Dosen Pengampu:
Drs. H. Zakaria, M.H
Disusun oleh:
Lili Kurniati (182222469)
Siti Zulaika (182222488)
Suhendra (182222490)
Zukhruf Yenda Putra (182222494)
Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wata’ala yang maha pengasih lagi maha
penyayang, segala syukur kami ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang mana
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta kesehatan rohani dan jasmani sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas makalah kami yang membahas ”Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi” pada mata kuliah Peradilan Di Indonesia.
Tidak lupa pula kami lanturkan ribuan terimaksih kepada dosen pengampu kami
yakni Bapak Drs, H. Zakaria, M.H yang mana telah memberikan kepercayaan dan
kesempatan kepada kami untuk membahas dan menyelesaikan materi ini dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Harapan kami
semoga makalahini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan.............................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................ 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahkamah Agung Republik Indonesia adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman yang bebas
dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Melihat produk-produk hukum dari
Mahkamah Agung (MA), harus juga melihat dari sisi Peraturan Perundang-undangan
yang mengatur dan memberikan kewenangan kepada Mahkamah Agung. Pada Pasal 24A
Undang-Undang Dasar RI 1945 menjelaskan bahwa Mahkamah Agung berwenang
mengadili pada tingkat kasasi, menguji Peraturan Perundang- undangan, dan mempunyai
wewenang lainnya yang di berikan oleh Undang-Undang. Sedangkan Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia yaitu suatu lembaga tertinggi negara yang baru yang
sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah Agung (MA). Dan Indonesia
merupakan negara yang ke tujuh puluh delapan yang memiliki lembaga pengadilan
konstitusionalitas yang diberikan kewenangan menguji materiil sebuah undang-undang.
Sehingga dalam hal undang-undang Mahkamah Konstitusilah yang memiliki wewenang
penuh dalam menguji undang-undang tersebut. Selain itu Mahkamah Konstitusi juga
memiliki wewenang dalam membubarkan partai politik, memutuskan sengketa hasil
pemilu dan pemecatan presiden dan wakil presiden apabila melakukan pelanggaran
hukum.
B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana Peranan Mahkamah Agung dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia?
B. Bagaimana Peranan Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi?
C. Bagaimana Peranan Mahkamah Konstitusi Sebagai Pengawal Konstitusi?
D. Apa Itu Sistem Konstitusi dan Hubungan Konstitusional?
1
C. Tujuan Masalah
A. Untuk mengetahui Peranan Mahkamah Agung dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia
B. Untuk mengetahui Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi
C. Untuk mengetahui Mahkamah Konstitusi Sebagai Pengawal Konstitusi
D. Untuk mengetahui Konstitusi dan Hubungan Konstitusional
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Melakukan Pengawasan
Pengawasan yang dilakukan oleh Mahkamah Agung telah tercantum dalam Pasal 39
UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman serta Pasal 32, Pasal 32A ayat (1),
dan Pasal 36 UU No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5 Tahun
2004 dan Perubahan Kedua dengan UU No. 3 Tahun 2009 Tentang Mahkamah Agung,
yang terbagi menjadi 3 ( tiga) golongan, antara lain :
1
Soekanto, Soerjono, Dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1995), Hlm. 12
3
a. Pengawasan terhadap penyelenggaraan (proses) peradilan, yang meliputi :
1. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan pada semua
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam menyelenggarakan kekuasaan
kehakiman.
2. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap pelaksanaan tugas administrasi dan
keuangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan peradilan pada semua badan
peradilan yang berada di bawahnya.
3. Mahkamah Agung berwenang untuk meminta keterangan tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan teknis peradilan dari semua badan peradilan yang berada di
bawahnya.
4. Mahkamah Agung berwenang memberi petunjuk, teguran, atau peringatan kepada
pengadilan di semua badan peradilan yang berada di bawahnya.
b). Pengawasan terhadap tindakan dan perilaku para hakim sebagai salah satu unsur
peradilan, yang meliputi :
1. Pengawasan internal atas tingkah laku hakim dan hakim agung dilakukan oleh
Mahkamah Agung. Pengawasan ini lebih tertuju kepada pribadi hakim.
2. Pengawasan dan kewenangan tersebut tidak boleh mengurangi kebebasan Hakim
dalam memeriksa dan memutus perkara.
c). Pengawasan terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut
peradilan, fungsi pengawasan ini dilakukan bersama dengan Pemerintah. Menurut
Wirjono Prodjodikoro, supaya berdaya guna dan berhasil guna, pengawasan terhadap
Penasihat Hukum dan Notaris sebaiknya diberikan kepada Ketua Pengadilan setempat.
Karena mereka akan tahu persis terhadap perbuatan-perbuatan Penasihat Hukum dan
Notaris tersebut.2
Sesuai dengan materi pemeriksaan diatas, Mahkamah Agung dalam pemeriksaan tingkat
kasasi akan membatalkan putusan atau penetapan pengadilan tingkat banding atau tingkat
akhir, apabila :
a) Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang
b) Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.
c) Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
yang mengancam kelalaian itu dengan membatalkan putusan yang bersangkutan.
4
Asshiddiqie Jimly, Komentar Atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (Sinar
Grafika:Jakarta,2009), Hlm. 25.
8
konstitusional yang terpenuhinya secara efektif terjadi manakala subjek konstitusional
lain yang berkewajiban menghormati dan/atau menjalankan kewajiban
konstitusionalnya. Tanpa itu hak hanya merupakan ketentuan kosong yang tidak
memiliki arti apa-apa. Tidak dijalankannya kewajiban dapat terjadi karena kesengajaan,
kelalaian, atau kesalahpahaman, yang pada gilirannya menimbulkan terjadinya
sengketa konstitusional. Sengketa konstitusional harus diselesaikan dengan
menegakkan hukum dan keadilan konstitusional, sehingga subjek konstitusional yang
berkewajiban menghormati dan/atau menunaikan kewajibannya dan subjek hukum
yang berhak mendapatkan kemanfaatan dari hak yang dimilikinya. 5
5
MD, Moh Mahfud, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, (Yogyakarta : Liberty, Cetakan Pertama, 1993),
Hlm. 28-29.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi adalah lembaga negara yang diberikan
kewenangan dalam hal penyelenggaraan kekuasaan kehakiman . Mahkamah Agung
merupakan pengadilan keadilan atau court of justice, sementara Mahkamah Konstitusi
lebih mengarah pada lembaga pengadilan hukum atau court of law . Mahkamah Agung
mengadili peraturan di bawah undang-undang serta membawahi peradilan pidana,
perdata, dan peradilan tata usaha negara, sementara Mahkamah Konstitusi mengadili
undang-undang yang bertentangan dengan konstitusi atau Undang-Undang Dasar .
Keduanya merupakan pelaksana cabang kekuasaan kehakiman yang merdeka dan terpisah
dari cabang-cabang kekuasaan lain.
B. Saran
Demikian makalah ini dapat diselesaikan dengan maksimal. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna dan banyak kekurangan, baik
secara teknis maupun referensi. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
senantiasa mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
agar dapat menambah cakrawala wawasan penulis. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusunan makalah ini, semoga
makalah ini memberikan manfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
11