Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DINAMIKA HISTORIS DAN URGENSI WAWASAN NUSANTARA


SEBAGAI KONSEPSI DAN PANDANGAN KOLEKTIF KEBANGSAAN
INDONESIA DALAM KONTEKS PERGAULAN DUNIA

OLEH:
Kelompok 6
AULIA NOVERA ILMA (2301055)
KATRESYA MONICA (2301063)
KEYZIA NABILA MULYONO (2301065)
KHEISYA DIANDRA E.U (2301066)
ROZATUL JANNAH (2301088)
SELVINA JULIANI (2301091)

Dosen Pengampu:
Dr. Hanifal Yunis, M.H (Kes)

PROGRAM STUDI S1-FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang dinamika
historis dan wawasan nusantara.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak dan berbagai sumber referensi dalam penulisannya sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
penulisan makalah ini menjadi lebih baik lagi dan akan kami jadikan tolak ukur dalam
pembuatan makalah selanjutnya.
Demikian makalah tentang dinamika historis dan urgensi wawasan nusantara sebagai
konsepsi dan pandangan kolektif kebangsaan Indonesia dalam konteks pergaulan dunia kami
susun dengan sebaik baiknya semoga bisa bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi setiap
pembacanya sebagai bahan pembelajaran untuk kedepannya.

Pekanbaru, 06 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Maksud dan Tujuan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep dan Urgensi Wawasan Nusantara.............................................................2
B. Menggali Sumber Historis, Sosiologis dan Politik tentang Wawasan
Nusantara..................................................................................................................2
C. Dinamika dan Tantangan Konstitusi dalam kehidupan
Berbangsa-Negara Indonesia..................................................................................3
D. Pentingnya Dinamika dan Tantangan Wawasan Nusantara...............................5
E. Esensi dan Urgensi Konstitusi dalam kehidupan Berbangsa-Negara................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................................9
B. Kritik dan Saran......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wawasan nusantara merupakan wawasan nasional (national outlook) bangsa
Indonesia yang selanjutnya dapat disingkat wasantara. Wawasan nasional merupakan
cara pandang bangsa terhadap diri dan lingkungan tempat hidup bangsa yang
bersangkutan. Cara bangsa memandang diri dan lingkungannya tersebut sangat
mempengaruhi keberlangsungan dan keberhasilan bangsa itu menuju tujuannya. Bagi
bangsa Indonesia, wawasan nusantara telah menjadi cara pandang sekaligus konsepsi
berbangsa dan bernegara. Ia menjadi landasan visional bangsa Indonesia. Konsepsi
wawasan nusantara, sejak dicetuskan melalui deklarasi djuanda tahun 1957 sampai
sekarang mengalami dinamika yang terus tubuh dalam praktek kehidupan bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dinamika historis dan konsep urgensi wawasan nusantara?
2. Apa pentingnya wawasan nusantara sebagai konsepsi dan pandangan kolektif
bangsa Indonesia dalam konteks pergaulan dunia?

C. Maksud dan Tujuan


1. Agar mahasiswa memahami dinamika historis dan konsep urgensi wawasan
nusantara.
2. Agar mahasiswa memahami pentingnya wawasan nusantara sebagai konsepsi dan
pandangan kolektif bangsa Indonesia dalam konteks pergaulan dunia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Wawasan Nusantara


