Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PANCASILA

NEGARA PARIPURNA

Dosen Pengampu:
Prof. Zuly Qodir

Disusun oleh :
Zeke Nandana Sulthon_20230520054

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul "Negara Paripurna". Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas akademis guna
memahami konsep dan implementasi negara paripurna dalam konteks sosial dan politik.

Buku "Negara Paripurna" menjadi pilihan yang menarik bagi penulis karena membawa pembaca
untuk menjelajahi konsep negara yang lebih dari sekadar entitas politik. Buku ini memberikan
pandangan holistik terhadap negara, mencakup aspek-aspek yang mencerminkan keberlanjutan,
keadilan, dan kebahagiaan masyarakat.

Melalui makalah ini, penulis bertujuan untuk menguraikan konsep negara paripurna yang
diusung dalam buku tersebut, menjelaskan sejarah dan perkembangan pemikiran di baliknya,
serta mengevaluasi relevansinya dalam dinamika sosial dan politik kontemporer. Berbagai
pendekatan dan konsep yang diungkapkan dalam buku menjadi bahan refleksi kritis bagi penulis
guna menyajikan pandangan yang lebih mendalam.

Selain itu, makalah ini juga mencoba menyajikan analisis terhadap konsep negara paripurna
dalam konteks perbandingan dengan sistem negara lainnya, menyoroti kelebihan dan
kekurangannya. Dengan demikian, diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif
bagi pembaca dalam memahami esensi dan relevansi konsep negara paripurna.

Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam proses penulisan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam
tentang konsep "Negara Paripurna" dan mampu menginspirasi pembaca untuk terus menggali
pengetahuan dalam bidang sosial dan politik.

Semoga makalah ini bermanfaat

27 November 2023

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
Latar Belakang..............................................................................................................................4
Rumusan Masalah........................................................................................................................5
Tujuan..............................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................5
PENGERTIAN AQIDAH ISLAM...................................................................................................5
DASAR DASAR AQIDAH ISLAM................................................................................................5
TUJUAN AQIDAH ISLAM.............................................................................................................6
MANFAAT MEMPELAJARI AQIDAH ISLAM............................................................................7
BAB III..................................................................................................................................................8
PENUTUP............................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................8

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pancasila adalah warisan dari jenius Nusantara. Sesuai dengan karakteristik lingkungan
alamnya, sebagai negeri lautan yang ditaburi pulau-pulau (archipelago), jenius Nusantara juga
merefleksikan sifat lautan. Sifat lautan adalahmenyerap dan membersihkan, menyerap tanpa
mengotori lingkungannya. Sifatlautan juga dalam keluasannya, mampu menampung segala
keragaman jenis danukuran. Sebagai “negara kepulauan” terbesar di dunia, yang membujur di
titik strategis persilangan antarbenua dan antarsamudera, dengan daya tarik kekayaansumber
daya yang berlimpah, Indonesia sejak lama menjadi titik-temu penjelajahan bahari yang
membawa pelbagai arus perubahan. Maka, jadilah Nusantara sebagaitamansari peradaban
dunia.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis uraikan, maka dapat dirumuskan
permas

Tujuan
Berdasarkan tema yang kami angkat tentang system akhlak islam maka tujuan
tentang penulisan makalah ini adalah membangun akhlak islam yang lebih baik
dari sebelumnya

