Anda di halaman 1dari 10

KEDUDUKAN DAN FUNGSI kedudukan kejaksaan secara Konstitusinal di

KEJAKSAAN DALAM SISTEM dalam UUD1945 tidak ditegaskan


pengaturannya karena belum diatur secara jelas.
KETENAGA KERJAAN
DIINDONESIA Kata kunci: Kedudukan dan fungsi, Kejaksaan,
Sistem Ketatanegaraan.
OLEH : NIA GABRIELLA KAIHENA
18071101028 PENDAHULUAN

Audi H. Pondaag, SH, MH A. Latar Belakang


Dr. Donna O. Setiabudhi, SH, MH Negara sebagai sebuah organisasi
kekuasaan memiliki otoritas untuk memaksakan
kehendak kepada warganya. Pemaksaan
Abstrak kehendak tersebut memiliki tujuan agar
ketertiban dan keamanan hidup bersama dalam
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah organisasi kekuasaan dapat terwujud. 1 Pasal 1
untuk mengetahui bagaimana Kedudukan ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945
Kejaksaan dalam sistem ketatanegaraan menegaskan bahwa negara Indonesia adalah
Indonesia dan bagaimana pelaksanaan peran negara hukum, mengandung pengertian bahwa
Kejaksaan sebagai lembaga yang menjalankan segala tatanan kehidupan berbangsa,
fungsi Yudikatif tapi merupakan bagian dari bermasyarakat dan bernegara adalah didasarkan
Eksekutif. Dengan menggunakan metode atas hukum.
penelitian yuridis normative, dsimpulkan: 1 Pernyataan negara hukum kemudian
Kedudukan Kejaksaan dalam Sistem ditandai adanya lembaga Yudikatif yang
Ketatanegaraan di Indonesia merupakan bertugas untuk menegakkan aturan hukum.
lembaga penegak hukum yang bertindak Walaupun posisi Kejaksaan dalam
sebagai Penuntut Umum yang berkaitan juga ketatanegaraan Indonesia tidak sebut secara
dengan kekuasaan kehakiman. Namun hal ini spesifik di dalam UndangUndang Dasar 1945
tidak terdapat pada UUD NRI 1945. Hal ini hasil amandemen, akan tetapi lembaga
justru menimbulkan keambiguan terhadap Kejaksaan tetap penting karena Kejaksaan
pemaknaan Kejaksaan RI apakah sebagai alat adalah lembaga yang ada di setiap sistem
Negara atau alat Pemerintah yang memperoleh ketatanegaraan di Negara manapun di seluruh
kekuatan hukum tetap dan independen sebagai dunia, dengan demikian Kejaksaan RI tidak bisa
penggugat dan terguggat yang tidak hanya di kesampingkan posisi dan perannya di dalam
memberikan pertimbangan atau membela penegakkan hukum di Indonesia, dan secara de
kepentingan Negara atau Pemerintah, tetapi facto pun sudah mengambil perannya sejak
juga membela dan melindungi kepentingan proklamasi kemerdekaan berada di luar
rakyat sehingga independensi kejaksaan lingkungan Departemen Kehakiman, dan
menjadi hal mutlak dalam implementasi kemudian pada tanggal 30 Juni 1961
kegiatan penegakkan hukum dan keadilan bagi dikeluarkanlah Undang-undang Nomor 15
semua warga Negara. 2. Pelaksanaan peran Tahun 1961 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kejaksaan yang menjalankan fungsi yudikatif, Kejaksaan Republik Indonesia. Dalam
sebagai lembaga penuntutan tetap independen perjalanannya Undang-Undang tersebut
berada pada kontrol dan kekuasaan eksekutif mengalami beberapa kali pergantian yaitu
yang mempunyai posisi sentral dalam UndangUndang Nomor 5 Tahun 1991 tentang
merumuskan dan mengendalikan kebijakan Kejaksaan Republik Indonesia, yang kemudian
sistem peradilan sehingga langkah penyidikian digantikan dengan Undang-Undang Nomor 16
dan penuntutan terangkai dalam satu kesatuan
proses yang searah. Hanya saja pengaturan dan

