Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Kekuasaan & Peran Mahkamah Agung,


Tantangan dan Penegakan Hukum di Indonesia
Mata Kuliah: Sistem Pemerintahan Pusat

Dosen Pengampu:

Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP., M.SI.

Disusun oleh:

1. Syariful Mujahid 20230520058


2. Nurulaeni 20230520056
3. Berliana Shefaradewi I. 20230520034

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2024
DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................................................................3
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................4
BAB I....................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................................................................5
LATAR BELAKANG.....................................................................................................................5
RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Definisi Mahkamah Agung......................................................................................................6
B. Peran Mahkamah Agung..........................................................................................................7
C. Tantangan Hukum di Indonesia..............................................................................................8
D. Upaya Penegakan Hukum di Indonesia..................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................10
1. Teori Sistem Peradilan.........................................................................................................10
2. Teori Sistem Bifurkasi.........................................................................................................10
3. Teori Akuntabilitas..............................................................................................................10
4. Teori Tantangan...................................................................................................................10
5. Teori Kekuasaan Merdeka...................................................................................................10
6. Teori Program Penegakan Hukum dan HAM......................................................................10
7. Teori tentang kekuasaan dan peran Mahkamah Agung, tantangan, dan penegakan hukum di
Indonesia.....................................................................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
Kesimpulan........................................................................................................................................12
Daftar Pustaka...................................................................................................................................13

2
ABSTRAK

Kekuasaan peran dan fungsi legislasi lembaga perwakilan, tantangan, dan penegakan hukum
di Indonesia merupakan suatu studi yang menganalisis fungsi sistem ketatanegaraan Indonesia
melalui pengesahan Dewan Perwakilan Rakyat Berdasarkan konsep trias politika, Indonesia
menerapkan pembagian kekuasaan dalam bentuk legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Fungsi legislasi
DPR ditinjau dari pemberlakuan trias politika berdasarkan teori pembagian kekuasaan dan faktor-
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan fungsi fegislasi DPR. Konsep trias politika atau Pembagian
kekuasaan merupakan dasar utama dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. DPR-RI memegang
kekuasaan sebagai lembaga legislatif, untuk mrancang undang-undang yang dalam penerapannya
merupakan kebebasan DPR sebagai pemegang kekuasaan.

Kebebasan sebagai pemegang kuasa dalam merancang peraturan perundang-undangan


adalah fungsi legislasi DPR, yang dalam pelaksanaannya DPR memiliki kebebasan dalam memegang
kekuasaan. Kurangnya produk legislasi hasil inisiatif DPRl merupakan imbas dari hilangnya
pelaksanaan fungsi legislasi DPR termasuk tugas badan Legislasi DPR yang menghilang pada
mengusung usulan RUU, Penegakan hukum merupakan kompetensi yang diterima oleh Mahkamah
Konstitusi, yang hanya merupakan kewenangan legislasi negatif. Penelitian ini mencakup pengantar
ilmu politik, konstitusi dan konstitusionalisme Indonesia, hukum tata negara Indonesia, dan analisa
politik. Dengan menggunakan teori pembagian kekuasaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan fungsi fegislasi DPR, penelitian ini menyediakan informasi mengenai peran dan fungsi
lembaga legislasi, tantangan, dan penegakan hukum di Indonesia.