Sebelumnya dikatakan bahwa wawasan nusantara merupakan wawasan
nasional bangsa Indonesia. Namun, demikian timbul pertanyaan apa arti wawasan
nusantara dan apa pentingnya kehidupan berbangsa dan bernegara. Wawasan
nusantara bisa kita bedakan dalam dua pengertian, yakni pengertian etimologis dan
pengertian terminologi.
Secara etimologi, kata wawasan nusantara berasal dari dua kata wawasan dan
nusantara. Wawasan dari kata wawas (bahasa jawa) yang artinya pandangan.
Sementara kata “nusantara” merupakan gabungan kata nusa yang artinya pulau atau
kepulauan. Sedangkan dalam bahasa latin kata nusa berasal dari katanaesos yang
dapat berarti semenanjung, bahkan suatu bangsa.
Kata kedua yaitu “antara” memiliki padanan dalam bahasa latin, in dan terra
yang berarti antara atau dalam suatu kelompok. “antara” juga mempunyai makna yang
sama dengan kata inter dalam bahasa inggris yang berarti antar (antara) dan relasi.
Sedangkan dalam bahsa sanskerta. Kata “antara” dapat diartikan sebagai laut Ada
pendapat lain yang menyatakan nusa berarti pulau. Dan antaranya berarti dilapit atau
berada ditengah-tengah. Nusantara berarti gugusan pulau yang diapit atau berada
ditengah-tengah antara benua dan dua samudra (pasha, 2008) tersebut dikemukakan.
Pengertian terminologis umumnya adalah pengertian istilah menurut para ahli atau
tokoh dan lembaga yang mengkaji konsep tersebut. Pada uraian sebelumnya, anda
telah mengakaji konsep wawasan nusantara secara termonologis. Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia, keberadaan wawasan nusantara pada dasarnya
digunakan sebagai jembatan penghubung dan pemersatu bagi wawasan lokal yang
terdapat di setiap daerah atau geografis nusantara. Jadi, wawasan lokal pada dasarnya
boleh berbeda dengan wawasan nasional, namun harus ada jembatan yang harus
menghubungkan kedua wawsan tersebut. Selanjutnya, wawasan lokal tidak boleh
bertentangan dengan wawasan nasional, dalam arti tidak boleh keluar dari konteks
wawasan nasional. Perbedaan wawasan lokal dengan wawasan nasional, harus
diartikan sebagai variasi dan kekayaan yang dimiliki bangsa indonesia yang diangkat
dari keanekaragaman budaya yang ada. Secara demikian, munculnya wawasan
nasional merupakan resultante (hasil) dari interaksi wawasan lokal yang beraneka
ragam.

B. Menggali Sumber Historis, Sosiologis dan Politik tentang Wawasan Nusantara


Ada sumber historis (sejarah), sosiologis, dan politis terkait dengan munculnya
konsep wawasan Nusantara. Simber-sumber itu melatar belakangi berkembangnya
wawasan nusantara.
1. Latar belakang Lahirnya konsepsi wawasan nusantara bermula dari perdana
menteri Ir. H. Djuanda kartawidjaja yang pada tanggal 13 desember 1957
mengeluarkan deklarasi yang selanjutnya dikenal sebagai deklarasi Djuanda isi
deklarasi tersebut sebagai berikut: Isi pokok deklarasi ini adalah bahwa lebar laut
territorial Indonesia 12 mil yang dihitung dari garis yang mengubungkan pulau

2
terluar Indonesia. Dengan garis tutorial yang baru iini wilayah Indonesia menjadi
satu kesatuan wilayah. Sebelum keluarnya deklarasi Djuanda, wilayah Indonesia
didasarkan pada territorial zee en maritime kringen ordinantie 1939 (TZMKO
1939) atau dikenal dengan nama ordonasi 1939, sebuah peraturan buatan
pemerintah hindia-belanda. Isi oedonasi tersebut pada intinya adalah penentuan
lebar laut 3 mil dengan cara menarik garis pangkal berdasarkan garis air pasang
surut atau countour pulau/darat. Guna memperkuat kedaulatan atas wilayah negara
tersebut dibentuklah undang-undang sebagai penjabarannya. Setelah keluarnya
deklarasi Djuanda 1957 dibentuklah undang-undang No. 4 Prp Tahun 1960
tentang perairan Indonesia. Tidak hanya melalui peraturan perundang-undang
nasional, bangsa Indonesia juga memperjuangkan konsepsi wawasan nusantara
berdasar deklarasi Djuanda ini ke forum international agar dapat pengakuan
bangsa lain atau masyarakat internasional.

2. Latar belakang sosiologis wawasan nusantara Berdasarkan sejarah, wawasan


nusantara bermula dari wawasan kewilayahan. Ingat deklarasi Djuanda 1957
sebagai perubahan atas ordonasi 1939 berintikan mewujudkan wilayah Indonesia
sebagai satu kesatuan wilayah, tidak lagi terpisah-pisah.sebagai konsepsi
kewilayahan, bangsa Indonesia mengusahakan dan memandang wilayah sebagai
satu kesatuan. Namun seiring tuntunan perkembangan, konseepsi wawasan
nusantara mencakup pandangan akan satu kesatuan politik, ekonomi, social
budaya, dan pertahanan keamanan, termasuk persatuan sebagai satu bangsa.
Sebagaimana dalam urusan GBHN 1998 dikatakan wawasan nusantara adalah
cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya,
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah
dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ini
berarti lainnya konsep wawasan nusantara juga dilator belakangi oleh kondisi
sosiologis masyarakat Indonesia. Hal diatas, keadaan sosiologis masyarakat
Indonesia dan juga keberlangsungan penjanjahan yang memecah belah bangsa,
telah melatarbelakangi tumbuhnya semangan dan tekad-tekad orang wilayah
dinusantara ini untuk bersatu dalam satu nasionalitas, satu kebangsaan yakni
bangsa Indonesia.