1
Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik mengakomodasi salah satu kebutuhan dasar
Indonesia. dalam ketatanegaraannya. Di bidang hukum, hal
Posisi Kejaksaan dalam Ketatanegaraan yang berubah adanya penegasan Indonesia
Republik Indonesia saat ini (pasca amandemen sebagai Negara hukum. Namun semangat
UUD 1945) menurut Undang-Undang Nomor reformasi tahun 1998 di bidang hukum ternyata
16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik tak tertuang secara eksplisit di dalam Undang-
Indonesia adalah bagian dari sistem Peradilan Undang Dasar 1945 hasil empat kali
Pidana Perdata dan Tata Usaha Negara. amandemen (1999-2002). Bagaimana diatur
Sedangkan secara de jure eksistensi lembaga pada Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar
kejaksaan pun sejak kemerdekaan Indonesia 1945 yaitu Kekuasaan kehakiman merupakan
tahun 1945 sudah dilindungi peraturan kekuasaan yang merdeka untuk
perundang-undangan. 2 Salah satu hal penting menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
yang tertulis dalam UndangUndang 1945 hasil hukum dan keadilan. Kemudian pada Pasal 24
amandemen adalah pernyataan Indonesia ayat (2) UndangUndang Dasar 1945 dinyatakan
sebagai Negara hukum seperti disebutkan Bab 1 bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
dan Kedaulatan, Pasal 1 ayat (3). Indonesia sebuah Mahkamah Agung dan peradilan yang
sebagai Negara hukum (rechstaat) bukan berada di bawahnya dalam lingkungan
sebagai Negara berdasarkan kekuasaan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
(machstaat) melahirkan konsekuensi logis lingkungan peradilan militer, lingkungan
penerapan dasar-dasar dan prinsipprinsip peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah
Negara hukum baik dari dasar konvensi yang Mahkamah Konstitusi. Di dalam UU No 48
disepakati para ahli tatanegara di Indonesia tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman juga
maupun di mancanegara, termasuk teori-teori dikemukakan, kekuasaan kehakiman adalah
Negara hukum yang sudah diakui. Pengaturan kekuasaan negara yang merdeka untuk
Indonesia sebagai Negara hukum maka bisa menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
dilihat dari tataran ideal dan tataran faktual, hak dan keadilan berdasarkan Pancasila dan
yaitu bagaiman hukum-hukum ketatanegaraan UU 1945 demi terselenggaranya negara hukum
Indonesia seharusnya sesuai kaidah Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang
hukum dalam mengatur kehidupan berbangsa Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan
dan bernegara dari aspek hukum. Di dalam Republik Indonesia. Undang-Undang tersebut
batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa kewenangan untuk
persoalan hukum hanya tercantum dalam Bab melaksanakan kekuasaan Negara di bidang
IX tentang Kekuasaan Kehakiman, yaitu pada penuntutan dilakukan oleh Kejaksaan, selain
Pasal 24 dan Pasal 25. berperan dalam peradilan pidana, Kejaksaan
UndangUndang Dasar 1945 sebenarnya juga memiliki peran lain dalam bidang hukum,
mengatur secara eksplisit tetapi tidak detail perdata, dan Tata Usaha Negara, yang mewakili
karena UndangUndang Dasar 1945, Negara dan pemerintah dalam perkara perdata
menggunakan alimat normatif yang sangat dan TUN.3 Berdasarkan ketentuan tersebut bisa
umum, seperti tertuang di dalam Pasal 24 ayat di katakan tugas kejaksaan di dalam
(2), yaitu “Susunan dan kekuasaan badanbadan penyelenggaraan negara kita sangatlah penting,
kehakiman itu diatur dengan undang-undang”. karena selaku institusi tempat bernaungnya
kalau melihat kebutuhan dasar berbangsa dan seluruh jaksa, maka kejaksaan mempunyai
bernegara dari aspek hukum ketidaktegasan peran penting selaku penghubung antara
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan masyarakat dengan Negara dalam menjaga
kelemahan Undang-Undang 1945 sebagai tegaknya Hukum dan Norma yang berlaku di
sebuah konstitusi Negara Republik Indonesia. masyarakat
Hal ini disebabkan konstitusi tidak

