Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT atas kemudahan yang telah diberikan-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa bantuan-Nya, kami tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang syafa'atnya kita nantikan di akhirat kelak. Kami
bersyukur atas nikmat sehat yang diberikan Allah SWT, baik fisik maupun akal pikiran,
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul Kekuasaan dan
Peran Mahkamah Agung, Tantangan dan Penegakan Hukum di Indonesia dengan dosen
pengampu bapak Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP., M.Si. Kami sadar bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dan masih memiliki banyak kesalahan serta kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini dapat
diperbaiki menjadi lebih baik. Demikian, jika terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini,
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih kepada sebagai dosen pengampu
kami, bapak Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP., M.Si. semoga makalah ini bermanfaat bagi
orang lain dan bagi kami pribadi sebagai penyusun makalah ini. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam pasal 1 ayat 3 UU 1945 menyebutkan bahwa indonesia merupakan salah satu
negara hukum. Pengadilan merupakan peranan penting bagi indonesia sebagai sebuah negara
hukum. Konstitusional di tegaskan Dalam pasal 24 UUD 1945 bahwa kehakiman dan
kekuasaan di indonesia di atur di dalamnya. Di sebutkan bawa puncak kekuasaan indonesia
berada pada Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung. Dalam pasal 24A UU Pasal
tersebut menjelaskan bahwa struktur puncak kekuasaan kehakiman di Indonesia terdiri dari
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Terkait Mahkamah Agung, diatur dalam Pasal
24A UUD 1945, yang menegaskan bahwa Mahkamah Agung memiliki kewenangan untuk
melakukan pengadilan pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang terhadap undang-undang, dan wewenang lain yang diatur dalam undang-
undang. Prinsip tersebut merujuk pada teori trias politika yang dikemukakan oleh
Montesquieu, di mana kekuasaan negara dibagi dan dipisahkan menjadi tiga bidang:
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Bidang yudikatif, atau kehakiman, harus berdiri secara
independen dan terpisah dari kekuasaan eksekutif dan legislatif, sebagai prinsip dasar negara
hukum. Kemerdekaan dan kemandirian kekuasaan yudikatif ini bertujuan agar lembaga
tersebut dapat menjalankan tugas peradilan dengan bebas, menegakkan hukum, dan
mengamankan keadilan tanpa adanya intervensi dari kekuasaan lainnya. Artikel 1

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Jelaskan apa yang dimaksud Mahkamah Agung?
2. Bagaimana peran Mahkamah Agung dalam menjalankan kekuasaan?
3. Apa saja tantangan hukum di Indonesia dan jelaskan cara penegakan hukum di Indonesia?