3. Latar belakang politis wawasan nusantara Selanjutnya secara politis, ada


kepentingan nasional bagaimana agar wilayah yang utuh dan bangsa yang bersatu
ini dapat dikembangkan, dilestarikan, dan dipertahankan secara terus menerus.
Kepentingan nasional itu merupakan turunan lanjut dari cita-cita nasional, tujuan
nasional, maupun visi nasional. Cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea II adalah untuk mewujudkan negara
Indonesia, yang merdeka, bersaatu berdaulat, adil dan makmur sedangkan tujuan
nasional Indonesia sebagaimana tentang dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV
salah satunya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia.

C. Dinamika dan Tantangan Konstitusi dalam kehidupan Berbangsa-Negara


Indonesia

3
Dengan adanya konsepsi Wawasan Nusantara wilayah Indonesia menjadi sangat
luas dengan beragam isi flora, fauna, serta penduduk yang mendiami wilayah itu.
Namun demikian, konsepsi wawasan nusantara juga mengajak seluruh warga negara
untuk memandang keluasan wilayah dan keragaman yang ada di dalamnya sebagai
satu kesatuan. Kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan
dalam kehidupan bernegara merupakan satu kesatuan.
Luas wilayah Indonesia tentu memberikan tantangan bagi bangsa Indonesia
untuk mengelolanya. Hal ini dikarenakan luas wilayah memunculkan potensi
ancaman dan sebaliknya memiliki potensi keunggulan dan kemanfaatan.
Wawasan nusantara telah menjadi landasan visiponal bagi bangsa Indonesia
guna memperkokoh kesatuan wilayah dan persatuan bangsa akan terus meneruis
dilakukan. Hal ini dikarenakan visi tersebut dihadapkan pada dinamika kehidupan
yang selalu berkembang dan tantangan yang berbedavsesuai dengan perubahan
zaman.
Dinamika yang berkembang itu misalnya, jika pada masa lalu penguasaan
wilayah dilakukan dengan pendudukan militer maka sekarang ini lebih ditekankan
pada upaya perlindungan pelestarian diwilayah tersebut. Tantangan yang berubah,
misalnya adanya perubahandari kejahatan konvensional menjadi kejahatan didunia
maya.
Wawasan nusantara pada dasarnya menjadi cara pandang suatu bangsa yang di
dalamnya menampakkan bagaimana suatu bangsa itu melakukan dialogis dengan
kondisi geografis dan sosial budayanya. Wawasan nasional, juga di artikan sebagai
cara pandang nasional yang merupakan salah satu gagasan falsafah hidup bangsa yang
berisikan dorongan-dorongan motivasi dan rangsangan di dalam merealisasikan dan
mencapai aspirasi serta tujuan nasional. Bangsa indonesia memiliki wawasan nasional
dan pada perkembangannya yang terakhir wawasan tersebut merupakan suatu
konsepsi kewilayahan dan konsepsi politik ketatanegaraan bagi bangsa indonesia dan
bukanlah semata-mata sebagai suatu konsepsi pertahanan keamanan belaka. Dengan
demikian maka konsepsi wawasan nusantara mencakup seluruh bidang kehidupan
sosial bangsa yang menjadi pedoman bagi pembinaan kelangsungan hidup bangsa
indonesia. Sebagai umat yang beragama kita percaya bahwa Tuhan Yang Maha Esa
telah menciptakan empat golongan mahluk, yaitu:
a) benda mati yang hanya mempunyai bentuk dan wujud.
b) flora yang mempunyai bentuk wujud dan kehidupan.
c) fauna yang mempunyai bentuk, wujud, kehidupan daya reaksi dan naluri.
d) manusia yang mempuntyai bentuk, wujud, kehidupan daya reaksi dan
naluri dengan ahlak dan daya pikir.
Wawasan nusantara dalam peundang-undangan negara republik indonesia yang
merupakan suatu pandangan, sikap pendirian dan keyakinan bangsa imdonesia yang
telah lama dikenal dan dianutnya, dan bahkan telah mempunyai legalitas dalam
kehidupan kita sebagai bangsa dan negara yang telah merdeka dan berdaulat.
Wawasan dalam mencapai tujuan pembangunan nasional adalah wawasan nusantara
yang mencakup:
a) perwujusan kepulauan nusantara sebagai suatu kesatuan politik.
b) perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan budaya.
c) perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi.