2 3
Hamzah, Andi, Op.cit., Hlm. 70

2
B. Rumusan Masalah tetapi dalam prakteknya bahwa pergaulan dalam
masyarakat berdasarkan hubungan hukum tidak
1. Bagaimana Kedudukan Kejaksaan dalam jarang menimbulkan sengketa, baik dilihat dari
sistem ketatanegaraan Indonesia? aspek hukum Pidana, hukum Perdata maupun
hukum Tata Usaha
2. Bagaimana pelaksanaan peran Kejaksaan Negara, maka sejak tahun 1991 Kejaksaan
sebagai lembaga yang menjalankan fungsi diberi tambahan tugas dan wewenang, yaitu di
Yudikatif tapi merupakan bagian dari bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, yaitu
Eksekutif? untuk bertindk atas nama dan mewakili Negara
atau pemerintah baik di luar maupun di dalam
C. Metode Penulisan pengadilan.
Apabila terjadi dalam ruang lingkup
Metode yang digunakan dalam
Hukum Pidana, maka sudah selayaknya peran
penulisan skiripsi ini adalah metode
Kejaksaan dalam menangani permasalahan
kepustakaan (library research) atau yang
tersebut sebaiknya diatur dalam Undang-
dikenal dengan metode penelitian hukum
undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
normatif. Sehingga, teknik pengumpulan data
Kejaksaan Republik Indonesia. Pasal 2 ayat (1)
yang dilakukan bersumber dari datadata yang
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
bersifat sekunder seperti peraturan perundang-
Kejaksaan Republik
undangan, teori hukum, pendapat para sarjana,
Indonesia menyebutkan bahwa :
serta ketentuan hukum yang berkaitan dengan
“Kejaksaan Republik Indonesia yang
bahasan yang hendak dicapai dalam tulisan ini.
selanjutnya dalam Undang-undang ini disebut
Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang
PEMBAHASAN melaksanakan kekuasaan Negara di bidang
Penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan
A. Kedudukan Kejaksaan dalam Sistem Undangundang”.
Ketatanegaraan di Indonesia Lembaga Kejaksaan sesuai Pasal 30 ayat
Kedudukan Kejaksaan dalam sistem (1), (2), dan (3) memiliki tugas dan wewenang
ketatanegaraan seperti dijelaskan Pasal 2 ayat di bidang Pidana (antara lain melakukan
(1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 Penuntutan), bidang Perdata dan Tata Usaha
tentang Kejaksaan Republik Indonesia adalah Negara (dapat mewakili Pemerintah dalam
sebagai “lembaga pemerintahan yang Peradilan Tata Usaha Negara), serta tugas dan
melaksanakan kekuasaan Negara di bidang wewenang untuk ketertiban dan ketentraman
Penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan umum.
Undang-ndang.” Di bidang Pidana sesuai Pasal 1 ayat (1)
Kejaksaan adalah merupakan Penuntut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Umum dalam perkara pidana yang mewakili Kejaksaan Republik Indonesia maka Jaksa
Negara dan masyarakat. Di lain sisi, Kejaksaan adalah pejabat fungsional yang diberi
adalah sebagai pihak yang utama dalam wewenang oleh undang-undang untuk bertindak
mewakili Negara di pengadilan dan sebagai Penuntut Umum dan pelaksanaan
melaksanakan kewajibannya untuk menerapkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
peraturan-peraturan hukum. Kedudukan dan kekuatan hukum tetap serta wewenang lain
peran Kejaksaan Republik Indonesia sebagai berdasarkan undang-undang.
Lembaga Negara yang melaksanakan Melihat fungsinya sebagai Penuntut
kekuasaan Negara melalui penegakan hukum Umum di bidang Pidana, Jaksalah yang
khususnya di bidang Penuntutan, diharapkan menentukan apakah seseorang bisa diproses
untuk lebih berperan dalam menegakkan secara hukum atau tidak, bahkan Kejaksaanlah
supremasi hukum, perlindungan kepentingan yang melaksanakan eksekusi atas hukuman bagi
umum, dan penegakan hak asasi manusia. Akan para terdakwa setelah adanya putusan dari
Majelis Hakim di persidangan. Dengan

3
demikian dari sudut kepentingan Peradilan demikian, fungsi Jaksa sebagai kuasa Negara
Pidana, lembaga kejaksaan merupakan lembaga harus mengarah kepada kecenderungan global
penting, vital, dan strategis dalam rangka tujuan dan kebijakan nasional.
penegakan hukum di Indonesia. Berdasarkan Ketentuan tersebut bahwa
Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara,
tentang Hukum Acara Pidana Kejaksaan mempunyai kewenangan untuk dan
atas nama Negara atau pemerintah sebagai
(KUHAP), dalam perkara tindak pidana korupsi penggugat atau tergugat yang dalam
pun, Kejaksaan diberikan kewenangan untuk pelaksanaanya tidak hanya memberikan
menyidik perkara tersebut. Kejaksaan juga pertimbangan atau membela kepentingan
dianggap sebagai pengendali proses perkara Negara atau Pemerintah, tetapi juga membela
dikarenakan hanya lembaga Kejaksaan yang dan melindungi kepentingan rakyat. Jadi
dapat menentukan suatu kasus dapat Kejaksaan tidak hanya sebagai Penuntut Umum,
dilimpahkan ke pengadilan atau tidak, tetapi dalam menangani perkara Perdata dan
disamping itu Kejaksaan juga merupakan satu- Tata Usaha Negara, Kejaksaan bertindak selaku
satunya institusi pelaksana putusan pidana. kuasa hukum atau wakil pemerintah sebagai
Seterusnya di bidang ketertiban dan badan hukum dengan surat kuasa khusus
ketentraman umum, sebagaimana diatur dalam melaksanakan tugasnya dengan baik di dalam
Pasal 30 ayat (3), fungsi dan kewenangan maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama
Kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan pemerintah dan Negara.
antara lain pengamanan kebijakan penegakan Pada hakekatnya, alasan mendasar yang
hukum serta peningkatan kesadaran hukum menyebabkan Kejaksaan diberi peran dalam
masyarakat. Selain itu Kejaksaan turut bidang perdata dan tata usaha Negara tersebut
menyelenggarakkan kegiatan pengawasan karena adanya kondisi objektif yang
peredaran barang cetakan, pengawasan aliran memerlukan peran Kejaksaan dibidang tersebut.
kepercayaan yang dapat membahayakan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004
masyarakat dan Negara. Selain itu turut memberikan tugas dan kewenangan kepada
menyelenggarakan pencegahan Kejaksaan untuk berperan dibidang hukum
penyalahgunaan dan atau penodaan agama, perdata dan tata usaha Negara karena di
serta penelitian dan pengembangan hukum serta Indonesia sebagai Negara hukum yang
penelitian dan pengembangan hukum serta menyelenggarakan hukum dari Negara atau
statistik kriminal. Untuk bidang Perdata dan pemerintah dalam bidang perdata dan tata usaha
Tata Usaha Negara lembaga Kejaksaan menjadi Negara. Sikap ini menggambarkan pandangan
bagian dari proses Peradilan Tata Usaha yang antisipatif dari kekuasaan legislatif
Negara. Pasal 30 ayat (2) disebutkan : (pembuat undang-undang) dalam menghadapi
“Dibidang Perdata dan Tatat Usaha Negara permasalahan-permasalahan yang bersifat
Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak nasional dan internasional yang akan timbul
baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dimasa depan di dalam bidang perdata dan tata
dan atas nama Negara dan pemerintah.” usaha Negara.

