Disusun Oleh :
NIM. 20211020
AS5B
FAKULTAS SYARIAH
2023
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 8
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
Rohman Hakim, “Diskrepansi Asas Peradilan Dilakukan Dengan Sederhana di Pengadilan Umum”,
Jurnal Evidence of Law, Vol. 1 (2023), h. 3.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut amandemen Pasal 24 ayat (2) UUD 1995 dan Pasal 10 ayat
(1) UU No. 14 Tahun 1970 sebagaimana diubah dengan UU No. 35 tahun
1999 dan sekarang diganti dengan Pasal 2 jo Pasal 10 ayat (2) UU No. 4
Tahun 2004. Kekuasaan Kehakiman (Judicial Power) yang berada dibawah
Mahkamah Agama (MA) dilakukan dan dilaksanakan oleh beberapa
2
Purba Widhianto, Kewenangan Relatif Dalam Mengadili Perkara Perdata Pada Peradilan Umum,
(Jember : Fakultas Hukum Universitas Jember), 2005, h. 14.
2
lingkungan peradilan yang terdiri dari Peradilan Umum, Peradilan Agama,
Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara.
1) Perkawinan
3
Algra, Realitas Hukum Perdata, (Jakarta: Binacipta), h. 45.
3
keberadaan dan kedudukannya sebagai Lingkungan Peradilan Umum, hanya
terbatas pada perkara pidana dan perdata. Dalam bidang perdata, terbatas
perdata umum dan niaga, sedang perkara perdata lain mengenai perkawinan
dan warisan bagi yang beragama Islam, jatuh menjadi yurisdiksi absolut
lingkungan Peradilan Agama. Begitu juga perkara perdata PTUN, tidak
termasuk kewenangannya, tetapi yurisdiksi absolut lingkungan PTUN.
4
itu, semua penyelesaian perkara, berawal dari PN sebagai pengadilan
tingkat pertama.4
c. Pengadilan Kasasi
4
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty), h. 57.
5
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika), h. 241.
5
B. Kekuasaan Relatif Badan Peradilan Umum
6
Purba Widhianto, “Kewenangan Relatif Dalam Mengadili Perkara Perdata Pada Peradilan Umum.” h.
15.
7
Barzah Latupono, Buku Ajar Hukum Islam. (Sleman: Deepublish), h. 106.
6
2. Actor sequitur forum rei dengan hak opsi : digunakan apabila Tergugat
terdiri dari beberapa orang, dan masing-masing bertempat tinggal di
wilayah hukum Pengadilan Negeri yang berbeda, undang-undang
memberikan hak opsi kepada Penggugat untuk memilih Pengadilan
Negeri mana yang dianggapnya paling menguntungkan.
3. Actor sequitur forum rei tanpa hak opsi : Apabila tergugat terdiri dari
debitur (principal) dan penjamin, kompetensi relatif mutlak berpatokan
pada tempat tinggal debitur, tidak dibenarkan diajukan kepada
Pengadilan Negeri tempat tinggal penjamin.
5. Forum rei sitae : Jika objek sengketa terdiri dari benda tidak bergerak,
sengketa jatuh menjadi kewenangan relatif Pengadilan Negeri di tempat
barang itu terletak.
6. Forum rei sitae dengan hak opsi : Jika objek sengketa benda tidak
bergerak terdiri dari beberapa buah, dan masing-masing terletak di daerah
hukum Pengadilan Negeri yang berbeda, penggugat dibenarkan
mengajukan gugatan kepada salah satu Pengadilan Negeri tersebut.
8
Rasyid and Herinawati, Hukum Acara Perdata, (Lhokseumawe: Unimal Press), h. 26.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
Barzah Latupono, Dkk. Buku Ajar Hukum Islam. Sleman: Deepublish, 2020.
Rasyid, Laila M., and Herinawati. Hukum Acara Perdata. Lhokseumawe: Unimal
Press, 2015.