PENEGAK HUKUM
Kelompok 1
Alif Akhtari Hidayat
Alviyan Purwadarma
Angelia Tiara Suwandono
Aulia Putri Nur Rahma
Ayu Ambarwati
Zayda Elvaretta Winarto
1. Kepolisian
2. Kehakiman
3. Kejaksaan dan Panitera
4. Advokat
5. Pengadilan Negeri
01
KEPOLISIAN
Menurut Pasal 5 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2002 : “Kepolisian
Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlingdungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam
negeri”.
DASAR HUKUM
LEMBAGA KEPOLISIAN
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan kekuasaan kehakiman yang
merdeka ini :
1. Sebagai bagian dari sistem pemisahan atau pembagian kekuasaan
diantara badan-badan penyelenggara negara, kekuasaan kehakiman
diperlukan untuk menjamin dan melindungi kebebasan individu;
2. Kekuasaan kehakiman yang merdeka diperlukan untuk mencegah
penyelenggara pemerintahan bertindak sewenang-wenang dan menindas;
3. Kekuasaan kehakiman yang merdeka diperlukan untuk menilai keabsahan
suatu peraturan perundang-undangan sehingga sistem hukum dapat
dijalankan dan ditegakkan dengan baik.
Penyelenggara Kekuasaan Kehakiman:
1. FUNGSI PERADILAN
Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang bertugas
membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga
agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar.
2. FUNGSI PENGAWASAN
Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan
peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan
seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-
undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
3. FUNGSI NASEHAT
Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum
kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Tugas dan Fungsi Mahkamah Agung
4. FUNGSI MENGATUR
Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan
peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah
Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-
undang No.14 Tahun 1985).
5. FUNGSI ADMINISTRATIF
Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja
Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang
No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
6. FUNGSI LAIN-LAIN
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain
Tugas dan Fungsi Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi RI mempunyai 4 (empat) kewenangan dan 1 (satu) kewajiban
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar NRI Tahun1945.
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk:
1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Memutus pembubaran partai politik, dan
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
5. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden diduga melakukan pelanggaran (impeachment)
03
KEJAKSAAN
DAN
PANITERA
Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan
yang melaksanakan kekuasaan negara secara
merdeka terutama pelaksanaan tugas dan
kewenangan di bidang penuntutan dan
melaksanakan tugas dan kewenangan di
bidang penyidikan dan penuntutan perkara
tindak pidana korupsi dan Pelanggaran HAM
berat serta kewenangan lain berdasarkan
undang-undang.
Pelaksanaan kekuasaan negara tersebut
diselenggarakan oleh:
DASAR
HUKUM Pasal 2 ayat (2) UU No. 16 Tahun 2004, bahwa Kejaksaan adalah
lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan secara merdeka. Artinya, bahwa dalam melaksanakan
fungsi, tugas dan wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya.
TUGAS KEJAKSAAN
UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I. juga telah mengatur tugas dan
wewenang Kejaksaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, yaitu :
1. Mewawancarai seorang klien dan menyediakan mereka dengan nasihat hukum ahli.
2. Meneliti dan dapat mempersiapkan kasus dan menghadirkan mereka di pengadilan.
3. Menulis sebuah dokumen hukum dan menyiapkan pembelaan tertulis untuk kasus
perdata.
4. Penghubung dengan suatu profesional lain seperti pengacara.
5. Mengkhususkan diri dalam bidang hukum yang tertentu.
6. Mewakili para klien di pengadilan, pertanyaan publik, arbitrase dan pengadilan.
7. Mempertanyakan seorang saksi.
8. Melakukan negosiasi.
Peran Dalam Rangka Penegakan dan
Perlindungan Hukum
Advokat sebagai seorang penasihat hukum berperan untuk memastikan bahwa
hak-hak seorang tersangka, terdakwa dan terpidana tidak dilanggar. Advokat
bertindak sebagai penyeimbang terhadap upaya paksa yang diberikan oleh
undang-undang kepada penegak hukum. Peran advokat ini menjadi penting.
Ketiadaan seorang penasehat hukum dalam proses peradilan pidana
memungkinkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang berpengaruh terhadap
hasil putusan pengadilan. Oleh karena itu, seorang penasihat hukum bukan
hanya perlu sekedar hadir tetapi juga harus memiliki kompetensi untuk membela
hak-hak tersangka, terdakwa dan terpidana dengan benar.