Pasal 30 ayat (2) UU Kejaksaan tersebut B. Pelaksanaan Peran Kejaksaan Sebagai


diatur kemudian oleh Pasal 24 Keputusan Lembaga Yang Menjalankan Fungsi
Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Yudikatif Tapi Merupakan Bagian Dari
Susunan Organisasi dan Tata kerja Kejaksaan Eksekutif
Republik Indonesia. Dalam praktik,
Indonesia membagi kekuasaan negara
pelaksanaan tugas sebagai Kuasa Negara dapat
kedalam tiga kekuasaan yang dijalankan oleh
juga dilaksanakan oleh Pengacara berprofesi
lembaga masing-masing yaitu lembaga
advokat, disamping Jaksa dalam kapasitas
eksekutif, lembaga legislatif dan lembaga
sebagai kuasa yang mewakili Negara, bukan
yudikatif. Yang telah kita ketahui Lembaga
dalam kapasitas Penuntut Umum. Dengan

4
Yudikatif adalah lembaga pemerintahan yang 2) Mengadakan penyidikan lanjutan terhadap
fungsinya mengawasi penerapan undangundang kejahatan dan pelanggaran serta mengawasi
atau UUD dan hukum yang berlaku, maka dan mengkoordinasi alat-alat penyidik
lembaga yudikatif dan kekuasaan kehakiman menurut ketentuanketentuan dalam
kehadirannya tidak dapat dipisahkan karena Undang-undang Hukum Acara Pidana dan
lembaga yudikatif adalah lembaga yang lain-lain Peraturan
menjalankan kekuasaan kehakiman di Negara.
Indonesia, sehingga lembaga yudikatif di 3) Mengawasi aliran-aliran kepercayaan yang
bentuk sebagai alat penegak hukum, penguji dapat membahayakan Masyarakat dan
material, penyelesaian perselisihan, serta Negara
mengesahkan atau membatalkan peraturan yang 4) Melaksanakan tugas-tugas khusus lainnya
bertentangan dengan dasar negara. yang diberikan oleh sesuatu
Ketidaktegasan Undang-Undang Dasar
1945 menentukan garis batas yudikatif atau Peraturan Negara.
eksekutif untuk kedudukan semua lembaga
yang masuk ke dalam Pasal 24 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945
Kekuasaan Kehakiman, seharusnya akan menyebutkan, “Kekuasaan
terkoreksi ketika ada momen amandemen
Undang-Undang Dasar 1945 pada tahun 1999- Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkama
2002. Akan tetapi harapan Reformasi bidang Agung dan lain-lain badan Kehakiman
hukum dalam kasus independensi Kejaksaan menurut Undang-undang.” Kemudian pada ayat
tidak tersentuh perubahan walaupun (2) disebutkan, “Susunan dan kekuasaan
amandemen telah dilakukan empat kali dalam badan-badan Kehakiman itu diatur dengan
kurun tiga tahun. Yang perlu diketahui Undang-undang.” Di luar pasal ini dalam
kedudukan kejaksaan sebagai salah satu Undang-undang Dasar 1945 sebelum
lembaga penegak hukum yang fungsinya amandemen, bahkan setelah amandemen, tidak
berkaitan dengan kekuasaan kehakiman ada keterangan lain mengenai aturan eksplisit
mempunyai posisi sentral dalam sistem tentang pembagian kekuasaan eksekutif,
peradilan pidana. Kejaksaan merumuskan dan legislatif, dan yudikatif selain pengaturan
mengendalikan kebijakan sistem peradilan langsung pada pasal demi pasalnya untuk setiap
pidana, sehingga langkah penyidikan dan lembaga tersebut. Akibatnya tatkala pengaturan
penuntutan terangkai dalam satu kesatuan Kekuasaan Kehakiman pasalnya bersifat luwes
proses yang searah. Saat ini kedudukan atau dengan istilah sebagai “pasal karet” maka
kejaksaan tidak diatur dalam Undang-Undang pasa yang demikian sangat potensial
Dasar 1945, melainkan hanya diatur di dalam menimbulkan multifasir. Ditinjau dari proses
undang-undang. Dengan demikian perlunya dan penafsiran pasal konstitusi yang menjadi
diatur dalam konstitusi karena keberadaan dasar pada saat penyusunan Undang-undang
kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum Kejaksaan memang tidak ada yang bisa
harus bekerja secara independen tanpa pengaruh disalahkan. Hanya saja, ketika Undang-undang
pihak manapun, sebagaimana Mahkamah tersebut dibaca, barulah terasa ada sesuatu yang
Agung dan lembaga penegak hukum lain. Maka janggal dari sisi independensi Kejaksaan yang
pada undang-undang Nomor 15 tahun 1961 berada di bawah eksekutif (Presiden) sementara
mengalihkan kedudukan lembaga kejaksaan tugas dan fungsinya bersifat yudikatif.
dari lingkungan yudikatif menjadi eksekutif. Sebetulnya titik permasalahannya berakar dari
Dalam Pasal 2 ayat (1) hingga (4) disebutkan peraturan perundangundangan, yaitu Undang-
Ketentuan-ketentuan Pokok Kejaksaan RI : undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
1) Mengadakan Penuntutan dalam perkara- Kejaksaan Republik Indonesia yang
perkara pidana prapengadilan yang memasukkan fungsi sebagai “Pengacara
berwenang dan menjalankan keputusan dan Negara” ke dalam Kejaksaan, walaupun tidak
penetapan hakim pidana mengistilahkan dengan “Pengacara Negara”.

