Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA

PERIMBANGAN TERHADAP BELANJA DAERAH KOTA


BANDA ACEH

PROPOSAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh
Arifah
Dhillayanti
1901103010117

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2022
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................3
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian....................................................................3

BAB II..................................................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
2.1 Pendapatan Asli Daerah.......................................................................4
2.2 Dana Perimbangan................................................................................6
2.3 Belanja Daerah.......................................................................................8
2.4 Penelitian Terdahulu.............................................................................9

BAB III.................................................................................................................. 11

METODE PENELITIAN....................................................................................11
3.1 Desain Penelitian..................................................................................11
3.2 Populasi dan Sampel............................................................................11
3.2.1 Populasi............................................................................................. 11
3.2.2 Sampel...............................................................................................12
3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data...........................................12
3.3.1 Sumber Data.....................................................................................12
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data.............................................................12
3.4 Operasionalisasi Variabel...................................................................12
3.5 Metode Analisis dan Rancangan Pengujian Hipotesis.....................14
3.5.1 Metode Analisis................................................................................14
3.5.2 Rancangan Pengujian Hipotesis.....................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reformasi pemerintahan yang disertai dengan keterbukaan sudah menjadi
tuntutan di Indonesia. Hal ini menyebabkan semakin menguatnya tuntutan aspek
transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi penting dalam
pengelolaan pemerintah termasuk di bidang pengelolaan keuangan negara
maupun daerah. Hal itulah yang mendorong terjadinya proses peralihan dari
sistem dekonsentrasi ke sistem desentralisasi yang disebut dengan otonomi.
Otonomi adalah pendelegasian urusan pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi pemerintahan.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal,
pemerintah daerah diberi keleluasaan untuk mengelola dan memanfaatkan sumber
penerimaan daerah yang dimilikinya sesuai dengan aspirasi masyarakat daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah akan membawa suatu konsekuensi logis, bahwa tiap
daerah harus berkemampuan untuk memberdayakan dirinya sendiri, baik dalam
kepentingan ekonomi, pembinaan sosial kemasyarakatan, dan pemenuhan
kebutuhan untuk membangun daerahnya serta dapat melaksanakan peningkatan
pelayanan kepada masyarakat (Samad & Iyan, 2013).
Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang semuanya
dipersiapkan dan dilaksanakan oleh daerah dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada di daerah tersebut. Pesatnya pembangunan daerah membutuhkan alokasi
dana pembangunan yang besar sehingga menyebabkan belanja pemerintah daerah
juga semakin meningkat. Besarnya belanja daerah ditentukan oleh besarnya
pendapatan daerah yang bersangkutan. Instansi pemerintah daerah yang
menerima anggaran belanja tentunya harus mampu menunjang pertumbuhan
belanja daerah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari setiap
kota/kabupaten yang ada di Indonesia (Kainde, 2013).
Pengeluaran pemerintah atau belanja pemerintah merupakan salah satu
instrumen strategis dalam perekonomian

1
(Christopher, 2009). Pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk
hal-hal produktif, misalnya untuk melakukan aktivitas pembangunan (Saragih,
2003). Dalam membiayai belanja daerah diperlukan pendapatan daerah yang
memadai.
Pendapatan daerah adalah semua hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih (Mangowal, 2013). Pendapatan daerah
terdiri atas pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah (Halim & Kusufi, 2012).
Kemandirian suatu daerah dalam bidang keuangan dapat dilihat dari
seberapa besar kontribusi pendapatan asli daerah terhadap pendapatan daerah
tersebut. Menurut Mardiasmo (2000) menyatakan bahwa “dari segi pendapatan,
kemampuan pemerintah daerah untuk meningkatkan kemampuan daerahnya masih
belum signifikan. Bahkan masalah yang sering muncul adalah rendahnya
kemampuan pemerintah daerah untuk menghasilkan prediksi pendapatan daerah
yang akurat, sehingga belum dapat dipungut secara optimal”. Dana perimbangan
merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung
pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian
otonomi kepada daerah, terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat yang semakin baik (Mamuka & Elim, 2014).
Pada umumnya, dana perimbangan merupakan bagian terbesar dalam
pembiayaan kegiatan pemerintah daerah. Tujuan utama pemberian dana
perimbangan adalah untuk mengatasi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah, kesenjangan fiskal antar pemerintah daerah, perbaikan
sistem perpajakan, dan koreksi ketidakefisienan fiskal (Santoso & Suparta, 2015).
Perkembangan dana perimbangan Kota Banda Aceh dari tahun ke tahun mengalami
fluktuasi. Masalah yang sering terjadi pada dana perimbangan yaitu dana
perimbangan dari pemerintah pusat tidak dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
pemerintah daerah secara signifikan karena habis untuk belanja pegawai.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan maka rumusan masalah
yang dapat di peroleh dari penelitian ini adalah:
1) Apakah Pendapatan Asli Daerah berpengaruh siginifikan terhadap Belanja
Daerah Kota Banda Aceh?
2) Apakah Dana Perimbangan berpengaruh siginifikan terhadap Belanja
Daerah Kota Banda Aceh?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap
Belanja Daerah Kota Banda Aceh.
2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh Dana Perimbangan terhadap
Belanja Daerah Kota Banda Aceh.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian


Kegunaan Teoritis yang didapatkan dari penelitian ini yaitu diharapkan
mampu memberikan bukti empiris mengenai Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan
Dana Perimbangan terhadap belanja daerah.
Kegunaan Praktis yang didapatkan melalui penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan pertimbangan pemerintah daerah untuk menentukan kebijakan
dalam meningkatkan ataupun memperbaiki Belanja Daerah Kota Banda Aceh.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendapatan Asli Daerah


Menurut Simanjuntak et al. (2013), “Regional Original Income is a
representation of the revenue generated by the regional”. Menyatakan bahwa
pendapatan asli daerah adalah representasi dari pendapatan yang dihasilkan oleh
daerah. Pemerintah daerah harus lebih mengoptimalkan pendapatan asli daerahnya
agar dapat membiayai pengeluaran daerah dan tidak menghambat kegiatan
ekonomi di daerah yang bersangkutan.
Menurut Halim (2012) Pendapatan asli daerah adalah salah satu sumber
penerimaan yang terus menerus dipacu pertumbuhannya Dalam otonomi daerah ini
kemandirian pemerintah daerah sangat dituntut dalam pembiayaan pembangunan
daerah dan pelayanan kepada masyarakat. Pendapatan asli daerah merupakan
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah (UU No.33 Tahun 2004), yaitu:
a. Pajak daerah
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.
b. Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pemungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan.
Kekayaan negara yang dipisahkan adalah komponen kekayaan negara yang
pengelolaannya diserakan kepada badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah.Pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan ini merupakan subbidang
keuangan negara yang khusus ada pada negara –negara nonpublik.

4
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, antara lain :
Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan. Jasa giro.
Pendapatan bunga. Keuntungan selisih mata uang rupiah terhadap mata uang asing.
Komisi, potongan atau bentuk lain sebagai akibat dari penjualan atau pengadaan
barang dan jasa oleh daerah.
Menurut Olubukunola (2011),“Internally Generated Revenue (IGR) is the
revenue that the local government generates within the area of its jurisdiction”.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan pemerintah daerah yang
dihasilkan dalam wilayah yurisdiksinya. Pendapatan asli daerah yang tinggi
menandakan otonomi daerah yang dilaksanakan berjalan dengan baik.
Idris (2016) lebih lanjut menjelaskan bahwa, “Local Revenue (PAD) is all
cash receipts into the right area recognized as an addition to net worth in one
fiscal year and does not need to be paid back by the government”. Pendapatan Asli
Daerah (PAD) adalah semua penerimaan kas daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah. Pajak yang dipungut pemerintah daerah jangan
sampai menciptakan biaya pemungutan yang lebih tinggi dari pada pendapatan pajak
yang diterima oleh pemerintah daerah.
Pada dasarnya, makin banyak kontribusi pendapatan asli daerah terhadap
APBD, ini menandakan makin kecilnya keterikatan regional terhadap sentral
sebagai efek implementasi otonomi daerah atas asas secara nyata serta bertanggung
jawab (Rinaldi, 2014). Peningkatan kemandirian daerah sangat erat hubungannya
dengan kemampuan daerah dalam mengelola pendapatan asli daerahnya
(Mahmudi, 2009). “Revenue generated by local government is used to finance
various expenditure programmes. Expenditure is an actual payment or creation of
obligation to make a future payment for some benefits items or service received”
(Abba et al. 2015), menyatakan bahwa pendapatan yang dihasilkan oleh pemerintah
daerah digunakan untuk membiayai berbagai rencana pengeluaran. Pengeluaran
adalah pembayaran yang dilakukan saat ini untuk kewajiban pada masa yang akan
datang dalam rangka memperoleh beberapa barang atau jasa yang diterima.

