Anda di halaman 1dari 32

PERAN APARAT

PENEGAK HUKUM
Kelompok 1
Alif Akhtari Hidayat
Alviyan Purwadarma
Angelia Tiara Suwandono
Aulia Putri Nur Rahma
Ayu Ambarwati
Zayda Elvaretta Winarto
1. Kepolisian
2. Kehakiman
3. Kejaksaan dan Panitera
4. Advokat
5. Pengadilan Negeri
01
KEPOLISIAN
Menurut Pasal 5 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2002 : “Kepolisian
Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlingdungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam
negeri”.
DASAR HUKUM
LEMBAGA KEPOLISIAN

UU 2 tahun 2002 tentang Polri


mencabut Undang-Undang Nomor
28 Tahun 1997 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
TUGAS
KEPOLISIAN
Sebagaimana diatur dalam UU
No. 2 Tahun 2002, khususnya
pada Pasal 13. Ditegaskan
bahwa Polri bertugas :
1. Memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat.
2. Menegakkan hukum.
3. Memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat.
Peran dalam Rangka Penegakan dan
Perlindungan Hukum
Polri dengan keberadaannya membawa empat peran strategis, yakni:
1. Perlindungan masyarakat
2. Penegakan Hukum
3. Pencegahan pelanggaran hukum
4. Pembinaan Keamanan dan Ketertiban masyarakat

Sebagaimana diatur dalam ketentuan UU No. 2 Tahun


2002 tentang Polri secara gamblang dirumuskan bahwa
tugas pokok Polri adalah penegak hukum, pelindung,
pengayom dan pembimbing masayarakat terutama dalam
rangka kepatuhan dan ketaatan pada hukum yang berlaku
02
KEHAKIMAN
o UUD NRI Tahun 1945 Pasal 24 Ayat 1 :
"Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan DASAR
keadilan"
o UUD NRI Tahun 1945 Pasal 24 Ayat 2: HUKUM
“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.
o UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman
UUD NRI Tahun 1945 Pasal 24 Ayat 1 yang berubunyi
"Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan“ memuat definisi dari
kekuasaan kehakiman di Indonesia
Kekuasaan Kehakiman untuk Menegakkan
Keadilan
Kekuasaan kehakiman menjadi kekuasaan yang sangat fundamental
dan sebagai bagian dari poros kekuasaan yang mempunyai fungsi
menegakkan keadilan. Kekuasaan kehakiman dalam susunan kekuasaan
negara menurut UUD 1945 setelah perubahan tetap ditempatkan pada
kekuasaan yang mandiri bebas dari campur tangan kekuasaan lain.
Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh Mahkamah Agung (MA),
badan-badan peradilan lain dibawah MA, yaitu peradilan umum, peradilan
tata usaha negara, peradilan militer, dan peradilan agama serta
Mahkamah Konstitusi. Kemudian untuk menjaring hakim-hakim agung
yang perofesional dan mempunyai integritas terhadap profesinya
sebagai penegak hukum dan keadilan, terdapat lembaga yang khusus
diadakan untuk rekrutmen calon-calon hakim agung yaitu Komisi
Yudisial.
Tujuan Kekuasaan Kehakiman

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan kekuasaan kehakiman yang
merdeka ini :
1. Sebagai bagian dari sistem pemisahan atau pembagian kekuasaan
diantara badan-badan penyelenggara negara, kekuasaan kehakiman
diperlukan untuk menjamin dan melindungi kebebasan individu;
2. Kekuasaan kehakiman yang merdeka diperlukan untuk mencegah
penyelenggara pemerintahan bertindak sewenang-wenang dan menindas;
3. Kekuasaan kehakiman yang merdeka diperlukan untuk menilai keabsahan
suatu peraturan perundang-undangan sehingga sistem hukum dapat
dijalankan dan ditegakkan dengan baik.
Penyelenggara Kekuasaan Kehakiman:

Badan Peradilan yang


Mahkamah Agung Mahkamah Konstitusi Berada Di Bawah MA
Pasal pasal yang mengatur Pasal pasal yang mengatur
tentang Mahkamah Konstitusi Terdiri dari Badan Peradilan
tentang Mahkamah Agung
diantaranya adalah Pasal 24C Umum, Agama, Militer, dan
diantaranya adalah Pasal 24A
UUD NRI Tahun 1945. Tata Usaha Negara
UUD NRI Tahun 1945.
Tugas dan Fungsi Mahkamah Agung

1. FUNGSI PERADILAN
Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang bertugas
membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga
agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar.
2. FUNGSI PENGAWASAN
Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan
peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan
seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-
undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
3. FUNGSI NASEHAT
Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum
kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). 
Tugas dan Fungsi Mahkamah Agung
4. FUNGSI MENGATUR
Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan
peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah
Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-
undang No.14 Tahun 1985).
5. FUNGSI ADMINISTRATIF
Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja
Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang
No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
6. FUNGSI LAIN-LAIN
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain
Tugas dan Fungsi Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi RI mempunyai 4 (empat) kewenangan dan 1 (satu) kewajiban
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar NRI Tahun1945.
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk:
1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Memutus pembubaran partai politik, dan
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
5. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden diduga melakukan pelanggaran (impeachment)
03
KEJAKSAAN
DAN
PANITERA
Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan
yang melaksanakan kekuasaan negara secara
merdeka terutama pelaksanaan tugas dan
kewenangan di bidang penuntutan dan
melaksanakan tugas dan kewenangan di
bidang penyidikan dan penuntutan perkara
tindak pidana korupsi dan Pelanggaran HAM
berat serta kewenangan lain berdasarkan
undang-undang.
Pelaksanaan kekuasaan negara tersebut
diselenggarakan oleh:

