Anda di halaman 1dari 20

“TUGAS MANAJEMEN INFRASTRUKTUR”

MANAJEMEN INFRASTRUKTUR JALAN DI INDONESIA DAN DI


BELANDA

OLEH KELOMPOK 4:

RINDIANI AULIA SURLAN (G2T123002)


GEDE AGUS SUTRAYASA (G2T123004)
DWI BAYU PUTRA PAMUNGKAS (G2T123006)
PIPIT KRIDA RAHAYU (G2T123008)
INDRA FARDHANI ARIFIN (G2T123010)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN REKAYASA


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemen
Infrastruktur yang berjudul:

“MANAJEMEN INFRASTRUKTUR JALAN DI INDONESIA DAN DI


BELANDA”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Rabu, 6 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jalan dan jembatan sebagai suatu infrastruktur utama sektor transportasi
darat,mempunyai peranan penting dalam mendukung terwujudnya peningkatan
pembangunan ekonomi. Fungsi utama jalan adalah mendukung kegiatan
pembangunan sektor produksi dan asa serta pengembangan wilayah,sehingga
terwujud keselarasan pembagian dan kesesuaian pertumbuhan wilayah-wilayah
regional, perkotaan, dan perdesaan yang diselenggarakan secara holistik,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan memberdayakan masyarakat.
Pembangunan nasional suatu negara pada dasarnya bertujuan untuk
menciptakan kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan tujuan nasional
tersebut diperlukan berbagai kegiatanyang mendukung perkembangan di segala
aspek termasuk salah satunya pada aspek perekonomian. Perkembangan
perekonomian suatu negara dapat terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi yang
juga merupakan salah satu indikator pembangunan untuk mengevaluasi hasil dari
program-program yang telah dilaksanakan maupun sebagai acuan
pembangunanyang akan datang.
Prasarana dan sarana transportasi mempunyai peran yang sangat penting
dalam mendorong pertumbuhan wilayah sekaligus sebagai pendorong tumbuhnya
perekonomian masyarakat dengan tersedianya sarana dan prasarana, seperti jalan,
terminal, pelabuhan laut, dan bandar udara. Menurut Restiana (2012),
pembangunan prasarana ini diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan
ekonomi yang terkait dengan keberadaan infrastruktur tersebut serta
memungkinkan terjadinya peningkatan output, pendapatan masyarakat serta
peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya
adalah infrastruktur. Adanya infrastruktur ini terkait erat dengan kelancaran
mobilisasi dan distribusi barang dan jasa yang secara tidak langsung menentukan
pertumbuhan ekonomi melalui kelancaran kegiatan ekonomi masyarakat. Merujuk
pada publikasi World Bank yang dikutip oleh Maryaningsih dkk (2014)
dinyatakan bahwa infrastruktur berperan penting dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dijumpai
pada wilayah dengan tingkat ketersediaan infrastruktur yang mencukupi Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, infrastruktur yang cukup vital berkaitan
dengan pertumbuhan ekonomi adalah infrastruktur transportasi. Dengan adanya
infrastruktur transportasi yang memadai, selain untuk kelancaran mobilitas dan
distribusi juga sebagai stimulus para investor untuk menanam modal karena
mereka akan lebih tertarik pada wilayah yang aksesibilitasnya baik sehingga
kegiatan perekonomian menjadi lancar. Semakin baik suatu jaringan transportasi
maka aksesibilitasnya juga semakin baik sehingga kegiatan ekonomi antar
wilayah juga semakin berkembang.
Kota yang berkembang secara sporadis dikhawatirkan menimbulkan
permasalahan di wilayah suburban. Pemerintah dan swasta (pengembang) hanya
terfokus untuk mengatasi kebutuhan perumahan untuk masyarakat kota.
Pembangunan perumahan secara menyebar, baik horizontal maupun vertikal
(rumah susun), dilakukan oleh aktor pelaksana yang berbeda dengan berorientasi
pada nilai lahan yang murah, yang bahkan sering kali pada lahan yang masih
berfungsi sebagai lahan irigasi produktif. Pembangunan dilakukan dengan
mengutamakan lahan yang mempunyai akses dari dan ke jalan utama, bahkan
sampai melintasi wilayah administratif antar kota atau antar kabupaten.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana perbedaan jalan di Indonesia dan Belanda?
2. Bagaimana upaya-upaya Indonesia dalam meningkatkan kondisi jalan dan
transportasi di Indonesia?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbedaan jalan di Indonesia dan Belanda
2. Untuk mengetahui upaya-upaya Indonesia dalam meningkatkan kondisi
jalan dan transportasi di Indonesia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Infrastruktur Jalan


