Anda di halaman 1dari 32

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERHADAP KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT

Disusun untuk melengkapi tugas Desain Geometrik Jalan Raya

Disusun oleh :
LORENO ANANDA
D100210147

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala
kehendaknya, saya berhasil menyelesaikan tugas desain geometric jalan dengan
tepat waktu yang berjudul "Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat."
Penyusunan tugas ini ditulis berdasarkan kejadian yang terjadi di sekitar
yang berhubungan dengan infrastruktur. Penulis berharap, pemaparan dalam isi
tulisan ini bisa mempermudah pembaca untuk memahami kaitan antara
infrastruktur dengan kesejahteraan masyarakat
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang dibuat masih jauh dari kata
sempurna, dan memiliki kekurangan dari berbagai aspek. Untuk itu, penulis
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan laporan
penelitian ini.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infrastruktur adalah bangunan yang dibangun dengan memperhatikan


kondisi alam dan sosial yang ada dengan tujuan meningkatkan kegiatan sosial di
masyarakat. Infrastruktur memiliki posisi yang sangat penting bagi
keberlangsungan kegiatan penduduk suatu wilayah. Kegiatan penduduk dapat
ditampung dalam ruang ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan
berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang memadai.
Sebagai contoh, kegiatan perekonomian penduduk suatu wilayah mungkin dapat
ditampung pada ruang-ruang yang berupa sarana perekonomian, seperti kawasan
perdagangan, jasa, dan industri yang dimiliki oleh wilayah tersebut, tetapi tanpa
dukungan penyediaan jaringan infrastruktur yang baik, sebagai contoh seperti
jaringan jalan, air bersih, pembuangan sampah, drainase, dan sanitasi, kegiatan
tersebut tidak dapat berjalan dengan optimal. Kegiatan perekonomian suatu
wilayah yang didukung oleh pelayanan infrastruktur yang baik, dapat mendorong
peningkatan intensitas dan kualitas kegiatan tersebut, yang berakibat pada
peningkatan kesejahteraan penduduknya (Button, 2002 dalam Hadi
Wahyono,2006)

Akan menjadi sia – sia bila perekonomian suatu wilayah bisa menunjang
keberlangsungan hidup penduduk, namun tidak didukung dengan infrastruktur
yang memadahi dan tanpa memperhatikan kondisi di lingkungan, maka
perekonomian menjadi tidak berkembang dan hanya sampai pada level yang
sama. Perhatian utama pemerintah dalam membangun infrastruktur di Indonesia
tentunya harus berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan. Transportasi adalah
salah satu yang masih menjadi permasalahan oleh masyarakat, mengingat
infrastruktur tersebut belum bisa dirasakan oleh sebagian masyarakat yang hidup
di daerah pedalaman Indonesia.
Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian. Usaha pembangunan yang meningkat
menuntut adanya sarana transportasi untuk menunjang mobilitas penduduk dan
kelancaran distribusi barang dari dan ke suatu daerah. Peningkatan dan rehabilitasi
jalan juga dilaksanakan pada wilayah permukiman yang padat penduduk. Dengan
semakin baiknya kondisi jalan semakin memicu tersebarnya kantong-kantong
permukiman baru dan perluasan permukiman yang ada, sehingga penduduk tidak
terkonsentrasi pada wilayah hamparan permukiman saja.

Adanya persebaran penduduk akibat semakin baiknya 2 pelayanan jalan


ini dapat dilihat dengan mulai tumbuh permukiman baru mengikuti badan jalan
yang telah ditingkatkan tersebut. disamping dampak positif yang timbul pada
kehidupan ekonomi dan sosial, pembangunan jalan dapat memberikan dampak
negatif bagi lingkungan. Karena pembangunan akan terus berlangsung dan tidak
dapat ditahan, yang dapat dilakukan adalah pengontrolan dan meminimalisasi
dampak negatif yang timbul. Karena pembangunan jalan sudah tidak bisa dilepas
dari usaha penjagaan lingkungan hidup, maka fungsi teknik sipil, yang merancang
konstruksi jalan maupun infrastruktur lain, harus selalu disertai dengan analisis
dampak terhadap lingkungan dan peranannya terhadap konservasi lingkungan.

Pembangunan infrastruktur menjadi prioritas utama pemerintah untuk


meningkatkan mobilitas masyarakat. Keseriusan pemerintah dalam membangun
infrastruktur di tahun 2023 dapat dilihat dari alokasi APBN yang difokuskan
untuk infrastruktur sebesar Rp125,18 triliun dimana jumlah tersebut lebih besar
dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar Rp116,37 triliun. Alokasi belanja negara
untuk pembangunan infrastruktur dimaksudkan untuk mendukung akselerasi dan
perluasan pembangunan serta pertumbuhan. Pembangunan infrastruktur
diharapkan mampu menekan ekonomi biaya tinggi yang menghambat daya saing
nasional selama ini. Salah satu instansi yang berperan penting dalam
pembangunan infrastruktur adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR)
Perkembangan pembangunan pada praktiknya diharapkan dapat
menimbulkan dampak yang positif bagi masyarakat sekitar dari pembangunan.
Terjadi perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat berupa dampak ekonomi
setelah adanya alih fungsi lahan pertanian. (Ika Pewista dan Rika Harini, 2013).

