Anda di halaman 1dari 6

1.

Kekuasaan kehakiman di Indonesia  dinyatakan bebas dan tidak memihak


seperti tercantum dalam amandemen Undang-Undang Dasar 1945
(Amandemen ke III) Pasal 24 yng telah diperbaharui namun pada kenyataannya
sering terjadi penyimpangan, jelaskan faktor penyimpangan tersebut !
2. Jelaskan tugas pokok dan fungsi mahkamah agung!
3. Jelaskan kekuasaan mahkamah konstitusi berdasarkan Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2003 !
4. Jelaskan penggolongan dan klasifikasi hukum menurut Achmad  Sanusi  !
5. Jelaskan 5 sistem hukum yang berlaku di Indonesia !

1.Amandemen UUD 1945 menjadi salah satu pertanda terjadinya sebuah perubahan
ketatanegaraan Indonesia yang terjadi karena munculnya sebuah gerakan reformasi. Pada
awalnya tidak semua kelompok masyarakat setuju dengan adanya amandemen UUD
1945, ada kelompok masyarakat yang setuju dan ada yang tidak setuju. Kelompok yang
pro amandemen berpendapat bahwa sudah waktunya untuk merubah UUD 1945 karena
dianggap tidak sesuai dengan perkembangan yang ada dan tidak mampu mewujudkan
kehidupan masyarakat yang demokratis.
Sedangkan kelompok yang kontra berargumen bahwa  mengubah atau mengganti UUD
1945 berarti tidak memiliki rasa nasionalisme karena materi UUD 1945 merupakan hasil
penilaian dan pemahaman para founding fathers yang matang sehingga UUD 1945 tidak
perlu diotak-atik. Kelompok ini berpendirian bahwa spirit of nationalism jauh lebih
penting daripada spirit of constitution itself. Disamping itu, kelompok yang kontra juga
beralasan bahwa UUD 1945 tidak perlu disentuh, karena secara konseptual UUD 1945
sudah baik, yang tidak mampu adalah faktor manusianya . Akan tetapi yang terjadi
adalah dorongan untuk mengamandemen UUD 1945 jauh lebih kuat sehingga kondisi
inipun direspon oleh MPR dalam sidang tahunan 1999.
Jauh sebelum masa reformasi, sesungguhnya sudah ada gagasan untuk mengamandemen
UUD 1945 sebagaimana dikemukakan Harun Alrasyid dalam Harian Merdeka yang terbit
pada tanggal 18 Maret 1972. Pada saat itu, Harun Alrasyid menekankan perlunya
reformasi konstitusi karena dianggap kurang sempurna dan terlalu summier, terlalu
banyak masalah yang diserahkan kepada pembuat peraturan yang lebih rendah serta tidak
menjamin secara tegas hak asasi manusia .

Mahkamah Agung mempunyai beberapa tugas pokok yang sangat penting, diantaranya sebagai
berikut ini:

1. Tugas Kasasi

Mahkamah agung yaitu suatu lembaga pengadilan negara tertinggi yang merupakan lambaga
kasasi.

Tugas pelaksanaan diatur dalam pasal 20 yang berbunyi:


“Kalo putusan pengadilan tingkat banding dalam lingkungan peradilan umum bisa dimintakan
kasasi pada mahkamah agung oleh pihak berkepentingan, baik mengenai perkara perdata atau
perkara pidana, dengan cara yang diatur dengan undang-undang”.

2. Tugas Peninjauan Kembali

Meninjau kembali atas hasil keputusan dari pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang
tetap terhadap perkara perdata atau pidana yang bisa diajukan terhadap pihak yang mempunyai
kepentingan.

Yang didalamnya juga ada ahli waris yang termasuk dalam pihak yang bermasalah.

Tugas peninjauan kembali tersebut diatur pada pasal 21 UU No. 14 tahun 1970 dan pasal 52 UU
No. 13 tahun 1965.

3. Tugas Memutuskan Sengketa

Tugas dan fungsi mahkamah agung adalah tempat buat memutuskan perkara dengan melakukan
aju banding dalam putusan wasit dengan nilai harga tertentu.

Dalam pasal 46 ayat 3 UU No. 13 tahun 1965 mengatur pemutusan sengketa mengenai
wewenang mengadili antara pengadilan-pengadilan di beberapa lingkungan pengadilan.

4. Tugas Menguji

Berdasarkan pasal 26 UU No. 14 tahun 1970, Mahkamah Agung berhak menguji peraturan yang
lebih rendah dari UU terhadap sah atau tidaknya suatu perkara UU yang lebih tinggi, yang
dilakukan dengan jalan putusan kasasi oleh Mahkamah Agung.

Fungsi Mahkamah Agung

Ada beberapa fungsi pokok dari Mahkamah Agung, diantaranya yaitu sebagai berikut ini:

1. Fungsi Peradilan

Fungsi peradilan pada mahkamah agung sangat berkaitan erat dengan fungsi-fungsi dan juga
tugas utama dari seluruh sistem peradilan di Indonesia.

Hal ini menunjukkan, kalo mahkamah agung yaitu sebuah sistem pengadilan yang tertinggi,
dimana mahkamah agung juga didaulat buat melakukan fungsi peradilan, meski cuma
diperkenankan melakukan proses peradilan pada tingkat kasasi.
Ada beberapa tugas yang berhubungan dengan fungsi peradilan dari mahkamah agung, yaitu:

 Membina keseragaman dalam penegakan hukum.


 Melakukan peninjauan kembali terhadap suatu kasus.
 Melakukan putusan kasasi terhadap suatu kasus.
 Menjaga supaya hukum dan juga keadilan di seluruh wilayah Indonesia dapat dijalankan
dan juga diaplikasikan dengan benar dan tepat sasaran agar menghindari penyebab
tawuran di Indonesia.
 Melakukan proses pemeriksaan dan juga memberikan putusan hukum.
 Menjadi hakim yang memberikan putusan terakhir, dimana hasil dari putusan hakim
agung dan juga mahkamah agung bersifat sangat mengikat dan juga sangat kuat, karena
merupakan proses tertinggi dan terakhir.

2. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan yaitu sebuah fungsi dimana mahkamah agung punya peran dan juga fungsi
sebagai pengawas dan melakukan proses supervisi terhadap segala bentuk peradilan yang
berjalan di Indonesia.

Baik itu dari sisi putusan hakim, berbagai macam kasus, dan juga segala bentuk proses peradilan
di Indonesia.

Menurut Undang-Undang, tujuan dari fungsi pengawasan ini adalah untuk menjaga agar setiap
kegiatan peradilan yang dilakukan.

Di Indonesia bisa terlaksana dengan seksama dan wajar, dan berpedoman pada asas peradilan
yang sederhana, cepat, tanpa mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa.

Fungsi pengawasan ini terbagi jadi beberapa tugas-tugas lainnya, yaitu:

 Mengawasi setiap putusan yang dihasilkan dari kegiatan persidangan di seluruh wilayah
Indonesia.
 Bertanggung jawab atas segala keputusan dan hasil peradilan yang terjadi di Indonesia.
 Memastikan kalo setiap kegiatan peradilan yang sedang berlangsung sudah sesuai degan
asas-asas yang berlaku di Indonesia dan gak melanggar baik UU atau kode etik.
 Megawasi tingkah laku dan juga perbuatan dari setiap pejabat peradilan dalam
menyelesaikan perkara.
 Memberi peringatan, tegran dan juga sanksi terhadap pejabat serta perangkat peradilan
yang menyalahi aturan yang jadi penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan
kewenangan.
 Memberikan petunjuk buat para hakim dalam melaksanakan tugas peradilan.

3. Fungsi Mengatur

Tugas dari Hakim Agung dalam fungsi mengatur ini, yaitu seperti berikut ini:
 Membuat peraturan acara sendiri apabila hal tersebut dianggap perlu.
 Mengatur lebih lanjut mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan peradilan.
 Menambahkan aturan tambahan apabila belum ada pada undang-undang yang berlaku di
Indonesia.
 Sebagai pelengkap atau pengisi kekurangan yang muncul pada saat proses peradilan
sedang berlangsung.

4. Fungsi Nasehat

Fungsi memberikan nasihat yaitu fungsi sekaligus kewenangan dari mahkamah agung dalam
memberikan masukan, pertimbangan, dan bimbingan.

Baik pada seluruh kegiatan dan juga proses peradilan di Indonesia, dan juga buat kapala Negara
dalam menjalankan wilayah eksekutifnya.

Dalam perannya sebagai pemberi nasehat, ada beberapa tugas yang diemban oleh mahkamah
agung, yaitu:

 Memberikan nasihat atau pertimbangan-pertimbangan lain yang perlu pada lembaga


tinggi Negara lain dalam bidang hukum.
 Memberikan nasihat dan petunjuk pada presiden sebagai kepala Negara dalam membuat
keputusan atau menyelesaikan suatu persoalan yang berhubungan dengan hukum di
negaranya.
 Meminta keterangan dan juga memberikan instruksi tertentu berupa pertimbangan dan
juga bimbingan pada pengadilan di semua lingkungan yang jadi bagian dari keseluruhan
Mahkamah Agung, dan wilayah hukum Indonesia.

5. Fungsi Administratif

Fungsi administrative pada mahkamah agung ini dilakukan buat memberikan segala bentuk
pertimbangan dan juga hal yang sifatnya administratif.

Seperti pemberian sanksi, jadi pengawas, membuat regulasi-regulasi dan kode etik yang harus
dipegang teguh, serta peraturan dalam proses persidangan yang sedang berlangsung.

Fungsi administratif yang ada pada tangan mahkamah agung dijabarkan dalam tugas-tugas
berikut ini:

 Mengatur, memanage, dan juga bertanggung jawab terhadap susunan kepaniteraan dari
semua lembaga peradilan yang ada di seluruh Indonesia
 Mengatur fungsi dari badan peradilan di seluruh Indonesia, seperti peradilan umum,
peradilan agama, peradilan militer, peradilan tata usaha Negara, dan lainnya secara
administratif.
 Menjadi payung buat setiap kegiatan dan proses peradilan yang sedang berlangsung dan
juga udah berakhir yang terjadi di wilayah hukum peradilan Indonesia.
6. Fungsi Lain-Lain

Selain tugas pokok buat menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 dan
Pasal 38 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985.

Mahkamah Agung bisa diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-undang.

Pasal 24

(1) Hakim konstitusi sebelum diberhentikan dengan tidak hormat,


diberhentikan sementara dari jabatannya dengan Keputusan
Presiden atas permintaan Ketua Mahkamah Konstitusi, kecuali
alasan pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2) huruf a.
(2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling lama 60 (enam puluh) hari kerja dan dapat diperpanjang
untuk paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.
(3) Dalam hal perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) telah berakhir tanpa dilanjutkan dengan pemberhentian,
yang bersangkutan direhabilitasi dengan Keputusan Presiden.
(4) Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (3) dikeluarkan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja sejak diterimanya permintaan Ketua Mahkamah
Konstitusi.
(5) Sejak dimintakan pemberhentian sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), hakim konstitusi yang bersangkutan
dilarang menangani perkara.
Menurut Prof Dr Achmad Sanusi
       PIH termasuk dalam mata pelajaran dasar (basis leervak), karena sebagai mata pelajaran dasar
itulah maka PIH bukan merupakan  suatu pelajaran dasar itulah maka PIH bukan merupakan
suatu mata pelajaran latihan berpraktek, sehingga jarang sekali diperlukan didalam praktek,
dalam jabatan-jabatan negeri maupun swasta, namun demikian, sebagai mata pelajaran PIH
harus dikuasai oleh mereka yang ingin mempelajari cabang-cabang ilmu hukum. Maka dari itu
PIH tidak boleh dianggap kecil nilainya.
Hakikat PIH
a. PIH merupakan suatu mata pelajaran yang menjadi pengantar dan petunjuk jalan bagi
siapapun yang ingin mempelajari ilmu hukum, yang ternyata sangat luas ruang
lingkupnya, mahasiswa tidak akan mungkin memahami dengan baik mengenai berbagai
cabang ilmu hukum tanpa menguasai mata pelajaran PIH terlebih dahulu
b. Sebagai suatu mata pelajaran, PIH memberikan dan menanamkan pengertian dasar
mengenai arti, permasalahan dan persoalan-persoalan dibidang hukum sehingga menjadi
mata pelajaran utama yang harus dikuasai oleh mahasiswa yang ingin mendalami ilmu
hukum.

c. PIH memberikan gambaran-gambaran dan dasar yang jelas mengenai sendi-sendi utama
hukum itu sendiri, berbeda dengan cabang-cabang ilmu hukum lainnya, PIH mempunyai
cara pendekatan yang khusus ialah memberikan pandangan tentang hukum secara umum
d. Karena PIH merupakan mata pelajaran dasar maka bagi mahasiswa yang ingin
mempelajari ilmu hukum harus menguasai mata pelajaran PIH lebih dahulu, tanpa
penguasaan PIH, mereka akan mendapatkan kesulitan atau kegagalan

Sistem hukum di Indonesia menganut sistem hukum Eropa Kontinental atau Civil Law. Hal ini
dapat dilihar dari sejarah dan politik hukum, sumber hukum maupun sistem penegakan
hukumnya. Terima kasih telah membaca Kompas.com. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight
di email kamu. Daftarkan email Di mana sistem tersebut banyak berkembang di negara-negara
Eropa, seperti Belanda, Prancis, Italia, Jerman. Kemudian di Amerika Latin dan Asia. Di Asia,
salah satunya Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Pada sistem hukum Eropa Kontinental
memiliki karakteristik sebagai berikut: Berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran
Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Yustinianus. Corpus Juris Civilis (kumpulan berbagai
kaidah hukum yang ada sebelum masa Yustinianus) dijadikan prinsip dasar dalam perumusan
dan kodifikasi hukum di negara-negara Eropa. Prinsip utamanya bahwa hukum itu memperoleh
kekuatan mengikat. Karena berupa peraturan yang berbentuk undang-undang yang tersusun
secara sistematis dalam kodifikasi. Tujuan hukum adalah kepastian hukum Adagium yang
terkenal "tidak ada hukum selain undang-undang". Hakim tidak bebas dalam menciptakan
hukum baru. Karena hakim hanya menerapkan dan menafsirkan peraturan yang ada berdasarkan
wewenang yang ada padanya. Putusan hakim tidak mengikat umum tetapi hanya mengikat para
pihak yang berpekara saja. Sumber hukum utamanya adalah undang-undang yang dibentuk oleh
badan legislatif. Pada mulanya hukum hanya digolongkan menjadi dua, yaitu hukum publik
(hukum tata negara, hukum administrasi negara, hukum pidana) dan hukum privat (hukum
perdata dan hukum dagang).

Anda mungkin juga menyukai