Infrastruktur jalan adalah salah satu komponen penting dalam sistem
transportasi suatu wilayah. Infrastruktur jalan sangat penting bagi setiap negara
agar dapat berfungsi, di mana kehidupan sehari-hari bergantung pada jalan
(Hadjidemetriou et al., 2022). Infrastruktur jalan mencakup berbagai elemen
seperti jalan raya, jembatan, terowongan, persimpangan, bahu jalan, tanda lalu
lintas, lampu lalu lintas, dan sebagainya, yang digunakan untuk menghubungkan
berbagai tempat, dan memungkinkan pergerakan kendaraan bermotor, pejalan
kaki, sepeda, dan barang-barang dari satu lokasi ke lokasi lain. Infrastruktur jalan
merupakan lokomotif untuk menggerakkan pembangunan ekonomi bukan hanya
di perkotaan tetapi juga di wilayah pedesaan atau wilayah terpencil.
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi seluruh bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di atas
permukaan air serta di bawah permukaan tanah dan atau air, kecuali jalan kereta
api, jalan lori dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).
Terciptanya sistem transportasi jalan yang menjamin pergerakan manusia dan
barang secara lancar, aman, cepat, nyaman merupakan tujuan dalam sektor
prasarana jalan dan jembatan (Fitrianti et al., 2022). Jalanan sangat penting bagi
kemajuan ekonomi karena memberikan akses terhadap aset, pekerjaan dan pasar,
namun jalan juga menghasilkan dampak ekologis yang berbeda secara langsung
dan tidak langsung (Hamid & Arora, 2021).
Infrastruktur jalan merupakan tulang punggung yang memudahkan
pendistribusian barang dan konektivitas antara berbagai wilayah dan sektor
ekonomi. Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat
oleh manusia dengan bentuk, ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat
digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang
mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat.
(Clarkson H. Oglesby. 1999).

2.1.1 Komponen Dalam Infrastruktur Jalan


Berikut adalah beberapa komponen yang termasuk dalam infrastruktur
jalan:
1. Jalan Raya, adalah elemen paling dasar dari infrastruktur jalan. Ini
mencakup berbagai jenis jalan, mulai dari jalan desa lokal hingga jalan tol
yang lebar. Jalan raya digunakan oleh kendaraan bermotor seperti mobil,
truk, dan sepeda motor.
2. Jembatan, adalah struktur penting dalam infrastruktur jalan yang mengatasi
sungai, sungai, jurang, dan hambatan geografis lainnya. Jembatan
memungkinkan jalur jalan untuk melintasi hambatan tersebut dengan aman.
3. Tunel atau Terowongan, adalah struktur yang digunakan untuk melewati
rintangan geografis seperti gunung atau bukit. Terowongan sering
digunakan dalam daerah berbukit atau berbatu.
4. Persimpangan dan Jalan Lingkar, adalah elemen penting dalam infrastruktur
jalan yang menghubungkan jalan utama, memungkinkan perpindahan antara
rute yang berbeda, dan menghindari kemacetan lalu lintas di kota-kota
besar.
5. Lampu Lalu Lintas dan Tanda Lalu Lintas, adalah bagian integral dari
infrastruktur jalan yang memberikan petunjuk dan pengaturan lalu lintas
untuk keselamatan dan kelancaran perjalanan.
6. Bahu Jalan, adalah area tambahan di sepanjang jalan yang digunakan untuk
pejalan kaki, sepeda, atau kendaraan darurat. Bahu jalan meningkatkan
keselamatan dan aksesibilitas jalan raya.

