Anda di halaman 1dari 1

SENGKETA KEWENANGAN UNTUK MENGADILI

ANTARA PENGADILAN TINGGI DENGAN MAHKAMAH AGUNG

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHAP) merupakan sumber keseluruhan peraturan hukum
yang mengatur bagaimana caranya alat-alat penegak hukum melaksanakan dan mempertahankan
hukum pidana. Namun didalam penangan dugaan terjadinya pelanggaran pidana, seringkali muncul
sengketa kewenangan untuk mengadili antara dua pengadilan atau lebih yang menyatakan bahwa
mereka berwenang untuk mengadili kasus tersebut. Dua pengadilan yang sering mengalami sengketa
kewenangn untuk mengadili tersebut adalah Pengadiln Tinggi (PT) dan Mahkamah Agung (MA).

Dalam pasal 56 ayat Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, dijelaskan
bahwa Mahkamah Agung (MA) memutus pada tingkat pertama dan terakhir memiliki kewenangan
untuk mengadili 3 hal yaitu:

1. Antara perngadilan di lingkungan peradilan yang satu dengan pengadilan di lingkungan


peradilan yang lain;
2. Antara dua Pengadilan yang ada dalam daerah hukum Pengadilan Tingkat Banding yang
berlainan dari Lingkungan Peradilan yang sama;
3. Antara dua Pengadilan Tingkat Banding di Ligkungan Peradilan yang sama atau antara
lingkungan Perdadilan yang berlainan.

Sengketa tentang kewenangan mengadili terjadi ketika 2 (dua) pengadilan atau lebih menyatakan
berwenang mengadili perkara yang sama dan jika 2 (dua) pengadilan atau lebih menyatakan tidak
berwenang mengadili perkara yang sama, hal tersebut diatur dalam pasal 56 ayat (2) Undang-undang
Nomor 14 Tahum 1985. Pengertian tentang sengketa kewenangan mengadili yang diatur dalam
undang-undang Mahkamah Agung tersebut ternyata memiliki

Anda mungkin juga menyukai