1.3 TUJUAN
1. Memahami kekuasaan dan peran penting Mahkamah Agung
2. Memahami hukum di Indonesia cara penegakan hukumnya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Mahkamah Agung
Mahkamah Agung berperan sebagai pengadilan negara tertinggi yang mengurusi
segala aspek peradilan, termasuk peradilan umum, agama, militer, dan tata usaha negara.
Dalam menjalankan fungsi-fungsinya, Mahkamah Agung harus beroperasi tanpa terpengaruh
oleh pemerintah atau faktor-faktor lainnya. Berdasarkan ketentuan Pasal 20 ayat (2) Undang-
Undang Kekuasaan Kehakiman, Mahkamah Agung memiliki kewenangan untuk melakukan
pengadilan pada tingkat kasasi, melakukan judicial review, serta wewenang lain yang telah
ditentukan dalam undang-undang. Apabila terdapat keputusan pengadilan pada tingkat kasasi
yang ingin diajukan untuk peninjauan kembali, pihak yang bersangkutan dapat
mengajukannya ke Mahkamah Agung, kecuali ada ketentuan lain yang diatur dalam undang-
undang. Proses peninjauan kembali harus memperhatikan kondisi dan mekanisme yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang. Perlu dicatat bahwa terhadap putusan peninjauan kembali,
tidak dapat dilakukan peninjauan kembali lagi. Artikel 1
Sebelum adanya Amandemen UUD 1945, Mahkamah Agung merupakan satu-satunya
lembaga peradilan tertinggi di Indonesia. Namun, setelah amandemen tersebut dilakukan,
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi lembaga kekuasaan kehakiman di Indonesia.
Perubahan tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor penting, seiring dengan semangat
reformasi untuk memastikan kekuasaan yang merdeka dan independen, yang bebas dari
intervensi lembaga kekuasaan lainnya. Hal ini bertujuan agar lembaga kehakiman dapat
menyelenggarakan peradilan yang adil dan bermanfaat bagi masyarakat. Dalam kerangka
Konstitusi Indonesia saat ini, Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menegaskan bahwa Indonesia
adalah negara hukum. Artikel 1
Mahkamah Agung juga berwenang untuk melakukan Peninjauan Kembali, di mana
permohonannya harus disampaikan oleh pihak yang terlibat dalam perkara, atau warisnya,
atau wakil yang diberi kuasa khusus. Jika pemohon meninggal selama proses peninjauan
kembali, permohonan tersebut bisa dilanjutkan oleh warisnya. Mahkamah Agung memegang
peran sebagai pembina dan pengawas di pengadilan pajak. Ini mencakup memberikan
bimbingan pada aspek teknis peradilan di Pengadilan Pajak dan melakukan pengawasan
terhadap tugas-tugas peradilan serta perilaku hakim. Namun, dalam proses peradilan,
Mahkamah Agung tidak memiliki kewenangan untuk mengoreksi keputusan di tingkat
pertama dan kedua di pengadilan pajak. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk memperbarui
undang-undang peradilan pajak, sehingga sengketa pajak hanya diputuskan di tingkat kasasi.
Hal ini bertujuan agar Mahkamah Agung memiliki kewenangan yang lebih besar untuk
memeriksa, mengadili, dan memutuskan sengketa pajak dengan tujuan memberikan keadilan
hukum bagi Wajib Pajak dalam upaya hukum kasasi. Artikel 2

2.2 Peran Mahkamah Agung


Mahkamah Agung memiliki peran sebagai pembina dan pengawas di dalam
pengadilan pajak, yang mencakup memberikan bimbingan terkait teknis peradilan di
Pengadilan Pajak dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas-tugas peradilan
serta perilaku hakim. Namun, dalam proses peradilan, Mahkamah Agung tidak memiliki
kewenangan untuk mengubah keputusan di tingkat pertama dan kedua di pengadilan pajak.
Oleh karena itu, diperlukan pembaruan dalam Undang-Undang peradilan pajak agar
penyelesaian sengketa pajak terbatas hanya pada tingkat kasasi. Hal ini bertujuan agar
Mahkamah Agung memiliki kewenangan yang lebih besar untuk memeriksa, mengadili, dan
menentukan sengketa pajak dalam wilayah yurisdiksi dengan tujuan memberikan keadilan
hukum bagi Wajib Pajak dalam upaya hukum kasasi. Peran Mahkamah Agung sebagai
pengawas dan pembina di pengadilan serta fungsinya sebagai lembaga terakhir dalam
memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan upaya hukumnya akan menjadi
perhatian dalam penelitian ini, terutama dalam konteks administratif organisasi dan
pengangkatan struktural peradilan. Artikel 2
Dalam menjalankan peran dan wewenangnya sebagai lembaga dalam kekuasaan
yudikatif untuk menyelesaikan sengketa hukum di masyarakat, Mahkamah Agung memiliki
tanggung jawab pengawasan dan bimbingan terhadap pengadilan pajak yang dianggap
sebagai pengadilan khusus yang berada di bawah kendali Mahkamah Agung. Hal ini
menunjukkan bahwa peradilan pajak harus tetap berada dalam lingkup pengawasan
Mahkamah Agung, yang memiliki peran ganda sebagai pengawas dan pembina dalam sistem
peradilan. Penelitian ini akan mengeksplorasi aspek administratif organisasi dan
pengangkatan struktural peradilan, serta mempertimbangkan kewenangan Mahkamah Agung
sebagai lembaga terakhir yang memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengejar
upaya hukumnya. Artikel 4
Peran yang dimainkan oleh Mahkamah Agung dalam menjalankan fungsi peradilan
telah dilakukan sejak lama dan berjalan sesuai dengan tuntutannya. Namun, peran Mahkamah
Agung dalam proses pengadilan dari waktu ke waktu tidak selalu stabil. Dalam memeriksa
dan mengambil keputusan atas kasus-kasus kasasi dan peninjauan kembali, banyak keputusan
yang kemudian menjadi preseden hukum. Baik secara jumlah maupun kualitas, keberadaan
preseden hukum menunjukkan peran yang efektif. Selain itu, Mahkamah Agung juga
berperan dalam meninjau dan memutuskan sengketa seputar kewenangan pengadilan dan
peninjauan kembali atas keputusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.
Interaksi antara Mahkamah Agung dengan lembaga negara lainnya, secara umum, dapat
dilihat sebagai kerjasama dalam kerangka penerapan prinsip check and balance, namun pada
beberapa kasus, terdapat aspek-aspek yang menunjukkan hubungan yang lebih berorientasi
pada subordinasi, yang bisa mengancam prinsip kemandirian kehakiman. Artikel 3

