Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERAN MAHKAMAH AGUNG DALAM PENANGANAN

PERKARA KASASI DAN PENINJAUAN KEMBALI


Dosen Pengajar : Dr. Isti'anah ZA, S.H., M.Hum.

Kelompok 2
Ketua : Sulthan Yusuf Habibi (20230610264)
Moderator : Amanta Yumi Astadyara (20230610267)
Presentator : M.Iqbal Dera Saputra (20230610245)
: Faradilla Luthfi Zahidah (20230610254)
Notulis : Putri Fatimatuzzahra (20230610248)
: Ririh Syafitri Wijayantini (20230610257)
Anggota : Athallah Putra Wardono (20230610251)
: Gathra Pramadika (20230610235)
: Melvien Khoirunisa (20230610242)
: Nisrinaa Hanifa (20230610238)
: Zikha Erlianti (20230620361)
: Sayyid Ali Akbar Nur Ghazali (20230610270)

PROGAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayahNya yang telah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “ Peran
Mahkamah Agung dalam Penanganan Perkara Kasasi dan Peninjauan Kembali ”.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi dalam penyusunan makalah ini baik secara pikiran ataupun materi. Karena tentunya,
tidak akan bisa maksimal tanpa dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini dapat memberikan manfaat dan
inspirasi bagi pembaca.

Yogyakarta, Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii

BAB I .........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ......................................................................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................2

D. Manfaat Penulisan ..............................................................................................................2

BAB II ........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN .........................................................................................................................3

A. Kajian Teoritis ....................................................................................................................3

B. Fungsi Mahkamah Agung (MA) dalam penanganan perkara kasasi dan Peninjauan
Kembali (PK) suatu perkara pidana .........................................................................................4

C. Peraturan dan Kebijakan dalam menangani perkara kasasi dan peninjauan kembali .............7

BAB III .......................................................................................................................................8

PENUTUP ..................................................................................................................................8

A. Kesimpulan ......................................................................................................................8

B. Saran ................................................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) diberi
ruang untuk mengajukan keberatan melalui upaya hukum perlawanan, banding, kasasi maupun
peninjauan kembali. Prinsip ini sesuai dengan asas yang dianut dalam hukum acara pidana, yaitu
perlakuan yang sama atas diri setiap orang dimuka hukum dengan tidak membedakan perlakuan
atau biasa disebut dengan istilah isonamia atau equality before the law. Selain itu dalam asas lain
ditentukan juga bahwa setiap orang yang disangka, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan dimuka
sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap, yang dikenal dengan asas
“praduga tidak bersalah” atau presumption of innocence.

Meskipun telah diatur tata cara mengenai bagaimana tindak pidana diterapkan, tidak
menutup kemungkinan terjadi kesalahan dalam menjatuhkan pidana, sehingga si pembuat yang
didakwa melakukan tindak pidana mendapatkan penderitaan dari negara secara tidak sah.
Kesalahan negara dalam mempidanakan terdakwa masih dapat diperbaiki apabila masih ada upaya
untuk memperbaikinya. Upaya tersebut adalah upaya hukum biasa, mulai dari banding sampai
kasasi. Untuk mencapai kepastian hukum, pada saatnya suatu putusan akan mempunyai kekuatan
hukum tetap, dan tidak dapat diubah lagi dengan upaya hukum biasa. Putusan yang demikian
mungkin hanya bisa diubah melalui upaya hukum luar biasa, yaitu kasasi demi kepentingan hukum
atau peninjauan kembali.

Dari uraian latar belakang tersebut, sebagaimana yang telah dipaparkan oleh penulis, maka
faktor inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengangkatnya menjadi sebuah pembahasan
dengan makalah yang berjudul “Peran Mahkamah Agung dalam Penanganan Perkara Kasasi dan
Peninjauan Kembali”.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba mengemukakan rumusan sebagai
berikut;
1. Bagaimana Mahkamah Agung menangani perkara kasasi dan peninjauan kembali?
2. Apa saja peraturan dan kebijakan yang diterapkan oleh Mahkamah Agung dalam
menangani perkara kasasi dan peninjauan kembali?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan peran Mahkamah Agung dalam menangani perkara kasasi dan peninjauan
kembali.
2. Memaparkan peraturan dan kebijakan yang diterapkan oleh Mahkamah Agung dalam
menangani perkara kasasi dan peninjauan kembali.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari makalah ini yaitu memberikan penjelasan mengenai peran Mahkamah agung
dalam menangani perkara kasasi dan peninjauan kembali serta mengetahui peraturan dan
kebijakan yang diterapkan oleh Mahkamah Agung dalam menangani perkara kasasi dan
peninjauan kembali.Selain itu penulisan ini dapat bermanfaat sebagai penambah wawasan dari
kalangan manapun.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teoritis
Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga peradilan tertinggi di suatu negara atau sistem
hukum tertentu. Istilah ini umumnya digunakan dalam sistem hukum yang mengadopsi model
hierarkis untuk pengadilan, di mana terdapat beberapa tingkatan pengadilan dengan wewenang
yang berbeda. Mahkamah Agung sendiri memiliki tugas, fungsi, dan wewenang yang harus
dijalankan.