2.1.2 Fungsi Utama Infrastruktur Jalan


Berikut adalah beberapa fungsi utama dari infrastruktur jalan, antara lain:
1. Mobilitas
Infrastruktur jalan memungkinkan orang untuk bergerak dari satu tempat ke
tempat lain dengan cepat dan efisien. Ini membuka aksesibilitas ke berbagai
layanan dan peluang.
2. Distribusi Barang
Jaringan jalan raya mendukung transportasi dan distribusi barang. Truk dan
kendaraan pengangkut lainnya menghubungkan produsen dengan
konsumen.
3. Konektivitas Regional
Infrastruktur jalan menciptakan konektivitas antara berbagai wilayah,
memfasilitasi pertukaran ekonomi dan budaya antar komunitas.
4. Pertumbuhan Ekonomi
Infrastruktur jalan yang baik dapat merangsang pertumbuhan ekonomi
dengan memungkinkan perusahaan untuk mengakses pasar lebih luas,
mengurangi biaya logistik, dan menciptakan lapangan kerja.
5. Keselamatan Lalu Lintas
Infrastruktur jalan juga harus dirancang untuk memastikan keselamatan lalu
lintas. Ini termasuk tanda-tanda lalu lintas, lampu lalu lintas, dan peraturan
lalu lintas yang ketat.
6. Pengembangan Wilayah
Infrastruktur jalan sering kali menjadi faktor penentu perkembangan
wilayah tertentu. Pembangunan jalan baru atau perbaikan pada yang sudah
ada dapat memicu pertumbuhan kota atau daerah yang sebelumnya kurang
berkembang.

2.2. Klasifikasi Jalan


2.2.1. Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi Jalan
1. Jalan Arteri
Jalan arteri adalah jalan umum yang melayani angkutan utama dengan ciri
ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rerata tinggi dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara efisien.
2. Jalan Kolektor
Jalan kolektor adalah jalan umum yang melayani angkutan pengumpul /
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rerata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rerata rendah dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
4. Jalan Lingkungan
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rerata rendah.

2.2.2 Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan


Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas dan dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST)
dalam satuan ton. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta
kaitannya dengan klasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Muatan Sumbu
Fungsi Kelas
Terberat (MST) Ton
I >10
Arteri II 10
IIIA 8
IIIA 8
Kolektor
IIIB 8

2.2.3 Klasifikasi Jalan Menurut Peranan Jalan


1. Sistem Jaringan Jalan Primer
Merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan palayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan
menghubungkan semua simpul jasa yang berwujud pusat pusat kegiatan (UU No.
38 Tahun 2004).
a. Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan kota jenjang kesatu yang berdampingan atau ruas jalan yang
menhubungkan kota jenjang kedua yang berada di bawah pengaruhnya.
b. Jalan kolektor primer adalah ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang
kedua dengan kota jenjang kedua yang lainnya atau ruas jalan yang
menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga yang berada
di bawah pengaruhnya.
c. Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang ketiga
dengan kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang kesatu dengan persil, kota
jenjang kedua dengan persil, serta ruas jalan yang menghubungkan kota
jenjang ketiga dengan kota yang berada di bawah pengaruhnya sampai
persil.
2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk masyarakat di wilayah perkotaan (UU No. 38 Tahun 2004).
a. Jalan arteri sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan
primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan
sekunder kesatu dengan kawasa sekunder kedua.
b. Jalan kolektor sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan -
kawasan sekunder kedua yang satu dengan yang lainnya atau
menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder ketiga.
c. Jalan lokal sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan -
kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua
dengan perumahan, atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