Dengan adanya konversi lahan tentunya pemerintah memberikan ganti


rugi yang senilai dengan lahan yang dibeli. Namun, petani akan kehilangan lahan
yang dimiliki. Penggunaan lahan dan mata pencaharian memiliki hubungan yang
kuat.

Perubahan dalam sistem mata pencaharian bisa mengubah penggunaan


lahan dan akan menyebabkan perubahan lebih lanjut dalam pola kehidupan. Mata
pencaharian dan perubahan penggunaan lahan juga terkait dengan pengaruh
perkembangan sosial dan ekonomi. Mata pencaharian akan berdampak pada
jumlah pendapatan seseorang. Pendapatan dapat berupa perolehan barang atau
uang yang diterima atau dihasilkan dimana jumlah pendapatan merupakan salah
satu indikator pengukur tingkat kesejahteraan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pembangunan infrastruktur tersebut dapat meningkatkan ekonomi


dan kesejahteraan masyarakat di Kawasan tersebut secara signifikan?

2. Adakah peluang infrastruktur tersebut tidak tepat sasaran?

3. Apa dampak infrastruktur yang salah sasaran bagi kesejahteraan


masyarakat?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian adalah untuk :

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pembangunan infrastruktur


dengan dana APBN oleh dalam tujuan pemerataan ekonomi dan
kesejahteraan.
2. Untuk mengetahui dampak yang dihasilkan baik positif maupun negatif
dari pembangunan infrastruktur di beberapa daerah.
3. Mengetahui lebih rinci seberapa signifikan hasil yang diperoleh terhadap
tujuan awal pembangunan.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan tentang kebijakan


Pemerintah dalam membangun infrastruktur
2. Sebagai sarana bagi pemerintah daerah untuk mengetahui kelayakan
infrastrukturnya
3. Sebagai sarana yang dapat digunakan pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat untuk mengontrol dan mengembangkan infrastrukturnya.
4. Sebagai tolak ukur yang dapat digunakan pemerintah daerah untuk
menyusun APBD
BAB II

TINJAUAN PUSAKA

Infrastruktur menurut Grigg adalah “semua fasilititas fisik yang sering


disebut dengan pekerjaan umum”. Menurut AGCA (associated General
Conctractor of America), mendefinisikan infraktruktur adalah semua aset berumur
panjang yang dimiliki oleh pemerintah setempat, pemerintah daerah maupun pusat
dan utilitas yang dimiliki oleh para pengusaha.

Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi,


pengairan, drainase, bangunan bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial
dan ekonomi. Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 67 tahun
2005, dijelaskan bahwa penyediaan infrastruktur adalah kegiatan yang meliputi
pekerjaan konstruksi untuk membangun atau meningkatkan kemampuan
infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan infrastruktur dan/atau pemeliharaan
infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur.

Sistem infrastruktur merupakan merupakan pendukung utama fungsi-


fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-
struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan
untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat.
Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 67 tahun 2005, jenis
Infrastruktur mencakup :

1. Infrastruktur Transportasi

-Pelabuhan Laut
-Sungai atau Danau
-Bandar Udara
-Jaringan Rel
-Stasiun Kereta Api

2. Infrastruktur Jalan

-Jalan Tol

-Jembatan

3. Infrastruktur Pengairan

-Saluran pembawa air baku

4. Infrastruktur Air Minum

-bangunan pengambilan air baku

-jaringan transmisi

-jaringan distribusi

-instalasi pengolahan air minum

5. Infrastruktur Air Limbah

-instalasi pengolah air limbah

-jaringan pengumpul dan jaringan utama

-sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan tempat pembuangan


6. Infrastruktur Telekomunikasi

-jaringan telekomunikasi

7. Infrastruktur Ketenagalistrikan

-pembangkit, transmisi atau distribusi tenaga listrik

8. Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi

-pengolahan

-penyimpanan

-pengangkutan

-transmisi, atau distribusi minyak dan gas bumi

Infrastruktur dinyatakan pula sebagai aset fisik yang dirancang dalam


sistem pelayanan publik yang penting terbagi dalam 7 kategori utama. Namun
dalam penetapan kategori infrastruktur ini terdapat beberapa perbedaan antara
program pembangunan prasarana kota terpadu (P3KT) dengan Grigg (1988),
Hudson 8 (1997), Kodoatie (2003) maupun Supirin (2003) (dalam Nurmadimah,
2012:20).

Pengkategorian dalam program pembangunan prasarana kota terpadu


(P3KT) tidak menyertakan bagunan gedung dan fasilitas rekreasi, serta
memisahkan pengelolaan air bersih dengan air kotor, sedang Grigg maupun
Hudson mengkategorikan pengelolaan air bersih, air limbah dan drainase pada
satu kategori dan menyertakan serta memasukan bangunan gedung dan fasilitas
rekreasi pada kategori terpisah (Nurmadimah, 2012:20).