3
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Memuji serta bersyukur kehadirat Allah atas karunianya yang sudah memberi kemudahan
hingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Karena tanpa bantuannya kami tidak
akan bisa menyelesaikan tugas ini. Shalawat beriringkan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda nabi Muhammad, yang telah menuntun umatnya dari zaman jahiliyah hingga zaman terang
benderang seperti saat ini, dan semoga kelak kita di beri syafa’atnya di hari pembalasan kelak. Rasa
syukur yang sangat kami ingin sampaikan atas apa yang diberikan Allah SWT kepada kami, baik
secara fisik, akal pikiran, maupun yang lainnya, hingga dapat menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh bapak Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP., M.Si. kepada kami, berupa makalah yang berjudul
Kekuasaan dan Peran Mahkamah Agung, Tantangan dan Penegakan Hukum di Indonesia. Kami
mengetahui dan menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiki kekurangan serta kesalahan
dalam penulisannya dan juga masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami sangat menerima
saran dan kritik yang di berikan oleh pembaca agar makalah ini dapat di perbaharui hingga lebih baik
lagi. Tak lupa kata terimakasih kami ucapkan kepada bapak Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP., M.Si.
sebagai guru, mentor, sekaligus dosen pengampu mata kuliah Sistem Pemerintahan Pusat, semoga
makalah ini bermanfaat bagi orang lain secara umum dan terkhususnya bagi kami selaku penulis.
Hanya ini yang kami dapat sampaikan untuk pembuka pada tulisan kali ini, jika banyak terdapat
kekeliruan dan kesalahan dalam kata pengantar ini kami selaku penulis meminta maaf.

Terima kasih
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Yogyakarta, 6 Maret 2024

Penulis

4
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara hukum Disebutkan dalam undang-undang 1945 yang berbunyi “negara
Indonesia adalah negara hukum”. Sebagai negara hukum peranan pengadilan merupakan hal yang
penting bagi Indonesia. Dalam UUD 1945 pasal 24 juga telah mengatur tentang kekuasaan
Konstitusional dan kehakiman. Yang menyatakan bahwa mahkamah agung dan mahkamah konstitusi
mempunyai kewewenangan yang tinggi dalam kekuasaannya. Di jelaskan pada pasal 24A UUD 1945
bahwa keterkaitan Mahkamah Agung dalam melakukan pengadilandalam tingkatan pengujian UU,
kasasi, dan wewenang lainnya yang telah di tentukan dalam UU terhadap wewenang Mahkamah
Agung. Prinsip demikian dikemukakan oleh Montesquieu, yang merujuk pada teori trias politika,
yang mana pembagian dan pemisahan kekuasaan negara menjadi tiga bidang; eksekutif, yudikatif,
dan legislatif. Sebagai prinsip negara hukum, bidang kehakiman atau yudikatif harus berdiri secara
independen dan terlepas dari kekuasaan legislatif amupun eksekutif. Tujuan dari kemandirian dan
kemerdekaan yudikatif dalam kekuasaannya yang bertujuan agar lembaga tersebut dapat
menjalankan tugas pokok dan fungsi dengan bebas, tidak adanya intervensi dari manapun dalam
menegakkan keadilan.

RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu Mahkamah Agung?
b. Apa peran Mahkamah Agung dalam menjalankan kekuasaan?
c. Bagaimana cara penegakan hukum di indonesia dan apa saja tantangan hukum di Indonesia.

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Mahkamah Agung

Mahkamah Agung Mahkamah Agung memiliki peranan tertinggi pengadilan, yang menaungi
segala aspek peradilan, termasuk tata usaha negara, militer, agama, dan peradilan umum.
Berdasarkan ketentuan kekuasaan kehakiman pasal 20 ayat 2 UU, pengadilan pada tingkat
melakukan judicial review, kasasi, serta wewenang lain merupakan kewenangan yang di miliki
Mahkama Agung dan di tentukan dalam undang-undang. Apabila terdapat keputusan pada
pengadilan di tingkat kasasi yang ingin diajukan untuk peninjauan kembali, pihak yang bersangkutan
dapat mengajukannya ke Mahkamah Agung, kecuali ada ketentuan lainnya yang telah di tetapkan
dalam undang-undang. Undang-undang telah menetapkan mekanisme dan kondisi yang harus
melalui peninjauan kembali dalam prosesnya. Perlu dicatat bahwa putusan yang telah melakukan
peninjauan kembali, tidak dapat dilakukan peninjauan ulang. (Mohd et al., 2022)