5
Hal ini yang menambah rumit persoalan (lembaga legislatif). Hal ini yang kemudian
Kejaksaan secara yuridsi. menjadi bahan perdebatan karena hal ini
menyalahi kaidah Negara hukum dalam hal
Kerumitan dalam kaitan eksistensi pembagian kekuasaan, di mana di dalam Negara
Kejaksaan yaitu : hukum tidak dibolehkan kekuasaan berada di
satu tangan dan harus ada pembatasan
1. Kedudukan Kejaksaan di bawah kekuasaan kekuasaan secara check and balances.
eksekutif, sementara Kejaksaan Kedudukan Kejaksaan di Amerika Serikat
menjalankan fungsi Yudikatif, yaitu misalnya diangkat oleh Presiden, tetapi Presiden
Penuntuttan terlebih dulu berkonsultasi dengan lembaga
2. Adanya tugas dan fungsi Kejaksaan di legislatif (Kongres). Fakta permasalahan ini
bidang Perdata dan Tata Usaha Negara yang sangat terkait dengan teori
kemudian berkembang munculnya istilah Negara hukum dan teori pembagian kekuasaan.
Jaksa Pengacara Negara (JPN) selain Beberapa lembaga terkait peradilan
sebagai Jaksa Penuntut Umum (JPU) sudah berada dalam posisi yang tepat seperti
Kerumitan-kerumitan yuridis ini yang Mahkamah Konstitusi (MK), Mahkamah
tidak sinkron dengan semangat Indonesia yang Agung (MA) dan lembagalembaga peradilan
menegaskan diri sebagai Negara hukum seperti dibawah MA baik lingkungan peradilan umum,
tertuang di dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3) lingkungan peradilan agama, lingkungan
Undang-undang Dasar Negara Republik peradilan militer maupun lingkungan peradilan
Indonesia tata usaha Negara. Semua lembaga peradilan
1945. Kerumitan terjadi karena Undang- tersbut berada dalam wilayah kekuasaan
undang Dasar 1945 hasil amandemen tidak yudikatif. Akan tetapi lembaga Kejaksaan
menyebutkan sama sekali tentang Kejaksaan. masih ambivalen, melaksanakan fungsi
Pasal 24 ayat (2), bahwa “Kekuasaan yudikatif dalam hal Penuntutan tetapi secara
Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkama kelembagaan berada dalam wilayah kekuasaan
Agung dan badan peradilan yang berada di Eksekutif (Presiden).
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, Dalam tataran aturan hirarkii
lingkungan peradilan agama, lingkungan pemerintah, pengarahan Presiden kepada setiap
peradilan militer, lingkungan peradilan tata pembantunya adalah legal dan sah, bahkan
usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkama sudah yang diemban Kejaksaan pengarahan
Konstitusi.” Peluang keberadaan Kejaksaan tersebut membiasakan fungsi yudikatif
secara konstitusional hanya terdapat dalam Kejaksaan yang seharusnya independen,
Pasal 24 ayat (3) Undangundang Dasar 1945, merdeka seperti ditegaskan tertulis dalam
“Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan perundang-undangan. Inilah bukti bahwa
dengan kekuasaan Kehakiman diatur dalam sistem kedudukan dan fungsi Kejaksaan
undang-undang” menjalankan tugas-tugas yudikatif, yaitu
Penuntutan, tetapi secara hirarkis organisasional
Dengan demikian, akhirnya dasar Kejaksaan RI berada dalam kontrol dan
yuridis kedudukan Kejaksaan hanya kekuasaan Presiden sebagai pimpinan eksekutif
berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun tertinggi.
2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Ambivalensi ini semakin kompleks pada
Oleh karena Undang-undang Dasar tidak saat Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991
menyebutkan sama skali tentang Kejaksaan tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang
terlebih mengatur harus ditempatkan di bawah menggantikan
kekuasaan eksekutif atau yudikatif, maka Undangundang Nomor 15 Tahun 1961 tentang
perumus Undang-Undang Nomor 16 Tahun Ketentuan-ketentuan Pokok Kejaksaan
2004 pun menempatkan Kejaksaan berada di Republik Indonesia mengatur tugas tambahan
dalam wilayah kekuasaan eksekutif (Presiden) untuk Kejaksaan dalam bidang tata usaha
secara tak terkontrol oleh lembaga lain Negara untuk mewakili Negara atau pemerintah