Krisis infrastruktur adalah suatu proses yang mengubah keadaan menjadi


buruk. Adanya krisis infrastruktur menjadikan situasi pada infrastruktur tersebut
menjadi lebih buruk. Akibat yang ditimbulkan dari krisis infrastruktur :

1. Kegagalan pembuatan (modal, desain, konstruksi/teknologi)


2. Runtuh (ambruk, teknologi)

3. Rusak/aus (umur, pemakaian, salah pakai)


4. Bencana alam (banjir, gempa, kebakaran)

5. Tidak ada penambahan/penyesuaian (kapasitas kurang)

6. Tidak ada/minim pemeliharaan

Penyebab-penyebab dari kesalahan manajemen yaitu :

1. Pemotongan anggaran/investasi kurang

2. Kesalahan pemilihan infrastruktur 9

3. Pemakaian melewati umur/life-cycle tidak diperhatikan

4. Kecenderungan mengabaikan pemeliharaan

5. Mahalnya teknologi baru

Berdasarkan uraian tentang penyebab terjadinya krisis dalam kelayakan


infrastruktur diatas dalam hal ini sistem manajemen juga berpengaruh besar
terhadap perkembangan suatu infrastruktur, maka akan lebih jika suatu
infrastruktur selalu diperhatikan kelayakanya. Agar tidak terjadinya krisis dalam
bidang infrastruktur.

Sistem manajemen infrastruktur adalah cara untuk menggunakan sumber


daya yang terbatas untuk mencapai tujuan tertentu adalah manajemen. Sumber
daya dapat disebut dengan 5M yaitu :

1. Men (manusia)

2. Materials (bahan)
3. Machines (peralatan/mesin)

4. Methods (cara kerja/metode)

5. Money (modal)

Cara untuk menggunakan sumber daya alam, dapat dilakukan dengan cara :

1. Perencanaan investasi (investment planning)

2. Perancangan (designing)

3. Pelaksanaan konstruksi (construction)

4. Pemakaian/penggunaan (operation), pemeliharaan (muintenance); 10

5. Pemantauan (monitoring) dan evaluasi (evaluation)

Tingkat Pelayanan Infrastruktur, meliputi

a. Sistem manajemen pemeliharaan

b. Sistem manajemen operasi

c. Sistem pendukung keputusan

d. Sistem manajemen kerja & organisasi

e. Rencana dan program kerja

f. Kepala Pengoperasian

g. Budget

h. Sistem manajemen financial

i. Sistem manajemen proyek

j. Sistem infrastruktur
Jenis dan Esensi Infrastruktur

Infrastruktur dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu :

a. Infrastruktur Ekonomi, sumber daya aktual yang menawarkan jenis bantuan


dan digunakan dalam produksi dan konsumsi seperti sarana publik (media
transmisi, air minum, desinfeksi, gas), pekerjaan umum (bendungan, saluran
air, dan limbah) serta transportasi (jalan, kereta api , transportasi pelabuhan,
dan sebagainya)

b. Infrastruktur Sosial, sumber daya yang mendukung dan membantu kesehatan


dan pendidikan (sekolah dan perpustakaan), kesehatan (rumsah sakit,
klinik/puskesmas), dan hiburan (taman, ruang pameran).

c. Infrastruktur Administrasi/institusi seperti lembaga hukum, administrasi


kependudukan, kebudayaan dan sebagainya. Infrastruktur
Infrastruktur sebagai pendukung utama untuk sistem sosial dan sistem keuangan
dijalankan dalam konteks yang terintegrasi dan menjangkau jauh. Infrastruktur
yang merupakan fasilitas yang dibuat untuk kapasitas pemerintah dalam hal
pelayanan publik tidak bekerja sendiri dan mandiri. Berdasarkan jenisnya,
Infrastruktur dibedakan menjadi 12 kelompok, sebagai berikut:

1) Sistem penyediaan air: waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi serta
fasilitas pengolahan air (treatment plan).

2) Sistem pengolahan air limbah: pengumpul, pengolahan, pembuangan dan daur


ulang.

3) Fasilitas pengolahan limbah (padat).

4) Fasilitas pengendalian banjir, drainase dan irigasi.

5) Fasilitas lintas air dan navigasi.

6) Fasilitas transportasi: jalan, rel, bandar udara serta utilitas pelangkap lainnya.

7) Sistem transit publik.

8) Sistem kelistrikan: produksi dan distribusi.

9) Fasilitas gas alam.

10) Gedung publik: sekolah, rumah sakit, gedung pemerintah dan lain-lain.

11) Fasilitas Perumahan publik.

12) Taman kota: taman terbuka dan lain-lain.


12 jenis infrastruktur tersebut lalu dikelompokkan menjadi 7 kategori, yaitu
diantaranya :

1) Transportasi (Jalan, jalan raya, jembatan)

2) Pelayanan Transportasi (transit, bandar, pelabuhan).

3) Komunikasi.

4) Perairan (air, air buangan, sistem keairan termasuk jalan air yaitu sungai,
saluran terbuka, pipa dan lain-lain)

5) Pengelolaan limbah (sistem pengolalan limbah padat).

6) Bangunan.

7) Distribusi dan produksi ekonomi.

