingkungan
Sekretariat
perencanaan, pengorganisasian,
Pengadilan
serta
di
kehumasan,
semua
lingkungan
keprotokolan
dan
64
BAB IV
MAHMAKAH KONSTITUSI
MK
merupakan
fenomena
baru
dalam
dunia
umumnya
adalah
negara-negara
yang
mengalami
bertentangan
dengan
konsep
supremasi
Majelis
kandas
sebelum
Dewan
Konstituante
berhasil
Rancangan
Undang-Undang
tentang
Pokok
sebanyak
kali.
Amandemen
pertama
November 2001,
dan
amandemen
keempat
pembentukan
Mahkamah
Konstitusi
di
Indonesia
bertambahnya
ketentuan
kelembagaan
negara
kekuasaan
tertinggi
yang
berwenang
suatu
lembaga
tersendiri
yang
dapat
70
Dewan
Perwakilan
Rakyat
mengenai
dugaan
71
Peralihan
yang
menegaskan
bahwa
batas
paling
akhir
MA mengajukan
2003
yang
disaksikan
oleh
Presiden
Megawati
tersebut
sudah
dapat
melaksanakan
tugas
mendorong
terjalinnya
hubungan
baik,
saling
76
sementara,
meskipun
masih
dengan
kondisi
yang
disitu,
alamat
surat
MK
adalah
persidangan,
karena
di
gedung
tersebut
tidak
Pasal-pasal
yang
menyebutkan
79
secara
jelas
terhadap
Undang-Undang
Dasar,
memutus
81
(3) Ketua dan Wakil Ketua dipilih dari dan oleh hakim konstitusi
untuk masa jabatan selama 3 (tiga) tahun.
(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi terpilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), rapat pemilihan Ketua
dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipimpin oleh hakim
konstitusi yang tertua usianya.
4. Kewenangan dan Tanggung Jawab
telah
melakukan
82
pelanggaran
hukum
berupa
dan
keuangan
sesuai
dengan
prinsip
84
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Soedarsono, S.H.
9.
Konstitusi,
yaitu
Sidang
Panel,
Rapat
tujuh hakim
87
7. Alur Berperkara
permohonan
perkara
ditulis
dalam
bahasa
Mahkamah Agung
Presiden (termohon)
kelengkapan
permohonan.
90
dan
kejelasan
materi
b) Isi putusan
-
hukum
yang
menjadi
dasar
putusan;
Amar putusan; dan
Hari, tanggal putusan, nama hakim konstitusi dan
panitera.
92
Musyawarah mufakat.
Setiap
hakim
menyampaikan
pendapat/
pertimbangan tertulis.
-
2) Ditandatangani
hakim
dan
panitera
yang
hadir
dipersidangan.
3) Berkekuatan hukum tetap sejak diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum.
4) Salinan putusan dikirim kepada para pihak paling lambat 7
(tujuh) hari sejak diucapkan. Untuk putusan perkara:
a) Pengujian Undang-Undang, disampaikan DPR, DPD,
Presiden dan Mahkamah Agung. Apabila putusannya
mengabulkan, maka dalam waktu paling lambat 30 hari
sejak putusan diucapkan wajib dimuat dalam Berita
Negara.
b) Sengketa kewenangan lembaga Negara, disampaikan
kepada DPR, DPD, dan Presiden.
93
DPR,
DPRD,
dan
DPD,
disampaikan
kepada
94
95
42%
44%
Sengketa
KewenanganLembaga
Negara (SKLN)
Perselisihan Hasil Pemilu
Legislatif dan Pemilu
Presiden/Wakil Presiden
12%
2%
96
Pengujian UndangUndang
38%
SKLN
59%
PHPU Kepala
Daerah/Wakil Kepala
Daerah
3%
kecuali
pada
tahun
2005
mengalami
sedikit
97
90
78
80
81
70
60
50
36
40
30
24
27
25
27
30
20
10
0
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
5
4
2
1
2
1
0
2003
2004
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
71
70
60
50
45
40
30
20
10
0
2004
2009
230
200
150
132
100
50
27
3
0
2008
2009
2010
2011
tidak
Permohonan diregistrasi
12%
88%
38%
Pengujian UndangUndang
Sengketa Kewenangan
Lembaga Negara
Perselisihan Hasil
Pemilukada
59%
3%
ataupun
tidak
diregistrasi.
menurut
catatan
104
150
100
50
0
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
105
B. Penyelesaian Perkara
Sepanjang 2011 MK telah menyelesaikan perkara Pengujian UU,
SKLN,
dan
PHPU
Kepala
Daerah/Wakil
Kepala
Daerah.
hal
putusan,
sepanjang
tahun
2011,
MK
telah
5%
16%
29%
dikabulkan
ditolak
50%
Justice)di Brasil.