2.3 Tantangan Hukum di Indonesia


Indonesia merupakan Negara hukum yang dimana Negara hukum yang ingin
mewujudkan suatu konsep Negara hukum yang dapat mensejahterakan rakyatnya. Hukum
mempunyai posisi yang strategis di dalam konstelasi ketatanegaraan dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945), yaitu dalam Pasal 1 ayat (3) dinyatakan
secara tegas bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum” (Ardiansyah, 2018). Masalah
yang terus muncul terkait dengan penegakan hukum pidana dan perlindungan Hak Asasi
Manusia masih menjadi perhatian di Indonesia. Hukum memiliki potensi untuk menyediakan
keadilan sosial dan kebahagiaan, tetapi hanya jika aturan-aturan tersebut diikuti sebagai
pedoman atau standar perilaku yang dianggap sesuai atau diperlukan untuk menjaga,
memelihara, dan melindungi perdamaian dalam masyarakat. Oleh karena itu, peran hukum
sangat penting dalam struktur kehidupan bersama dalam masyarakat, negara, dan bangsa.
Namun penegakan hukum di Indonesia masih minim dan terdapat masalah dalam
usaha penegakan hukum yang selalu ditekankan pada pendekatan aspek penegakan undang-
undang semata. Pendapat itu senada dengan ungkapan Ucuk Agiyanto dalam artikel yang
ditulis oleh (Wajdi, 2019) yaitu perkembangan penegakan hukum di Indonesia yang masih
belum berjalan baik, salah satunya karena penegakan hukum yang masih diartikan sebagai
penegakan undang-undang semata sehingga keadilan prosedural dijadikan acuan dalam
proses penegakan hukum. Salah satu tantangan utama yang dihadapi penegakan hukum salah
satunya adalah dalam upaya pemberantasan korupsi. Meskipun telah ada berbagai upaya dan
langkah-langkah hukum yang ditempuh, korupsi masih menjadi masalah serius yang
menggerus kepercayaan publik dan menghambat pembangunan nasional. Upaya
pemberantasan korupsi harus terus ditingkatkan agar negara dapat mencapai tujuan
transparansi, akuntabilitas, dan integritas (Kusnadi, 2023). Selanjutnya, isu yang terkait
dengan hak asasi manusia dan perlindungan masyarakat sipil menjadi fokus utama dalam
konteks hak individu. Pelanggaran hak asasi manusia masih terus terjadi, dan perlindungan
terhadap masyarakat sipil, terutama kelompok yang rentan, harus diperkuat. Tantangan
lainnya meliputi masalah kriminalitas dan keamanan yang terkait dengan perubahan sosial
dan ekonomi. Tingkat kriminalitas tertentu, seperti kekerasan, penyalahgunaan narkotika, dan
kejahatan siber, juga menjadi perhatian yang harus ditangani oleh sistem hukum Indonesia.