Infrastruktur yang disusun juga harus disesuaikan dengan kebutuhan setiap


daerah, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Ada empat alasan prinsip
yang dapat dikemukakan sehubungan dengan pentingnya pembangunan
infrastruktur

a. Perbaikan Infrastruktur dapat memberikan lowongan pekerjaan. Ini adalah salah


satu hal penting dan tahap menuju rakyat dan negara yang adil dan sejahtera

b. Pembangunan infrasatruktur dasar, infrastruktur inovasi, dan infrastruktur sains


akan secara langsung mempengaruhi lingkungan usaha. Perkembangan modal
dan arus ventura sangat dipengaruhi oleh aksesibilitas infrastruktur pendukung
di kawasan industri, pelabuhan, pasar, dan perguruan tinggi yang dapat
memberdayakan pengungkapan baru di bidang sains dan dapat diterapkan oleh
industri dan pelaku pasar.

c. Infrastruktur akan sangat memberikan dampak bahkan menentukan integrasi


sosial ekonomi rakyat daerah.
d. Pembangunan infrastruktur akan membuka detasemen fisik dan non-aktual di
berbagai daerah. Berkaitan dengan bergabungnya negara secara politik dalam
bidang sosial dan ekonomi, tugas penting bagi pemerintah adalah membangun
infrastruktur yang dapat mengatasi isolasi fisik daerah di Indonesia awal abad
21. Karena isolasi fisik akan mempengaruhi pembangunan sosial di setiap
daerah. Karena keterbatasan ruang, item layanan pertanian, perkebunan dan
kehutanan sulit untuk dipasarkan ke kota terdekat sehingga pada dasarnya
hanya dikonsumsi oleh kerabat. Dengan demikian, tingkat gaji tetap rendah,
kemudian, mereka dikatakan sebagai rakyat yang miskin.
Bentuk Negara

Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang memiliki struktur pulau-pulau


yang tersebar luas dalam jumlah lebih dari 13.000 pulau besar dan pulau kecil,
dengan garis pantai yang panjangnya sekitar 81.000 Km memberikan ciri khas
pada lingkungan laut alaminya.

Ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang umum


terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Menurut Wahyudi (2004) dalam
kehidupan ekonomi, ketimpangan dilaporkan terus memningkat, baik dalam
negara (whithin states) maupun antar negara (between states). Ketimpangan ini
pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam
dan perbedaan kondisi geografi yang terdapat pada masing-masing wilayah.
Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses
pembangunan juga menjadi berbeda

Permasalahan ketimpangan pembangunan antar wilayah dapat dilihat


dengan menggunakan Hipotesa model Neo-Klasik. Model tersebut menjelaskan
proses pembangunan baru dimulai (negara yang sedang berkembang), tingkat
perbedaan kemakmuran antar wilayah (regional disparity) cenderung menjadi
tinggi (divergence). Ketika proses pembangunan telah berjalan dalam waktu yang
lama maka perbedaan tingkat kemakmuran antar wilayah cenderung menurun.
Laju Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi adalah ukuran proses peningkatan output dari


waktu ke waktu sebagai indikator penting untuk mengukur keberhasilan
pembangunan suatu negara (Todaro,2005). Laju pertumbuhan ekonomi yang
tinggi akan meningkatkan tingkat kesejahteraan dan menjadi daya tarik bagi 16
investor untuk terlibat dalam aktivitas ekonomi di daerah tersebut, sehigga akan
meningkatkan pembangunan secara berkelanjutan sehingga menyebabkan
kesempatan kerja semakin banyak dan ketimpangan antar wilayah menurun

Tetapi apabila laju pertumbuhan ekonomi hanya terpusat pada


daerahdaerah pusat pertumbuhan saja maka trickle down effect (dampak
penetesan kebawah) yang akan sulit untuk tercapai (Fitriyah, L, 2013). PDRB
sebagai salah satu indikator untuk mengetahui kondisi laju pertumbuhan ekonomi
daerah dalam periode tertentu, jika PDRB daerah meningkat artinya upaya
pembangunan nasional melalui pertumbuhan ekonomi berhasil (Suliswanto,
2010).

Model Neo Klasik Solow (solow neoclassical growth model) menyatakan


bahwa berbagai perekonomian akan terpusat pada kondisi tertentu ke tingkat
pendapatan yang sama. Kondisi tersebut akan tercapai jika, perekonomian
memiliki kesamaan dalam tigkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan tenaga kerja,
dan pertumbuhan produktivitas. Sedangkan menurut teori pertumbuhan Neo
Klasik Tradisional, pertumbuhan output di peroleh dari satu atau lebih dari tiga
faktor yaitu:

1. Akumulasi Modal, mencakup semua investasi baru dalam lahan,


pendidikan, dan keterampilan kerja
2. Pertumbuhan populasi yang akhirnya menyebabkan angkatan kerja (labour
force)
3. Kemajuan teknologi, cara penyelesaian secara efektif dalam
menyelesaikan tugas.
Model Neo Klasik sebagai model pertumbuhan ekonomi menganalisis
bagaimana keterkaitan antara akumulasi modal, pertumbuhan penduduk, dan
perkembangan teknologi terhadap tingkat produksi output. Model ini
menunjukkan bahwa semakin menurunnya fungsi dari tenaga kerja dan modal
secara terpisah maka kedua faktor tersebut hasilnya akan konstan (tetap) secara
bersama-sama. Sedangkan kemajuan teknologi menjadi faktor yang bersifat residu
artinya akan mempengarui pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang
(decreasing returns to capital). Sedangkan pertumbuhan angkatan kerja ditentukan
secara eksogen (dari luar) artinya bebas dari faktor-faktor pengaruh lainnya dari
model.