2.3. Jenis Konstruksi Perkerasan Jalan


Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai anatara lain
batu pecah, batu kali, dan hasil samping peleburan baja. Bahan ikat yang dipakai
antara lain adalah aspal, semen, dan tanah liat.
Menurut Sukirman (1992), berdasarkan bahan pengikatnya, kontruksi
perkerasan jalan dapat dibedakan beberapa tipe, antara lain sebagai berikut.
1. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya
bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
2. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikat. Plat beton
dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa
lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh plat
beton.
3. Konstruksi perkerasan komposit (composit pavement), yaitu perkerasan
kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur, dapat berupa
perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku diatas
perkerasan lentur.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Infrastruktur Jalan di Indonesia


Data statistik transportasi darat BPS 2021 menyebutkan, total panjang jalan
di Indonesia 546.116 kilometer, di luar infrastruktur jalan tol. Dengan perincian,
jalan kabupaten atau kota sepanjang 444.548 km, jalan negara 47.017 km, dan
jalan nasional 54.551 km. Pembangunan jangka panjang nasional ditetapkan
dalam UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005–2025 yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN). RPJMN yang saat ini telah sampai pada
tahap ketiga, diarahkan untuk mempersiapkan proses tinggal landas menuju
masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, yaitu dengan
memantapkan pembangunan yang menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan pencapaian pada daya saing kompetitif, perekonomian berdasarkan
keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.
Pembangunan jalan merupakan upaya meningkatkan kapasitas sarana dan
prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan
antarmoda. pembangunan jalan perlu mengedepankan faktor keselamatan serta
faktor lingkungan sehingga pada pelaksanaan perencanaan, pembangunan, dan
pengelolaan sektor jalan dilakukan melalui pendekatan yang berkelanjutan.
Sektor pendanaan merupakan hal krusial dalam pembangunan infrastruktur
dalam hal peningkatan efektivitas dan efisiensi. Seperti halnya pembangunan
infrastruktur jalan diwajibkan untuk mengedepankan efektivitas dan efisiensi
dalam pembiayaan. Biaya-biaya yang timbul dalam pembangunan jalan perlu
direncanakan bagaimana skema pemenuhannya, mempertimbangkan kapasitas
fiskal owner dan kebutuhan jalan, dari sisi standar yang diinginkan maupun
kapan jalan harus bisa digunakan. Dalam konteks Pemerintah
sebagai owner, kapasitas fiskal akan dihitung dari APBN dalam hal Pemerintah
Pusat sebagai owner atau APBD, dalam hal owner adalah Pemerintah Daerah.
Skema pembiayaan dengan anggaran Pemerintah memiliki keuntungan dalam hal
waktu, dimana pengadaan dapat segera dilakukan dalam waktu yang relatif lebih
cepat karena dana telah tersedia.
Setiap jalan akan didesain dengan kebutuhan dan standar yang telah
ditentukan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kualitas jalan akan
mengalamai degradasi karena beban lalu lintas yang diterima jalan, terlebih jika
ada kendaraan dengan tonase melebihi standar melewati jalan tersebut. Selain
beban lalu lintas, jalan dihadapkan dengan kondisi alam seperti cuaca, temperatur,
kelembapan, dan lain-lain, tak terkecuali bencana alam dalam kasus ekstrem.
Maka dari itu, dibutuhkan pemeliharaan jalan setelah konstruksi selesai. Pada
dasarnya fungsi pemeliharaan ini adalah untuk mempertahankan kondisi jalan
agar berfungsi optimal dalam melayani lalu lintas untuk menjamin keselamatan
lalu lintas dan meningkatnya pelayanan jalan.

