Anda di halaman 1dari 23

CIVIL CASE INNOVATION

DEDIKASI 2023

STRATEGIC DEVELOPMENT OF SLUM FREE ZONES


TO CREATE MAKASSAR AS A SMART CITY

Disusun Oleh :

Nama Tim
Muhammad Arif Padanrangi ; D011221087; 2022
Taufik Riady ; D011221071; 2022
Hasnah ; D011221027; 2022

Dosen Pembimbing

Dr. Eng. Fakhruddin, ST. M.Eng.

19870228 201903 1005

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Kabupaten Gowa

2023
LEMBAR PENGESAHAN
PAPER CIVIL CASE INNOVATION
DEDIKASI 2023
1. Nama Tim : SLURATION
2. Judul Karya : STRATEGIC DEVELOPMENT OF
SLUM FREE ZONES TO CREATE MAKASSAR AS A SMART CITY
3. Nama Perguruan Tinggi : Universitas Hasanuddin
4. Dosen Pembimbing
a. Nama (dengan gelar) : Dr. Eng. Fakhruddin, ST. M.Eng.
b. NIP : 19870228 201903 1005
c. Golongan/Jabatan : Lektor
d. Fakultas/Departemen : Teknik/Teknik Sipil
e. No. HP : 0853-9749-4596
f. Alamat E-Mail : fakhrud.civil05@gmail.com
5. Ketua Tim
a. Nama Lengkap/NIM : Muhammad Arif Padanrangi/D011221087
b. Fakultas/Departemen : Teknik/Teknik Sipil
c. No. HP (WhatsApp) : 081342456030
d. Alamat E-Mail : Marifpadanrangi@gmail.com
6. Anggota Tim I
a. Nama Lengkap/NIM : Taufik Riady/D011221071
b. Fakultas/Departemen : Teknik/Teknik Sipil
7. Anggota Tim II
a. Nama Lengkap/NIM : Hasnah/D011221027
b. Fakultas/Departemen : Teknik/Teknik Sipi

Mengetahui, Kabupaten Gowa, 17 April


2023

Dosen Pembimbing, Ketua Tim


(Dr. Eng. Fakhruddin, ST. M.Eng.) (Muhammad Arif Padanrangi)
NIP: 19870228 201903 1005 NIM: D011221087
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

CIVIL CASE INNOVATION

DEDIKASI 2023

Judul Karya Tulis : STRATEGIC DEVELOPMENT OF SLUM FREE


ZONES TO CREATE MAKASSAR AS A
SMART CITY

Nama Perguruan Tinggi : Universitas Hasanuddin

Nama Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Fakhruddin, ST. M.Eng.

Nama Ketua/NIM : Muhammad Arif Padanrangi/D011221087

Nama Anggota : 1. Taufik Riady

2. Hasnah

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa paper dengan
judul tersebut memang benar merupakan karya orisionalitas yang dibuat oleh
penulis dan belum pernah dipublikasikan dan/atau dilombakan di luar kegiatan
“CIVIL CASE INNOVATION DEDIKASI 2023“ yang diselenggarakan oleh
Himpunan Mahasiswa Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya. Apabila terbukti


terdapat pelanggaran di dalamnya, kami siap untuk didiskualifikasi dari kompetisi
ini sebagai bentuk pertanggungjawaban kami.

Kabupaten Gowa, 17-April-2023

Muhammad Arif Padanrangi


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta


alam yang telah memberi kita rahmat dan petunjuknya hingga saat ini. Shalawat
serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah, Nabi Muhammad
SAW. Nabi yang telah membawa umat Islam dari zaman kegelapan ke zaman
yang terang-benderang. Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
karya ini tidak lepas dari kontribusi beberapa pihak. Terima kasih kepada Dr. Eng.
Fakhruddin, ST. M.Eng. atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama
penyusunan karya ini. Terima kasih pada kedua orang tua kami, kakak, serta adik
yang telah memberikan dukungan doa dan material dalam penyusunan karya ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala kritik dan saran demi perbaikan
karya tulis ini. Semoga karya tulis ini bisa memberikan manfaat bagi penyelesaian
permasalahan permukiman kumuh saat ini.

Gowa, 9 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
RINGKASAN
Berdasarkan data dari United Nations (UN) diantara tahun 2014 dan 2018,
jumlah penduduk yang tinggal di permukiman kumuh berkisar 23-24%. Apabila
dihitung jumlah penduduk dunia yang tinggal di permukiman kumuh adalah 1,68
miliar orang. Asia tenggara sendiri memiliki jumlah penduduk yang tinggal di
permukiman kumuh berkisar pada 370 juta orang. Kota Makassar sebagai salah
satu kota terbesar di Indonesia, memiliki kawasan kumuh sebesar 47,62 km2 atau
¼ dari luas Kota Makassar sendiri. Kawasan kumuh pada Kota Makassar
menyebabkan banyak hambatan pada pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kawasan kumuh pada Kota Makassar telah
lama menjadi sarang kriminalitas dan daerah rawan penyebaran penyakit. Oleh
karena itu, dibuatkanlah Rumah Susun Milik (RSM) sebagai upaya untuk
menanggulangi permasalahan kawasan kumuh tersebut. Dibandingkan dengan
rusun-rusun lainnya yang berada di Kota Makassar, Rumah Susun Milik
menawarkan solusi untuk menghemat lahan pembangunan, menambah daya serap
masyarakat yang tinggal pada kawasan kumuh untuk tinggal di Rumah Susun
Milik, dan hemat biaya pembangunan. Rumah Susun Milik dibangun pada tanah
tempat permukiman kumuh berada, sehingga masyarakat tidak akan kehilangan
sense of home, tempat pekerjaan, jaringan sosial, ketersediaan dari layanan publik,
dan juga tempat tinggal yang terjangkau. RSM menawarkan inovasi teknologi
berupa lantai yang dapat menghasilkan listrik dengan cara dipijak. Energi listrik
yang dihasilkan akan disimpan pada baterai, dan akan dipergunakan sebagai
cadangan energi listrik saat dibutuhkan. Rumah Susun Milik juga akan memasang
panel surya pada bagian rooftop. Pemasangan panel surya ini akan menghemat
pemakaian listrik, sehingga akan menghemat pengeluaran untuk biaya listrik pula.
RSM juga memperkenalkan kerangka kerja Smart and Sustainable Societies (S3)
dengan memfokuskan penyediaan sanitasi diantaranya pemulihan unsur hara dari
limbah organik. Mengenai sanitasi, akan dibuatkan tempat penyaringan kotoran
limbah manusia, untuk diproses dan diolah menjadi barang yang memiliki nilai
jual. Dengan ini, tidak ada limbah manusia yang terbuang sia-sia, dan akan
menciptakan permukiman yang efisien.

Kata kunci : Permukiman kumuh, Kota Makassar, RSM

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berada di kawasan perkotaan menjadi wilayah yang nyaman untuk
aktifitas perekonomian masyarakat dengan berbagai jenis kegiatan ekonomi.
Seiring dengan itu, maka perumbuhan bangunan tempat tinggal juga tidak
terbendung. Perluasan wilayah permukiman semakin meluas ditambah lagi
dengan tidak didukung oleh aturan zonasi yang pasti secara hukum di wilayah
perkotaan. Kecenderungan masyarakat dalam melakukan aktifitas pusat
ekonomi yang dalam hal ini perkotaan, mendorong munculnya kawasan-
kawasan permukiman yang tidak beraturan. Hal ini terjadi karena
ketidaksiapan kota dengan sistem perencanaan dan pengelolaan kota yang
tepat, dalam mengantisipasi pertambahan penduduk dengan berbagai motif
dan keberagaman. Hal ini menjadi penyebab utama yang memicu timbulnya
permasalahan permukiman.
Dalam menyikapi hal ini, pemerintah melalui UU No. 1 Tahun 2011
tentang perumahan dan kawasan permukiman mengamanahkan bahwa negara
bertanggung jawab melindungi segenap Bangsa Indonesia melalui
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat
mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak, terjangkau di
dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan di seluruh
wilayah Indonesia. Demi mewujudkan fungsi perkotaan, perlu dilaksanakan
peningkatan kualitas terhadap permukiman kumuh untuk meningkatkan mutu
kehidupan dan penghidupan masyarakat pemukim serta menjaga kualitas dan
fungsi permukiman berdasarkan pada kepastian bermukim yang mencakup
menjamin hak bermukim menurut ketentuan.
Pemenuhan akan kebutuhan prasarana dan sarana permukiman baik dari
segi permukiman maupun lingkungan yang terjangkau dan layak huni belum
sepenuhnya dapat disediakan oleh masyarakat sendiri maupun pemerintah.
Sehingga, daya dukung prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang
ada mulai menurun dan pada akhirnya akan memberikan kontribusi terjadinya
permukiman kumuh. Permukiman kumuh ini pada umumnya memiliki
kompleksitas permasalahaan yang sangat berat baik dari aspek fisik maupun
non fisik, hal ini menyebabkan terciptanya image permukiman kumuh
sebagai permukiman masyarakat berpenghasilan rendah yang kumuh dan
kotor. Permukiman kumuh adalah daerah permukiman yang sangat padat
penduduknya dan rumah-rumah di dalamnya dibangun dengan teknik
konstruksi yang buruk dan menggunakan bahan-bahan yang bermutu rendah.
Permukiman kumuh memiliki pola yang tidak berstruktur dan tidak dilengkapi
oleh sarana-sarana umum seperti fasilitas air bersih, sanitasi, serta akses jalan
yang memadai.
Kawasan perkotaan dan pengembangannya adalah sesuatu yang tidak
terpisahkan satu sama lain. Kawasan perkotaan dengan kompleksitas
kegiatannya ini akan terus berkembang dari waktu ke waktu dan meliputi
semua bidang pembangunan. Adanya pengembangan di kawasan perkotaan ini
akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk berdomisili dan
melakukan aktivitas kesehariannya beserta ekonominya di dalam kawasan
perkotaan tersebut. Hal ini mengakibatkan migrasi yang nantinya akan
menambah beban perkotaan baik dari sisi ruang maupun intensitas aktivitas.
Meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas aktivitas pada kawasan
perkotaan ini perlu disikapi dan diantisipasi lebih awal oleh pemerintah daerah
terkait. Hal ini perlu dilakukan mengingat fenomena tersebut dapat
membangkitkan banyak permasalahan perkotaan terutama yang terkait dengan
ketersediaan dukungan permukiman dan infrastruktur perkotaan.
Pembangunan dan infrastruktur perkotaan yang kurang tepat akan
menimbulkan permasalahan antara lain : (a) tidak meratanya penyediaan
infrastruktur perkotaan, (b) tidak tersedianya lingkungan permukiman yang
layak, (c) pembangunan permukiman yang tidak terkendali pada daerah-
daerah non permukiman, dan (d) permukiman kumuh. Meluasnya lingkungan
permukiman di perkotaan dapat menimbulkan dampak pada peningkatan
frekuensi bencana kebakaran dan banjir perkotaan, meningkatnya potensi
kriminalitas dan konflik sosial, menurunnya tingkat kesehatan masyarakat,
menurunnya kualitas pelayanan prasarana dan sarana permukiman serta
seringnya keluhan masyarakat miskin mengenai rendahnya kualitas
lingkungan ditempat mereka bermukim (degradasi lingkungan).
Kota Makassar merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan dengan
luasan wilayah 175, 77 km2. Kota Makassar menjadi kota terbesar di wilayah
Indonesia Timur dan pusat kota terbesar ketujuh di Indonesia setelah Jakarta,
Surabaya, Bandung, Medan dan Palembang. Dengan aspek semua itu, tidak
menjamin bahwa Kota Makassar terbebas dari permasalahan permukiman
kumuh. Hal ini dibuktikan oleh Surat Keputusan Walikota Makassar tentang
Penetapan Lokasi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Kota Makassar Tahun 2021 yang menetapkan 20 kawasan kota sebagai
kawasan kumuh. Isu utama dalam permukiman kumuh adalah kemiskinan
dan rendahnya kualitas dan ketersediaan prasarana lingkungan permukiman.
Rendahnya kualitas dan ketersedian prasarana lingkungan permukiman di
kawasan permukiman di Kota Makassar menjadi perhatian serius baik dari
pemerintah daerah sampai pada tingkat pusat. Ketersedian prasarana
lingkungan permukiman merupakan faktor pendukung bagi kehidupan dan
penghidupan masyarakat pada kawasan tersebut. Kemampuan masyarakat
yang terbatas pada kawasan tersebut menyebabkan kualitas prasarana
lingkungan permukiman kumuh tidak dapat dengan mudah dilakukan
pemeliharaan. Oleh sebeb itu, diperlukan upaya yang komprehensif dan
kolaboratif serta berkesinambungan untuk menjaga dan memperbaiki
prasarana lingkungan permukiman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Permasalahan permukiman kumuh yang saat ini sudah sangat
mengkhawatirkan.
2. Diperlukannya solusi inovatif dalam mengatasi permasalahan permukiman
kumuh.
3. RSM merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan permukiman
kumuh yang efisien dalam penggunaan lahan, terjangkau, dan
berkelanjutan.
1.3 Tujuan Kegiatan
1. Mengatasi permasalahan permukiman kumuh.
2. Menciptakan Rumah Susun Milik sebagai solusi inovatif, efisien,
terjangkau, dan berkelanjutan demi mewujudkan Kota Makassar sebagai
Smart City yang mengedepankan sustainable development goals.
3. Membantu masyarakat permukiman kumuh untuk terbebas dari dampak
negatif permukiman kumuh.
1.4 Manfaat Kegiatan
Manfaat dari kegiatan ini adalah:
1. Menyelesaikan permasalahan permukiman kumuh yang sulit untuk diatasi.
2. Terciptanya Makassar sebagai kota cerdas yang dapat mengelola sumber
daya yang ada dengan efisien.
3. Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari masyarakat
permukiman kumuh.
BAB 2. LANDASAN TEORI

2.1 Kawasan Kumuh


Pemukiman kumuh (slum area) yaitu pemukiman yang belum layak
untuk dihuni dikarena belum memenuhi aspek persyaratan untuk hunian,
rumah tinggal dan permukiman. Area permukiman atau kawasan kumuh
adalah wajah dari kemiskinan, karena biasanya pada pemukiman atau
kawasana kumuh, masyarakatnya miskin atau memiliki pendapatan rendah
dan banyak sekali kita jumpai di kawasan permukiman perkotaan. Angka
pengangguran yang tingga sampai pendapatan yang dibawah kebutuhan sehari
hari mengakibatkan atau menciptakan angka kemiskinan yang tinggi.
Sehingga kemiskinan termasuk salah satu faktor utama penyebab terciptanya
pemukiman kumuh di kawasan wilayah permukiman perkotaan, dimana para
pelaku masyarakat tidak mampu untuk membeli tanah atau rumah. Pada
dasarnya, kemiskinan dapat diatasi dengan pencegahan peningkatan
pemukiman kumuh, perkembangan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
dan pemerataan dan peningkatan kesempatan kerja. Di Indonesia sendiri
terdapat beberapa kota kumuh yang memiliki tipologi masing-masing.
Tipologi ini tercipta dikarenakan, kawasan permukiman kumuh di Indonesia
memiliki beberapa ciri khas masing-masing yang beragam (Wijanarko dkk.,
2023).
Kota Makassar merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang
tidak lepas dari permasalahan permukiman kumuh. Kota Makassar memiliki
total kawasan kumuh 739,83 ha yang tersebar hampir di semua kawasan
kumuh di Kota Makassar. Perkembangan dan pertumbuhan Kota Makassar
yang cukup pesat memperlihatkan hasil yang positif juga menimbulkan
masalah-masalah bagi pemerintah daerah, misalnya kondisi perumahan yang
belum memenuhi standar dan syarat kesehatan, banjir yang terjadi setiap
tahun, pengelolaan sampah yang belum baik, dan masalahmasalah lain yang
merupakan dampak hasil pembangunan (Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, 2016).
2.2 Tipologi Permukiman Kumuh
Menurut PERMEN PUPR No. 14/PRT/M/2018, Tentang tipologi/jenis
perumahan dan permukiman kumuh adalah kelompok rumah dan permukiman
kumuh menurut letak geografisnya. Tipologi/jenis yang digunakan dalam
peraturan ini berdasarkan pada tata letak kedekatannya secara geografis atau
dapat juga dikatakan dengan asosiasinya terhadap kenampakan tertentu.
Tipologi/jenis perumahan dan permukiman kumuh di bawah peraturan
tersebut adalah:
a. Di Atas Air, lokasi di atas air, termasuk daerah pasang surut, rawa, sungai
atau laut dengan memperhatikan kearifan lokal.
b. Di Tepi Air, lokasi di tepi badan air (seperti sungai, pantai, danau, waduk,
dll.).
c. Di Dataran Rendah, milik daerah dataran, kemiringannya kurang dari
10%.
d. Di Perbukitan, terletak di daerah pegunungan, dengan kemiringan dari
10% sampai 40%.
e. Di Daerah Rawan Bencana, Kawasan kumuh dan kumuh tersebut berada
di kawasan yang rawan bencana alam, terutama tanah longsor, gempa
bumi, dan banjir.