Tugas, fungsi, dan wewenang Mahkamah agung sangatlah beragam. Seperti contohnya
kasasi, interpretasi hukum, penyelesaian sengketa, peninjauan putusan pengadilan,
konstitusionalitas, pengawasan terhadap keadilan, pengawasan dan pengaturan profesi hukum,
menetapkan aturan dan prosedur pengadilan, pengujian konstitusionalitas, peninjauan kasasi,
penetapan yurisprudensi.

Dalam makalah ini, kami membatasi hanya tugas dan wewenang MA dalam menangani
perkara kasasi dan peninjauan kembali.

Permohonan kasasi adalah upaya hukum yang diajukan kepada Mahkamah Agung untuk
membatalkan putusan pengadilan tingkat banding atau putusan tingkat terakhir dari semua
lingkungan peradilan. Apabila permohonan kasasi dikabulkan, artinya Mahkamah Agung
mengadili sendiri dan membatalkan putusan pengadilan tingkat banding tersebut.

Peninjauan kembali atau disingkat PK adalah suatu upaya hukum yang dapat ditempuh
oleh terpidana (orang yang dikenai hukuman) dalam suatu kasus hukum terhadap suatu putusan
pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dalam sistem peradilan di Indonesia. Permohonan
Peninjauan Kembali (PK) dapat dilakukan dalam kasus perkara Perdata maupun Perkara Pidana.

3
B. Fungsi Mahkamah Agung (MA) dalam penanganan perkara kasasi dan
Peninjauan Kembali (PK) suatu perkara pidana
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara sebagaimana tercantum dalam Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/1978 dan merupakan
lembaga peradilan tertinggi dari semua lembaga peradilan yang dalam melaksanakan tugasnya
terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh lainnya.

Fungsi Mahkamah Agung meliputi :

1. Fungsi Peradilan

a. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi


yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui Putusan Kasasi dan
Peninjauan Kembali menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah
negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar.
b. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materil, yaitu wewenang menguji/
menilai secara materil peraturan perundangan dibawah Undang-undang tentang hal apakah
suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan dengan peraturan dari tingkat
yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

2. Fungsi Pengawasan

a. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua


lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan
diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan
memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan
Nomor 14 Tahun 1970).

b. Mahkamah Agung juga melakukan pengawasan terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah
laku para Hakim dan perbuatan Pejabat Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima,
memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, dan
meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi

4
peringatan, teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal
32 Undang undang Mahkamah Agung Nomor14 Tahun 1985). Terhadap Penasehat Hukum dan
Notaris sepanjang yang menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung
Nomor 14 Tahun 1985).

3. Fungsi mengatur

a. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-
undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau
kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27
Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undangundang No.14 Tahun 1985).

b. Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk
mencukupi hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.

4. Fungsi Nasehat

Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbanganpertimbangan dalam bidang


hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14
Tahun 1985). Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara
dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14
Tahun 1985). Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal
14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada
Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan
pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan
perundangundangan yang mengatur pelaksanaannya.

a. Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk


kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan
ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung).

5
Mahkamah Agung memiliki peran penting dalam penanganan perkara kasasi dan
peninjauan kembali dalam sistem peradilan pidana Indonesia. Berikut adalah langkah-langkah
umum yang ditempuh dalam penanganan kedua jenis perkara ini:

a. Penerimaan Permohonan:

Mahkamah Agung menerima permohonan kasasi dan peninjauan kembali yang diajukan
oleh pihak yang berkepentingan, termasuk terdakwa atau jaksa penuntut umum.

b. Pemeriksaan Permohonan:

Hakim-hakim kasasi atau peninjauan kembali melakukan pemeriksaan awal terhadap


permohonan tersebut.

c. Sidang Kasasi atau Peninjauan Kembali:


Apabila permohonan dianggap memenuhi syarat, maka sidang kasasi atau peninjauan
kembali akan dilakukan. Hakim-hakim Mahkamah Agung memeriksa argumen dan bukti
yang diajukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam perkara.
d. Putusan Mahkamah Agung:

Setelah pemeriksaan, Mahkamah Agung akan mengeluarkan putusan yang dapat berupa
pembatalan putusan tingkat sebelumnya, penolakan permohonan kasasi atau peninjauan
kembali, atau menguatkan putusan tersebut. Serta Mahkamah Agung memiliki aturan dan
kebijakan yang mengatur penanganan perkara kasasi dan peninjauan kembali. Beberapa
peraturan dan kebijakan yang diterapkan .Peraturan ini dapat mencakup syarat-syarat
pengajuan, prosedur sidang, dan mekanisme pengambilan keputusan, Mahkamah Agung
mengatur kriteria yang harus dipenuhi agar suatu permohonan kasasi atau peninjauan
kembali diterima. Kriteria ini bisa berkaitan dengan keberatan hukum, kepentingan hukum,
atau kebijakan tertentu yang berlaku Mahkamah Agung dapat menerapkan kebijakan
transparansi dalam penanganan kasasi dan peninjauan kembali, termasuk memberikan
akses kepada publik untuk mengakses putusan-putusan tersebut namun Ketentuan hukum
dan kebijakan yang diterapkan oleh Mahkamah Agung dapat berubah dari waktu ke waktu,