6
baik di dalam pengadilan maupun luar penguasa, sehingga dalam perspektif budaya,
pengadilan, sehingga secara kelembagaan meletakkan Jaksa Agung sebagai anggota
terjadilah rangkap fungsi aparat Kejaksaan di kabinet ataupun pejabat setingkat menteri juga
bidang Penuntutan (yudikatif) dan wakil Negara amat mempengaruhi independensi lembaga
atau pemerintah dalam perkara di bidang tata Kejaksaan.
usaha Negara (tugas eksekutif).
Pada kenyataannya Presiden menguasai PENUTUP
dan mengontrol lembaga Kejaksaan secara
penuh sudah selayaknya ditinjau ulang. Terlebih
A. Kesimpulan
Kejaksaan menjalankan tugas dan wewenang di
bidang Penuntutan yang merupakan pekerjaan Dari uraian pembahasan yang
Yudikatif, sementara lembaga yang
sehubungan mengenai Skripsi ini, maka dapat
menanganinya yaitu Kejaksaan berada di bawah penulis menarik kesimpulan bahwa :
Eksekutif. Dengan kedudukan dan posisi 1. Kedudukan Kejaksaan dalam Sistem
Kejaksaan sepenuhnya berada di dalam wilayah Ketatanegaraan di Indonesia merupakan
kekuasaan eksekutif (Presiden), hal ini tidak lembaga penegak hukum yang bertindak
sesuai dengan semangat check and balances sebagai Penuntut Umum yang berkaitan
dalam konteks pembagian kekuasaan yang juga dengan kekuasaan kehakiman. Namun
dianut Indonesia pada saat ini. Pola check and hal ini tidak terdapat pada UUD NRI 1945.
balances Amerika Serikat barangkali bisa Hal ini justru menimbulkan keambiguan
menjadi gambaran betapa pengangkatan Jaksa terhadap pemaknaan Kejaksaan RI apakah
Agung oleh Presiden AS tetap dengan sebagai alat Negara atau alat Pemerintah
berkonsultasi dengan lembaga legislatif. Dalam yang memperoleh kekuatan hukum tetap
prinsip Indonesia bukan sebagai Negara dan independen sebagai penggugat dan
kekuasaan (machstaat), maka tidak boleh terjadi terguggat yang tidak hanya memberikan
sentralisasi kekuasaan pada satu kelompok, satu pertimbangan atau membela kepentingan
lembaga, terlebih terpusat pada perorangan Negara atau Pemerintah, tetapi juga
yaitu Presiden. Pada zaman Orde Lama sempat membela dan melindungi kepentingan
muncul penghalusan sentralisasi kekuasaan rakyat sehingga independensi kejaksaan
dengan istilah “Demokrasi Terpimpin”. Makna menjadi hal mutlak dalam implementasi
di balik istilah itu adalah “memang Indonesia kegiatan penegakkan hukum dan keadilan
berdemokrasi, tapi sebuah demokrasi yang bagi semua warga Negara.
terkendali, terkontrol, dan terpimpin.” Sebuah 2. Pelaksanaan peran Kejaksaan yang
konotasi terkendali, terkontrol, dan terpimpin menjalankan fungsi yudikatif, sebagai
oleh seorang Presiden, yaitu Bung Karno lembaga penuntutan tetap independen
sebagai Presiden/ Panglima Tertinggi Angkatan berada pada kontrol dan kekuasaan
Bersenjata/ Pemimpin Besar Revolusi. Selain eksekutif yang mempunyai posisi sentral
itu berdasarkan beberapa pertemuan terdapat dalam merumuskan dan mengendalikan
hal penting, yakni keberadaan sistem kebijakan sistem peradilan sehingga
penuntutan dalam menjalankan perannya di langkah penyidikian dan penuntutan
suatu negara agar dapat berjalan dengan baik, terangkai dalam satu kesatuan proses yang
harus disesuaikan dengan budaya dan sejarah searah. Hanya saja pengaturan dan
dari masing-masing negara. Kedudukan kedudukan kejaksaan secara Konstitusinal
kejaksaan sebagai bagian dari kekuasaan di dalam UUD
eksekutif dipengaruhi oleh faktor politis dan 1945 tidak ditegaskan pengaturannya
budaya sejarah masa lalu. Dalam lintasan
karena belum diatur secara jelas.
sejarah ketatanegaraan Indonesia keberadaan
kejaksaan sebagai bagian dari eksekutif
dipengaruhi sejarah penegakan hukum
Indonesia yang selalu mendapat intevensi dari