Kejaksaan agung Kejaksaan tinggi Kejaksaan negeri


Berkedudukan di ibu kota Berkedudukan di ibu kota
negara Indonesia dan daerah Berkedudukan di ibu kota
provinsi dan daerah kabupaten/kota dan daerah
hukumnya meliputi wilayah hukumnya meliputi wilayah
kekuasaan negara Indonesia. hukumnya meliputi wilayah
provinsi. kabupaten/kota.
Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan RI, Pasal 2 ayat (1) ditegaskan bahwa “Kejaksaan
R.I. adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan negara dalam bidang penuntutan serta
kewenangan lain berdasarkan undang-undang”.

DASAR
HUKUM Pasal 2 ayat (2) UU No. 16 Tahun 2004, bahwa Kejaksaan adalah
lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan secara merdeka. Artinya, bahwa dalam melaksanakan
fungsi, tugas dan wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya.
TUGAS KEJAKSAAN
UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I. juga telah mengatur tugas dan
wewenang Kejaksaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, yaitu :

Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:


a) Melakukan penuntutan
b) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan bersyarat
d) Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang
e) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
TUGAS KEJAKSAAN
Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak
di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah. 
Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut menyelenggarakan
kegiatan: 
a) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat.
b) Pengamanan kebijakan penegakan hukum.
c) Pengamanan peredaran barang cetakan
d) Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan
negara.
e) Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama.
f) Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.
Peran dalam rangka Penegakan dan
Perlindungan Hukum

Peran kejaksaan RI diatur diatur dalam UU No.16 tahun 2004 pasal


30 yaitu untuk melakukan penuntutan, melaksanakan penetapan hakim
dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuataan hukum tetap,
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana,
pengawasan dan keputusan pidana bersyarat
Panitera adalah pejabat pengadilan yang salah
satu tugasnya adalah membantu hakim dalam
membuat berita acara pemeriksaan dalam
proses persidangan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia


(KBBI), Panitera disebut pejabat kantor
sekretariat pengadilan yang bertugas pada Dalam menjalankan
bagian administrasi pengadilan, membuat tugasnya Panitera biasa
berita acara persidangan, dan tindakan dibantu oleh beberapa orang
administrasi lainnya. Panitera Muda dan Panitera
Pengganti.
DASAR
Tugas dan fungsi
jabatan panitera di HUKUM
Mahkamah Konstitusi
disinggung sekilas
dalam UU No. 24 Tahun
2003 tentang MK
TUGAS PANITERA

Panitera bertanggung jawab atas


pengurusan berkas perkara,
putusan, dokumen, akta, buku
daftar, biaya perkara, uang titipan
pihak ketiga, surat-surat berharga,
barang bukti dan surat-surat
lainnya yang disimpan di
kepaniteraan. Dalam perkara perdata,
Panitera bertugas
melaksanakan putusan
Pengadilan.
Peran dalam rangka Penegakan
dan Perlindungan Hukum

Peran panitera dalam perlindungan hukum ialah :


1. Membantu Hakim dalam persidangan perkara
perdata dan pidana.
2. Mencatat jalannya persidangan
3. Membuat berita acara, mengetik konsep putusan
dan menandatangani berita acara dan putusan.
4. Melaporkankegiatan persidangan kepada
panitera muda yang bersangkutan secara tepat
dan cermat.
04
ADVOKAT
Pengacara, Advokat atau kuasa hukum
adalah kata benda, subyek. Dalam praktik
dikenal juga dengan istilah Konsultan
Hukum. Dapat berarti seseorang yang
melakukan atau memberikan nasihat (advis)
dan pembelaan “mewakili” bagi orang lain
yang berhubungan (klien) dengan
penyelesaian suatu kasus hukum.
DASAR HUKUM
TUGAS ADVOKAT

1. Mewawancarai seorang klien dan menyediakan mereka dengan nasihat hukum ahli.
2. Meneliti dan dapat mempersiapkan kasus dan menghadirkan mereka di pengadilan.
3. Menulis sebuah dokumen hukum dan menyiapkan pembelaan tertulis untuk kasus
perdata.
4. Penghubung dengan suatu profesional lain seperti pengacara.
5. Mengkhususkan diri dalam bidang hukum yang tertentu.
6. Mewakili para klien di pengadilan, pertanyaan publik, arbitrase dan pengadilan.
7. Mempertanyakan seorang saksi.
8. Melakukan negosiasi.
Peran Dalam Rangka Penegakan dan
Perlindungan Hukum
Advokat sebagai seorang penasihat hukum berperan untuk memastikan bahwa
hak-hak seorang tersangka, terdakwa dan terpidana tidak dilanggar. Advokat
bertindak sebagai penyeimbang terhadap upaya paksa yang diberikan oleh
undang-undang kepada penegak hukum. Peran advokat ini menjadi penting.
Ketiadaan seorang penasehat hukum dalam proses peradilan pidana
memungkinkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang berpengaruh terhadap
hasil putusan pengadilan. Oleh karena itu, seorang penasihat hukum bukan
hanya perlu sekedar hadir tetapi juga harus memiliki kompetensi untuk membela
hak-hak tersangka, terdakwa dan terpidana dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai