Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI KONSEPSI DAN PANDANGAN


KOLEKTIF KEBANGSAAN INDONESIA”

Dosen Pengampu : Ikbal, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 8
Putri : 230407561005
Aulia Safitri : 230407560044
Harland Abadi : 220407560030

KELAS : 33 E

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Kode Etik Guru Indonesia” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Profesi Kependidikan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ikbal, S.Pd., M.Pd., selaku
dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
Kami. Kami juga berterima kasih kepada Pihak-pihak yang telah membantu kami
dalam meyusun makalah ini dan juga telah membagi sebagian pengetahunnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, Makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami nantikan demi
kesempurnaan Laporan ini.

Watampone, 7 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i


DAFTAR ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3

A. Konsep dan Urgensi Wawawan Nusantara .............................................3


B. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Wawasan Nusantara...4
C. Dinamika dan Tantangan Wawasan Nusantara........................................7
D. Esensi dan Urgensi Wawasan Nusantara.................................................8
E. .................................................................................................................5

BAB III PENUTUP ..........................................................................................10

A. Kesimpulan ..........................................................................................10
B. Saran ....................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wawasan Nusantara, yang sering disingkat sebagai Wasantara, adalah
konsep fundamental dalam pembentukan identitas nasional Indonesia. Konsep
ini mencakup cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri mereka sendiri dan
lingkungan geografis mereka. Hal ini bukan sekadar pandangan tentang pulau-
pulau dan laut-laut yang membentang di seluruh kepulauan Indonesia, tetapi
juga sebuah pandangan yang melibatkan keberagaman etnis, budaya, dan
bahasa.
Dalam sejarah Indonesia, Wawasan Nusantara memiliki akar dalam
perjuangan kemerdekaan dari penjajahan kolonial. Konsep ini membantu
menyatukan berbagai kelompok etnis dan budaya yang tersebar di seluruh
kepulauan, memberikan landasan visi bersama bagi pembangunan negara yang
merdeka.
Dalam konteks sekarang, Wawasan Nusantara memainkan peran penting
dalam kebijakan pemerintah, diplomasi regional, dan pembangunan
infrastruktur. Hal ini mencerminkan bagaimana pandangan tentang identitas
dan kesatuan masih menjadi landasan bagi berbagai aspek kehidupan nasional
Indonesia.
Dalam makalah ini, akan dibahas secara lebih mendalam pentingnya
konsep Wawasan Nusantara dalam membentuk identitas nasional Indonesia,
perkembangannya sejak Deklarasi Djuanda, serta relevansinya dalam konteks
masa kini. Makalah ini akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana pandangan tentang geografi dan kesatuan telah memengaruhi dan
terus memengaruhi bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Wawasan Nusantara dan bagaimana urgensi konsep ini
dalam konteks nasional Indonesia?
2. Bagaimana latar belakang historis, sosiologis, dan politik memengaruhi
perkembangan konsep Wawasan Nusantara?

4
3. Apa dinamika dan tantangan yang dihadapi konsep Wawasan Nusantara
dalam konteks perkembangan sosial, politik, dan ekonomi saat ini?
4. Bagaimana esensi dari Wawasan Nusantara tercermin dalam upaya untuk
mengintegrasikan kepulauan Indonesia sebagai satu kesatuan politik,
ekonomi, sosial-budaya, pertahanan, dan keamanan?
C. Tujuan
1. Memahami perkembangan sejarah dan pentingnya konsep Wawasan
Nusantara.
2. Menganalisis pengaruh latar belakang historis, sosiologis, dan politik
terhadap konsep tersebut.
3. Menyelidiki dinamika dan tantangan kontemporer yang dihadapi oleh
Wawasan Nusantara.
4. Mendefinisikan esensi dan urgensi Wawasan Nusantara dalam integrasi
kepulauan Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Wawawan Nusantara


Dalam pembahasan mengenai konsep Wawasan Nusantara, kita dapat
membedakan dua pengertian utama, yakni pengertian etimologis dan
pengertian terminologi. Secara etimologis, istilah "Wawasan Nusantara"
berasal dari dua kata, yaitu "wawasan" dan "nusantara." Kata "wawasan"
diperoleh dari bahasa Jawa, yang merujuk kepada makna "pandangan."
Sementara itu, kata "nusantara" terdiri dari dua bagian, yaitu "nusa" yang
dalam bahasa Sanskerta berarti "pulau atau kepulauan," dan "antara" yang
memiliki arti "antar (antara)," "relasi," "seberang," atau "laut." Oleh karena itu,
"nusantara" dapat diartikan sebagai kepulauan yang terletak di antara laut atau
bangsa-bangsa yang dihubungkan oleh laut.
Namun, dari sudut pandang terminologi, Wawasan Nusantara merupakan
pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap diri mereka sendiri dan
lingkungannya. Pandangan ini menekankan pada persatuan dan kesatuan
bangsa serta wilayah dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, Wawasan Nusantara mengacu pada
gagasan bahwa wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau yang
dipisahkan oleh lautan dan beragam suku dengan latar belakang yang berbeda
masih dianggap sebagai satu kesatuan bangsa yang utuh.
Secara historis, penggunaan kata "nusantara" dapat ditelusuri hingga
zaman Majapahit, yang memandangnya sebagai pulau-pulau di luar Jawa
dengan Majapahit sebagai ibu kotanya. Kemudian, Ki Hajar Dewantara
menggunakan istilah ini untuk menggantikan sebutan Hindia Belanda. Pada
Sumpah Pemuda tahun 1928, istilah "Indonesia" digunakan sebagai pengganti
"Nusantara," tetapi keduanya merujuk pada wilayah yang terletak di antara dua

6
samudra, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, dan di antara dua benua,
yaitu Benua Asia dan Australia.
Dengan demikian, Wawasan Nusantara tidak hanya memandang geografi
kepulauan Indonesia, tetapi juga mencakup aspek persatuan bangsa dan
kesatuan wilayah. Esensi atau hakikat Wawasan Nusantara adalah "persatuan
bangsa dan kesatuan wilayah," yang menjadi pandangan dan sikap bangsa
Indonesia terhadap diri mereka dan lingkungan tempat mereka hidup. Hal ini
mencerminkan pentingnya persatuan dalam keragaman, baik dari segi
geografis maupun budaya.
B. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Wawasan Nusantara
Ada sumber historis (sejarah), sosiologis, dan politis terkait dengan
munculnya konsep Wawasan Nusantara. Sumber-sumber itu melatarbelakangi
berkembangnya konsepsi Wawasan nusantara.
1. Latar Belakang Historis Wawasan Nusantara
Konsep Wawasan Nusantara pertama kali diperkenalkan melalui
Deklarasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri
Ir. H. Djuanda Kartawidjaja. Deklarasi ini menetapkan bahwa perairan di
sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau di Indonesia
adalah bagian integral dari wilayah Indonesia. Hal ini menandakan
perubahan signifikan dari Ordonansi 1939 yang menetapkan bahwa setiap
pulau hanya memiliki laut selama 3 mil dari garis pantai dan laut di antara
pulau-pulau dianggap sebagai laut bebas.
Perubahan ini, yang dicerminkan dalam Deklarasi Djuanda,
menghubungkan pulau-pulau Indonesia sebagai satu kesatuan daratan dan
menjadikan laut sebagai penghubung daripada pemisah. Pada tahun 1982,
Konferensi PBB menerima dokumen "The United Nations Convention on
the Law of the Sea" (UNCLOS) yang mengakui Indonesia sebagai negara
kepulauan. Ini diterjemahkan dalam Undang-Undang No. 17 tahun 1985
dan meluasnya wilayah laut Indonesia menjadi 5,9 juta km2, termasuk
perairan teritorial dan zona ekonomi eksklusif.

7
Konsep Wawasan Nusantara ini penting karena tidak hanya
mengenai geografi, tetapi juga mencerminkan persatuan bangsa Indonesia
dalam keragaman budaya dan geografi. Dengan pengakuan internasional
melalui UNCLOS, kedaulatan Indonesia atas wilayah lautnya juga
diperkuat. Oleh karena itu, Wawasan Nusantara memainkan peran penting
dalam memahami kesatuan wilayah Indonesia dan mendukung kebijakan
nasional terkait dengan sumber daya laut dan keamanan nasional.
2. Latar Belakang Sosiologis Wawasan Nusantara
Konsep Wawasan Nusantara memiliki akar dalam wawasan
kewilayahan, terutama dalam perubahan signifikan yang dinyatakan dalam
Deklarasi Djuanda 1957. Deklarasi ini bertujuan untuk menyatukan
wilayah-wilayah Indonesia menjadi satu kesatuan yang tidak lagi terpisah-
pisah. Awalnya, Wawasan Nusantara berkaitan dengan pandangan tentang
kesatuan geografis, tetapi seiring perkembangan waktu, konsep ini
melibatkan pandangan tentang kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan keamanan, serta persatuan sebagai satu bangsa.
Konsep Wawasan Nusantara juga terkait dengan kondisi sosiologis
masyarakat Indonesia yang beragam sebelum merdeka. Upaya politik
devide et impera oleh penjajah Belanda memecah belah bangsa Indonesia,
sehingga ada kebutuhan untuk memperkuat semangat kebangsaan dan
persatuan. Semangat ini telah tumbuh sejak peristiwa Kebangkitan
Nasional 20 Mei 1908, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dan Proklamasi
Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Meskipun semangat kebangsaan telah ada sejak lama, wilayah
Indonesia belum menjadi satu kesatuan saat merdeka. Peraturan lama
seperti Ordonansi 1939 masih berlaku, yang membatasi laut teritorial
Indonesia menjadi 3 mil tiap pulau. Akibatnya, wilayah Indonesia masih
terpecah-pecah oleh lautan bebas. Untuk mengatasi ini, konsep Wawasan
Nusantara diperkenalkan melalui Deklarasi Djuanda 1957, yang
menciptakan pandangan tentang kesatuan.

8
Wawasan Nusantara tidak hanya merupakan pandangan geografis,
tetapi juga mencakup pandangan tentang persatuan bangsa Indonesia. Ini
karena pada saat kemerdekaan, wilayah Indonesia yang sebelumnya masih
terbagi-bagi memerlukan upaya untuk diintegrasikan menjadi satu
kesatuan yang kokoh. Konsep ini berkembang seiring dengan semangat
kebangsaan yang sudah tumbuh sejak lama dalam sejarah perjuangan
bangsa.
Dengan demikian, esensi dari Wawasan Nusantara adalah
mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, baik dalam segi
geografis maupun ideologis. Ini menjadi landasan penting dalam
pembentukan negara Indonesia yang merdeka dan bersatu setelah lama
dijajah. Konsep ini juga mencerminkan semangat kebangsaan yang terus
diperkuat dan dijaga agar bangsa Indonesia tetap bersatu dan kuat sebagai
satu entitas yang berdaulat.
Sebagai pandangan yang terus berkembang, Wawasan Nusantara
juga mendukung upaya untuk memperkuat kedaulatan Indonesia di tingkat
internasional, seperti melalui Konvensi Hukum Laut 1982 yang mengakui
Indonesia sebagai negara kepulauan. Kesatuan wilayah Indonesia menjadi
penting dalam menjaga sumber daya laut dan kedaulatan negara ini.
Dengan demikian, Wawasan Nusantara tidak hanya menjadi konsep
teoritis, tetapi juga menjadi landasan praktis dalam menjaga dan
memperkuat negara Indonesia.
3. Latar Belakang Politis Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara terkait dengan kepentingan nasional untuk
mengembangkan, melestarikan, dan mempertahankan wilayah yang utuh
serta bangsa yang bersatu. Ini merupakan bagian dari cita-cita, tujuan, dan
visi nasional Indonesia, yang mencakup persatuan, keadilan, dan
kemakmuran bangsa.
Wawasan Nusantara pertama kali dinyatakan dalam Deklarasi
Djuanda 1957 dan kemudian diintegrasikan dalam GBHN dan Pasal 25 A
UUD 1945. Ini menunjukkan betapa pentingnya konsep ini sebagai

9
pandangan geopolitik Indonesia, yang memengaruhi kebijakan dan politik
negara. Geopolitik adalah studi tentang pengaruh faktor geografis pada
tindakan politik, dan pandangan geopolitik Indonesia dipengaruhi oleh
sejumlah teori geopolitik dari para ahli seperti Frederich Ratzel, Karl
Haushofer, Halford Mackinder, Alfred Thayer Mahan, dan Nicholas J.
Spijkman.
Wawasan Nusantara mencerminkan pandangan Indonesia tentang
kekuasaan, yang diakui sebagai hak semua bangsa dan yang telah
diwujudkan dalam kemerdekaan Indonesia. Pembukaan UUD 1945
menggambarkan cita-cita Indonesia untuk menjadi negara yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Indonesia juga berkomitmen untuk
melindungi seluruh bangsa dan tumpah darah Indonesia serta memajukan
kesejahteraan umum. Pandangan ini tidak mencerminkan keinginan untuk
memperluas wilayah sebagai ruang hidup, tetapi lebih tentang
mengukuhkan kemerdekaan, persatuan, dan kedaulatan dalam kerangka
nasional yang kokoh.
C. Dinamika dan Tantangan Wawasan Nusantara
Konsepsi Wawasan Nusantara mewakili wilayah Indonesia yang luas
dengan keberagaman flora, fauna, dan penduduk, serta kesatuan dalam
berbagai aspek kehidupan. Potensi keuntungan dari wilayah ini mencakup
keragaman sumber daya alam dan potensi ekonomi, sementara potensi
ancaman melibatkan ketertinggalan di wilayah timur Indonesia.
Potensi keuntungan melibatkan pemanfaatan sumber daya alam dan
ekonomi yang melimpah dalam wilayah Nusantara, seperti panas bumi di
Kabupaten Simalungun. Namun, potensi ancaman yang muncul adalah
ketertinggalan di beberapa wilayah, yang disebabkan oleh rendahnya kualitas
sumber daya manusia (SDM) dan isolasi geografis. Hal ini tercermin dalam
tingkat melek huruf yang rendah dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
yang masih di bawah rerata nasional.
Upaya untuk mengatasi potensi ancaman mencakup pelatihan dan
pendidikan SDM di wilayah tertinggal, serta peningkatan IPM. Meskipun

