Anda di halaman 1dari 8

Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Muhammad Ridduwan dan Akhmad Dani, Kedudukan Hukum Pengadilan Niaga Dalam Rangka Sistem
Kekuasaan Kehakiman, Halaman 46-53

KEDUDUKAN HUKUM PENGADILAN NIAGA DALAM KERANGKA


SISTEM KEKUASAAN KEHAKIMAN

Muhammad Ridduwan 1 dan Akhmad Dani 2


1 Universitas Palembang

E-mail : ridwannoermuhammad@gmail.com
2 Universitas Palembang

E-mail : ahmaddaniudin61@gmail.com

Abstract
In the judicial power system that applies in Indonesia based on the 1945 constitution, there
are four judicial bodies whose existence is recognized, namely the general court, the religious
court, the state administrative court, and the military court. In addition, the law on judicial
power also recognizes the existence of a special court as a specialty to adjudicate certain
cases, one of these special courts is the commercial court which is authorized to adjudicate
cases of bankruptcy and suspension of payment. However, the existence of the commercial
court has not been regulated in a separate law, even though the regulation of the commercial
court in a separate law is very important, because in practice the commercial court is not only
authorized to adjudicate bankruptcy cases but is also authorized to adjudicate cases in the
field of intellectual property rights.
Keywords : commercial court; judicial power system

Abstrak
Dalam sistem kekuasaan kehakiman yang diakui dinegara Republik Indonesia berdasarkan
ketentuan konstitusi negara Republik Indonesia tahun 1945 terdapat empat badan peradilan
yang diakui eksistensinya yaitu peradilan negeri peradilan islam, peradilan administrasi negara,
dan peradilan ketentaraan. Disamping itu, undang-undang kekuasaan kehakiman juga
mengakui adanya pengadilan khusus sebagai spesialisasi untuk mengadili perkara tertentu,
salah satu pengadilan khusus tersebut adalah Pengadilan Dagang yang memiliki kewenangan
untuk mengadili perkara kebangkrutan dan pengunduran kewajiban pembayaran utang.
Namun, eksistensi Pengadilan Dagang belum diatur dalam undang-undang tersendiri, padahal
pengaturan Pengadilan Dagang dalam peraturan hukum tersendiri sangat penting karena dalam
perkembangan praktik Pengadilan Dagang bukan hanya berwenang untuk mengadili perkara
Kebangkrutan namun juga berwenang untuk mengadili perkara dibidang hak kekayaan
intelektual.
Kata kunci : Pengadilan Niaga, Sistem Kekuasaan Kehakiman

PENDAHULUAN terminology yang berbeda sistem bisa


Secara etimologish istilah sistem pula dimaknai sebagai suatu hubungan
bermula dari Bahasa Yunani yakni yang berlansung diantara sekian
systema, secara terminologish kata banyak komponen secara teratur (an
systema bisa dimaknai sebagai organized functioning relationship
keseluruhan sistem yang tersusun dari among units or components). Secara
beberapa bagian (whole compounded of terminologi, istilah sistem mengandung
several party). Sedangkan dalam

46

Volume 21 Nomor 1, Bulan Januari 2023


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Muhammad Ridduwan dan Akhmad Dani, Kedudukan Hukum Pengadilan Niaga Dalam Rangka Sistem
Kekuasaan Kehakiman, Halaman 46-53

makna yakni kumpulan bagian yang Masing-masing kompetensi pengadilan


saling berhubungan secara teratur.1 sebagaimana tersebut diatas akan
Kekuasaan kehakiman dalam diuraikan sebagai berikut :
kerangka sistem kelembagaan diatur 1. Mahkamah agung, sesuai
dalam article 24 (1) konstitusi negara dengan ketentuan konstitusi
republic Indonesia tahun 1945 yang negara yang mengamanatkan
menyebutkan “kekuasaan kehakiman jika mahkamah agung wenang
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk mengadili pada tingkat
dan bebas dari intervensi pihak mana kasasi dan wenang pula untuk
pun serta berfungsi untuk menegakkan melakukan pengujian (judicial
hukum dan keadilan”. 2 Dari bunyi review) terhadap peraturan
pasal diatas, dapat ditarik suatu bahwa perundang-undangan dibawah
Lembaga kekuasaan kehakiman undang-undang terhadap
berfungsi untuk menegakkan hukum undang-undang;5
dan keadilan. 2. Peradilan negeri, peradilan
Dalam mecapai tujuan penegakan negeri sebagai salah satu
hukum dan keadilan tersebut, Lembaga pelaksana kekuasaan
kekuasaan kehakiman dijalankan oleh3 : kehakiman berwenang untuk
1. Mahkamah Agung; mengadili, serta memutus kasus
2. Badan peradilan negeri; perdata (civil case) dan kasus
3. Badan peradilan islam; pidana (criminal case) pada
4. Badan peradilan ketentaraan; tingkat pertama;6
5. Badan peradilan administrasi 3. Peradilan islam, peradilan islam
negara; memiliki wewenang memeriksa,
6. Mahkamah Konstitusi.4 mengadili, dan memutus