4
d) perwujudan kepulauan nusantara sebahai satu kesatuan pertahanan dsn
keamanan.
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan nasional,Wawasan nusantara
dalam kehidupan nasional yang mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya
dan pertahanan keamanan harus tercermin dalam pola pikir, pola sikap, dan pola
tindakan yang senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan negara kesatuan
republik indonesia diatas kepentingan pribadi dan golongan.

D. Pentingnya Dinamika dan Tantangan Wawasan Nusantara


Salah satu persyaratan mutlak harus dimiliki oleh sebuah negara adalah
wilayah kedaulatan, disamping rakyat dan pemerintah yang diakui. Konsep dasar
wilayah kepulauan telah diletakkan melalui Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957.
Deklarasi tersebut memiliki nilai sangat strategis bagi bangsa Indonesia, karena telah
melahirkan konsep wawasan nusantara yang menyatukan wilayah Indonesia, karena
telah melahirkan konsep wawasan nusantara yang menyatukan wilayah Indonesia.
Wawasan ialah cara pandang bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 tentang diri dan lingkungannya. Unsur-unsur dasar wawasan
nusantara itu adalah wadah, isi, dan tata laku. Dalam kehidupannya, bangsa Indonesia
tidak terlepas dari pengaruh interaksi dan interelasi dengan lingkungan sekitar
(regional atau internasional). Salah satu pedoman bangsa Indonesia dalam wawasan
nasional yang berpijak pada wujud wilayah nusantara disebut Wawasan Nusantara.
Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri dan bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan
geografi wilayah Nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan
cita-cita nasional. Unsur Dasar Wawasan Nusantara Wadah (Counter) merupakan
wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara meliputi seluruh wilayah
Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk
serta aneka ragam budaya. Isi (Content) adalah aspirasi bangsa yang berkembang di
masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam pembukaan UUD
1945. Isi ini sendiri menyangkut dua hal yang esensial, yakni : Relasasi aspirasi
bangsa Persatuan dan Kesatuan Tata Laku (Conduct) Tata Laku merupakan hasil
interaksi antara wadah dan isi yang terdiri dari tata laku batiniah dan lahiriah.
Tantangan Implementasi Nusantara Pemberdayaan Masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat dalam arti memberikan peranan dalam bentuk aktivitas dan partisipasi
masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dalam dilaksankan oleh negara-
negara maju dengan Buttom Up Planning, sedang untuk negara berkembang dengan
Top Down Planning karena adanya keterbatasan kualitas sumber daya manusia,
sehingga diperlukan landasan operasional berupa GBHN.
Kondisi nasional (pembangunan) yang tidak merata mengakibatkan
keterbelakangan dan ini merupakan ancaman bagi integritas. Dunia Tanpa Batas
Perkembangan Iptek dan perkembangan masyarakat global dikaitkan dengan dunia
tanpa batas merupakan tantangan wawasan nusantara. Mengingat perkembangan
tersebut akan mempengaruhi masyarakat indonesia dalam pola pikir, pola sikap dan
pola tindak didalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. Era Baru Kapitalisme
Sloan dan Zureker menyatakan kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang
didasarkan atas hak milik swasta atas macam-macam barang dan kebebasan individu

5
untuk mengadakan perjanjian dengan pihak lain dan untuk berkecimpung dalam
aktifitas-aktifitas ekonomi yang di pilihnya sendiri. Lester Thurow menyatakan,
“Untuk dapat bertahan dalam era baru kapitalisme harus membuat strategi baru yaitu
keseimbangan (balance) anatara paham individu dan paham sosialis”.
Kesadaran Warga Negara Pandangan Indonesia tentang hak dan kewajiban
masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak,dan kewajiban yang sama. Hak
dan kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan. Kesadaran Bela
Negara Dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang dilakukan adalah perjuangan
non fisik untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial,
memberantas KKN, menguasai Iptek, meningkatkan kuliatas SDM, transparan, dan
memelihara persatuan. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Wawasan Nusantara sebagai
wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang diyakini kebenarannnya
oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam upaya
mencapai serta mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.