7
B. Saran UnsurUnsurnya, (Jakarta: IU-Press, 1995),
hlm. 20
1. Kedudukan atau keberadaan Kejaksaan di Bambang Waluyo, “Menyoal Perubahan
dalam ketatanegaraan Indonesia. Perlu Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004
penting dikembangkan pengaturan lebih Tentang Kejaksaan Republik Indonesia”,
lanjut mengenai keberadaan posisi yang sebagaimana dimuat di dalam
jelas. Karena hal ini banyak menimbulkan Jurnal Bina Adhyaksa Vol. II No. 1
perdebatan terkait dengan tugas dan fungsi Maret 2011
dari Kejaksaan yang independen agar Chairul Anwar, 1999, Konstitusi dan
terhindar dari perdebatan maupun intervensi Kelembagaan Negara, (Jakarta: CV. Novindo
pihak lain. Sehingga kedepannya dapat Pustaka Mandiri).
tercipta legitimasi yang kuat demi menjamin Darji Darmodiharjo dkk, Santiaji Pancasila,
independensi dari kejaksaan itu. (Jakarta: Kurnia Esa, 1985).
2. Peran Kejaksaan khususnya di bidang Hamzah Andi, 1990. Pengatur Hukum Acara
penuntutan belum juga jelas diatur Pidana Indonesia. Ghalia Indonesia.
keberadaanya di dalam konstitusi. Maka Jakarta.
perlu diatur secara jelas dan tegas Ismail Suny. 1983. “Pergeseran Kekuasaan
keberadaanya di dalam Konstitusi Negara Eksekutif. Jakarta”. Aksara Baru.
Indonesia agar diharapkan akan menjadi Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan
jembatan sekaligus pandu arah bagi Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam
Kejaksaan RI untuk melaksanakan tugas UUD 1945, Ctk. Kedua, FH UII Press,
dan kewenangannya di bidang penuntutan Yogyakarta, 2005.
secara mandiri dan independen, agar dapat Joeniarto, Demokrasi dan Sistem
memiliki dasar hukum yang bersifat Pemerintahan Negara, Ctk. Kedua, PT Bina
Konstitusional. Sehingga kedepannya Aksara, Jakarta, 1984.
penempatan lembaga Kejaksaan RI di dalam Mohammad Husein. Tirtaadmijaja, Kedudukan
Konstitusi yang berkaitan juga dengan law Hakim dan Jaksa, Jakarta, Fasco,
reform bisa diatur atau dimasukan ke dalam 1995.
agenda perubahan UUD 1945 ( amandemen Marwan Effendy, Kejaksaan Republik
konstitusi). Indonesia, Posisi dan Fungsinya dari
Perspektif Hukum, Ghalia Indonesia,
DAFTAR PUSTAKA 2007.
Munir Fuady, Teori Negara Hukum
B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara (Rechstaat), (Bandung: Regika Aditama, 1985).
Indonesia, Cahaya Atma Pustaka, 2015, Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-faktor Yang
Yogyakarta. Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Ahmad Andriadi, 2012. Kedudukan Kejaksaan Jakarta: Rajawali.
dalam Sistem Ketatanegaraan Republik
Indonesia (Telah Kritis Terhadap Undang- Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata
Undang Nomor 16 Negara Indonesia Pasca Amandemen
Tahun 2004 tentang Kejaksaan UUD 1945, (Jakarta: Prenada Media,
Republik Indonesia), Bagian Hukum 2010).
Tata Negara, Fakultas Hukum Valerine, J.L.K, Diktat: Metode Penelitian
Didit Ferianto Pilok, 2013,Kedudukan dan Hukum Kumpulan Bahan Bacaan
Fungsi Jaksa Dalam Peradilan Pidana untuk Program S2 dan S3, UI, 2012,
Menurut KUHAP,Lex Crimen Vol. Jakarta.
II/No. 4/Agustus/2013 Yusril Ihza Mahendra, Kedudukan Kejaksaan
Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia Agung dan Posisi Jaksa Agung Dalam
Analitis Yuridis Normatif Tentan Sistem Presidensial di Bawah UUD