2.3 Kriteria Permukiman Kumuh


Berdasarkan peraturan menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat
no.2/PRT/M/2016 tentang peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh yaitu permukiman kumuh merupakan suatu
perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagi tempat hunian.
Permukiman kumuh merupakan permukiman yang tidak layak untuk huni
karena terdapat ketidakberaturannya bangunan, tingkat kepadatan pada
bangunan sangat tinggi, kualitas serta sarana dan pasarana yang tidak
memenuhi syarat dan ketidaksesuai.
Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh ditinjau dari bangunan
gedung, jalan lingkungan, penyediaan air bersih/minum, drainase lingkungan ,
pengelolaan limbah, pengelolaan sampah dan proteksi kebakaran (Karisoh et
al, 2020).
2.4 Perkembangan Permukiman Kumuh
Perkembangan permukiman kumuh Kota Makassar dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu ketidakberdayaan masyarakat lokal maupun pendatang
dalam mengakses potensi sumber daya ekonomi (Olajide, 2018),
ketidakmampuan dalam beradaptasi mengenai fungsi ruang yang berkembang
akibat terbatasnya keterampilan dan juga keahlian serta latar belakang
pendidikan formalnya yang kurang memadai. Zahra et al, (2017) menyatakan
bahwa, kondisi terburuk bagi para masyarakat pendatang yaitu diantaranya
memilih dengan terpaksa untuk tinggal di daerah kumuh, dan juga tingkat
pendapatan ekonomi yang relatif rendah atau rentan kemiskinan, sehingga
terjadilah penambahan populasi permukiman kumuh di Kota Makassar.
Berdasarkan penelitian sebelumnya pun diperoleh bahwa penyelesaian
masalah permukiman kumuh atau masalah sosial dan juga ekonomi
masyarakat masih belum terselesaikan sebagai satu kesatuan sistem
penanganan permukiman kumuh (Nassar & Elsayed, 2018).
BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Permukiman Kumuh pada Kota Makassar


Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Indonesia
yang tinggal di wilayah perkotaan pada tahun 2020 sebanyak 56,7%. Dari
persentase tersebut telah diprediksi bahwa akan terjadi terus peningkatan
menjadi 66,6% pada tahun 2035.
Tabel 1. Penduduk Indonesia yang tinggal pada wilayah perkotaan (%)

Penduduk Indonesia yang tinggal pada


wilayah perkotaan (%)
66.6
63.4
60
56.7
53.3
49.8

2010 2015 2020 2025 2030 2035

Selain itu, pada tahun 2045, bank dunia juga memprediksikan bahwa
penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan dengan total sebanyak 220 juta
dari total populasi di tanah air pada tahun 2020. Meskipun urbanisasi bisa
memberi dampak pertumbuhan ekonomi yang signifikan, bukan berarti
urbanisasi tidak memiliki sisi negatif. Urbanisasi jika tidak diregulasi dengan
baik akan membawa banyak dampak negatif pada kawasan perkotaan. Dampak
negatif yang ditimbulkan oleh urbanisasi adalah tingkat kriminalitas yang
tinggi, kemacetan, polusi, dan munculnya wilayah-wilayah kumuh.
Tabel 2. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar

Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


(BAPPEDA) Kota Makassar, Kota Makassar memiliki jumlah penduduk
sebanyak 1,4 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,60%
setiap tahunnya. Kota Makassar sebagai salah satu kota dengan laju urbanisasi
terbesar setiap tahunnya memiliki bentuk perkembangan kota berupa urban
sprawl, dimana perkembangan kota akan menjadi tidak teratur. Hal ini
disebabkan oleh penduduk yang datang untuk bekerja di Kota Makassar
menempati wilayah pinggiran dari kota (suburban). Akhirnya terciptalah
permukiman kumuh akibat banyaknya penduduk yang menempati wilayah
pinggiran kota.
Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kota Makassar, pada tahun 2022 terdapat 234.145 jiwa
masyarakat atau 16% dari total penduduk Kota Makassar tinggal pada
Kawasan kumuh. Sedangkan untuk jumlah rumah tangga Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah 21.106 rumah tangga. Dari 21.106
rumah tangga MBR, jumlah rumah tangga Masyarakat Berpenghasilan Rendah
yang menempati rumah layak huni dan terjangkau hanyalah 2.277. Artinya
hanya ada 10,79% dari rumah tangga yang menempati rumah layak huni dan
terjangkau.
Berdasarkan data dari BAPPEDA, permukiman kumuh yang ada pada
Kota Makassar memiliki luas sebesar 423,85 ha pada tahun 2022. Luas
permukiman kumuh yang ada pada Kota Makassar mengalami kenaikan
sebesar 41,56 ha dari tahun 2019. Berikut adalah tabel yang menunjukkan luas
permukiman kumuh yang ada di Kota Makassar dari tahun 2019 hingga 2022
dan luas permukiman kumuh yang telah ditangani oleh Pemerintah Kota
Makassar.
Tabel 3. Perbandingan Luas Permukiman Kumuh yang ada pada Kota
Makassar dan yang telah tertangani

Perbandingan Luas Permukiman Kumuh yang ada


pada Kota Makassar dan yang telah tertangani

450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
2019 2020 2021 2022
Luas Permukiman Kumuh yang tertangani (Ha) Luas Permukiman Kumuh (Ha)

Dari tabel diatas, dapat diamati bahwa permukiman kumuh yang telah
tertangani pada Kota Makassar menurun. Khususnya pada tahun 2021 dan
2022, dimana masing-masing luas permukiman kumuh yang tertangani
hanyalah 3,92 ha dan 4,52 ha dari luas permukiman kumuh sebesar 423,85 ha
pada Kota Makassar. Apabila dibandingkan dengan luas permukiman kumuh
yang tertangani pada tahun 2019 dan 2020 yang berkisar pada 70%, luas
permukiman kumuh yang teratasi pada 2021 dan 2022 masing-masing
hanyalah 0,9% dan 1%.

3.2 Inovasi
Inovasi yang ditawarkan oleh Tim SLURATION adalah pembangunan
Rumah Susun Milik (RSM) sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan
permukiman kumuh di Kota Makassar. Dibandingkan dengan rusun-rusun
lainnya yang berada di Kota Makassar, Rumah Susun Milik menawarkan
solusi untuk menghemat lahan pembangunan, menambah daya serap
masyarakat yang tinggal pada kawasan kumuh untuk tinggal di Rumah Susun
Milik, dan hemat biaya pembangunan. Rumah Susun Milik dibangun pada
tanah tempat permukiman kumuh berada, sehingga masyarakat tidak akan
kehilangan sense of home, tempat pekerjaan, jaringan sosial, ketersediaan dari
layanan publik, dan juga tempat tinggal yang terjangkau. Rumah Susun Milik
menawarkan solusi terhadap faktor yang menyebabkan permukiman kumuh
berupa ketidaksetimpangan antara harga tanah dan penghasilan masyarakat
dengan memberikan hak milik penuh atas RSM pada masyarakat permukiman
kumuh. Salah satu inovasi teknologi yang ada pada RSM ini adalah lantai
yang dapat menghasilkan energi listrik. Cara kerjanya adalah seseorang
menginjak lantai tersebut, hasil dari tekanan yang diberikan dari pijakan kaki
tersebut akan menghasilkan energi listrik. Energi yang dihasilkan akan
disimpan pada baterai, dan akan dipergunakan sebagai cadangan energi listrik
saat dibutuhkan. Rumah Susun Milik ini juga akan memasang panel surya
pada bagian rooftop. Pemasangan panel surya ini akan menghemat pemakaian
listrik, sehingga akan menghemat pengeluaran untuk biaya listrik pula. Tim
SLURATION juga memperkenalkan kerangka kerja Smart and Sustainable
Societies (S3) dengan memfokuskan penyediaan sanitasi diantaranya
pemulihan unsur hara dari limbah organik. Mengenai sanitasi, akan dibuatkan
tempat penyaringan kotoran limbah manusia untuk diproses dan diolah
menjadi barang yang memiliki nilai jual. Contoh produk yang bisa dihasilkan
adalah pupuk kompos untuk digunakan bercocok tanam dan juga gas metana
sebagai bahan bakar atau untuk memasak. Dengan ini, tidak ada limbah
manusia yang terbuang sia-sia, dan akan menciptakan permukiman yang
efisien.

3.3 Analisis Rumah Susun Milik sebagai solusi pemberantasan permukiman


kumuh
Analisis terhadap Rumah Susun Milik dilakukan untuk mengetahui
kelayakan Rumah Susun Milik jika diterapkan sebagai solusi pemberantasan
permukiman kumuh pada Kota Makassar dengan menggunakan analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat). Adapun analisis
SWOT RSM adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Variabel dan Indikator Penanganan Permukiman Kumuh dengan
Menggunakan Analisis SWOT

STRENGTH (S) WEAKNESS (W)


Rumah Susun Milik dibangun pada  RSM membutuhkan upaya
tanah tempat permukiman kumuh pemeliharaan yang intensif dan
berada, sehingga masyarakat tidak mahal.
akan :
 kehilangan sense of home,
 tempat pekerjaan,
 jaringan sosial,
 ketersediaan dari layanan
publik, dan
 tempat tinggal yang terjangkau.
Hal ini menyelesaikan
permasalahan yang kerap terjadi
mengenai masalah relokasi
penduduk permukiman kumuh.

OPPORTUNITY (O) THREATS (T)


 Implementasi dari solusi RSM  Realita dari pembangunan rumah
akan mengantarkan Makassar susun yang telah ada sebelumnya
sebagai smart city. kerap dicemarkan oleh tindakan
korupsi.

3.4 Strategi Implementasi RSM


Penerapan RSM pada Kota Makassar bukan tidak mungkin untuk
dilakukan. Hanya saja perlu adanya strategi khusus dalam implementasi RSM
di Kota Makassar agar efektif. Berikut adalah strategi-strategi implementasi
RSM dalam penerapannya di Kota Makassar :
1. Melakukan survey kelayakan ide pada daerah pengujian.
2. Mengidentifikasi penyebab permasalahan penghambat program
penanganan permukiman kumuh yang kurang tepat sebelumnya.
3. Implementasi RSM pada Kota Makassar.
4. Evaluasi keefektifan implementasi RSM terhadap Kota Makassar.