3.2. Infrastruktur Jalan di Belanda


Gambar 1. Peta Jalan Belanda
Belanda memiliki jaringan jalan umum sepanjang 139.000 km jalan umum,
termasuk setidaknya 3.530 km jalan tol dan jalan bebas hambatan, serta
menjadi salah satu yang terpadat di dunia. Pada tahun 2019, Forum Ekonomi
Dunia menempatkan kualitas infrastruktur jalan raya Belanda sebagai yang terbaik
di Eropa dan kedua setelah Singapura dari 141 negara. Negara ini memiliki
kepadatan jalan raya 64 kilometer per 1.000 km. Sebagian besar jalan juga
mendukung pengendara sepeda, kecuali jalan raya dan jalan tol.
Sebagian besar jalan di Belanda mendukung pengendara sepeda. Sepanjang
35.000 km, seperempat dari seluruh jalan, memiliki jalur sepeda khusus yang
secara fisik terpisah dari lalu lintas kendaraan bermotor. Jalan sepanjang 4.700 km
lainnya telah ditandai dengan jelas sebagai jalur sepeda, dan di jalan lainnya,
ketenangan lalu lintas memungkinkan pengendara sepeda dan pengendara motor
untuk berjalan dengan aman. Belanda memiliki jaringan jalan yang sangat luas
dan padat. Meskipun negara ini relatif kecil, jarak antara kota-kota dan desa-desa
sangat pendek. Jalan-jalan utama menghubungkan berbagai kota besar, sedangkan
jalan-jalan kecil menghubungkan desa-desa dan daerah pedesaan. Manajemen
infrastruktur jalan di Belanda didukung oleh perencanaan yang matang.
Pemerintah memiliki rencana jangka panjang untuk pengembangan dan
pemeliharaan jalan. Mereka mempertimbangkan pertumbuhan populasi,
kebutuhan transportasi, dan perkembangan ekonomi dalam perencanaan mereka.
Belanda menggunakan teknologi canggih dalam manajemen infrastruktur
jalan. Mereka memiliki sistem pemantauan yang terintegrasi untuk memantau
kondisi jalan secara real-time. Teknologi ini membantu mereka mendeteksi
kerusakan atau masalah pada jalan dengan cepat dan mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan. Belanda memiliki program pemeliharaan rutin yang
efektif untuk menjaga kondisi jalan tetap baik. Mereka melakukan perbaikan dan
perawatan rutin, termasuk perbaikan jalan berlubang, pengecatan marka jalan, dan
perawatan tanda-tanda lalu lintas. Pemeliharaan rutin ini membantu mencegah
kerusakan lebih lanjut dan memastikan keamanan pengguna jalan.
Pemerintah Belanda secara teratur menginvestasikan dana yang signifikan
dalam pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur jalan. Investasi ini
mencakup perluasan jaringan jalan, pembangunan jembatan dan terowongan, serta
pengembangan infrastruktur pendukung seperti sistem transportasi umum dan
jalur sepeda.
3.3. Perbedaan Jalan di Indonesia Dan Belanda
Perbedaan antara jalan di Indonesia dan Belanda mencakup beberapa aspek,
termasuk kondisi, infrastruktur, dan pengelolaan. Beberapa perbedaan utama
termasuk:
1. Kualitas Infrastruktur
a. Belanda: Belanda dikenal memiliki salah satu sistem transportasi dan
infrastruktur jalan terbaik di dunia. Jalan di Belanda cenderung memiliki
permukaan yang rata, tanda lalu lintas yang baik, dan sistem drainase yang
efektif.
b. Indonesia: Infrastruktur jalan di Indonesia memiliki variasi kualitas.
Meskipun ada jalan tol dan jalan utama yang baik, terdapat juga jalan-jalan
pedesaan atau di daerah terpencil yang mungkin memiliki kondisi yang
kurang baik.
2. Jaringan Jalan dan Transportasi Umum
a. Belanda: Belanda memiliki jaringan jalan yang padat dan terintegrasi
dengan baik. Selain itu, sistem transportasi umum seperti kereta api dan bus
berfungsi efisien.
b. Indonesia: Indonesia memiliki tantangan dalam menyediakan jaringan
transportasi yang efisien di seluruh kepulauan. Meskipun terdapat upaya
untuk meningkatkan jaringan transportasi, beberapa daerah masih
menghadapi keterbatasan aksesibilitas.
3. Perbedaan Lalu Lintas dan Kepadatan Penduduk
a. Belanda: Belanda memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, dan lalu lintas
dapat menjadi padat terutama di kota-kota besar. Namun, regulasi lalu lintas
dan infrastruktur yang baik membantu mengelola lalu lintas dengan efisien.
b. Indonesia: Kepadatan penduduk di Indonesia juga tinggi, terutama di
wilayah-wilayah perkotaan. Beberapa kota besar di Indonesia dapat
mengalami kemacetan lalu lintas yang signifikan.