5 Saldi Isra, “Tit ik Sin ggung Wewenang


1 O.K. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi,”
Intelektual (Jakarta: Rajagrafindo Persada, Jurnal Hukum dan Peradilan, vol 4, no 1, 2015:
2013). 20.
2 Rahayu Prasetyaningsih, “Akuntabilitas 6 Ilham Tohari, “Menyoal Kewenangan
Kekuasaan Kehakiman,” Jurnal Konstitusi, vol Pengadilan Negeri Dalam Menyelesaikan
8, no 5, 2011:835. Perkara Waris Masyarakat Muslim Pasca
3 Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Terbitnya Undang-Undang No 3 Tahun 2006
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tentang Peradilan Agama,” Yudisia Jurnal
4 R. Wiyono, Hukum Acara Peradilan Tata Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, vol 9, no
Usaha Negara (Jakarta: Sinar Grafika, 2014). 1, 2018: 5.
47

Volume 21 Nomor 1, Bulan Januari 2023


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Muhammad Ridduwan dan Akhmad Dani, Kedudukan Hukum Pengadilan Niaga Dalam Rangka Sistem
Kekuasaan Kehakiman, Halaman 46-53

perkara pada tingkat pertama negara yang wewenangnya


yang terjadi diantara orang- merupakan pemberian
orang muslim pada bidang : konstitusi, memutus
perkawinan, kasus pembagian pembubaran partai politik, serta
harta pusako, hibah, wakaf, memutus perselisihan hasil
wasiat, zakat, infaq, shodaqoh, pemilu. 10 Selain badan-badan
serta ekonomi islam;7 peradilan sebagaimana tersebut
4. Peradilan ketentaraan diatas, dapat juga dibentuk
berwenang memeriksa, pengadilan khusus sebagai
mengadili, serta memutus differensiasi untuk
perkara yang terjadi diantara menyelesaikan kasus-kasus
orang-orang yang berprofesi tertentu.
sebagai anggota tentara;8 Sistem kekuasaan kehakiman
5. Peradilan administrasi negara, yang berlaku di Indonesia ada empat
berwenang memeriksa badan peradilan pokok yang diatur
mengadili serta memutus dalam undang-undang dasar,
sengketa dibidang administrasi disamping badan peradilan khusus
negara;9 lainnya yang merupakan differensiasi
6. Mahkamah konstitusi, berdasar untuk menyelesaikan perkara-perkara
ketentuan konstitusi bahwa tertentu. Misalnya pengadilan Pajak
mahkamah konstitusi wenang dan pengadilan Kebebasan Dasar
mengadili dalam tingkat Manusia yang diatur dalam peraturan
pertama dan terakhir yang tersendiri.
putusannya bersifat final dan Akan tetapi amat disayangkan
mengikat (final and binding) bahwa Pengadilan Dagang sebagai
untuk menguji undang-undang pengadilan khusus yang dibentuk untuk
terhadap undang-undang dasar menangani sengketa Kebangkrutan
(judicial review), memutus belum diatur dalam undang-undang
sengketa kewenangan badan tersendiri dan masih menyatu dalam
7 Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang
Undang-undang No 37 tahun 2004
Peradilan Agama tentang kebangkrutan dan pengunduran
8 Ilham Tohari.
9 Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman. 10 Saldi Isra.