Kajian menyajikan beberapa alternatif solusi untuk mengatasi tantangan dalam


penegakan hukum yang berjalan dengan efektif di Indonesia. Salah satunya adalah dengan
memberdayakan lembaga peradilan dan lembaga penegak hukum dengan tujuan memperbaiki
kepercayaan masyarakat terhadap peran dan reputasi lembaga-lembaga tersebut. Ini
mencakup Pengadilan, Kejaksaan, Kepolisian, dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lainnya
(PPNS). Upaya ini bertujuan untuk memastikan supremasi hukum dengan dukungan dari
hakim dan aparat penegak hukum lainnya yang memiliki profesionalisme, integritas, dan
moralitas yang tinggi. Dalam jurnal yang ditulis oleh (Nabila et al., 2023), menjelaskan solusi
untuk meningkatkan system penegakan hukum yang efisien yaitu dengan transparansi dalam
proses peradilan harus ditingkatkan untuk memudahkan partisipasi masyarakat dalam
mengawasi dan memperbaiki sistem manajemen dan administrasi peradilan secara
keseluruhan, sistem rekruitmen dan promosi harus disusun dengan lebih ketat dan diawasi
secara ketat, dengan mempertimbangkan aspek kompetensi, transparansi, dan partisipasi baik
bagi hakim maupun aparat penegak hukum lainnya serta sinkronisasi peraturan perundang-
undangan yang mengatur tugas dan wewenang hakim serta aparat penegak hukum lainnya
harus dilakukan untuk mendukung terciptanya sistem peradilan pidana yang terpadu dan
efisien.

2.4 Upaya Penegakan Hukum di Indonesia

Upaya penegakan hukum tidak akan mencapai hasil optimal tanpa partisipasi aktif
dari masyarakat, termasuk saksi dan korban, dalam memberikan kesaksian dan informasi.
Masalah ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain perundang-undangan yang masih
parsial dan tersebar serta keterbatasan struktural lembaga perlindungan saksi dan korban di
tingkat pusat yang belum merata hingga ke daerah. Selain itu, kesadaran hukum masyarakat
untuk menjadi saksi masih rendah. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan perlindungan saksi
dan korban, perlu terus dilakukan evaluasi dan penyempurnaan perundang-undangan terkait,
serta pengembangan lembaga perlindungan saksi dan korban hingga ke tingkat kabupaten.
Diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah untuk memberikan perlindungan kepada
saksi dan korban melalui pemantapan proses penegakan hukum. Kejahatan saat ini semakin
kompleks, dan perlu dilakukan pemberdayaan saksi dan korban dengan memberikan
perlindungan yang intensif dari penyelidikan hingga persidangan, sehingga mereka dapat
memberikan keterangan secara bebas dan terbuka tanpa tekanan yang mengganggu.
Kesadaran hukum masyarakat untuk menjadi saksi perlu ditingkatkan agar proses peradilan
pidana dapat berlangsung lebih efektif, sehingga penegakan hukum dapat mencapai hasil
yang optimal sesuai dengan harapan masyarakat. Tantangan 2
Untuk mencapai penegakan hukum yang adil di Indonesia, partisipasi aktif dan
sensitivitas masyarakat dalam menghormati hak-hak setiap individu, serta peningkatan
kesadaran moral dan etika, sangatlah penting. Peran aktif masyarakat dalam penegakan
hukum bisa membantu mencegah pengabaian terhadap kasus-kasus hukum yang terjadi. Ada
dua jalur utama di mana masyarakat dapat berperan dalam penegakan hukum di Indonesia,
yaitu melalui pengawasan aktif terhadap penegakan hukum dan kontrol terhadap
pelaksanaannya. Partisipasi warga negara dalam melindungi dan menegakkan hukum di
lingkungan sekitarnya bisa berupa pelaporan aktif terhadap dugaan tindakan kriminal yang
terjadi di sekitar mereka. Kegagalan hukum dalam mewujudkan nilai-nilai moral dapat
mengancam kekuatan hukum itu sendiri, menjadikannya terpisah dan terisolasi dari
masyarakatnya. Keberhasilan penegakan hukum adalah tolok ukur legitimasi hukum di
tengah realitas sosial. Oleh karena itu, hukum tidak dapat dipisahkan dari masyarakat sebagai
landasan kerjanya. Dalam konteks penegakan hukum, peran masyarakat sangatlah penting.
Masyarakat memiliki peran krusial dalam mendukung upaya-upaya negara. Mereka juga
bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan dukungan terhadap tujuan negara. Untuk
mencapai penegakan hukum yang adil dan berkeadilan, partisipasi aktif dan kesadaran moral
dari masyarakat adalah kunci utama. Tantangan 3

Anda mungkin juga menyukai