Anda di halaman 1dari 15

PAPER

KEBUTUHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DALAM


PENGEMBANGAN WILAYAH
(STUDI KASUS KOTA SEMARANG)

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perencanaan


Pembangunan Wilayah

Dosen Pengampu:
Dr. H. Ery Supriyadi, Ir., MT

Disusun Oleh:

M Isra Sitepu C1210078


Maycel Theo Tarigan C1210079
Egi Setiawan C1210082
Risma Puspita C1210098
Jelita Hanum G C1210101

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS KOPERASI INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanau Wa Ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan paper yang diberi
judul “Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur dalam Pengembangan Wilayah Kota
Semarang” dengan baik dan selesai tepat waktu.

Penyusunan paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Perencanaan Pembangunan Wilayah. Selain itu, paper ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahui mengenai infrastruktur di kota Semarang, bagi
kami selaku penulis dan bagi para pembaca.

Tak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Ery Supriyadi R,
Ir., M. T. selaku dosen pengampu. Kepada rekan-rekan mahasiswa lain yang telah
mendukung penyusunan paper ini, kami juga mengucapkan terima kasih.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan paper ini memiliki


kekurangan, baik dari segi materi maupun penulisan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar pada tugas berikutnya kami
dapat menulis paper dengan lebih baik lagi. Semoga paper ini bermanfaat bagi kami
dan para pembaca.

Jatinangor, 12 Desember 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem penyediaaan tenaga
listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan sebagainya yang merupakan
social overhead capital, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat
perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang
mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik, mempunyai tingkat laju
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik pula, dibandingkan
dengan daerah yang mempunyai kelengkapan infrstruktur yang terbatas. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci dalam
mendukung pembangunan nasional (Bappenas,2003).
Modernisasi ekonomi memerlukan infrastruktur yang modern pula. Berbagai kegiatan
ekonomi memerlukan infrastruktur untuk berkembang. Jalan dan jembatan, lapangan
terbang, pelapuhan, kawasan perindustrian, irigasi dan penyediaan air, listrik, dan
jaringan telepon perlu dikembangkan. Perkembangan infrastruktur haruslah selaras
dengan pembangunan ekonomi. Pada tahap pembangunan yang rendah, infrastruktur
yang diperlukan masih terbatas. Pada tingkat ini penumpuan perkembangan adalah untuk
membangun jalan, jembatan, irigasi, listrik, dan infrastruktur lain dalam taraf yang
sederhana. Semakin maju suatu perekonomian, semakin banyak infrastruktur diperlukan.
Dengan demikian mengembangkan infrastruktur harus secara terus menerus dilakukan
dan harus diselaraskan dengan kemajuan ekonomi yang telah dicapai dan yang ingin
diwujudkan pada masa depan (sukirno,2004, hal 442).
Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses interaktif yang
menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman
praktis sebagai bentuk penerapannya yang dinamis. Dengan kata lain, konsep
pengembangan wilayah di Indonesia merupakan penggabungan dari berbagai teori dan
model yang selalu berkembang yang telah diujiterapkan. Selanjutnya dirumuskan kembali
menjadi suatu pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
pembangunan di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada makalah ini adalah apa saja
pembangunan infrastruktur yang telah dan akan dilakukan dalam upaya pengembangan
wilayah Kota Semarang.

1.3. Tujuan

3
Untuk mengkaji apa saja perencanaan pembangunan infrastruktur yang telah dan akan
dilakukan dalam upaya pengembangan wilayah Kota Semarang.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN GAMBARAN UMUM

2.1. Konsep Infrastruktur


Moteff (2003), mendefinisikan infrastruktur tidak hanya terbatas pada sudut pandang
ekonomi melainkan juga pertahanan dan keberlanjutan pemerintah. Selanjutnya Vaughn
and Pollard (2003), menyatakan infrastruktur secara umum meliputi jalan, jembatan, air
dan sistem pembuangan, bandar udara, pelabuhan, bangunan umum, dan juga termasuk
sekolah- sekolah, fasilitas kesehatan, penjara, rekreasi, pembangkit listrik, keamanan,
kebakaran, tempat pembuangan sampah, dan telekomunikasi.

Merujuk pada konsep dan definisi infrastruktur di atas, maka penulis menyimpulkan
bahwa infrastruktur secara umum meliputi fasilistas-fasilitas publik yang disiapkan oleh
pemerintah pusat maupun daerah sebagai pelayan public (sebagai akibat mekanisme
pasar tidak bekerja) untuk menunjang dan mendorong aktivitas ekonomi maupun sosial
suatu masyarakat. Infrastruktur yang disiapkan pun perlu disesuaikan dengan kebutuhan
setiap wilayah, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Infrastruktur yang
dibutuhkan negara maju tentunya berbeda dengan yang dibutuhkan oleh negara
berkembang bahkan terbelakang. Hal yang sama juga untuk wilayah perkotaan dan
pedesaan, atau daerah industri dengan wilayah pertanian dan pesisir atau kepulauan.
Jadi, penulis dapat mendeskripsikan infrastruktur perkotaan sebagai sarana dan
prasarana yang disiapkan oleh pemerintah, ataupun pemerintah bekerjasama dengan
pihak swasta dalam rangka menunjang aktivitas ekonomi maupun sosial masyarakat
seperti jalan, jembatan, kendaraan, terminal, pelabuhan, bandar udara, perumahan,
pasar, perbankkan, sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan, air bersih,
penerangan dan sanitasi yang dapat mendukung tercapainya kehidupan yang layak bagi
masyarakat baik materil maupun spiritual.

Kurangnya infrastruktur menyebabkan banyak masyarakat hidup terkurung di wilayah


terisolasi dengan tingkat kemiskinan yang sangat parah. Berbagai persoalan mendera
kehidupan masyarakat mulai dari kemiskinan, wabah penyakit menular, gizi buruk, buta
huruf dan keterbelakangan. Obat mujarab yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit
tersebut adalah dengan membangun infrastruktur dasar seperti jalan raya, irigasi, air
bersih, pendidikan, kesehatan dan sebagainya (Hermanto et al.1995; Hermanto Dardak
2009).

5
218

Infrastruktur jalan merupakan lokomotif untuk menggerakkan pembangunan ekonomi


bukan hanya di perkotaan tetapi juga di wilayah pedesaan atau wilayah terpencil. Melalui
proyek, sektor infrastruktur dapat menciptakan lapangan kerja yang menyerap banyak
tenaga kerja. Selain itu, infrastruktur merupakan pilar menentukan kelancaran arus
barang, jasa, manusia, uang dan informasi dari satu zona pasar ke zona pasar lainnya.

2.2. Konsep Pengembangan Wilayah


Konsep pengembangan wilayah dimaksudkan untuk memperkecil kesenjangan
pertumbuhan dan ketimpangan kesejahteraan antar wilayah. Pengembangan wilayah
mulai dikembangkan pada sekitar tahun 1980-an oleh para Geografiwan Eropa, terutama
dari Nederland, dengan kerjasama antar universitas di Eropa. Hasilnya adalah lahirnya
program studi baru bernama Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah.
Sebelum berdiri menjadi disiplin tersendiri yang memadukan Ilmu Geografi dengan Ilmu
Perencanaan Wilayah, proyek ini dikenal dengan nama Rural and Regional Development
Planning (RRDP). Pertama adalah Walter Isard sebagai seorang pelopor ilmu wilayah yang
mengkaji terjadinya hubungan sebab dan akibat dari faktor-faktor utama pembentuk
ruang wilayah, yakni faktor fisik, sosial ekonomi, dan budaya. Kedua adalah Hirschmann
(era 1950 an) yang memunculkan teori polarization effect dan trickling down effect
dengan argumentasi bahwa perkembangan suatu wilayah tidak terjadi secara bersamaan
(unbalanced development). Ketiga adalah Myrdal (era 1950 an) dengan teori yang
menjelaskan hubungan antara wilayah maju dan wilayah belakangnya dengan
menggunakan istilah backwash effect dan spreadwash effect. Keempat adalah Freadmann
(era 1960 an) yang lebih menekankan pada pembentukan hirarki guna mempermudah
pengembangan sistem pembangunan yang kemudian dikenal dengan teori pusat
pertumbuhan. Kelima adalah Douglass (era 70 an) yang memperkenalkan lahirnya model
keterkaitan desa-kota (rural-urban linkages) dalam pengembangan wilayah.

Apabila dicermati maka paradigma pengembangan wilayah telah bergeser pada upaya
yang mengandalkan 3 (tiga) pilar, yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan
teknologi. Ketiga pilar tersebut merupakan elemen internal wilayah yang saling terkait
dan berinteraksi membentuk satu sistem. Hasil interaksi elemen tersebut mencerminkan
kinerja dari suatu wilayah, yang akan berbeda antar wilayah, sehingga mendorong
terciptanya spesialisasi spesifik wilayah. Dengan demikian akan terjadi persaingan antar
wilayah untuk menjadi pusat jaringan keruangan (spatial network) dari wilayah-wilayah
lain secara nasional. Namun pendekatan ini mempunyai kelemahan yang antara lain
apabila salah di dalam mengelola jaringan keruangan tadi tidak mustahil menjadi awal
dari proses disintegrasi. Untuk itu harus diterapkan konsep pareto pertumbuhan yang
bisa mengendalikan keseimbangan pertumbuhan dan dikelola oleh pemerintah pusat.
Konsep pareto ini diharapkan mampu memberikan keserasian pertumbuhan antar
wilayah dengan penerapan insentif-insentif kepada wilayah yang kurang berkembang.
6
218

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Analisa Potensi Perkembangan Wilayah Kota Semarang


Secara fisik, perkembangan Kota Semarang dapat diidentifikasi mengarah ke arah barat,
timur dan selatan. Terkait dengan luasan lahan terbangun, rata-rata pertumbuhan lahan
terbangun di Kota Semarang dari tahun 1999 hingga 2014 mencapai 742,5 Ha/tahun atau
sekitar 15% di tahun 1999 dan 44,1 persen di tahun 2014. Peningkatan luasan lahan
terbangun terbesar terlihat pada tahun 2009 yang mencapai 1300 Ha. Jika laju
pertambahan lahan terbangun dibiarkan sebagaimana apa adanya tanpa intervensi
perencanaan pembangunan, maka dapat diperkirakan bahwa dalam kurun waktu 16
hingga 17 tahun kedepan, seluruh luasan wilayah Kota Semarang akan menjadi lahan
terbangun seluruhnya.

Berdasarkan karakteristik wilayah Kota Semarang, dapat diidentifikasi wilayah yang


memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perikanan,
pertanian, pariwisata, industri, pertambangan dan lain-lain. Berdasarkan RTRW Kota
Semarang 2011-2031 pengembangan struktur ruang Kota Semarang memiliki 3 fokus
kebijakan yaitu :
(i) kebijakan dan strategi pengembangan fungsi regional dan nasional;
(ii) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan metropolitan Semarang;
(iii) kebijakan dan strategi pengembangan struktur pelayanan kegiatan (internal)
Kota Semarang.
Sedangkan pengembangan pola ruang memiliki fokus kebijakan yaitu :
(i) kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan lindung;
(ii) kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan budidaya.

3.1.1. Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


Semarang merupakan simpul utama kegiatan di Jawa Tengah karena merupakan jalur
distribusi dan outlet dari dan ke kabupaten/kota dan Provinsi Jawa Tengah. Ketersediaan
infrastruktur yang memadai akan memiliki pengaruh positif terhadap tingkat daya saing
daerah. Berikut ini diuraikan fasilitas wilayah/infrastruktur yang mendorong
pertumbuhan wilayah sekaligus sebagai pendorong tumbuhnya perekonomian
masyarakat kota Semarang.
1. Infrastruktur Jalan
Sarana jalan di Kota Semarang yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota
Semarang sepanjang 722,46 km dengan kondisi yang relatif baik. Rasio panjang
jalan dengan kondisi jalan baik mencapai 52,5%, kondisi sedang 35,6%, rusak
ringan 10% dan rusak berat hanya sebesar 1,9%.

7
218

Masih adanya jaringan jalan dalam kondisi tidak baik sekitar 10% menjadi tugas
pemerintah untuk makin meningkatkan kualitas serta pengoptimalan integrasi
jaringan jalan dan fasilitas jalan di Kota Semarang.

Persentase kesesuaian pemanfaatan ruang dengan Perencanaan Tata Ruang


mencapai 79%, sehingga masih terdapat wilayah yang belum sesuai dengan
peruntukan tata ruang.
3.1.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Ketersediaan fasillitas wilayah/infrastruktur Kota Semarang meliputi aksesibilitas wilayah,
penataan wilayah, ketersediaan air minum, ketersediaan fasilitas listrik dan telepon,
fasilitas perdagangan dan jasa serta ketersediaan fasilitas lainnya. Ketersediaan
infrastruktur yang memadai merupakan salah satu daya tarik Kota Semarang dalam
meningkatkan daya saing daerah.
1. Infrastruktur Perhubungan
Kota Semarang selain merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah, juga merupakan
jalur perlintasan dari wilayah barat (Jakarta) menuju wilayah Timur (Surabaya) dan
Selatan (Yogyakarta) atau sebaliknya sehingga Kota Semarang merupakan
penopang jalur distribusi perekonomian Jawa Tengah. Kondisi infrastruktur
merupakan unsur penting yang perlu mendapatkan perhatian agar dapat
berfungsi dengan optimal. Dalam mendukung aksesibilitas, panjang jalan yang
dikelola oleh Pemerintah Kota Semarang sampai dengan tahun 2016 adalah
sepanjang 722,46 km. Daya saing lainnya di bidang sarana prasarana perhubungan
adalah dimilikinya pelabuhan udara/ laut, terminal bus, stasiun kereta api yang
mampu menghubungkan seluruh kota di Indonesia.

Kota Semarang selain merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah, juga merupakan
jalur perlintasan dari wilayah barat (Jakarta) menuju wilayah Timur (Surabaya) dan
Selatan (Yogyakarta) atau sebaliknya sehingga Kota Semarang merupakan
penopang jalur distribusi perekonomian Jawa Tengah.
2. Bandara Udara Ahmad Yani
Bandar Udara Internasional Ahmad Yani yang dapat melayani penumpang
domestik antar pulau juga dapat melayani penumpang internasional. Pada tahun
2015 jumlah kedatangan penumpang dari pintu domestik mencapai 1.781.719
penumpang meningkat dari tahun 2014 sebesar 1.671.740 penumpang,
sedangkan dari sektor keberangkatan mencapai 1.751.687 penumpang meningkat
dibanding tahun 2014 dengan jumlah 1.642.072 penumpang. Sedangkan jika
dilihat dari pintu kedatangan internasional mencapai 68.044 penumpang,
meningkat dibandingkan tahun 2014 lalu yaitu sebanyak 77.712 penumpang.

8
218

3. Pelabuhan Tanjung Emas


Pelabuhan Tanjung Emas yang merupakan pelabuhan pelayaran nusantara untuk
melayani penumpang kapal antar Provinsi. Namun demikian beberapa kapal
pesiar internasional juga dapat singgah di pelabuhan ini. Selain itu pelabuhan
Tanjung Emas juga untuk melayani angkutan barang yaitu dengan adanya
Terminal Peti Kemas untuk melayani bongkar muat muatan baik nasional maupun
internasional. Pada tahun 2015 jumlah kunjungan kapal untuk pelayaran
nusantara mencapai 1.036 kapal, untuk pelayaran rakyat mencapai 546 kapal,
untuk pelayaran khusus (non pelayaran) sejumlah 152 kapal, untuk pelayaran luar
negri mencapai sebesar 679 kapal.
4. Terminal Bus
Terminal bus untuk melayani angkutan bus didalam kota, antar kota bahkan antar
Provinsi. Beberapa terminal di Kota Semarang berdasarkan tipe pelayanan yaitu:
Tipe A terminal berada di Kelurahan Mangkang Kulon Kecamatan Tugu, terminal
penumpang B di kelurahan Terboyo Kecamatan Genuk dan Terminal tipe B
Penggaron di Kecamatan Pedurungan. Terminal dengan Tipe C yaitu di Kelurahan
Cangkiran Kecamatan Mijen, di Kelurahan Cepoko Kecamatan Gunungpati, di
Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara dan Meteseh Kecamatan
Tembalang.
5. Stasiun Kereta Api
Stasiun kereta api di Kota Semarang untuk melayani angkutan penumpang dan
barang. Untuk pelayanan angkutan kelas Eksekutif dan Bisnis pelayanan di
utamakan di Stasiun Tawang, sedangkan pelayanan angkutan penumpang kelas
ekonomi dan bisnis dipusatkan di Stasiun Poncol.

3.2. Rencana Pengembangan Kawasan Potensial


Dalam konsep pengembangan wilayah suatu daerah, tidak bisa dipisahkan dengan
potensi daerah itu sendiri. Kawasan strategis adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Adapun rencana pengembangan kawasan
strategis di Kota Semarang adalah :
1. Kawasan Segitiga Peterongan – Tawang – Siliwangi
Kawasan pusat kota yang terletak pada Kawasan Segitiga Peterongan – Tawang –
Siliwangi. Kawasan segitiga ini memiliki kekuatan pengembangan yang sangat
besar, potensi pengembangan pada kawasan ini adalah kegiatan perdagangan dan
jasa. Secara umum Kawasan Segitiga Peterongan – Tawang – Siliwangi adalah
kawasan yang memiliki kepadatan bangunan yang tinggi.
2. Pelabuhan Tanjung Emas
Pelabuhan Tanjung Mas merupakan fasilitas nasional yang ada di Kota Semarang.
Kawasan ini memiliki kegiatan yang spesifik yang memberikan kontribusi yang
9
218

besar dalam mendukung pergerakan barang dan jasa yang melewati laut.
3. Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya
Kawasan strategis bidang sosial budaya di Kota Semarang adalah meliputi :
1. Kawasan Masjid Agung Semarang di Kecamatan Semarang Tengah;
2. Kawasan Masjid Agung Jawa Tengah di Kecamatan Gayamsari;
3. Kawasan Gedong Batu di Kecamatan Semarang Barat; dan
4. Kawasan Kota Lama di Kecamatan Semarang Utara.
Kawasan strategis bidang sosial budaya merupakan kawasan cagar budaya yang
harus dilindungi dan dilestarikan keberadaannya. Hal ini dimaksudkan untuk
mempertahankan kekayaan budaya berupa peninggalan-peninggalan sejarah yang
berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang
disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia. Dalam pemanfaatannya,
kawasan cagar budaya dapat ditingkatkan fungsinya untuk dapat menunjang
kegiatan pariwisata, yang nantinya dapat memberikan kontribusi pendapatan dari
sektor pariwisata.
4. Kawasan Waduk Jatibarang
Pembangunan Waduk Jatibarang yang difungsikan sebagai pengendali limpasan
air ke kawasan bawah Kota Semarang. Selain fungsi hidrologi kawasan Kawasan
Waduk Jatibarang juga dijadikan kawasan wisata dengan berbagai fasilitas
pendukungnya.
5. Kawasan Reklamasi Pantai
Kawasan reklamasi pantai ditetapkan berada di wilayah Kecamatan Semarang
Utara yang pengembangannya dalam rangka pengoptimalan kawasan pesisir
dengan memperhatikan dampak lingkungan.
6. Kawasan Industri
a. Kawasan berikat yang meliputi Kawasan Industri Lamicitra Nusantara di
Kecamatan Semarang Utara, dan Kawasan Industri Wijayakusuma di
Kecamatan Tugu.
b. Kawasan industri dan pergudangan yang meliputi :
 Kawasan peruntukan Industri di Kecamatan Genuk dengan luas kurang
lebih 303 (tiga ratus tiga) hektar;
 Kawasan Industri Tugu melalui pengembangan Kawasan Industrial Estate
dengan luas kurang lebih 495 hektar;
 Kawasan Industri Candi melalui Kawasan Industrial Estate dengan luas
kurang lebih 450 hektar;
 Kawasan industri dan Pergudangan Tanjung Emas melalui pengembangan
Kawasan Industrial Estate beserta pergudangan;
 Kawasan Industri di Kecamatan Mijen dengan luas kurang lebih 175 hektar;
 Kawasan peruntukan Industri di Kecamatan Pedurungan dengan luas
kurang lebih 58 hektar;
 Kawasan Industri Merdeka Wirastama di Kecamatan Genuk dengan
10
218

luas kurang lebih 300 hektar;


 Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Tambak Lorok di Kecamatan
Semarang Utara; dan
 Kawasan Depo Pertamina di Kecamatan Semarang Timur.

7. Perhotelan dan Restoran


Kota Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa, dapat dilihat dari ketersediaan
fasilitas hotel, penginapan, restoran/rumah makan, pasar modern dan pasar
tradisional. Sampai dengan tahun 2016 jumlah fasilitas perdagangan dan jasa
mengalami peningkatan, jumlah restoran/rumah makan/kedai sebanyak 509 buah.
Perkembangan fasilitas perdagangan dan jasa di Kota Semarang pada tahun 2016
mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah hotel
sebanyak 7 buah dan restoran/rumah makan sebanyak 35 buah dari tahun 2015.
Jumlah hotel berbintang sebanyak 54 buah; hotel non bintang 77 buah. Disamping
itu juga terdapat fasilitas pendidikan, tempat wisata alam dan wisata buatan. Hal
ini menunjukkan bahwa Kota Semarang memilki daya tarik bagi investor untuk
investasi dan para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk
berkunjung di kota Semarang.

8. Ketersediaan Air Minum


Untuk pelayanan umum terhadap fasilitas air minum di Kota Semarang dapat
dikatakan mengalami perkembangan yang relatif meningkat tiap tahun. Jumlah
pemakaian air melalui PDAM kota Semarang pada tahun 2016 tercatat 45,84 juta
m3. Pemakaian terbanyak terdapat pada pelanggan Rumah Tangga sebanyak
37,50 juta m3 atau sekitar 82,44 % dari seluruh pemakaian air minum. Yang
menjadi persoalan dengan semakin meningkatnya jumlah pelanggan air minum
perlu diimbangi dengan peningkatan pengelolaan pelayanan air minum.
9. Komunikasi dan Informatika
Perkembangan jaringan telekomunikasi beberapa tahun terakhir cukup
menggembirakan, terlihat dengan banyaknya satuan sambungan yang dipasarkan
kepada masyarakat. Jika dilihat dari sebaran tiap kecamatan yang ada, maka
jaringan telepon telah menjangkaunya seluruh kelurahan yang ada di tiap-tiap
kecamatan. Ketersediaan daya listrik sangat memungkinkan bagi pengembangan
investasi. Sedangkan untuk fasilitas telepon seiring dengan perkembangan
teknologi untuk jaringan tetap (jaringan telepon lokal, SLI, SLJJ, dan tertutup)
mengalami kecenderungan menurun. Tetapi untuk jaringan bergerak yakni satelit
dan telepon seluler mengalami perkembangan cukup pesat. Jangkauan
komunikasi saat ini tidak menjadi suatu permasalahan, melalui layanan jaringan
bergerak yang ditawarkan oleh perusahaan penyedia jaringan telepon antara lain
Telkomsel, Indosat, XL, Axis, Tri, dan lain-lain pelanggan secara cepat dapat
menggunakannya.

11
218

3.3. Skenario Rencana Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Kota


Semarang
3.3.1. Isu Strategis Pembangunan Kota Semarang
Isu strategis merupakan tantangan atau peluang yang harus diperhatikan atau
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang
signifikan bagi masyarakat di masa mendatang. Suatu analisis isu-isu strategis
menghasilkan rumusan kebijakan yang bersifat antisipatif dan solutif atas berbagai
kondisi yang tidak ideal di masa depan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam jangka menengah dan panjang. Sedangkan pada sisi lain,
permasalahan pembangunan daerah menggambarkan kinerja daerah atau kondisi
masyarakat yang belum ideal. Analisis isu strategis menghasilkan rumusan
kebijakan yang bersifat antisipatif dan solutif atas berbagai kondisi yang tidak ideal
di masa depan untuk meningkatkan efektivitas perencanaan pembangunan.
Dengan demikian, rumusan tentang permasalahan pembangunan dan isu strategis
merupakan bagian penting dalam penentuan kebijakan pembangunan jangka
menengah Kota Semarang.
1. Permasalahan Pembangunan Kota Semarang
Permasalahan pembangunan daerah merupakan kesenjangan antara sasaran
pembangunan yang ingin dicapai di masa mendatang dengan kondisi riil saat
perencanaan pembangunan dilaksanakan. Permasalahan utama pembangunan
Kota Semarang tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam 4 (empat) pokok
permasalahan sebagai berikut :
a. Kualitas sumber daya manusia yang masih perlu ditingkatkan;
b. Belum optimalnya penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik
(Good Governance);
c. Belum optimalnya pembangunan tata ruang dan penyediaan infrastruktur
dasar; dan
d. Inovasi dan daya saing nilai tambah produksi pada sektor perekonomian
masih perlu ditingkatkan.

2. Isu Strategis Pembangunan Daerah


Isu-isu strategis merupakan isu-isu yang jika diprioritaskan antisipasi dan
penanganannya maka peluang tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan
lima tahun mendatang akan lebih besar dan lebih pasti. Namun jika isu-isu
strategis ini tidak ditangani dengan serius, maka hal yang sebaliknya akan
terjadi yakni tujuan dan sasaran menjadi sulit tercapai. Suatu isu strategis
dirumuskan melalui identifikasi berbagai isu internasional, nasional, dan
regional. Berdasarkan identifikasi dari berbagai isu tersebut dapat ditentukan
isu strategis yang akan ditangani dalam lima tahun ke depan diantaranya
adalah
12
218

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Letak dan kondisi geografis Kota Semarang yang sangat strategis adalah salah satu daya
tarik minat investor untuk menanam modal, posisi strategis tersebut antara lain adalah
Kota Semarang juga merupakan bagian dari rangkaian kawasan strategis nasional
KEDUNGSEPUR bersama dengan Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten
Semarang, Kota Salatiga dan Kabupaten Grobogan.

Upaya pencapaian pengembangan wilayah dan ekonomi di Kota Semarang sangat terkait
dengan penyediaan infrastruktur kota Semarang yang dilakukan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan prasarana dasar bagi warga masyarakat seperti prasarana jalan,
sarana pemukiman, air bersih, kebersihan kota, dan drainase kota. Oleh karena itu upaya
pengembangan infrastruktur perkotaan dan kualitas lingkungan hidup perlu terus
dilakukan seiring dengan perkembangan kota dan pemenuhan kebutuhan masyarakat
akan infrastruktur dan kualitas lingkungan hidup yang baik.

Agar pemanfaatan dan perlindungan ruang dapat dilaksanakan secara berdaya guna dan
berhasil guna perlu dirumuskan penetapan struktur dan pola ruang wilayah,
kebijaksanaan, strategi pengembangan dan pengelolaannya di dalam suatu Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Semarang yang merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah dengan kepastian hukum
berupa Peraturan Daerah Kota Semarang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Semarang.
4.2. Saran
Perkembangan infrastruktur dan ekonomi yang meningkat memang sangat dibutuhkan
oleh Kota Semarang saat ini untuk mendorong pendapatan masyarakat. Namun,
pembangunan infrastruktur yang baik akan memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi
akan berdampak merata dan dirasakan oleh seluruh masyarakat Kota Semarang

Strategi yang diperlukan untuk dapat lebih mengembangkan wilayah Kota Semarang,
antara lain dengan pembangunan dan perbaikan pemeliharaan sarana prasarana
infrastruktur publik (sebagai contoh proyek perbaikan Bandara Udara Ahmad Yani yang
saat ini menjadi bandara internasional terbaik di Indonesia dank e-16 terbaik di dunia,
serta paling hemat energi dan ramah lingkungan), jalan tol, jalan nasional dan
pengembangan pelabuhan untuk industri di Kawasan Lamicitra Nusantara.
Beberapa infrastruktur yang juga dibutuhkan dan perlu direncanakan untuk dibangun di
Kota Semarang antara lain pembangunan Stadion Semarang, pembangunan Jembatan
Semarang, kawasan reklamasi pantai, pembangunan jaringan pipa PDAM, dan penyediaan

13
218

listrik, bermanfaat juga sebagai pemasukan bagi Pemerintah Kota Semarang.

14
218

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Walikota Semarang Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kota Semarang Tahun 2016-2021.

BPS Kota Semarang, 2017.

http://www.semarang.go.id/ Profil dan Sejarah Kota Semarang, waktu akses tanggal 10


Mei 2018.

Rr. Lulus Prapti NSS, Edy Suryawardana dan Dian Triyani, 2015. Analisis Dampak
Pembangunan Infrastruktur Jalan Terhadap Pertumbuhan Usaha Ekonomi Rakyat di Kota
Semarang.

15

Anda mungkin juga menyukai