48

Volume 21 Nomor 1, Bulan Januari 2023


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Muhammad Ridduwan dan Akhmad Dani, Kedudukan Hukum Pengadilan Niaga Dalam Rangka Sistem
Kekuasaan Kehakiman, Halaman 46-53

kewajiban pembayaran utang. Padahal dan Reglement Op De Rechtvordering


eksistensi dari Pengadilan Niaga kini yaitu hukum acara perdata khusus yang
sangat berkembang pesat, karena pada berlaku bagi orang golongan kulit putih
era bisnis dan perekonomian kini untuk beperkara di Residentiegerecht
sangat banyak perkara kepailitan yang (Pengadilan Negeri Sekarang).
terjadi dan diselesaikan di Pengadilan Dahulu, hukum kepailitan ini
Niaga. dibagi menjadi dua yaitu :
Dengan merujuk pada uraian a. Kepailitan yang khusus berlaku
diatas, maka permasalahan yang akan bagi kaum pedagang
dikaji dalam tulisan ini adalah (Kooplieden) diatur pada pasal
bagaimana kedudukan hukum 749-910 Buku III Wetboek Van
Pengadilan Niaga dalam kerangka Koophandel; dan
sistem kekuasaan kehakiman di b. Kepailitan yang berlaku bagi
Indonesia. kaum non pedagang (niet
kooplieden) diatur pada pasal
PEMBAHASAN 899-915 Reglement op de
Jika dilihat secara historis dan Rechtvordering.
dari aspek kesejarahan, sebetulnya Pada saat itu terjadi dualism
kelahiran pranata hukum kepailitan hukum dalam bidang hukum kepailitan
sebagaiu suatu institusi khusus yang ini sehingga menimbulkan kesulitan
berwenang untuk menangani perkara- dalam implementasinya dan pula
perkara dibidang perniagaan telah ada menimbulkan reaksi negatif (negative
sejak masa Kolonial Belanda pada reaction) dari para pakar hukum
waktu Indonesia masih disebut dagang Belanda sendiri, sehingga pada
Nederlands Indie yang mana pada tahun 1906 diadakan unifikasi hukum
waktu itu hukum kepailitan sendiri kepailitan bersamaan dengan itu di
diatur dalam dua kodifikasi hukum Belanda terjadi pula penghapusan buku
yaitu Buku III Wetboek Van III Wetboek Van Koophandel tentang
Koophandel tentang Failissements 11 Failissements yang kemudian diatur

Umumnya, Buku II Tentang hukum laut, dan


11 Dalam sejarah pembentukan kodifikasi Buku III Tentang Kepailitan akan tetapi pada
hukum dagang sebetulnya kitab undang- tahun 1906 Buku III tersebut digapuskan dari
undang hukum dagang terdiri dari t iga buku kitab undang-undang hukum dagang dan diatur
yaitu Buku I Tentang Perdagangan Pada secara tersendiri.
49

Volume 21 Nomor 1, Bulan Januari 2023


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Muhammad Ridduwan dan Akhmad Dani, Kedudukan Hukum Pengadilan Niaga Dalam Rangka Sistem
Kekuasaan Kehakiman, Halaman 46-53

tersendiri dalam verordening op het en melanda negara-negara di Asia 15 hal ini


de surseace van betaling voor de ditambah lagi dengan munculnya
europeanen in nederlands indie atau desakan dari international monetary
dikenal dengan faillissements funds agar Indonesia memiliki undang-
verordening 12 dan berdasarkan undang kepailitan sendiri agar bisa
concordantie beginsel 13 berlaku juga di memperoleh bantuan dana dalam
hindia belanda sebagai daerah jajahan. rangka pemulihan ekonomi. 16 Dengan
Dalam perjalanannya, setelah negara adanya desakan itu maka terjadilah
Indonesia mencapai kemerdekaannya perubahan terhadap faillissement
pada tahun 1945 faillissement verordening dengan peraturan
verordening sebagai produk hukum pemerintah pengganti undang-undang
warisan Kolonial Belanda tetap no 1 tahun 1998 yang kemudian
dinyatakan berlaku berdasarkan disahkan menjadi undang-undang no 4
ketentuan undang-undang dasar yaitu tahun 1998 tentang kepailitan.
“segala badan serta peraturan negara Undang-undang no 4 tahun 1998
yang masih ada langsung berlaku sebagai undang-undang kepailitan
selama belum diadakan yang baru terbaru pada saat itu telah mengakui
menurut undang-undang dasar ini” 14 keberadaan Pengadilan Dagang sebagai
perkembangan berikutnya setelah Pengadilan khusus yang berkuasa
faillisements verordening berlaku untuk menangani soal kepailitan.
selama 92 tahun pada akhir tahun 1997 Disamping itu, eksistensi Pengadilan
faillissements verordening tersebut Niaga telah pula diakui oleh kaedah
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku kekuasaan kehakiman yang
lagi. Adapun yang menjadi alas an menyebutkan “Pengadilan khusus
pencabutan itu ialah dilatati oleh terjadi hanya bisa dibentuk dalam salah satu
krisis finansial (financial crisis) yang lingkungan peradilan…” 17 selanjutnya
ditentukan bahwa “yang dimaksud
12 Elyta Ras Ginting, Seri Hukum Kepailitan
Buku I : Teori Kepailitan (Jakarta: Sinar dengan pengadilan khusus antara lain
Grafika, 2018).
13 Concordantie beginsel ialah suatu asas 15 Tata wijayanta, “Kajian Tentang Pengaturan
persamaan hukum yang menyatakan bagi bagi Syarat Kepailitan Menurut Undang-undang No
golongan bangsa Eropa (Belanda) yang ada 37 Tahun 2004,” Mimbar Hukum, volume 26,
ditanah jajahan berlaku hukum yang sama no 1, 2014:2.
dengan negara Belanda 16 Elyta Ras Ginting.
14 Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang 17 Pasal 27 Undang-undang No 48 Tahun 2009

Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. tentang Kekuasaan Kehakiman


50

Volume 21 Nomor 1, Bulan Januari 2023


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Muhammad Ridduwan dan Akhmad Dani, Kedudukan Hukum Pengadilan Niaga Dalam Rangka Sistem
Kekuasaan Kehakiman, Halaman 46-53

pengadilan anak, pengadilan Problem lanjutan daripada kompetensi


dagang…”18 mutlak Pengadilan Dagang dalam
Dari ketentuan diatas dapat penanganan perkara kebangkrutan ialah
diketahui bahwa secara tersurat apakah wewenang mutlak itu cuma
undang-undang kekuasaan kehakiman memeriksa, mengadili, dan memutus
telah mengakui eksistensi Pengadilan perkara permohonan pernyataan
Niaga sebagai salah satu Pengadilan bangkrut dan pengunduran kewajiban
Khusus. Akan tetapi, pengaturan pembayaran utang an sich. 19 Dalam
hukum terhadap pranata Pengadilan kenyataannya Pengadilan Niaga tidak
Niaga yang menjadi bagian dari hanya menangani perkara kepailitan
undang-undang kepailitan tidaklah saja melainkan juga berkompeten
tepat karena telah menimbulkan untuk menangani perkara-perkara lain
problem terkait dengan masalah yang tersangkut dengan kepailitan
kewenangan mutlak Pengadilan yaitu permohonan actio pauliana,
Dagang itu sendiri. perlawanan pihak ketiga terhadap
Dalam undang-undang penyitaan atau perkara debitor, curator,
kebangkrutan, disebutkan bahwa atau pengurus menjadi salah satu pihak
wewenang mutlak dari Pengadilan dalam kasus yang bersangkut paut
Dagang itu adalah memeriksa, dengan boedel pailit, gugatan curator
mengadili, dan memutus sengketa terhadap direksi yang mengakibatkan
permohonan pernyataan bangkrut dan suatu perseroan menjadi pailit karena
pengunduran kewajiban pembayaran kesalahan atau kelalaiannya, serta
utang. Meski begitu, dalam gugatan mengenai kinerja kurator
perkembangan selanjutnya, Pengadilan dalam pengurusan dan pemberesan
Dagang juga memeriksa, mengadili, boedel pailit.20
serta memutuskan sengeta perniagaan Selain itu masalah lain yang terkait
lainnya seperti sengketa terhadap dengan Pengadilan Niaga ialah jumlah
pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual Pengadilan Niaga dan luasnya wilayah
(Paten, Merek, dan Hak Cipta) hukum yang dibawahi oleh Pengadilan
19 Muhammad Hadi Shubhan, Hukum
Kepailitan : Prinsip, Norma, Dan Praktik
Peradilan (Jakarta: Prenadamedia Group,
18Penjelasan pasal 27 Undang-undang No 48 2015).
tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. 20 Muhammad Hadi Shubhan

51

Volume 21 Nomor 1, Bulan Januari 2023


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Muhammad Ridduwan dan Akhmad Dani, Kedudukan Hukum Pengadilan Niaga Dalam Rangka Sistem
Kekuasaan Kehakiman, Halaman 46-53