6
dan penting bagi pihak-pihak yang terlibat dalam perkara kasasi dan peninjauan kembali
untuk selalu merujuk kepada peraturan dan pedoman yang berlaku saat mengajukan
permohonan atau mengikuti proses hukum tersebut.

C. Peraturan dan Kebijakan dalam menangani perkara kasasi dan peninjauan


kembali
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Bab XVIII UU
Nomor 8 Tahun 1981, peninjauan kembali merupakan salah satu upaya hukum luar biasa dalam
sistem peradilan di Indonesia. Upaya hukum luar biasa merupakan pengecualian dari upaya
hukum biasa yaitu persidangan di Pengadilan Negeri, sidang banding pada Pengadilan Tinggi,
dan kasasi di Mahkamah Agung.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas tentang peran Mahkamah Agung dalam uji materi UUD
1945. Maka dapat di simpulkan bahwa sebagai pengadilan negara tertinggi, Mahkamah Agung
merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum
melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali.Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) Bab XVII UU Nomor 8 Tahun 1981 bahwa upaya peninjauan kembali
merupakan hukum luar biasa, upaya hukum yang dapat dulakukan pada putusan yang sudah
berkekuatan hukum tetap dengan tidak menghentikan eksekusi pada putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap tersebut dan proses eksekusi tersebut tetap dijalankan sesuai dengan
putusan yang dikeluarkan oleh pengadilan.

B. Saran
Penulis berharap Kedepannya Mahkamah Agung Untuk Mencegah Ketidakpastian
Hukum di dalam praktek peradilan indonesia maka sebaiknya praktek peradilan Indonesia maka
sebaiknya praktek peradilan di Indonesia harus benar benar memegang teguh asas keadilan dan

8
kepentingan umum masyarakat agar terciptanya kepastian hukum didalam lingkungan masyarakat
yang ingin mecari keadilan yang sebenarnya.

Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan


terkait dengan Peran Mahkamah Agung dalam penanganan perkara kasasi dan peninjauan kembali
serta mengetahui peraturan dan kebijakan dalam menanganinya.

DAFTAR PUSTAKA

Lumi, E. (2014, juli-oktober). FUNGSI MAHKAMAH AGUNG DALAM MENERIMA


PENINJAUAN KEMBALI SUATU PERKARA PIDANA. Retrieved from
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/hsm_administratum,+1.+Eunike+Lumi_MENTAH%20(6)
.pdf

Nursobah, A. (2015, september 19). Prosedur Penanganan Perkara Peninjauan Kembali Putusan
Pengadilan Yang Telah Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap. Retrieved from
kepaniteraan.mahkamahagung.go.id:
https://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/prosedur-berperkara/permohonan-peninjauan-
kembali

Nursobah, A. (2021, juli 18). Prosedur Permohonan Kasasi. Retrieved from


kepaniteraan.mahkamahagung.go.id:
https://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/prosedur-berperkara/permohonan-kasasi

Nursobah, A. (2023, maret 02). Catat!, Permohonan Kasasi Yang Dikabulkan Hanya 11,92%.
Retrieved from kepaniteraan.mahkamahagung.go.id:
9
https://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/registry-news/2156-catat-permohonan-kasasi-
yang-dikabulkan-hanya-11-92

Pratiwi, Y. R. (2020, januari 23). Menanggapi Adanya Permohonan Peninjauan Kembali (PK)
Dari Lawan. Retrieved from https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-banjarmasin/baca-
artikel/12955/Menanggapi-Adanya-Permohonan-Peninjauan-Kembali-PK-Dari-
Lawan.html

RAHMAN SYAMSUDDIN S.H., M. (2018). PENINJAUAN KEMBALI DALAM SISTEM


PERADILAN PIDANA DI INDONESIA. Retrieved from http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/19843/2/RAHMAN%20SYAMSUDDIN-Editor-
SYAMSUDDIN%20RADJAB-GSB_2018.pdf

RAHMAN SYAMSUDDIN S.H., M. (2018). PENINJAUAN KEMBALI DALAM. 195.

Rangkuti, M. (2023, agustus 5). Apa Itu Mahkamah Agung? Fungsi, Tugas, dan Wewenangnya.
Retrieved from https://fahum.umsu.ac.id/apa-itu-mahkamah-agung-fungsi-tugas-dan-
wewenang/

10

Anda mungkin juga menyukai