Sebelum adanya Amandemen UUD 1945, lembaga peradilan tertinggi di Indonesia yakni
Mahkamah Agung. Namun, setelah amandemen tersebut dilakukan, terjadi perombakan dalam
fungsi dan steuktur lembaga kuasa kehakiman di Indonesia. Berbagai faktor penting
melatarbelakangi Perubhan tersebut, sehingga dengan adanya semangat reformasi dalam
memastikan kuasa yang independen, dan merdeka yang bebas dari tekanan dari kekuasaan lembaga
lainnya. Hal ini bertujuan agar lembaga kehakiman dapat mjalankan peradilan yang bijaksana
maupun bermanfaat bagi rakyat.

Dalam kerangka Konstitusi Indonesia saat ini, di tegaskan juga dalam UUD 1945, keterkaitan
Indonesia merupakan negara hukum tercantum pada pasal 24A. Mahkamah agung memiliki
wewenang untuk melakukan peninjauan kembali, di mana pihak yang terlibat dalam perkara atau
wakil yang di beri kuasa khusus harus menyampaikan permohonannya. Jika selama proses
peninjauan pemohon meninggal dunia, maka ahli warisnya dapat melanjutkan permohonan tersebut
bisa di lanjut. Di dalam pengadilan pajak, mahkamah agung memegang peran sebagai pembina dan
pengawas. Namun dalam keputusan pengadilan pajak di tingkat satu dan kedua, mahkamah agung
tidak memiliki wewenang untuk mengoreksinya. Oleh karena itu, undang-undang peradilan pajak
nutuk diperbaharui, sehingga keputusan sengketa pajak ada pada kasasi. Hal ini bertujuan agar
kewenangan dalam mengadili, memeriksa, dan memutuskan sengketa pajak dalam memberikan
keadilan hukum dalam upaya hukum kasasi dan wajib pajak yang di miliki oleh mahkamah agung.
(Permatasari et al., 2022)

B. Peran Mahkamah Agung

6
Di dalam pengadilan pajak, mahkamah agung memegang peran sebagai pembina dan
pengawas. Ini mencakup memberikan bimbingan pada aspek teknis peradilan pada pengawasan
tugastugas peradilan pajak maupun perilaku hakim. Namun dalam keputusan pengadilan pajak
di tingkat satu dan kedua, mahkamah agung tidak memeiliki wewenang untuk mengoreksinya.
Oleh karena itu, undang-undang peradilan pajak nutuk diperbaharui, sehingga keputusan
sengketa pajak ada pada kasasi. Hal ini bertujuan agar kewenangan dalam mengadili,
memeriksa, dan memutuskan sengketa pajak untuk memberi hukum yang berkeadilan bagi
pelaku pajak dalam upaya hukum kasasi yang di miliki oleh mahkamah agung. Peran Mahkamah
Agung sebagai pengawas dan pembina di pengadilan serta fungsinya sebagai lembaga terakhir
dalam memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan upaya hukumnya akan
menjadi perhatian dalam penelitian ini, terutama dalam konteks administratif organisasi dan
pengangkatan struktural peradilan (Permatasari et al., 2022).

Dalam menjalankan peran dan wewenangnya sebagai lembaga dalam kekuasaan yudikatif
untuk menyelesaikan sengketa hukum di masyarakat, Mahkamah Agung memiliki tanggung
jawab pengawasan dan bimbingan terhadap pengadilan pajak yang dianggap sebagai pengadilan
khusus yang berada di bawah kendali Mahkamah Agung. Hal ini menunjukkan bahwa peradilan
pajak harus tetap berada dalam lingkup pengawasan Mahkamah Agung, yang memiliki peran
ganda sebagai pengawas dan pembina dalam sistem peradilan. Penelitian ini akan
mengeksplorasi aspek administratif organisasi dan pengangkatan struktural peradilan, serta
mempertimbangkan kewenangan Mahkamah Agung sebagai lembaga terakhir yang memberikan
kesempatan bagi masyarakat untuk mengejar upaya hukumnya (Ratna Anggreini, 2021).