3.5 Implementasi
Implementasi RSM (Rumah Susun Milik) berbasis inovatif dan
mengedepankan sustainable development goals merupakan konsep yang
dirancang untuk menjadi solusi dalam menangani permasalahan permukiman
kumuh di perkotaan. Diharapkan RSM dapat diterapkan agar dapat memenuhi
kebutuhan perumahan yang layak bagi masyarakat permukiman kumuh.
Inovasi RSM jika terlaksana dengan baik akan menyelesaikan permasalahan
permukiman kumuh di Kota Makassar dan bisa menjadi model percontohan
solusi pemberantasan permukiman kumuh. Pembangunan rumah susun
bukanlah hal yang baru, sehingga implementasi RSM diharapkan akan mudah
untuk terlaksana dan diterapkan.
BAB 4. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan fakta yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan
bahwa saat ini permukiman kumuh pada Kota Makassar masih memiliki
jumlah yang cukup signifikan. Oleh karena itu, perlu dirumuskan solusi yang
dapat menangani permasalahan permukiman kumuh secara efektif.
Solusi yang ditawarkan oleh tim SLURATION sebagai upaya untuk
memberantas permukiman kumuh adalah dengan mengimplementasikan ide
RSM (Rumah Susun Milik). RSM diterapkan dengan basis inovatif dan
mengedepankan sustainable development goals, sehingga RSM dapat
memberantas permukiman kumuh dan mengantarkan Kota Makassar sebagai
smart city.
Rumah Susun, bukanlah konsep yang baru dalam upaya memberantas
permukiman kumuh, sehingga RSM diperkirakan dapat diimplementasikan
dengan mudah.
5.2 Saran
Dalam implementasi RSM kedepan, disarankan untuk membentuk badan
pengawas untuk menghindari tindak korupsi dalam upaya pembangunan
RSM. Selain itu, perlu juga dibentuk pengawasan terhadap pemeliharaan
secara berkala pada RSM demi memastikan RSM dapat bekerja dengan efisien
dan bisa menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan bahagia bagi
pemukim RSM.
DAFTAR PUSTAKA

Anomi, (2016). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


No.2/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. Jakarta

Badan Pusat Statistik Kota Makassar. (2023). Bps.go.id.


Availabe at:
https://makassarkota.bps.go.id/publication/2023/02/28/b51bbd208d15ce2626a75e
fb/kota-makassar-dalam-angka-2023.html. Diakses tanggal 16 April 2023.
Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman – Geoportal Makassar (2022).
Makassarkota.go.id.
Available at : https://geoportal.makassarkota.go.id/perencanaan/dinas-perumahan-
dan-kawasan-pemukiman/. Diakses 16 April 2023.
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2016). Slum Improvement
Action Plan (SIAP) tentang Rencana Penataan Lingkungan Permukiman
Kumuh. Makassar.
Karisoh Semuel Dave, Tondobala Linda , Syafrini Renny. (2020). Pengaruh
kekumuhan terhadap Kualitas Hidup Masyarakat di Perkampungan Kota
Manado. Jurnal Spasial. 7(1): 63.
Kawasan Kumuh, (2020). Data PUPR. Pu.go.id [Online]
Available at: https://data.pu.go.id/dataset/kawasan-kumuh#:~:text=Menurut
%20UU%20No.1%20Tahun%202011%20tentang%20PKP
%20permukiman,serta%20sarana%20dan%20prasarana%20yang%20tidak
%20memenuhi%20syarat. Diakses tanggal 16 April 2023.
Nassar, D.M, & Elsayed, H.G. (2018). From Informal Settlements to sustainable
communities. Alexandria Engineering Journal, 574), 2367-2376.

Makassarkota.go.id.
Availabe at:
https://geoportal.makassarkota.go.id/apps/webgis/Forum_Satu_Data_Indonesia_T
ingkat_Kota_Makassar_Dalam_Spasial.html. Diakses 16 April 2023.
Olajide, O.A., Agunbiade, M.E., & Bishi , H.B. (2018). Journal of Urban
Management. The realities of Lagos urban development vision on
livelihoods of the urban poor. Journal of Urban Management. 7(1), 21-31
Available at: https://sci-hub.se/10.1016/j.jum.2018.03.001
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) No.
14/PRT/M/2018
Wijanarko, Ahmad Rijal Lutfian: Rolalisasi, Andarita: Tohar, Ibrahim. (2023).
Jurnal Artikel Kolaborasi. Tipologi Permukiman Kumuh di Kawasan
Perkotaan Berdasarkan Penanganan. 3(1): 10-11.
Zahra, K., Ashraf, A., Zafar, T., & Yaseen, B.M. (2017). Marginality and social
exclusion in Punjab, Pakistan: A threat to urban sustainability. Elsevier, 203-
212.

Anda mungkin juga menyukai