4. Perbedaan Iklim dan Pengaruh Cuaca


a. Belanda: Belanda memiliki iklim Eropa Barat yang umumnya basah.
Infrastruktur jalan di Belanda dirancang untuk mengatasi cuaca yang sering
basah.
b. Indonesia: Indonesia memiliki iklim tropis, dengan beberapa daerah yang
mengalami curah hujan tinggi. Ini dapat mempengaruhi kondisi jalan dan
memerlukan perawatan khusus, terutama di musim hujan.
5. Teknologi dan Inovasi
a. Belanda: Belanda dikenal sebagai negara yang mengadopsi teknologi dan
inovasi dalam pengelolaan lalu lintas dan transportasi, seperti sistem
transportasi pintar dan penggunaan energi terbarukan.
b. Indonesia: Meskipun terdapat kemajuan dalam penerapan teknologi,
beberapa daerah di Indonesia mungkin masih menghadapi tantangan dalam
hal infrastruktur digital dan inovasi transportasi.
Perbedaan ini mencerminkan kondisi ekonomi, geografis, dan sejarah
masing-masing negara. Meskipun Belanda memiliki infrastruktur jalan yang
canggih, Indonesia terus melakukan upaya untuk meningkatkan kondisi jalan dan
transportasinya guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat diambil
kesimpulan, yaitu:
1. Infrastruktur jalan di Belanda lebih maju dan terorganisir dengan baik
dibandingkan dengan Indonesia. Belanda memiliki jaringan jalan yang luas,
modern, dan terintegrasi dengan baik, sementara Indonesia masih
menghadapi tantangan dalam pengembangan dan pemeliharaan jalan.
2. Manajemen infrastruktur jalan di Belanda didukung oleh kebijakan yang
kuat, perencanaan yang matang, dan penggunaan teknologi canggih. Mereka
memiliki sistem pemantauan dan perawatan rutin yang efektif, serta
investasi yang berkelanjutan dalam perbaikan dan pengembangan jalan.
3. Di Indonesia, manajemen infrastruktur jalan masih menghadapi beberapa
masalah, seperti kurangnya perencanaan jangka panjang, kurangnya
pemeliharaan rutin, dan kurangnya investasi yang memadai. Hal ini
menyebabkan jalan-jalan di Indonesia sering mengalami kerusakan dan
kemacetan lalu lintas.

4.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam makalah ini, yaitu:
1. Perlu dilakukannya peningkatan, pemerataan, dan pembangunan jalan
nasional untuk dapat mengimbangi tingkat pertumbuhan dari berbagai
macam aspek di seluruh daerah di Indonesia.
2. Indonesia harus terus belajar untuk melakukan penataan dan pembangunan
infrastruktur jalan nasional dari negara-negara yang sudah memiliki
infrastruktur jalan yang baik dan tertata, seperti Belanda.

DAFTAR PUSTAKA

Fitrianti, B., Heriyanto, M., & Andri, S. (2022). Kinerja Dinas Pekerjaan Umum
Dan Penataan Ruang Dalam Pemeliharaan Jalan Dan Jembatan Di Kabupaten
Kuantan Singingi Tahun 2021. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4(3),
2118–2128.
Hadjidemetriou, G. M., Herrera, M., & Parlikad, A. K. (2022). Planning road
network layout based on connectivity assessment of critical assets. 175, 181–
189.
Hamid, S., & Arora, N. (2021). Research paper on improvement of road
infrastructure to implement road safety at an intersection of military hospital
road. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 889(1).
https://doi.org/10.1088/1755-1315/889/1/012027

Anda mungkin juga menyukai