E. Esensi dan Urgensi Konstitusi dalam kehidupan Berbangsa-Negara


Sebagaimana telah di kemukakan di muka, esensi atau hakikat dari wawasan
nusantara adalah “kesatuan wilayah dan persatuan bangsa” Indonseia. Mengapa perlu
kesatuan wilayah? Mengapa perlu persatuan bangsa? Sebelumnya kita telah mengkaji
bahwa sejarah munculnya wawasan nusantara adalah kebutuhan akan kesatuan atau
keutuhan wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Wilayah
itu harus merupakan satu kesatuan tidak lagi terpisah-pisah oleh adanya lautan bebas.
Sebelumnya kita ketahuai bahwa wilayah Indonesia itu terpecah-pecah sebagai akibat
dari aturan hukum kolonial Belanda yakni Ordonomi 1939. Baru setelah adanya
Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957, wilayah Indonesia barulah merupakan
satu kesatuan dimana laut tidak lagi merupakan pemisah tetapi sebagai penghubung.
Wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan memiliki keunikan antara lain:
a) Bercirikan negara kepulauan (Archipelago State) dengan jumlah 17.508
pulau.
b) Luas wilayah 5.192 juta km2 dengan perincian daratan seluas 2.027 juta
km2 dan laut seluas 3.166 juta km2. Negara kita terdiri 2/3 lautan/perairan.
c) Jarak utara selatan 1.888 km dan jarak timur barat 5.110 km.
d) Terletak diantara dua benua dan dua samudra (posisi silang).
e) Terletak pada garis katulistiwa.
f) Berada pada iklim tropis dengan dua musim.
g) Menjadi pertemuan dua jalur pergunungan yaitu Mediterania dan Sirkum
Pasifik.
h) Berada pada 60 LU- 110 LS dan 950 BT – 1410 BT.
i) Wilayah yang subur dan habittable (dapat dihuni).
j) Kaya akan flora, fauna, dan sumberdaya alam..
Wawasan nusantara yang pada awalnya sebagai konsepsi kewilayahan
berkembang menjadi konsepsi kebangsaan. Artinya wawasan nusantara tidak hanya
berpandangan keutuhan wilayah, tetapi juga persatuan bangsa. Bangsa Indonesia
dikenal sebagai bangsa yang heterogen. Heterogenitas bangsa ditandai dengan
keragaman suku, agama, ras, dan kebudayaan. Bangsa yang heterogen dan beragam
ini juga harus mampu bersatu.

6
Bangsa Indonesia sebagai kesatuan juga memiliki keunikan yakni:
1. Memiliki keragaman suku, yakni sekitar 1.128 suku bangsa (Data BPS, 2010).
2. Memiliki jumlah pendudukan besar, sekitar 242 juta (Bank Dunia, 2011).
3. Memiliki keragaman ras.
4. Memiliki kergaman agama.
5. Memilliki keragaman kebudayaan, sebagai konsekuensi dari keragman suku
bangsa..
Konsep Wawasan Nusantara menciptakan pandangan bahwa Indonesia sebagai
satu kesatuan wilayah merupakan satu kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi serta
pertahanan dan keamanan atau dengan kata lain perwujudan wawasan nusantara
sebagai satu kesatuan politik sosial budaya, ekonomi dan pertahanan dan keamanan.
Pandangan demikian penting sebagai landasan visional bangsa Indonesia terutama
dalam melaksanakan Pembangunan.
1. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik memiliki makna:
a) Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuan matra
seluruh bangsa serta menjadi modal dan miliki bersama bangsa.
b) Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara
dalam berbagai bahasa daerah serta memeluk dan meyakini berbagai
agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan
satu kesatuan bangsa yang bulat dalam arti yang seluas luasnya.
c) Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib,
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai tekad dalam
mencapai cita-cita bangsa.
d) Bahwa pancasila adalah satu-staunya falsafah serta ideologi bangsa dan
negara yang melandasi, membimbing, dan mengarahkan bangsa.
e) Bahwa kehidupan politik di seluruh wilayah Nusatara merupakan satu
kesatuan politik yang diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan
UndangUndang Dasar 1945.
f) Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan sistem
hukum dalam arti bahwa hanya ada satu hukun nasional yang mengabdi
kepada kepentingan nasional.
g) Bahwa bangsa Indonesia yang hidup berdampingan dengan bangsa lain
ikut menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial melalui politik luar negeri bebas
aktif serta diabdikan pada kepentingan nasional.
2. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi Memiliki
makna:
a) Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif adalah
modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup sehari-hari
harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.
b) Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh
daerah, tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah dalam
pengembangan kehidupan ekonominya.