Model Harrod-Domar, salah satu strategi utama pembangunan yang


diperlukan untuk mobilisasi tabungan dalam negeri ataupun luar negeri yaitu
untuk menghasilkan investasi yang cukup guna meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Secara lebih spesifik, menyatakan bahwa dengan tidak adanya campur
tangan pemerintah maka tingkat pertumbuhan pendapatan nasional secara
langsung atau positif akan berkaitan dengan rasio tabungan (Semakin besar GDP
perekonomian yang dapat ditabung dan diinvestasikan, semakin besar pula
pertumbuhan GDP). Berbanding terbalik atau negatif berkaitan dengan rasio
modal output perekonomian ( semaki tinggi C, semakin rendah pula pertumbuhan
GDP). Selain invenstasi, dua komponen lain dalam pertumbuhan ekonomi adalah
tenaga kerja dan teknologi. Dalam kaitanya dengan model Harrod-Dommar,
pertumbuhan tenaga kerja tidak di uraikan secara eksplisit, hal ini disebabkan
kerena jumlah tenaga kerja diasumsikan sebanding dengan modal yang
diinvestasikan (asumsi tersebut tidak selamanya benar).

Dalam kaitanya dengan model Harrod-Dommar, secara umum dapat


dikemukakan bahwa kemajuan teknologi dapat dijelaskan sebagai penurunan rasio
modal output yang diperlukan. Sehingga pertumbuhan akan lebih besar dalam
tingkat investasi, dalam jangka panjang sifatnya tidak tetap tetapi dapat berubah
sewaktu-waktu sehingga kegunaan terhadap pasar keuangan dan lingkungan
kebijakan sangat berpengaruh.
Investasi

Investasi merupakan salah satu sumber utama dalam pembangunan dan


pertumbuhan ekonomi. Aktivitas penanaman modal dalam negeri ataupun luar
negeri secara konsisten akan menambah stok modal (capital stock). Peningkatan
stok modal akan berdampak pada peningkatan produktivitas serta kapasitas dan
kualitas produksi, hasilnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

Investasi dapat juga diartikan sebagai pengeluaran atau belanja penanam


modal untuk membeli barang-barang modal bertujuan untuk menambah produksi
barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2008 : 122). Secara
20 garis besar, investasi memainkan peran penting dalam menggerakkan
kehidupan ekonomi bangsa. Dinamika investasi mempengaruhi tinggi atau
rendahnya pertumbuhan ekonomi dalam meningkatkan perekonomian. Setiap
negara membuat kebijakan yang dapat mengundang investor dalam menanam
modalnya di negara tersebut.

1. PMA (Penanaman Modal Asing)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007


dalam pasal 1 ayat 9 tentang penanaman modal asing adalah kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam dalam negeri.

PMA memiliki dampak positif terhadap peningkatan keuntungan sebuah


proses produksi transfer teknologi, pengenalan teknologi dalam proses produksi
baru, pelatihan tenaga kerja, dan akses ke jaringan internasional (Effendi &
Soemantri, 2003) serta memberikan efek multiplier yang tinggi dalam penyerapan
tenaga kerja terampil dan tenaga kerja khusus ( Latip, 2009; Prasaja 2013).
Kondisi tersebut menyebabkan tingginya produktivitas ekonomi didaerah
sekaligus mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Peningkatan
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi tersebut secara langsung menimbulkan
ketimpangan yang tinggi antar daerah di Indonesia (Kurniawan & Sugiyanto,
2013; Yusuf, 2013).

2. PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri)

Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman


Modal pasal 1 Ayat 2 menyebutkan Penanaman Modal Dalam Negeri adalah
Kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam dalam negeri menggunakan modal dalam
negeri.

Investasi akan mendorong produktivitas ekonomi dan terciptanya


lapangan pekerjaan. Perbedaan investasi di Indonesia akan meningkatkan
ketimpangan pembangunan ekonomi. Tetapi dalam jangka panjang, investasi akan
dapat menurunkan tingkat ketimpangan apabila terjadi pemerataan investasi di
Indonesia masing-masing daerah di Indonesia. Menurut Sadono (1994) dalam
Krinantiya (2014) jumlah investasi bergantung pada beberapa hal diantaranya
besarnya keuntungan yang diperoleh dalam suatu kegiatann ekonomi, suku bunga,
tingkat keuntungan dimasa depan, ramalan keadaan ekonomi di masa depan, dan
penggunaan teknologi.
2.3. Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital


untuk mempercepat proses pembangunan nasional dan regional. Infrastruktur
mempunyai peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan
ekonomi dalam mengurangi ketimpangan antar wilayah. Oleh karena itu, semua
negara berkembang selama satu dekade terakhir berlomba-lomba memperbaiki
infrastrktur untuk mendongkrak pembangunan ekonominya (Barus, 2012).

Hal tersebut menyebabkan pembangunan infrastruktur menjadi pondasi


dari pembangunan ekonomi berkelanjutan. Bertambahnya infrastruktur dan 22
perbaikannya oleh pemerintah diharapkan memacu pertumbuhan ekonomi dan
mengurangi ketimpangan antar wilayah di Indonesia (Suratno dalam Sumadiasi,
2016)
PERTUMBUHAN EKONOMI LEWAT INFRASTRUKTUR

Lewat pembangunan infrastruktur, Presiden Joko Widodo (Jokowi)


mengharapkan terjadinya akselerasi pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut
diharapkan tercapai dengan menurunnya biaya logistik yang akhirnya
berpengaruh ke harga-harga barang sehingga tercipta efisiensi.