108
rangka
untuk
perkembangan
praktik
memperkuat
nilai-nilai
mengetahui
untuk
secara
komprehensif
mengimplementasikan
demokrasi
dan
dan
nomokrasi
Konstitusi,
serta
akademisi/dosen
dari
berbagai
menyampaikan
sambutan
pembukaan
sekaligus
panel
dimana
masing-masing
110
negara
peserta
Untuk
mendukung
kelancaran
pelaksanaan
tugas
dan
Mahkamah
Konstitusi
dan
Kepaniteraan
yang
111
Sekretariat
Jenderal
mempunyai
tugas
menyelenggarakan
tugas
menyelenggarakan
dukungan
teknis
rencana
dan
program
dukungan
teknis
administratif;
c. pembinaan dan pelaksanaan administrasi kepegawaian,
keuangan, ketatausahaan, perlengkapan, dan kerumahtanggaan;
d. pelaksanaan
kerja
sama,
hubungan
masyarakat,
dan
113
Hakim Konstitusi
Panitera
Sekretaris
Jenderal
Biro Perencanaan
dan Keuangan
Biro Umum
Bagian
Perencanaan
Bagian
Tata Usaha
Bagian
Keuangan
Bagian
Kepegawaian
Bagian
Perlengkapan
Pusat Penelitian
dan Pengkajian
Sub Bagian
Tata usaha
Bagian
Hubungan
Masyarakat
Kelompok Jabatan
Fungsional
Bagian
Protokol dan Tata
Usaha Pimpinan
Biro Administrasi
Perkara dan
Persidangan
Bagian
Administrasi Perkara
Bagian
Persidangan
Bagian
Pelayanan Risalah
dan Putusan Perkara
114
Kelompok Jabatan
Fungsional
Panitera Pengganti
terdiri
dari
Sub
Bagian
Pengadaan,
115
116
sejumlah
jabatan
fungsional
panitera
pengganti.
117
118
BAB V
KOMISI YUDISIAL
promosi,
kepindahan,
pemberhentian
dan
Tahun
1970
Tentang
Ketentuan-Ketentuan
Pokok
Kekuasaan Kehakiman.
Kemudian, pada tahun 1998-an, melalui gelombang reformasi
yang melanda Negara Indonesia yang akhirnya terjadi pergantian
kepemimpinan di Indonesia yang telah berjalan selama 32 tahun,
ide tersebut muncul kembali dan menjadi wacana yang semakin
kuat dan solid sejak adanya desakan penyatuan atap bagi hakim,
yang tentunya memerlukan pengawasan eksternal dari lembaga
yang mandiri agar cita-cita untuk mewujudkan peradilan yang
jujur, bersih, transparan dan profesional dapat tercapai.
119
Habibie
membentuk
Panel
untuk
mengkaji
Bagir
Manan,
menghasilkan
berbagai
gagasan
Agung
membentuk
120
Tim
yang dipimpin
oleh
tentang
Ketentuan-Ketentuan
Pokok
Kekuasaaan
121
diharapkan
agar
putusan-putusan
pengadilan
transparan,
tugas
barunya
karena
memiliki
beberapa
tersebut
penambahan
pasal
disepakati
yang
beberapa
berkenaan
pada Sidang
perubahan
dengan
dan
kekuasaan
lembaga
negara
yang
bersifat
mandiri
dan
123
mengenai
pengangkatan
anggota
KY
tersebut
Rakyat
untuk
mendapatkan
persetujuan
124
dan
yang
menyatakan:
Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain
dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim.
Selanjutnya Pasal 24B ayat (2) menyatakan:
Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan
pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela.
Pasal 24B ayat (3) menyatakan:
Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Dan pada Pasal 24B ayat (3) yang menyebutkan:
Susunan, kedudukan dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur
dengan undang-undang.
Pengaturan lebih lanjut mengenai Komisi Yudisial terdapat pada
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial,
serta Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang perubahan
125
Komisi
Yudisial.
Selain dasar hukum seperti yang telah disebutkan di atas, Komisi
Yudisial juga disebutkan dalam beberapa pasal pada UndangUndang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
Tentang Mahkamah Agung yaitu pada Pasal 8 ayat (2) dan ayat
(3) yang menjelaskan tentang perekrutan calon Hakim Agung.
Pada Pasal 11A ayat (3), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8), ayat
(10) dan ayat (13) yang menjelaskan mekanisme pemberhentian
Hakim Agung. Sedangkan pada Pasal 32A ayat (2) dan ayat (4)
menjelaskan mengenai pengawasan oleh Komisi Yudisial.
Sedangkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48
Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Komisi Yudisial
secara tegas disebutkan pada Pasal 1 ayat (4), Pasal 40 ayat (1)
dan (2), Pasal 41 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 42, dan Pasal 43.
3. Kedudukan dan Susunan Komisi Yudisial
126
127
p.
q.
r.
128
b.
c.
d.
129
e.
130
maka
pelapor
untuk
melengkapi
laporan
temuan
ditindaklanjuti,
131
dan
atau
melakukan
c.
d.
e.
baiknya
dengan
cara
menyurati
hakim
yang
hakim,
maka
Komisi
Yudisial
akan
sementara
atau
pemberhentian,
maka
b. Hakim.
c. Advokat.
d. Notaris dan/atau Pejabat Pembuat Akta Tanah.
e. Pengusaha, pengurus atau karyawan badan usaha milik
negara atau badan usaha swasta.
f. Pegawai negeri.
g. Pengurus partai politik.
Anggota Komisi Yudisial periode 2005-2010 adalah:
1. Dr. M. Busyro Muqoddas, SH, M.Hum;
2. M. Thahir Saimima, SH, M.H;
3. H. Zainal Arifin, SH;
4. Dr. H. Mustafa Abdullah, SH;
5. Soekotjo Soeparto SH, L.LM;
6. Prof. Dr. Chatamarrasjid Ais, SH, MH (Alm); dan
7. H.M Irawady Joenoes S.H. (diberhentikan secara tidak hormat
atas usul DPR melalui Keputusan Presiden Nomor 49/P/2009
karena tersangkut masalah hukum)
Sedangkan untuk masa jabatan 2010-2015 anggota KY terdiri
atas:
1. Prof. Dr. H. Eman Suparman, S.H., M.H. (menjabat Ketua KY)
2. Imam Anshori Saleh, S.H., M.Hum (Menjabat Wakil Ketua KY)
3. Dr. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H. (Ketua Bidang
Rekrutmen Hakim)
134
untuk
mendapatkan
persetujuan.
Dalam
rangka
Agung,
Pemerintah,
dan
masyarakat
dapat
135
Syarat untuk bakal calon Hakim Agung yang berasal dari Hakim
Karier adalah sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia.
b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c. Berijazah magister di bidang hukum dengan dasar sarjana
hukum
d. atau sarjana lain yang mempunyai keahlian di bidang hukum.
e. Berusia sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) tahun.
f. Mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas
dan kewajiban.
g. Berpengalaman paling sedikit 20 (dua puluh) tahun menjadi
hakim, termasuk paling sedikit 3 (tiga) tahun menjadi hakim
tinggi; dan
h. Tidak pernah dijatuhi sanksi pemberhentian sementara akibat
melakukan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku
hakim.
Syarat untuk bakal calon Hakim Agung yang berasal dari sistem
Non Karier:
a. Warga Negara Indonesia.
b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c. Berusia sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) tahun.
136
138
Seleksi Administratif.
1) Seleksi persyaratan administratif dilakukan dalam jangka
waktu paling lama 15 hari.
2) Komisi Yudisial mengumumkan daftar nama calon Hakim
Agung
Seleksi Kepribadian
Dalam tahapan ini, penilaian dilakukan terhadap:
1) Penilaian diri (self assesment)
2) Hasil Rekam Jejak (track record)
3) Test kepribadian (profile assesment)
Seleksi Kesehatan
Pelaksanaan seleksi kesehatan dilakukan dengan menilai hasil
pemeriksaan kesehatan jasmani dan rohani yang dilakukan
oleh rumah sakit pemerintah.
Klarifikasi
Klarifikasi terhadap Calon Hakim Agung/Hakim Ad Hoc untuk
mengetahui:
140
secara
langsung
dengan
calon
hakim
agung,
141
Mahkamah Agung
Pelantikan
Bakal calon
Hakim Agung
Bakal calon
hakim agung
Pemerintah
Komisi Yudisial
Seleksi
Pengusula
n
Dewan
Perwakilan
Rakyat
Fit and
Proper Test
Masyarakat
142
Presiden
Penetapan
JUMLAH
Tahun
Tahun
Periode
Periode
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
2006
2007
I Tahun
I Tahun
2009
2010
2011
2011-
2008
2008
2012
130
59
72
73
79
53
107
111
54
30
23
48
42
13
50
73
76
29
49
25
37
40
57
38
88
49
51
43
63
26
83
86
52
28
23
32
38
10
46
62
36
21
28
11
25
16
37
24
LULUS TAHAP II
16
31
13
35
15
45
45
MA (Karier)
10
16
10
21
23
35
15
14
22
10
12
18
15
18
12
12
11
10
12
PENDAFTAR
MA (Karier)
Masy/Non
Karier
LULUS TAHAP I
(ADMINISTRASI)
MA (Karier)
Masy/Non
Karier
Masy/Non
Karier
LULUS
TAHAP
III
MA (Karier)
143
Uraian
Masy/Non
Karier
MENJADI HAKIM
AGUNG
MA (Karier)
Masy/Non
Karier
Tahun
Tahun
Periode
Periode
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
2006
2007
I Tahun
I Tahun
2009
2010
2011
2011-
2008
2008
2012
0
TOTAL HAKIM
AGUNG PRODUK
26 orang
KY
jumlah
Nama
Latar Belakang
1.