4
BAB II
PEMBAHASAN

Kemanusiaan Universal
Dalam kesadaran kemanusiaan secara universal, Indonesia hanyalahsebagian kecil di muka
bumi, tetapi tetap merupakan bagian penting dari planet ini.Indonesia adalah negara kepulauan
terbesar di dunia, yang menjadi lokasi strategis persilangan antar benua dan antar samudera.
Dengan daya tarik berupa kekayaansumberdaya yang berlimpah, Indonesia menjadi titik temu
yang membawa proses penyerbukan silang-budaya dari pelbagai arus peradaban dunia.Indonesia
sejak lama dipengaruhi dan memngaruhi realitas global, dan olehkarena itu, Indonesia tidak bisa
melepaskan diri dari komitmen kemanusiaanuniversal. Komitmen perjuangan
Ini secara ideal bersifat universal namun pelaksanaannyasecara historis-sosiologis bersifat
partikular. Dengan demikian,komitmen untuk menjunjung tinggi kemanusiaan universal
(humanity) yang adildan beradab itu mengandung implikasi ganda. Disatu sisi seperti
diungkapkan oleh Soekarno , “Kebangsaan yang kita anjurkan bukanlah kebangsaan yang
menyendiri, bukan chauvinisme” melainkan kebangsaan yang menuju pada kekeluargaan
bangsa-bangsa” (internasionalisme). Disisi lain nilai-nilai kemanusiaan universalitu hanyalah
bermakna sejauh bisa dikebumikan dalam konteks sosio-historis partikularitas bangsa-bangsa
yang heterogeny. Dengan demikian, bab ini akan
menguraikan konstektualisasi sila kedua Pancasila, “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”,
dalam politik kebangsaan Indonesia.
1.Perspektif Historis
Wilayah Nusantara yang berada di sekitar garis khatulistiwa, sejak zaman es telahmenjaditempat
yang kondusif bagi kehidupan manusia purba dan menjadi jalur persinggahan terpenting
dalamarus migrasi homosapiens, sebelum menyebar ke tempat lain di mukabumi. Menurut
Stephen Oppenheimer (2004,2010), konsentrasimanusia prasejarahdalam lingkungangeografi,
klimatologi, dan kekayaan alam Nusantara yang berlimpah memberi alasan mengapa Nusantara
(khususnya Dataran Sunda yang menjadibagian tidakterpisahkan daridaratan Asia Tenggara)
menjadi peloporcikal-bakal peradaban di muka bumi.

2. Nusantara Sebagai Perintis Jalan Globalisai


Nusantara adalah nama file yang menyimpan memori tentang kejayaan kita sebagai bangsa
bahari di muka bumi. Sebagai titik singgung dalam persilangan perdagangan dan budaya
antarbangsa, Nusantara pernah mencapai kemegahannya sebagai kesatuan maritim, sebagai
kekuatan laut yang jaya. Sebelum masehi, nenek moyang bangsa Indonesia, dengan teknologi
perahu bersistem cadik,telah menyeberangi 70 kilometer laut lepas untuk mencapai Australia.
Para penjelajah Nusantara ini berperan penting sebagai katalis perniagaan antara Romawi,
India, dan Timur Jauh- khususnya dalam perniagaan rempah-rempah. Sebagai pemula dalam

5
penjelajahan samudera, dan sebagai kekuatan maritim yang jaya padasaat kontak-kontak
antarbenua berbasis laut, dapat dikatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
merupakan perintis dari “globalisasi purba”.

3. Arus Balik: Globalisasi di Nusantara


Arus-arus peradaban nyatanya tidaklah bergerak satu arah. Perjumpaan antar peradaban
membawa proses saling belajar. Teknologi pelayaran Nusantara dipelajari dan dikembangkan
oleh komunitas-komunitas peradaban lain. Sebaliknya, para penjelajah Nusantara mengambil
dan mengembangkan nilai-nilai dan pengetahuan dari peradaban lain. Melalui proses persilangan
budaya dan perdagangan, terjadilah arusmasuk nilai-nilaibudaya dan agama semasa ke Nusantara
terutama dari India, Arab, Persia, China, dan Eropa. Memasuki paruhkedua abad ke-19,
pergulatan pengaruhperadaban global di Nusantara mengalami proses intensifikasi.
Intensifikasiini didorong oleh luberan konfliksosial dan ideologi pada tingkat global, yang
difasilitasi oleh sistem komunikasi dan transportasi modern, serta munculnyarespons-
responsbaru di daerah-daerah jajahan.

4. Stimulus Pembaratan bagi Kesadaran Kemajuan


Di Barat (Eropa dan Amerika Utara), proyek kolonialisme yang bersahutan dengan revolusi
industri membawa perubahan besar dalam dunia kerja dan kehidupan yang membawa konflik
dalam hubungan eksternal dan internal bangsa- bangsa di kawasan ini. Di satusisi ada usaha arus
balik ke masa praindustrial dengan memimpikan restorasi tatanan dunia lama. Era kolonialisme
tidak berlangsung lama, menjelang akhir abad ke-19,kejadian-kejadian sosio-ekonomi dan
politik, baik di negeri Belanda maupunHindia-Belanda, membawa kredo liberalisme menjadi
seruan yang usang.

5. Stimulus Islam bagi Kesadaran Kemajuan


Pusat-pusat Islam di pelbagai belahan bumi bereaksi dalam rangkamenghadirkan respons
tandingan atas hegemoni Barat di Dunia Muslim. PenetrasiBarat pada mulanya direspons melalui
mekanisme defensif yang menolak secaraapriori Barat seraya berseru supaya umat Islam kembali
ke ortodoksi Islam yangdikenal sebagai gerakan “reformisme Islam”. Paham reformasi ini
menyerukan pemurnian terhadap keyakinan dan praktik Islam sesuai dengan Qur’an, hadits, da
nfiqih yang dikombinasikan dengan asketisisme Sufi. Dalam hal ini, para pembarumengidealkan
nabi Muhammad sebagai teladan yang sempurna. Karena itu, mereka berusaha menghapuskan
pemujaan terhadap wali serta kultus dan upacara keagamaan yang dianggap bid’ah, membuang
semua kepercayaan atas takhayul dansihir, serta menentang para penguasa di negeri-negeri
Muslim untuk bekerjasamadengan kaum Kolonial.Pada paruh kedua abad ke-19, muncullah
gerakan “modernisme Islam”yang mencoba memadukan unsur-unsur positif dari dunia Barat dan
dunia Islam.Gerakan inteektual baru itu terinspirasi oleh ajaran dari seorang pemikir Islam
bernama Jamal al-Din al-Afghani. Sejak saat itu, gerakan Pan-Islam menjadisebuah perwujudan
dari apa yang dulu diimpikan al-Afghani sebagai solidaritasIslam. Di mata al-Afghani, Pan-Islam
dan Nasionalisme bisa saling melengkap iaspek-aspek “pembebasan”-nya. Yang menjadi desain

6
besar dari politik Pan-Islam dalam jangka panjang adalah pendirian sebuah blok Muslim
internasional yangmerupakan konfederasi semi-otonom dari negara-negara Muslim.Sejak
peralihan abaad 19/20, para ulama Nsantara yang terpengaruh olehgerakan reformisme-
modernisme Islam di Timur Tengah mulai melakukan usaha-usaha modernisasi terhadap
lembaga pendidikan Islam tradisional. Usahamodernisasi dikembangkan dengan mengadopsi
kurikullum, metode pembelajaran,dan teknologi pendidikan modern model Barat yang
dikombinasikan dengan isi dansemangat pengajaran Islam. Dari trayek ini, muncullah “ulama
intelek” yang dengan jaringa
nmadrasahnya mengembangkan pula rumah-rumah penerbitan, institusi-institusisosiall, dan
organisasi-organisasi keagamaan baru melalui proses apropriasoterhadap model Barat. Beberapa
contohnya adalah pembentukan Sarekat DagangIslamiah (2908) dalam bidang sosial ekonomi,
Al Moenir (1911) dalam penerbitan,Muhammadiyah (1912)-dan kemudian Nahdlatul Ulama
(1926)-dibidang sosial budaya serta Sarekat Islam (1912) di bidang sosial-politik. Kehadiran
institusi-institusi tersebut berperan penting dalam meluaskan gerakan kemajuan dan ruang publik
modern di luar orbit priyayi dan sel-sel inti pembaratan

6. Negosiasi Antarperadaban dalam Konstruksi Kebangsaan Indonesia


Pada dekade kedua di abad ke-20 muncul gerakan-gerakan sosialinteligensia yang
mempresentasikan keragaman peradaban, arkeologi pengetahuan,dan intensitas kesadaran
politik, terutama reaksi terhadap politik segregasi sosialyang dikembangkan oleh kolonial.Yang
paling penting dari dekade ini yaitu keterlibatan langsung organisasi-organisasi politik Belanda
dalamurusan-urusan politik di Hindia. Situasi seperti ini lah yang memunculkan semangat
emansipasi yang digalidari pelbagai unsur peradaban dan pengalaman. Beberapa diantaranya
adalahsemangat emansipasi yang digali dari inspirasi keagamaan, etika, dan ilmu pengetahuan,
ideologi, dan dari pengalaman penderitaan itu sendiri. Semangatemansipasi ini mendorong
gerakan anti koloialisme yang mengarah padausaga penciptaan “komunitas politik impian
bersama”.