5
Semakin besar pendapatan asli daerah akan membuat belanja daerah juga
meningkat dan akan lebih banyak pengeluaran untuk kesejahteraan masyarakat
(Adriani & Yasa, 2015). Sejalan dengan hal tersebut menurut Sasana (2011)
menyatakan bahwa, “Semakin besar kemampuan daerah dalam mengumpulkan
pendapatan asli daerah akan semakin longgar alokasi belanja daerah, sehingga
terdapat hubungan yang positif antara pendapatan asli daerah dengan belanja
daerah”.

2.2 Dana Perimbangan


Nasution (2015) menjelaskan bahwa, “Regional bottom aid is a source of
revenue comes from the budget to support the implementation of local authorities
in achieving the objective of granting regional autonomy which is primarily done
by an increase better in services and public welfare”. Dana transfer/bantuan
pemerintah daerah merupakan sumber pendapatan yang berasal dari anggaran
untuk mendukung pelaksanaan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan
pemberian otonomi kepada daerah terutama dilakukan dengan peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik.
Sari, et al. (2014) menjelaskan bahwa “Dana perimbangan adalah modal
yang berasal dari perolehan APBN yang diperuntukkan bagi daerah dalam upaya
membiayai kepentingan daerah sebagai bentuk pengimplementasian asas
desentralisasi”.
Sejalan dengan hal tersebut menurut Capkova & Roncakova (2014)
menjelaskan bahwa, “The main mechanism for intergovernmental transfers is
grants from central to local governments. A variety of unconditional (general) grant
systems are in use to address vertical imbalances. Provision of conditional (specific)
block grants from the centre to subnational governments aims to financing certain
services, such as primary education, social services and roads. Equalisation grants
are used to address horizontal imbalances between local authorities”
Berdasarkan pendapat Capkova & Roncakova (2014) mekanisme utama
untuk transfer antar pemerintah adalah transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah. Berbagai macam sistem transfer tanpa syarat (umum) digunakan untuk

6
mengatasi ketidakseimbangan vertikal. Transfer dengan syarat (khusus) dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah bertujuan untuk membiayai layanan
tertentu, seperti pendidikan dasar, pelayanan sosial dan jalan. Transfer dana
perimbangan digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan horizontal antar
pemerintah daerah.
Sumber-sumber dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil pajak, dana
bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus (Aprizay dkk,
2014).
Kemandirian keuangan pemerintah daerah merupakan kebalikan dari besarnya
rasio penerimaan transfer di dalam pemenuhan pembelanjaan pemerintah. Belanja
daerah sangat dipengaruhi oleh transfer dari pemerintah pusat (Abdullah &
Halim, 2003). Perimbangan keuangan dengan dana transfer pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah menjadi insentif bagi pemerintah daerah untuk
membiayai belanja daerah (Sasana, 2011)
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi (UU No.33 Tahun 2004). Dana perimbangan bertujuan
mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi
khusus.
Komponen Dana Perimbangan :
a. Dana Bagi hasil
Dana bagi hasil adalah dana yang berumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepala daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana bagi hasil
bersumber dari pajak dan sumber daya alam, yang teridri atas : Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB). Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPTB). Pajak
Penghasilan (PPh) pasal 25 dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri
dan PPh pasal 21.
b. Dana Alokasi Umum
Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari

7
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Jumlah semua keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-
kurangnya 26% dari pendapatan dalam negeri neto yang ditetapkan dalam APBN.
DAU untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar,
yang dimaksud dengan celah fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan
kapasitas fiskal daerah.
c. Dana Alokasi Khusus
Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasi kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional.

2.3 Belanja Daerah


Belanja daerah merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang
digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan daerah. Menurut Ferreiro
(2009), “Government expenditure at first should be analyzed based on functional
expenditure”. Menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah pada awalnya harus
dianalisis berdasarkan pengeluaran fungsional. Pemerintah daerah sebaiknya
melakukan identifikasi kegiatan mana yang benar-benar masuk skala prioritas
menurut ukuran kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Simanjuntak et al. (2013), “Regional
expenditure is all the expending of regional's cash in a one budget period”.
Menyatakan bahwa belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam
jangka waktu satu tahun anggaran. Pengeluaran kas daerah tersebut harus
disesuaikan dengan kebutuhan pemerintah daerah itu sendiri.
Kainde (2013) mengemukakan bahwa, “Belanja daerah adalah semua
kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
(ekuitas dana) dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan”. Belanja
pemerintah daerah sebaiknya lebih mengutamakan untuk kepentingan masyarakat

8
daerah agar tujuan pemerintah daerah dalam mensejahterakan masyarakat daerah
dapat tercapai.
Liesionis (2013), “Unproductive expenditure hampers economic
development and inhibits its growth”, menyatakan bahwa pengeluaran yang tidak
produktif menghambat pembangunan ekonomi dan menghambat pertumbuhannya.
Hal ini disebabkan pemerintah daerah lebih banyak membiayai pengeluaran
untuk belanja pegawai dari pada pengeluaran untuk pembangunan daerah itu
sendiri.
“Government expenditure grew faster than the growth of its revenue. This
resulted in persistent fiscal deficits consequently government had to borrow from
both internal and external sources”(Abba et al. 2015). Menyatakan bahwa
pengeluaran pemerintah tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan. Hal
ini mengakibatkan defisit fiskal terus-menerus akibatnya pemerintah harus meminjam
dana dari sumber internal dan eksternal.
Belanja daerah adalah semua kewajiban atau penegeluaran kas daerah dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang mengurangi kekayaan pemerintah
daerah (Halim, 2012). Belanja Daerah juga meliputi seluruh pengeluaran dari
rekening kas umum daerahyang mengurangi ekuitas dana lancar, dimana
merupakan kewajiban daerah dalam setiap satu tahun anggaran. Belanja daerah
dipergunakan dalam rangka mendanai setiap urusan pemerintah yang menjadi
kewenangan provinsi atau kabupaten/kotayang terdiri dari urusan wajib atau urusan
pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan (PP No. 58 tahun
2005).

2.4 Penelitian Terdahulu


Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sa’diyah & Putri (2015) yang
meneliti pengaruh pendapatan asli daerah terhadap kinerja manajerial pemerintah
daerah Kabupaten Aceh Utara. Hasilnya menunjukkan bahwa pendapatan asli
daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial Pemerintah Kabupaten
Aceh Utara.
Penelitian lain yang dilakukan Panji & Indrajaya (2016) yang meneliti
pengaruh dana perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi dan tingkat

9
kemiskinan di Provinsi Bali. Hasilnya menunjukkan bahwa dana perimbangan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi namun tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan pada Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali.

1
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Menurut Sugiyono (2009) jenis penelitian tingkate ksplanasinya adalah

sebagai berikut:

1. Penelitian Deskriptif

Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

nilai variabel mandiri, baik satu atau lebih (independen) tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

2. Penelitian Komperatif

Penelitian Komperatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan,

yang variabel nya sama dengan penelitian variabel mandiri tetapi yang lebih

dari satu atau dalam wakt yang berbeda.

3. Penelitian Asosiatif

Penelitian Asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel atau lebih.

Jenis penelitian yang akan digunakan penuiis dalam penelitian ini adalah

penelitian asosiatif yaitu untuk mengetahui nilai pengaruh Pendapatan Asli Daerah

Dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Daerah di Kota Banda Aceh.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi APBD Pemerintah
Kota Banda Aceh.

1
3.2.2 Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan oleh penulis adalah purposive
sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Laporan
Realisasi APBD Pemerintah Kota Banda Aceh periode 2015-2018 yaitu sebanyak
3 periode.

3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data


3.3.1 Sumber Data
Nur dan Bambang (2009: 146-147), data yang diperlukan terdiri dari:
1. Data Primer
Data primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumbemya (tidak melalui prantara)
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh penelitian
secara tidak langsung/melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
oleh pihak lain).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yaitu diperoleh dari artikel, jumal, dan penelitian-penelitian yang
dilakukan sebelumnya serta APBD Kota Banda Aceh pada tahun 2015 - 2018.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis tersusun dalam sebuah arsip
(data dokumenter) yang telah dipublikasikan. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari data eksternal yaitu data LKPD yang telah diaudit dan
dipublikasikan di Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK RI) periode 2015-2018.
Pengumpulan data serta bahan-bahan dalam penelitian ini dilakukan melalui
penelitian kepustakaan dan observasi pada LKPD yang diperoleh langsung dari
BPK RI untuk memperoleh data laporan keuangan auditan.