Peran yang dimainkan untuk menjalankan fungsi pengadilan dilakukan sejak lama dan
berjalan sesuai dengan tuntutannya Mahkamah Agung. Tetapi, peran Mahkamah Agung dalam
proses pengadilan dari waktu ke waktu tidak selalu stabil. Dalam memeriksa dan mengambil
keputusan atas kasus-kasus kasasi dan peninjauan kembali, banyak keputusan yang kemudian
menjadi hukum. Baik secara jumlah maupun kualitas, keberadaan preseden hukum
menunjukkan peran yang efektif. Selain itu, Mahkamah Agung berperan dalam meninjau dan
memutuskan sengketa seputar kewenangan pengadilan dan peninjauan atau pengecekan ulang
atas keputusan pengadilan yang sudah memiliki ketetapan. Secara umum dapat di lihat Interaksi
antara lembaga negara lainnya dengan mahkamah agung, sebagai kerjasama dalam kerangka
penerapan prinsip check and balance, namun pada beberapa kasus, terdapat aspek-aspek yang
menunjukkan hubungan yang lebih berorientasi pada subordinasi, yang bisa mengancam prinsip
kemandirian kehakiman (Permadi & Wisnaeni, 2020).

7
C. Tantangan Hukum di Indonesia

Dalam kontelasi undang-undang (UUD NRI 1945) dan ketatanegaraan, di tegaskan bahwa
hukum mempunyai posisi yang strategis di dalamnya, disebutkan dalam UU 1945 pasal 1 ayat 3
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum” (Ardiansyah, 2018). Masalah yang terus muncul
terkait dengan Penerapan perlindungan HAM dan hukum pidana masih menjadi perhatian di
Indonesia. Hukum memiliki potensi untuk menyediakan keadilan sosial dan kebahagiaan, tetapi
hanya jika aturanaturan tersebut diikuti sebagai pedoman atau standar perilaku yang dianggap
sesuai atau diperlukan untuk menjaga, memelihara, dan melindungi perdamaian dalam
masyarakat. Maka dari itu, sangatlah penting peran hukum dalam struktur dalam negara,
bangsa, dan kemasyarakatan.

Namun minimnya penegakan hukum di indonesia merupakan suatu masalah dan tantangan
dalam usaha penegakan hukum yang selalu di kaitkan pada aspek undang-undang. Pendapat
tersebut di benarkan dalam ungkapan ucuk agiyanto dalam artikel yang ditulis oleh (Wajdi, 2019)
yakni masih belum baiknya penegakan hukum di indonesia, dikarenakan hukum yang selalu di
artikan sebagai penegakan undang-undang semata, karena hanya proses penegakan hukum
menjadi acuan keadilan prosedural. Dalam menarapkan hukum yang berkeadilan akan banyak
memiliki tantangan yang di hadapi penegak hukum, salah satunya adalah upaya pemberantasan
korupsi. Meskipun telah ada berbagai upaya dan langkah-langkah hukum yang ditempuh, korupsi
masih menjadi masalah serius yang menggerus kepercayaan publik dan menghambat
pembangunan nasional. Upaya pemberantasan korupsi harus terus ditingkatkan agar negara
dapat mencapai tujuan transparansi, akuntabilitas, dan integritas (Kusnadi, 2023). Selanjutnya
terkait HAM dan perlindungan masyarakat sipil menjadi fokus utama dalam konteks hak individu.
Pelanggaran HAM masih terus terjadi, dan perlindungan terhadap masyarakat sipil, terutama
kelompok yang rentan, harus diperkuat. Tantangan lainnya meliputi masalah keamanan yang
terkait dengan perubahan sosial dan ekonomi. Tingkat kriminalitas tertentu, seperti kekerasan,
penyalahgunaan narkotika, dan kejahatan siber, juga menjadi perhatian yang harus ditangani
oleh sistem hukum Indonesia.