Namun setelah lebih dari empat tahun pembangunan infrastruktur


digenjot, dampak riil belum terasa. Faktanya, dalam empat tahun terakhir realisasi
pertumbuhan ekonomi tercatat gagal mencapai target dalam RPJMN 2015-2019
dan mandek di angka 5%.

Menurut Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati, akselerasi dari


pembangunan infrastruktur salah satunya dapat dilihat dari masuknya modal asing
ke Indonesia. Dia bilang, Indonesia masih jauh tertinggal daya saingnya dalam
menarik modal masuk ke dalam negeri dibanding negara lain kawasan regional.
Padahal seiring dengan terjadinya perubahan geopolitik di sejumlah negara dunia,
Asia menjadi wilayah yang ketiban rezeki masuknya modal asing. Namun
Indonesia lewat realisasi penanaman modal asing (PMA) setiap tahun tak cukup
mentereng dibanding negara lain di kawasan.

Merujuk data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM), investasi


asing yang masuk melalui PMA sepanjang 2018 tercatat Rp 392,7 triliun.
Realisasi aliran PMA itu turun 8,8% bila dibandingkan capaian tahun sebelumnya
sebesar Rp 430,5 triliun. Enny sendiri mengakui pembangunan infrastruktur di
Indonesia penting untuk segera dilakukan. Namun dia berharap pemerintah bisa
menentukan skala prioritas dengan perencanaan yang lebih matang agar investasi
yang sudah digelontorkan bisa benar-benar terasa dampaknya.
Sementara Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres,
Pos dan Logistik Indonesia Budi Paryanto mengatakan pembangunan infrastruktur
bukannya tak tepat sasaran. Namun dia mengakui bahwa manfaat yang dirasakan
oleh dunia usaha khususnya di jasa pengiriman masih minim.
Kesejahteraan Masyarakat

Teori kesejahteraan secara umum dapat diklasifikasi menjadi tiga macam,


yakni classical utilitarian, neoclassical welfare theory dan new contractarian
approach (Albert dan Hahnel, dalam Sugiarto 2007):

a. Pendekatan classical utilitarian menekankan bahwa kesenangan atau kepuasan


seseorang dapat diukur dan bertambah. Prinsip bagi individu adalah meningkatkan
sebanyak mungkin tingkat kesejahteraannya, sedangkan bagi masyarakat
peningkatan kesejahteraan kelompoknya merupakan prinsip yang dipegang dalam
kehidupannya.

b. Pendekatan neoclassical welfare theory menjelaskan bahwa fungsi


kesejahteraan merupakan fungsi dari semua kepuasan individu.

c. Pendekatan new contractarian approach yang mengangkat adanya kebebasan


maksimum dalam hidup individu atau seseorang. Hal yang paling ditekankan
dalam pendekatan new contractarian approach ini adalah individu akan
memaksimalkan kebebasannya untuk mengejar konsep mereka tentang barang dan
jasa tanpa adanya campur tangan. Kesejahteraan masyarakat dalam teori ekonomi
dikenal sebagai ekonomi kesejahteraan, dimana menurut Pigau (1960) ekonomi
kesejahteraan adalah bagian dari kesejahteraan sosial yang dapat dikaitkan secara
langsung maupun tidak langsung dengan pengukuran uang. Sepadan dengan UU.
No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial merupakan kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Jadi, kesejahteraan merupakan keadaan terpenuhinya kebutuhan baik dari segi
sosial maupun ekonomi. Selain itu, kesejahteraan sosial juga dipaparkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kesejahteraan Sosial merupakan
kegiatankegiatan yang terorganisir yang bertujuan untuk membantu individu dan
masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan
kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Dalam hal ini
menunjukkan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga
pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau
memberi kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, peningkatan kualitas
hidup individu, kelompok dan masyarakat (Nurul Husna, 2014:47).

Paul Hogget (Fritzpatrick, 2002), memberikan tiga dimensi menuju masyarakat


kesejahteraan sosial atau disebut “good society” :

1. Welfare Consumerism
Kesejahteraan hidup (well being) masyarakat ditentukan dan diukur oleh
kemampuan orang untuk mendapatkan kuantitas dan variasi barang material dan
pelayanan sosial. Semua hal dihitung dengan konsep uang sehingga barang dan
pelayanan sosial yang tersedia dijual dan dapat dibeli oleh masyarakat
2. Welfare Statism
Kesejahteraan hidup (well being) masyarakat ditentukan atau diukur deangn
tersedianya barang dan pelayanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
tanpa variasi pilihan yang beragam. Semua barang dan pelayanan hanya dapat
diperoleh oleh orang-orang yang berhak.
3. Ecowelfarism
Kesejahteraan masyarakat (well being) ditentukan dan diukur kepada kemampuan
masyarakat untuk memberi kesempatan memenuhi kebutuhan sendiri dengan
kekuatannya sendiri. Pemenuhan kebutuhan masyarakat atau warga harus sesuai
dengan daya dukung lingkungan hidupnya.
Konsep kesejahteraan yang dipaparkan Nasikun (1993) dapat dirumuskan
sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari
empat indikator, yaitu (1). Rasa aman (security), (2). Kesejahteraan (welfare), (3).
Kebebasan (freedom), (4). dan jati diri (identity). Sedangkan menurut Kolle
(1974) dalam Bintaro (1989), kesejahteraan dapat di ukur dari beberapa aspek
kehidupan antara lain :
a. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah, bahan
pangan, dan sebagainya;
b. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh,
lingkungan alam, dan sebagainya;
c. Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas pendidikan,
lingkungan budaya, dan sebagainya;
d. Dengan melihat kualitas hidupnya dari segi spiritual, seperti moral, etika,
keserasian, penyesuaian dan sebagainya.