Niaga itu sendiri. Sebagaimana yang 5. Pengadilan Niaga Makassar


kita ketahui bahwa Pengadilan Niaga di membawahi wilayah hukum
seluruh wilayah Indonesia hanya sebagai berikut:seluruh wilayah
berjumlah 5 Pengadilan yang Sulawesi, Maluku, dan Papua.21
membawahi wilayah hukum yang
sangat luas. Kelima Pengadilan Dagang KESIMPULAN DAN
tersebut adalah sebagai berikut : REKOMENDASI
1. Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Undang-undang kekuasaan
membawahi wilayah hukum kehakiman telah mengakui eksistensi
sebagai berikut : DKI Jakarta, daripada Pengadilan Niaga sebagai
Jawa Barat, Banten, Sumatera salah satu Pengadilan khusus yang
Selatan, Lampung, dan berwenang untuk menangani perkara
Kalimantan Barat. Kebangkrutan dan Pengunduran
2. Pengadilan Niaga Medan Kewajiban Pembayaran Utang, akan
membawahi wilayah hukum tetapi sangat disayangkan bahwa
sebagai berikut : Nanggroe eksistensi Pengadilan Niaga tersebut
Aceh Darussalam, Sumatera belum diatur dalam aturan tersendiri
Barat, Sumatera Utara, Riau, sebagaimana yang diamanahkan oleh
Jambi, dan Bengkulu. undang-undang kekuasaan kehakiman,
3. Pengadilan Niaga Semarang dan masih menginduk pada Undang-
membawahi wilayah hukum Undang Kepailitan. Padahal
sebagai berikut : Jawa Tengah pengaturan Pengadilan Niaga dalam
dan Daerah Istimewa suatu aturan hukum tersendiri sangat
Yogyakarta. penting untuk mencegah ketidak
4. Pengadilan Niaga Surabaya jelasan kompetensi Pengadilan Niaga,
membawahi wilayah hukum antara yang diatur dalam undang-
sebagai berikut : Jawa Timur, undang Kebangkrutan dan kompetensi
Kalimantan Selatan, Pengadilan Niaga dalam
Kalimantan Tengah, Perkembangannya.
Kalimantan Timur, Bali, Nusa Dengan memperhatikan
Tenggara Barat, dan Nusa kekurangan diatas, penulis
Tenggara Timur. 21 Elyta Ras Ginting.
52

Volume 21 Nomor 1, Bulan Januari 2023


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Muhammad Ridduwan dan Akhmad Dani, Kedudukan Hukum Pengadilan Niaga Dalam Rangka Sistem
Kekuasaan Kehakiman, Halaman 46-53

menyarankan bahwa sebaiknya pada O.K. Saidin, Aspek Hukum Hak


Kekayaan Intelektual, Jakarta:
masa yang akan datang kedudukan
Rajagrafindo Persada, 2013.
Pengadilan Niaga, diatur dalam Rahayu Prasetyaningsih,
Undang-Undang tersendiri. Hal ini “Akuntabilitas Kekuasaan
diperlukan dengan tujuan untuk Kehakiman,” Jurnal Konstitusi,
vol 8, no 5, 2011:835.
memberikan kejelasan mengenai hal-
R. Wiyono, Hukum Acara Peradilan
hal apa saja yang menjadi kompetensi Tata Usaha Negara, Jakarta:
untuk diadili oleh Pengadilan Niaga. Sinar Grafika, 2014.
Saldi Isra, “Titik Singgung Wewenang
Disamping itu, diperlukan juga
Mahkamah Agung dan
penambahan jumlah Pengadilan Niaga Mahkamah Konstitusi,” Jurnal
di Indonesia untuk menghindari Hukum dan Peradilan, vol 4, no
1, 2015: 20.
banyaknya perkara yang menumpuk
Tata wijayanta, “Kajian Tentang
akibat luasnya wilayah hukum yang Pengaturan Syarat Kepailitan
menjadi jangkauan dari Pengadilan Menurut Undang-undang No 37
Niaga yang telah ada. Tahun 2004,” Mimbar Hukum,
volume 26, no 1, 2014:2.

DAFTAR PUSTAKA

Elyta Ras Ginting, Seri Hukum


Kepailitan Buku I: Teori
Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika,
2018.
Ilham Tohari, “Menyoal Kewenangan
Pengadilan Negeri Dalam
Menyelesaikan Perkara Waris
Masyarakat Muslim Pasca
Terbitnya Undang-Undang No 3
Tahun 2006 Tentang Peradilan
Agama,” Yudisia Jurnal
Pemikiran Hukum dan Hukum
Islam, vol 9, no 1, 2018: 5.
Muhammad Hadi Shubhan, Hukum
Kepailitan : Prinsip, Norma, Dan
Praktik Peradilan, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015.

53

Volume 21 Nomor 1, Bulan Januari 2023

Anda mungkin juga menyukai