Salah satu upaya mengatasinya adalah memperbaiki stigma masyarakat terkait kepercayaan
dan peran terhadap lembaga-lembaga tersebut, maka Mengadakan pemberdayaan lembaga
penegak hukum dan peradilan merupakan salah satu upayanya.Ini juga mencakup pengadilan,
kejaksaan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan kepolisian. Upaya ini bertujuan untuk memastikan
profesionalisme, integritas, dan moralitas yang di miliki aparat penegak hukum, dan hakim
sangatlah tinggi. Dalam jurnal yang ditulis oleh (Nabila et al., 2023), dengan adanya transparansi

8
dalam proses peradilan dapat meningkatkan system penegakan hukum yang efisien, yang mana
memudahkan masyarakat untuk terlibat dalam mengawasi dan memperbaiki sistem tersebut
secara keseluruhan. Dengan menyusun sistem rekruitmen dan promosi secara tertata dan di
awasi secara ketat, dengan mempertimbangkan aspek tranparantasi, partisipasi, dan kopetensi
baik bagi aparat maupun penegak hukum, dan untuk mencapai sistem peradilan yang efisien dan
terpadu, maka perlu di lakukan singkronisasi terkait undang-undang yang netapkan TUPOKSI
ataupun wewenang aparat penegak hukum.

D. Upaya Penegakan Hukum di Indonesia

Partisipasi aktif masyarakat, termasuk korban dan saksi, sangat penting dalam penegakan hukum
yang optimal. Namun, masih ada hambatan seperti undang-undang yang parsial dan keterbatasan
lembaga perlindungan di tingkat daerah. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjadi saksi juga
menjadi penghambat utama. Diperlukan evaluasi undangundang, pengembangan lembaga
perlindungan, serta komitmen kuat pemerintah untuk memantapkan proses penegakan hukum.
Peningkatan kesadaran hukum masyarakat dalam menjadi saksi penting untuk meningkatkan
efektivitas proses peradilan dan memperkuat kepercayaan masyarakat pada keadilan hukum. (Kuba,
2022).

Partisipasi aktif dan kesadaran moral serta etika masyarakat memainkan peran penting dalam
penegakan hukum yang adil di Indonesia. Melalui keterlibatan saat mengawasi tindakan penegak
hukum atau menjadi saksi saat sidang dan pelaporan tindakan kriminal, masyarakat membantu
mencegah pengabaian kasus-kasus hukum. Kegagalan hukum dalam mencerminkan nilai-nilai moral
dapat mengancam integritas sistem hukum. Oleh karenanya, keberhasilan penegakan hukum
menjadi tolak ukur legitimasi hukum di masyarakat. Peran masyarakat tak terpisahkan dari proses
penegakan hukum, menjadi landasan utama dalam upaya tersebut. Partisipasi aktif dan kesadaran
moral dari masyarakat kunci utama dalam mencapai penegakan hukum yang adil dan berkeadilan di
Indonesia, serta mendukung tujuan negara (Aaron Alelxander, 2023).

TEORI

9
Pada jurnal ini (Muntaha, 2019) menjelaskan teori tentang kekuasaan dan peran Mahkamah
Agung, tantangan, dan penegakan hukum di Indonesia dapat dibahas melalui beberapa aspek.
Berikut adalah beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang kekuasaan dan peran Mahkamah
Agung dalam penegakan hukum di Indonesia:

1. Teori Sistem Peradilan: Mahkamah Agung berfungsi sebagai sistem peradilan yang
menegakkan keadilan dan hukum berdasarkan ketetapan yang ada. Sistem peradilan ini
melibatkan berbagai pihak, seperti hakim, panitera, dan pegawai administrasi, yang
memegang jabatan yang bersifat fungsional.
2. Teori Sistem Bifurkasi: banyak sekali negara-negara eks-komunis di Eropa tengah dan Eropa
timur, yang mana indonesia juga menganut sistem tersebut. Sistem bifurkasi ini
mempengaruhi struktur organisasi kekuasaan kehakiman dan menyebabkan perbedaan
dalam pengelolaan perkara pada mahkamah terdini dan mahkamah tinggi.
3. Teori Akuntabilitas: Lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi dari peradilan haeus dapat
menjawab akuntabilitas penegakan hukum di Indonesia. Teori akuntabilitas ini menyebutkan
pentingnya transparansi dan kepercayaan publik terhadap lembaga peradilan, seperti
Mahkamah Agung.
4. Teori Tantangan: Penegakan hukum di Indonesia mengalami tantangan yang berasal dari
berbagai sisi, seperti rendahnya integritas penegak hukum (hakim), ketidakmampuan
pengawasan dari masyarakat, DPR, dan media massa, serta kejangkaan dalam pelaksanaan
putusan peradilan.
5. Teori Kekuasaan Merdeka: Undang-Undang dasar RI tahun 1945 mengatur bahwa pihak
eksternal yang tidak yudisial, tidak dapat mencampuri Kekuasaan kehakiman di Indonesia
yang di sebut disebut sebagai kekuasaan merdeka.
6. Teori Program Penegakan Hukum dan HAM: Mahkamah Agung mengembangkan program
penegakan hukum dan HAM, yang menyediakan solusi untuk membantu masyarakat dalam
melakukan peradilan yang adil dan efektif.
7. Teori tentang kekuasaan dan peran Mahkamah Agung, tantangan, dan penegakan hukum di
Indonesia: penting untuk mengingatkan bahwa teori ini hanya merupakan pemahaman
teoretis, dan praktisnya dapat berbeda-beda. Oleh sebab itu, perlu diingat bahwa teori ini
harus disesuaikan dengan situasi praktis dan kebutuhan yang berbedabeda di masing-masing
wilayah dan masa.

Dalam jurnal yang ditulis (Aldy dwi mulyana, 2019), menjelaskan penerapan keadilan dalam
sistem hukum merupakan bagiani integritas dari penegak hukum, terutama institusionalnya maupun
karakter hakimnya. Oleh karena itu, integritas dalam penegakan hukum tidak hanya berbicara

10
tentang kaidah-kaidah yang tercantum dalam berbagai dokumen hukum dan konstitusi negara,
tetapi juga melibatkan aspekaspek yang lebih kompleks. Namun, realitas saat ini menunjukkan
bahwa integritas dari para penegak hukum, khususnya di ranah kelembagaan peradilan, memiliki
kekurangan yang signifikan, dari tingkat bawah hingga yang paling tinggi, yakni Mahkamah Agung
sebagai institusi penegak hukum utama di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kurangnya apresiasi,
dedikasi, dan penghargaan terhadap pekerjaan mereka sebagai penegak hukum.

BAB III

PENUTUP

11
Kesimpulan
Mahkamah Agung melalui kekuasaan kehakiman memiliki wewenang dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya sebagai lembaga penegak keadilan dan hukum. Mahkamah Agung memiliki
beragam tugas dan fungsi, termasuk peninjauan kasasi, pengawasan peradilan, dan penetapan
yurisprudensi, yang menjadikannya fondasi yang kuat bagi sistem peradilan yang adil dan berfungsi
baik di Indonesia. Namun, masih ada tantangan kompleks terkait dengan kepemilikan hukum,
pengawasan peradilan, dan implementasi hukum. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan
reformasi hukum, penguatan pengawasan pemerintah terhadap penerapan hukum, serta pendidikan
masyarakat dan pemerintah tentang hukum. Meskipun Mahkamah Agung memiliki kebebasan dan
independensi dalam menjalankan perannya, terdapat beberapa faktor pendorong dan penghambat
yang perlu diperhatikan lebih lanjut untuk memperbaiki sistem keadilan di Indonesia dan penegakan
hukum.