Non Karier
2.
Karier
147
No.
Nama
Latar Belakang
3.
Non Karier
4.
Karier
5.
Karier
6.
Karier
7.
Non Karier
8.
Non Karier
9.
Non Karier
10.
Djafni Djamal, SH
Karier
11.
Suwardi, SH
Karier
12.
Karier
13.
H. Yulius SH
Karier
14.
Karier
15.
Karier
16.
Karier
17.
Non Karier
18.
Non Karier
19.
Karier
20.
Non Karier
21.
Suhadi SH, MH
Karier
22.
Non Karier
148
No.
Nama
Latar Belakang
24.
Non Karier
25.
Non Karier
26.
Non Karier
149
dalam
melaksanakan
wewenang
dan
tugas
dalam
melaksanakan
wewenang
dan
tugas
j.
perencanaan,
pengawasan,
administrasi
kepegawaian,
Pendaftaran
Seleksi
membawahi
Sub
Bagian
151
152
Ketua Bidang
Rekrutmen Hakim
Ketua Bidang
Pencegahan dan
Pelayanan
Masyarakat
Biro Pengawasan
Hakim
Ketua Bidang
Pengawasan Hakim
dan Investigasi
Bagian
Pencegahan,
Pengaduan dan
Pelaporan
Bagian
Pendaftaran
Seleksi
Bagian
Pengendalian
Internal
Bagian
Penanganan
Kasus
Bagian
Pengembangan
dan
Penghargaan
Bagian
Investigasi
Biro Umum
Bagian
Perencanaan
dan Hukum
Bagian
Keuangan
Bagian
Perlengkapan
dan Rumah
Tangga
Bagian Tata
Usaha dan
kepegawaian
153
Pusat Data
dan Layanan
Informasi
Bidang Layanan
Informasi
154
BAB VI
PENUTUP
155
Sesuai
dengan
kebutuhan
penyelenggaraan
hubungan
156
DAFTAR PUSTAKA
Miftakhul.
2009.
Perintisan
Mahkamah Konstitusi.
dan
Pembentukan
Diambil
dari
http://www.miftakhulhuda.wordpress.com/2009/07/13/peri
ntisan-dan-pembentukan-mahkamah-konstitusi/
Kansil, C.S.T dan Christin S. T. Kansil. 2008. Sistem Pemerintahan
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Kelsen,
Hans.
Contitusional
Court.
Diambil
dari
http://www.law.ntu.edu.tw/ntulawreview/articles/1-2/12(4).pdf
Komisi Yudisial. 2012. Booklet Komisi Yudisial. Jakarta: Humas
Komisi Yudisial
_________________, 2012. Jurnal Yudisial: Kuasa Para Penguasa. Jakarta:
Humas Komisi Yudisial
_________________, 2012. Kiprah 7 Tahun Komisi Yudisial RI 2005-2012.
Jakarta: Humas Komisi Yudisial
Librayanto,
Romi.
2008.
Trias
Politica
Dalam
Struktur
Montesqiueu. 1748.
http://fr.wikipedia.org/wiki/De_l'esprit_des_lois
Mahkamah Agung RI. 2012. Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI
2011.
Jakarta:
Humas
MA
RI.
diambil
dari
http://pembaruanperadilan.net/v2/content/publikasi/LTMAR
I-2011.pdf
Soebekti. 2012. Sejarah Mahkamah Agung RI. Diambil dari
http://www.mahkamahagung.go.id/pr2news.asp?bid=5
Mahkamah Konstitusi. 2012. Profil mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia.
Jakarta:
Sekretariat
Jenderal
Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi
Pound, Roscoe. 1921. The Spirit of Common Law. Nebraska:
University of Nebraska
Rousseau, Jean-Jacques. 1762. Du contrat social ou Principes du
droit
politique.
French.
diambil
dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Social_contract
Zoelva, Hamdan. 2006. Jurnal Negarawan: Sistem Penyelenggaraan
Kekuasaan Negara Setelah Perubahan UUD 1945. Diambil dari
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task
=view&id=11&Itemid=33
158
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Amandemen IV.
Undang-Undang RI Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman
Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung
Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi
Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi
Yudisial
159