10
demikian, mencapai IPM nasional memerlukan waktu yang lama, dan
pemerintah berharap untuk mencapai IPM setidaknya 70,00 pada tahun 2014.
Seiring dengan perkembangan zaman, konsep Wawasan Nusantara harus
terus menyesuaikan diri dengan dinamika kehidupan yang berubah. Ini
mencakup perubahan dalam pendekatan penguasaan wilayah dari pendudukan
militer ke perlindungan dan pelestarian alam. Tantangan yang berubah
mencakup pergeseran dari kejahatan konvensional ke kejahatan dunia maya.
Dengan demikian, pengelolaan dan pemahaman terhadap potensi positif
dan penanganan potensi negatif wilayah Nusantara perlu terus beradaptasi
dengan perkembangan zaman untuk memastikan kesatuan wilayah dan
persatuan bangsa tetap terjaga.
D. Esensi dan Urgensi Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara memiliki esensi utama, yaitu "kesatuan wilayah dan
persatuan bangsa" Indonesia. Ini mengacu pada kebutuhan akan kesatuan
wilayah yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, di mana laut menjadi
penghubung daripada pemisah. Wilayah Indonesia memiliki berbagai
karakteristik unik, termasuk sebagai negara kepulauan dengan ribuan pulau,
luas wilayah yang mencakup daratan dan laut, serta keragaman geografis dan
budaya.
Selanjutnya, Wawasan Nusantara berkembang menjadi konsep kebangsaan
yang mencakup kesatuan sosial-budaya, politik, ekonomi, dan pertahanan serta
keamanan. Ini sangat relevan untuk bangsa Indonesia yang heterogen dengan
beragam suku, agama, ras, dan budaya. Kesatuan bangsa menjadi penting
untuk mencapai tujuan bersama.
Pentingnya Wawasan Nusantara dalam konteks ini dapat dirangkum dalam
empat aspek utama:
1. Kesatuan Politik: Wawasan Nusantara memastikan keutuhan wilayah dan
kedaulatan negara di seluruh Indonesia. Ini mencakup pengelolaan politik
yang kuat, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Kesatuan Ekonomi: Wawasan Nusantara berusaha menciptakan
perkembangan ekonomi yang seimbang di seluruh daerah, mengedepankan

11
keadilan dan kesejahteraan rakyat.
3. Kesatuan Sosial-Budaya: Konsep ini mempromosikan keselarasan
kehidupan sosial dan budaya di seluruh bangsa, mengakui keragaman
budaya sebagai kekayaan bangsa, serta mendorong toleransi dan persatuan.
4. Kesatuan Pertahanan dan Keamanan: Wawasan Nusantara
menggarisbawahi pentingnya kerjasama pertahanan dan keamanan di
seluruh wilayah, dengan kesadaran bahwa ancaman terhadap satu daerah
juga merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa.
Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan serta keamanan akan menciptakan fondasi yang
kuat untuk pembangunan nasional. Pajak menjadi sumber utama pendanaan
pemerintah untuk membiayai pembangunan, sehingga partisipasi warga negara
dalam membayar pajak menjadi sangat penting dalam mendukung
pembangunan nasional.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wawasan Nusantara adalah konsep fundamental yang mendasari
pandangan dan kebijakan Indonesia terhadap wilayah dan persatuan bangsa.
Awalnya berakar dalam wawasan kewilayahan dengan Deklarasi Djuanda
tahun 1957, konsep ini telah berkembang menjadi landasan politik kenegaraan
yang penting. Inti dari wawasan Nusantara adalah kesatuan wilayah Indonesia,
di mana laut bukan lagi pemisah melainkan penghubung antar pulau-pulau.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis.Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga
bermanfaat bagi banyak orang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Niko Tesni Saputro, A. E. (2022). Dinamika Historis dan Pentingnya Wawasan


Nusantara. Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Paristiyanti Nurwardani, H. Y. (2016). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan .

14

Anda mungkin juga menyukai