Penegakan hukum di Indonesia adalah sebuah proses yang kompleks dengan tantangan yang
meliputi kepemilikan hukum, pengawasan peradilan, dan implementasi hukum. Meskipun terdapat
lembaga-lembaga seperti Mahkamah Agung yang memiliki peran untuk menjaga keadilan dan
kepastian hukum, masih diperlukan reformasi hukum, penguatan pengawasan pemerintah, dan
pendidikan masyarakat untuk memperbaiki sistem penegakan hukum dan keadilan menyeluruh.
Penegakan hukum di Indonesia menyoroti kompleksitas tantangan yang dihadapi dalam mencapai
keadilan dan kepastian hukum. Meskipun terdapat lembaga-lembaga seperti Mahkamah Agung yang
memiliki peran sentral dalam menjaga integritas hukum, masih terdapat berbagai hambatan seperti
kepemilikan hukum yang belum merata, pengawasan peradilan yang belum optimal, dan
implementasi hukum yang terkadang kurang efektif. Untuk memperbaiki sistem penegakan hukum,
diperlukan upaya berkelanjutan dalam reformasi hukum, penguatan pengawasan pemerintah, serta
pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang hukum

DAFTAR PUSTAKA

Aaron Alelxander. (2023). Peran Masyarakat Dalam Penegakan Hukum di Indonesia.


IJOLARES : Indonesian Journal of Law Research, 1(1), 11–15.

12
Aldy dwi mulyana. (2019). PERANAN MAHKAMAH AGUNG DALAM PENEGAKAN
HUKUM DAN KEADILAN MELALUI KEKUASAAN KEHAKIMAN. Journal
Information, 2(30), 1–17.
Ardiansyah. (2018). Polemik dan Tantangan Penegakan Hukum Progresif dalam Sistem
Hukum Indonesia. Jurnal de Jure, 10(I), 27–44.
Kuba, S. (2022). Optimalisasi Perlindungan Saksi dan Korban Dalam Rangka Memantapkan
Penegakan Hukum Di Indonesia. Jurnal Kajian Ilmiah, 22(1), 89–100.
Kusnadi, A. H. (2023). Tantangan Terkini dalam Sistem Hukum Indonesia. Tugas
Mahasiswa Hukum, 1(1).
Mohd, Y. D., S, R., Widiarso., Tabrani., S., Atika, S., & Saragih, G. M. (2022). Politik
Hukum Kewenangan Mahkamah Agung Dan Mahkamah Konstitusi di Indonesia.
Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 5(1), 1349–1358.
Muntaha, -. (2019). Problematika Lembaga Mahkamah Agung Dalam Penegakan Hukum Di
Indonesia. Jurnal Hukum & Pembangunan, 49(3), 547.
Nabila, M., Salsabila, O., Sitepu, A., Ridoansih, T., & Yunita, S. (2023). Studi Literatur:
Tantangan Dalam Menegakkan Hukum Keadilan Di Indonesia. Jurnal Review
Pendidikan Dan Pengajaran (JRPP), 7(1), 127–133.
Permadi, R., & Wisnaeni, F. (2020). Tinjauan Hukum Kemandirian Dan Independensi
Mahkamah Agung Didalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Jurnal Pembangunan
Hukum Indonesia, 2(3), 399–415.
Permatasari, Y., Jinaratana, A., & Rasji, R. (2022). Proses Peninjauan Kembali Sebagai
Wewenang Mahkamah Agung Berdasarkan Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman.
COMSERVA : Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, 2(8), 1539–1546.
Ratna Anggreini, R. (2021). Relasi Mahkamah Agung Dan Pengadilan Pajak Dalam
Kekuasaan Kehakiman. Jurnal Lex Renaissance, 6(3), 538–561.
Wajdi, F. (2019). Tantangan dan Perbaikan Penegakan Hukum.
https://farid-wajdi.com/detailpost/tantangan-dan-perbaikan-penegakan-hukum

13

Anda mungkin juga menyukai