7
c) Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah Nusantara merupakan satu
kesatuan ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama atas asas
kekeluargaan dan ditujukan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.

3. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya Memiliki


makna:
a) Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan bangsa yang serasi dengan terdapatnya tingkat
kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang, serta adanya
keselarasan kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa.
b) Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak
ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang
menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya,
dengan tidak menolak nilai–nilai budaya lain yang tidak bertentangan
dengan nilai budaya bangsa, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh
bangsa.
4. Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan
Keamanan memiliki makna:
a) Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakekatnya
merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
b) Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dalam rangka pembelaan negara dan bangsa.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Wawasan nusantara bermula dari wawasan kewilayahan dengan dicetuskannya
Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957. Inti dari deklarasi itu adalah
segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang
termasuk Negara Indonesia dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah
bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan Negara Indonesia. Dengan
demikian, bagian dari perairan pedalaman atau nasional yang berada di bawah
kedaulatan mutlak milik Negara Indonesia.
2. Keluarnya Deklarasi Djuanda 1957 membuat wilayah Indonesia sebagai satu
kesatuan wilayah. Laut bukan lagi pemisah pulau, tetapi laut sebagai penghubung
pulau-pulau Indonesia. Melalui perjuangan di forum internasional, Indonesia
akhirnya diterima sebagai Negara kepulauan ( Archipelago state) berdasarkan
hasil keputusan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut
(UNCLOS) tahun1982.
3. Pertambahan luas wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan memberikan potensi
keunggulan (positif) yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan.
Namun demikian juga mengundang potensi negatif yang bisa mengancam
keutuhan bangsa dan wilayah.
4. Wawasan nusantara sebagai konsepsi kewilayahan selanjutnya dikembangkan
sebagai konsepsi politik kenegaraan sebagai cara pandang bangsa Indonesia
terhadap diri dan lingkungan tempat tinggalnya sebagai satu kesatuan wilayah
dan persatuan bangsa.
5. Esensi dari wawasan nusantara adalah kesatuan atau keutuhan wilayah dan
persatuan bangsa, mencakup di dalamnya pandangan akan satu kesatuan politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanankeamanan. Wawasan nusantara
merupakan perwujudan dari sila III Pancasila yakni Persatuan Indonesia
6. Rumusan wawasan nusantara termuat pada naskah GBHN 1973 sampai 1998 dan
dalam Pasal 25 A UUD NRI 1945. Menurut pasal 25 A UUD NRI 1945,
Indonesia dijelaskan dari apek kewilayahannya, merupakan sebuah negara
kepulauan (Archipelago State) yang berciri nusantara.
7. Berdasar Pasal 25 A UUD NRI 1945 ini pula, bangsa Indonesia menunjukkan
komitmennya untuk mengakui pentingnya wilayah sebagai salah satu unsur
negara sekaligus ruang hidup (lebensraum) bagi bangsa Indonesia yang telah
menegara. Ketentuan ini juga mengukuhkan kedaulatan wilayah NKRI di tengah
potensi perubahan batas geografis sebuah negara akibat gerakan separatisme.

B. Kritik dan Saran


Demikianlah pokok bahasan contoh makalah ini yang dapat kami paparkan,besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena

9
keterbatasan pengetahuan dan referensi,penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yangmembangun sangat diharapkan
agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hakim, dkk. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia. Malang:


Madani
Al-Hakim, dkk. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia (Edisi
Revisi). Malang: Madani
Darmadi, H. 2016. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan. Pontianak : Alfabeta

10

Anda mungkin juga menyukai