8
1945, Kencana Prenada, Media Group, I Dewa Gede Dana Sugama, 2014, Surat
Jakarta, 2012. Perintah Penghentian Penyidikan
Suharyo, Laporan Akhir Tim Penelitian Hukum (SP3) dalam Pemberantasan Tindak
Tentang Masalah Hukum Pidana Korupsi, Vol. 3, No. 1, Jurnal
Pelaksanaan Putusan Peradilan Magister Hukum Udayana, hlm.2
dalam Penegakan Hukum, (Jakarta: Independensi Kejaksaan Sebagai Pelaksana
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kekuasaan Penuntutan Dalam Sistem
2005), hlm. 21 KetataNegaraan Indonesia,
Andi Hamzah, “Posisi Kejaksaan dalam Sistem Dipubliskasikan Pada Jurnal
Ketatanegaraan Republik Konstitusi Pusat Kajian Konstitusi
Indonesia”, (Jakarta 20 Juli 2000), Fakultas Hukum Universitas Bengkulu
hlm. 5-6 Volume III Nomor 2 November 2010

Peraturan Perundang-undangan
Website
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Andi Fahrudin, Tugas dan Wewenang
Kejaksaan di Bidang Perdata dan Tata
Undang-Undang No. 16 Tahun 2004, dimana Usaha Negara (Studi Kasus di
dinyatakan bahwa kekuasaan Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat),
Kejaksaan Republik Indonesia adalah dikutip dari
lembaga pemerintahan yang https://media.nelti.com/media/publicat
melaksanakan kekuasaan dibidang ions/209892-tugasdan-
penuntutan serta kewenangan lain wewenangkejaksaan-di-bidang-p.pdf, diakses
berdasarkan undang-undang yang pada tanggal 6 April 2022
dilaksanakan secara merdeka.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang https://digilib.uns.ac.id > detail > An…Analisis
Kekuasaan Kehakiman eksistensi kejaksaan sebagai lembaga
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang pemerintah dalam sistem… (diakses
Advokat pada tanggal 26 maret 2022)
Undang-undang Nomor 15 Tahun 1961
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2000 Tentang Online Etymology Dictionary
Program Pembangunan Nasional <http://www.etymonline.com/index.p
Tahun 2000-2004 hp?allowed_ in_ frame=0&search=
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2005 right&searchmode=none> diakses 2
Oktober 2012

Jurnal/Makalah What is Shariah,


Fiat Justitia, Vol. 1 No. 2 Sep 2013 <http://suite101.com/article/what-is-shariah-
a71667> Diakses 3
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Sebagai Oktober 2012
Landasan Indonesia Baru Yang https://www.google.com/url?sa=t&source=web
Demokratis, (Pokok-Pokok Pikiran &cd=&ved=2ahUKEwi4jfCG8PX
tentang Perimbangan Kekuasaan 5AhUIUGwGHdKtBFIQFnoECA8Q
Eksekutif dan Legislatif Dalam Rangka AQ&url=https%3A%2F%2Fppa.go
Perubahan Undang-Undang Dasar .id%2Fkedudukan-kejaksaan-
l945, Makalah, Disampaikan Dalam dalamsistemketatanegaraanindonesia
Seminar Hukum Nasional VII, Badan %2F%3Famp&usg=AOvVaw0XZPI
Pembinaan Hukum Nasional, KAz5 Ngcu 1SRAoPNH1
Departemen Kehakiman RI, l999.

9
Martian Basiang, “Landasan Hukum Jaksa
Pengacara Negara” , diakses dari
(http//:www.wordpress.com/MartinBa
siang,landasan-
hukumJaksaPengacara-Negara), pada
tanggal 02 September 2022

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.c
om/nasional/read/2022/03/25/0400
0061/lembaga-yudikatif-dan-
kekuasaan-kehakiman-di-indonesia
Jimly Asshiddiqie, Gagasan
Negara Hukum
Indonesia,
https;//www.jimly.com/makalah/nama
file/57/Konsep_Negara_Hukum_I
ndonesia.pdf

Sumber Lain

Komisi Hukum Nasional dan Masyarakat


Pemantau Peradilan Indonesia,
Pembaharuan Kejaksaan.

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata


Usaha Negara sebagai Kantor
Pengacara Negara

10

Anda mungkin juga menyukai