7. Kemanusiaan (Internasionalisme) dalam Perumusan Pancasila dan Konstitusi


Dalam rancangan pembukaan UUD yang disusun oleh Panitia Sembilan peletakan prinsip
internasionalisme (perikemanusiaan) sebagai dasar Negara itusama seperti dalam pidato
Soekarno, yaknisebagai prinsip (sila) kedua dari Pancasila. Selanjutnya, kata “kemanusiaan”
diberi kualifikasi dengan kata sifat“adil” dan “beradab”, sehingga rumusan selengkapnya
menjadi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Dengan rekam jejak perjalanan bangsa ini,
tampak jelas bahwa silakemanusiaan yan adil dan beradab memiliki akar yang kuatdalam
historisitaskebangsaan Indonesia.

8. Dekolonisasi, Demokratisasi dan HAM dalam Konteks Perang Dingin


Dalam latar internasional, kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia itubertaut
dengangelombang dekolonisasi, terutama di Asia dan Afrika pascaperang Dunia II. Hasrat
untukmenentukan nasib sendiri dan terbebas dari berbagai bentuk penindasan yang berasosiasi

7
dengankemenangan negara-negara demokrasi Barat yang telahmapan dalam Pd II, tampaknya
menjadi salah satualasan pokok mengapa banyak negara pascakolonial berpaling kepada sistem
pemerintahan demokratis. Gelombang demokratisasi ini berdampingan dengan peningkatan
kesadaran akan hak-hakasasi manusia (HAM) pasca PD II, dimulai dengan kemunculan Piagam
PBB sejak 26 Juni 1945 danmenemukan momentumnya setelah Universal of Human Rights
(UHDR) pada 10 Desember 1948.Gelombang dekolonasi, demokratisasi, dan perhatian
internasional pada HAM ini menemukansandungannya Ketika dunia segera memasuki perang
dingin.

8. Posisi Indonesia Dalam Konteks Perang Dingin


Memasuki suasana Perang Dingin, Indonesia berusaha konsisten dengan prinsip
kemanusiaanyang adil dan beradab dalam pergaulan antarbangsa. Pilihan Indonesia
ataspolitikluar negeri bebasaktifitu menempatkannyadalam perpaduan antara perspektif teori
“idealisme politik” (politicalidealism) dan “realisme politik” (political realism) dlamhubungan
internasional. Penggunaan politik luar negeri mencerminkan ciri-ciri khas dari kehidupan politik
didalam negeri sertaperkembangan dalam realitas internasional. Sebagaimana negara-negara
yang barumerdeka lainnya, ketika dekolonisasi berakhir,Indonesia memerlukan waktu untuk
mengembangkan kuktur politik demokratis. Setelah sekian lama berada dibawah dominasi asing
(alien) yang tidak dijalankan dengan prinsip akuntabilitas yangresponsif terhadap kebutuhan
masyarakat koloni, Indonesia mengalami kesulitan untukmengembangkan pemerintahan yang
memadai dan responsif.

9. Membumikan Kemanusiaan Dalam Rangka Pnncasila


Prinsip kedua Pancasila mencerminkan kesadaran bangsa Indonesia sebagai bagian dari
kemanusiaan universal berada di titik strategis persilangan antar benua dan samudra Indonesia
menjadi kuali Pelebur antara Peradaban yang tidak pernah jeda menerima pengaruh global baik
yang bersifat positif konstruktif maupun bersifat negatif destruktif Sebagai falsafah negara yang
menjiwai konstitusi kita Pancasila merupakan tastemen yang membela prinsip kesamaan
Besarnya kontribusi Peradaban dalam formasi kebangsaan Indonesia membuat bangsa Indonesia
merasa berterimakasih kepada kemanusiaan universal atau (humanity) yang mendorong
Indonesia berperan aktif dalam memulihkan nilai nilaim kemanusiaan baik dalam pergaulan
antarbangsa maupun pergaulan nasional

10.

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini bahwa system akhlak islam telah
menjadi aspek kunci dalam ajaran agama yang berperan penting dalam membentuk karakter
individu dan struktur sosial masyarakat Muslim dan akhlak berfungsi sebagai pengatur tingkah
laku manusia.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Tarbiyah Pewaris Sistem Akhlak Dalam Islam


https://tarbiyahpewaris.blogspot.com/2008/01/sistem-akhlak-dalam-islam.html?m=1
2. Yunhar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007), 10.
3. QS. al-Qalam (63): 3-4
4. Nasharudin, Akhlak: Ciri Manusia Paripurna, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015),
104 htm
5. https://www.academia.edu/8764170/Sistem_Akhlak_Islam

10

Anda mungkin juga menyukai