9 komponen kesejahteraan yaitu kesehatan, konsumsi makanan dan gizi,


pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, jaminan sosial, sandang, rekreasi dan
kebebasan. Selain itu, dalam penelitian sugiharto (2007:33) menjelaskan bahwa
menurut Badan Pusat Statistik, indikator yang digunakan untuk mengetahui
tingkat kesejahteraan ada delapan, yaitu pendapatan, konsumsi atau pengeluaran
keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota
keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan
memasukkan anak ke jenjang pendidikan, dan kemudahan mendapatkan fasilitas
transportasi, Amirus Sodiq (2015:387).
John Stuart Mill dalam pembangunan perekonomian menjelaskan
peningkatan kesejahteraan hanya dapat terjadi apabila tanah dan modal mampu
meningkatkan produksi lebih cepat dibandingkan angkatan kerja. Kesejahteraan
terdiri dari peralatan, mesin, dan keterampilan angkatan kerja. Tenaga kerja
produktif inilah yang merupakan pencipta kesejahteraan dan akumulasi modal.
Laju akumulasi modal merupakan fungsi dari bagian angkatan kerja yang
dipekerjakan secara produktif. Laba yang diterima dengan mempekerjakan tenaga
kerja tidak menghasilkan kesejahteraan ataupun pendapatan. Hanya tenaga kerja
produktif , yang dapat melakukan konsumsi produktif. Konsumsi produktif adalah
konsumsi untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan produktif
masyarakat. Ini menunjukkan bahwa konsumsi produktif merupakan input yang di
perlukan untuk memelihara tenaga kerja produktif (Jhingan, 2014: 105-106).
Malthus menitik beratkan perhatian pada “perkembangan kesejahteraan“
suatu negara, yaitu pembangunan ekonomi yang dapat dicapai dengan
meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Kesejahteraan suatu negara sebagian
bergantung pada kuantitas produk yang dihasilkan oleh tenaga kerjanya, dan
sebagiannya lagi pada nilai atau produk tersebut. Tetapi, kesejahteraan suatu
negara tidak selalu meningkat dalam proporsi yang sama dengan peningkatan
pada nilai; peningkatan pada nilai kadangkala bisa terjadi atas dasar penyusutan
aktual pada komoditi (Jhingan, 2014 : 97).

1. Pendapatan per kapita


Kesejahteraan masyarakat suatu kondisi dimana masyarakat secara
individual bisa memenuhi kebutuhannya dengan perasaan senang tanpa beban
secara ekonomi dan sosial (Todaro & Smith, 2004). Indikator kesejahteraan
masyarakat diukur melalui laju pertumbuhan penduduk, laju peningkatan
kesehatan dan gizi, angka ketenagakerjaan dalam partisipasi kerja, taraf dan pola
konsumsi, penurunan angka kemiskinan (BPS,2011). Sedangkan Sukirno (2011)
menegaskan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat (welfare) bisa melalui
pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita, pendapatan seseorang dalam satu
kurun waktu tertentu.

2. Kesempatan Kerja
Adam smith (1776) menganggap bahwa manusia sebagai faktor produksi
utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Sumber daya alam tidak
ada artinya kalau tidak ada sumber daya manusia yang pandai mengolahnya
sehingga bermanfaat bagi kehidupan. Smith juga melihat bahwa alokasi sumber
daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi
tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar
ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif
merupakan syarat perlu bagi pertumbuhan ekonomi.
Menurut Sudarsono (1988), bahwa kesempatan kerja dapat diartikan sebagai
partisipasi dalam pembangunan, baik dalam arti memikul beban pembangunan
maupun dalam tanggung jawab atas pelaksanaan pembangunan ataupun di dalam
menerima kembali hasil pembangunan tersebut. Kesempatan kerja merupakan
banyaknya orang dapat terserap untuk bekerja pada suatu perusahaan atau suatu
instansi, kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja yang tersedia
apabila lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan
banyaknya tenaga kerja yang tersedia (Tambunan, 2001).
Menurut BPS (2016), kesempatan kerja merupakan banyaknya orang yang
dapat di tampung untuk bekerja pada suatu perusahaan. Kesempatan kerja akan
menampung semua tenaga kerja apabila lapangan pekerjaan yang tersedia
mencakupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada. Adapun
lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha, instansi, dimana seseorang
bekerja atau pernah bekerja. Kesempatan kerja bisa juga dikatakan sebagai
permintaan tenaga kerja oleh pasar, dimana harus ada keseimbangan antara
permintaan tenaga kerja dengan lapangan pekerjaan sehingga tidak terjadi yang
namanya pengangguran. indikator kesempatan kerja dipaparkan Sadono(2007)
adalah banyaknya orang yang tertampung untuk bekerja pada suatu lapangan
pekerjaan dan banyaknya lapangan pekerjaan yang tersedia, (Mimi Hardini dan
Yoyok Soesatyo, 2017:3).
HUBUNGAN ANTAR VARIABEL
1. Hubungan infrastruktur terhadap kesejahteraan masyarakat melalui
kesempatan kerja
Infrastruktur sebagai penarik investor untuk melakukan investasi didaerah.
Pembangunan infrastruktur dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui pembangunan
infrastruktur yang di bantu dengan investasi dapat menyerap tenaga kerja,
karena dalam proses pembangunan infrastruktur membutuhkan tenaga
kerja. Selain penyerapan tenaga kerja, infrastruktur dapat berdampak
dalam kesejahteraan masyarakat. Sahoo (Utami,2013:22-23),
Pembangunan infrastruktur, baik ekonomi dan sosial, adalah salah satu
sektor penentu utama pertumbuhan ekonomi, khususnya di negara
berkembang. Investasi langsung di infrastruktur menciptakan, fasilitas
produksi yang merangsang kegiatan ekonomi, mengurangi biaya transaksi
dan meningkatkan daya saing, serta memberikan kesempatan pekerja.

2. Hubungan investasi terhadap kesejahteraan masyarakat melalui


kesempatan kerja.
Penanaman modal(investasi) merupakan faktor pendorong
terhadap pendapatan negara ataupun daerah. Dengan adanya investasi
dapat merangsang 33 masyarakat untuk terus melakukan kegiatan ekonomi
serta bisa menciptakan kesempatan kerja. Kegiatan ekonomi ini dapat
membantu masyarakat dari segi pemenuhan kebutuhan melalui
kesempatan kerja, karena investasi-investasi yang ada akan menciptakan
barang modal baru sehingga akan menyerap produksi baru dan
membutuhkan tenaga kerja. Terciptanya kesempatan kerja tentunya akan
memberikan pendapatan pada masyarakat, sehingga masyarakat dapat
memenuhi kebutuhan serta meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Penanaman modal(investasi) merupakan faktor pendorong terhadap
pendapatan negara ataupun daerah. Dengan adanya investasi dapat
merangsang 33 masyarakat untuk terus melakukan kegiatan ekonomi serta
bisa menciptakan kesempatan kerja. Kegiatan ekonomi ini dapat
membantu masyarakat dari segi pemenuhan kebutuhan melalui
kesempatan kerja, karena investasi-investasi yang ada akan menciptakan
barang modal baru sehingga akan menyerap produksi baru dan
membutuhkan tenaga kerja. Terciptanya kesempatan kerja tentunya akan
memberikan pendapatan pada masyarakat, sehingga masyarakat dapat
memenuhi kebutuhan serta meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Novayanty et al (2017:81) dalam penelitiannya, adanya
investasiinvestasi baru memungkinkan terciptanya barang modal baru
sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan barang
modal baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga kerja yang
pada gilirnya akan mengurangi pengangguran.
Sejalan dengan pendapat Sukirni (2000) dalam sandika (2014:3),
kegiatan invesatsi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan
pendapatan nasional dan taraf kemakmuran.

3. Hubungan pertumbuhan ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat


melalui kesempatan kerja
Keberhasilan suatu daerah atau negara dapat dilihat dari
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang ada, melalui pertumbuhan
ekonomi yang meningkat akan menggerakkan sektor-sektor lainnya,
sehingga dari sisi produksi akan membutuhkan tenaga kerja dalam proses
produksian. Dari sini peningkatan 34 pertumbuhan ekonomi dapat
menyerap tenaga kerja sehingga dapat menurunkan tingkat pengangguran
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dari hasil penelitian Alfiat (2017) di peroleh hasil, bahwa tingkat
pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.
Sejalan dengan penelitian I Komang Oka Artana Yasa dan Sudarsana Arka
(2015:5), meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan
pendapatan masyarakat, dengan peningkatan pendapatan yang terjadi ,
maka kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya menjadi
lebih baik, hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan dalam bentuk
pendapatan mulai meningkat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Infrastruktur,dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan
terhadap kesempatan kerja
2. Infrastruktur, dan investasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat
3. Infrastruktur, investasi, dan pertumbuhan ekonomi secara tidak
langsung mempengaruhi kesejahteraan masyarakat melalui kesempatan
kerja.

B. Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan maka dapat diajukan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Pertumbuhan ekonomi di harapkan mampu menyerap tenaga kerja,
sehingga bisa mengatasi masalah pengangguran. Selain itu, perlu
adanya pelatihan-pelatihan terhadap tenaga kerja agar bisa bersaing
dalam perekonomian, sehingga dapat memperoleh pendapatan yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2. Investasi yang dilakukan pemerintah diharapkan dapat berdampak
positif terhadap kesejahteraan masyarakat, karena dengan melalui
invesatsi dapat menyerap tenaga kerja baru. Pemerintah daerah agar
lebih meningkatkan invesatsi yang berbentuk padat karya yang bisa
menyerap tenaga kerja.

Anda mungkin juga menyukai