Segala puji bagi Allah SWT atas kemudahan yang telah diberikan-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa bantuan-Nya, kami tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang syafa'atnya kita nantikan di akhirat kelak. Kami
bersyukur atas nikmat sehat yang diberikan Allah SWT, baik fisik maupun akal pikiran,
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul Kekuasaan dan
Peran Mahkamah Agung, Tantangan dan Penegakan Hukum di Indonesia dengan dosen
pengampu bapak Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP., M.Si. Kami sadar bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dan masih memiliki banyak kesalahan serta kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini dapat
diperbaiki menjadi lebih baik. Demikian, jika terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini,
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih kepada sebagai dosen pengampu
kami, bapak Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP., M.Si. semoga makalah ini bermanfaat bagi
orang lain dan bagi kami pribadi sebagai penyusun makalah ini. Terima kasih.
1.3 TUJUAN
1. Memahami kekuasaan dan peran penting Mahkamah Agung
2. Memahami hukum di Indonesia cara penegakan hukumnya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Mahkamah Agung
Mahkamah Agung berperan sebagai pengadilan negara tertinggi yang mengurusi
segala aspek peradilan, termasuk peradilan umum, agama, militer, dan tata usaha negara.
Dalam menjalankan fungsi-fungsinya, Mahkamah Agung harus beroperasi tanpa terpengaruh
oleh pemerintah atau faktor-faktor lainnya. Berdasarkan ketentuan Pasal 20 ayat (2) Undang-
Undang Kekuasaan Kehakiman, Mahkamah Agung memiliki kewenangan untuk melakukan
pengadilan pada tingkat kasasi, melakukan judicial review, serta wewenang lain yang telah
ditentukan dalam undang-undang. Apabila terdapat keputusan pengadilan pada tingkat kasasi
yang ingin diajukan untuk peninjauan kembali, pihak yang bersangkutan dapat
mengajukannya ke Mahkamah Agung, kecuali ada ketentuan lain yang diatur dalam undang-
undang. Proses peninjauan kembali harus memperhatikan kondisi dan mekanisme yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang. Perlu dicatat bahwa terhadap putusan peninjauan kembali,
tidak dapat dilakukan peninjauan kembali lagi. Artikel 1
Sebelum adanya Amandemen UUD 1945, Mahkamah Agung merupakan satu-satunya
lembaga peradilan tertinggi di Indonesia. Namun, setelah amandemen tersebut dilakukan,
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi lembaga kekuasaan kehakiman di Indonesia.
Perubahan tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor penting, seiring dengan semangat
reformasi untuk memastikan kekuasaan yang merdeka dan independen, yang bebas dari
intervensi lembaga kekuasaan lainnya. Hal ini bertujuan agar lembaga kehakiman dapat
menyelenggarakan peradilan yang adil dan bermanfaat bagi masyarakat. Dalam kerangka
Konstitusi Indonesia saat ini, Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menegaskan bahwa Indonesia
adalah negara hukum. Artikel 1
Mahkamah Agung juga berwenang untuk melakukan Peninjauan Kembali, di mana
permohonannya harus disampaikan oleh pihak yang terlibat dalam perkara, atau warisnya,
atau wakil yang diberi kuasa khusus. Jika pemohon meninggal selama proses peninjauan
kembali, permohonan tersebut bisa dilanjutkan oleh warisnya. Mahkamah Agung memegang
peran sebagai pembina dan pengawas di pengadilan pajak. Ini mencakup memberikan
bimbingan pada aspek teknis peradilan di Pengadilan Pajak dan melakukan pengawasan
terhadap tugas-tugas peradilan serta perilaku hakim. Namun, dalam proses peradilan,
Mahkamah Agung tidak memiliki kewenangan untuk mengoreksi keputusan di tingkat
pertama dan kedua di pengadilan pajak. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk memperbarui
undang-undang peradilan pajak, sehingga sengketa pajak hanya diputuskan di tingkat kasasi.
Hal ini bertujuan agar Mahkamah Agung memiliki kewenangan yang lebih besar untuk
memeriksa, mengadili, dan memutuskan sengketa pajak dengan tujuan memberikan keadilan
hukum bagi Wajib Pajak dalam upaya hukum kasasi. Artikel 2
Upaya penegakan hukum tidak akan mencapai hasil optimal tanpa partisipasi aktif
dari masyarakat, termasuk saksi dan korban, dalam memberikan kesaksian dan informasi.
Masalah ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain perundang-undangan yang masih
parsial dan tersebar serta keterbatasan struktural lembaga perlindungan saksi dan korban di
tingkat pusat yang belum merata hingga ke daerah. Selain itu, kesadaran hukum masyarakat
untuk menjadi saksi masih rendah. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan perlindungan saksi
dan korban, perlu terus dilakukan evaluasi dan penyempurnaan perundang-undangan terkait,
serta pengembangan lembaga perlindungan saksi dan korban hingga ke tingkat kabupaten.
Diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah untuk memberikan perlindungan kepada
saksi dan korban melalui pemantapan proses penegakan hukum. Kejahatan saat ini semakin
kompleks, dan perlu dilakukan pemberdayaan saksi dan korban dengan memberikan
perlindungan yang intensif dari penyelidikan hingga persidangan, sehingga mereka dapat
memberikan keterangan secara bebas dan terbuka tanpa tekanan yang mengganggu.
Kesadaran hukum masyarakat untuk menjadi saksi perlu ditingkatkan agar proses peradilan
pidana dapat berlangsung lebih efektif, sehingga penegakan hukum dapat mencapai hasil
yang optimal sesuai dengan harapan masyarakat. Tantangan 2
Untuk mencapai penegakan hukum yang adil di Indonesia, partisipasi aktif dan
sensitivitas masyarakat dalam menghormati hak-hak setiap individu, serta peningkatan
kesadaran moral dan etika, sangatlah penting. Peran aktif masyarakat dalam penegakan
hukum bisa membantu mencegah pengabaian terhadap kasus-kasus hukum yang terjadi. Ada
dua jalur utama di mana masyarakat dapat berperan dalam penegakan hukum di Indonesia,
yaitu melalui pengawasan aktif terhadap penegakan hukum dan kontrol terhadap
pelaksanaannya. Partisipasi warga negara dalam melindungi dan menegakkan hukum di
lingkungan sekitarnya bisa berupa pelaporan aktif terhadap dugaan tindakan kriminal yang
terjadi di sekitar mereka. Kegagalan hukum dalam mewujudkan nilai-nilai moral dapat
mengancam kekuatan hukum itu sendiri, menjadikannya terpisah dan terisolasi dari
masyarakatnya. Keberhasilan penegakan hukum adalah tolok ukur legitimasi hukum di
tengah realitas sosial. Oleh karena itu, hukum tidak dapat dipisahkan dari masyarakat sebagai
landasan kerjanya. Dalam konteks penegakan hukum, peran masyarakat sangatlah penting.
Masyarakat memiliki peran krusial dalam mendukung upaya-upaya negara. Mereka juga
bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan dukungan terhadap tujuan negara. Untuk
mencapai penegakan hukum yang adil dan berkeadilan, partisipasi aktif dan kesadaran moral
dari masyarakat adalah kunci utama. Tantangan 3