3.4 Operasionalisasi Variabel


Operasionaliasi Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:

Tabel 3.1
Variabel Definisi Indikator

1
Pendapatan Asli Daerah Semua hak daerah yang Total Pendapatan Asli
(X1) diakui sebagai penambah Daerah
nilai kekayaan bersih
dalam periode anggaran
tertentu.
Dana Perimbangan (X2) Dana yang bersumber Total Dana Perimbangan
dari pendapatan APBN
yang dialokasikan
kepada daerah unt uk
mendanai kebut uhan
daerah dalam rangka
pelaksanaan
desentralisasi.
Belanja Daerah (Y) Merupakan pengeluaran Total Belanja Daerah.
anggaran yang
digunakan dalam rangka
memperoleh atau
menambah aset tetap
dan aset lainnya yang
memberi manfaat lebih
dari satu periode
akuntansi serta melebihi
Batasan minimal
kapitalisasi aset tetap
atau aset lainnya yang
ditetapkan pemerintah.
Sumber: Peneliti berdasarkan berbagai teori, 2017.

1
3.5 Metode Analisis dan Rancangan Pengujian Hipotesis
3.5.1 Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan menggunakan analisis regresi linier berganda yang dapat mengukur
kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, dengan dibantu program
komputer yaitu SPSS 23 dan Microsoft Excel 2013 serta untuk membuktikan
hipotesisi yang telah dibuat maka dilakukan uji hipotesis. Persamaan regresi linier
berganda dalam penelitian ini adalah:
Rumus
𝑌 = 𝛼 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + 𝛽4𝑋4 + 𝜀

Keterangan :
Y = Belanja Daerah (BD)
X1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2 = Dana Alokasi Umum (DAU)
X3 = Dana Alokasi Khusus (DAK)
X4 = Dana Bagi Hasil (DBH)
ԑ = Error

3.5.2 Rancangan Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Hipotesis Secara Bersama (Uji F)

Uji F merupakan pengujian secara bersama-sama pengaruh variabel


independen terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan
membandingkan nilai F-hitung dengan nilai F-tabel. Apabila nilai F-hitung
lebih besar dari nilai F-tabel, maka variabel bebas bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebas.
Kesimpulan ini juga dapat dilihat dari nilai signifikan F-hitung. Bila
signifikansinya lebih tinggi dari pada tingkat keyakinan (a = 0,05) maka
seluruh variabel independen tidak punya pengaruh yang signifikan secar

1
bersama- sama terhadap variabel dependennya., begitupun sebaliknya.
Bila signifikansinya lebih kecil dari pada tingkat keyakinan (a = 0,05)
maka seluruh variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama terhadap variabel dependennya.

Ha: Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan berpengaruh


terhadap belanja Daerah diterima.

HQ : Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan tidak berpengaruh


terhadap Belanja Daerah ditolak.

2. Pengujian Hipotesis Secara Individual (Uji t)


Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara sendiri-sendiri terhadap variabel dependennya. Uji ini dilakukan
untuk membandingkan nilai t- statistik dengan nilai t-tabel. Apabila nilai
t- statistik lebih besar dari nilai t-tabel, maka variabel bebas tersebut
secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
tidak bebas. Kesimpulan ini juga dapat dilihat dari nilai signifikasi t stik
atau t- hitung. Bila signifikansinya lebih tinggi daripada tingkat keyakinan
(a = 0,05) maka variabel tersebut tidak punya pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependennya, begitu pula sebaliknya. Bila signifikasinya
lebih kecil (a = 0.05) maka variabel tersebut punya pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependennya. Tingkat signifikasi 0,05 artinya
kemungkinan besar dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai probalitas
95% atau toieransi kesalahan 5%.

Ha: Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Daerah

Ho : Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah

Ha: Dana Perimbangan berpengaruh terhadap Belanja Daerah

Ho : Dana Perimbangan tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah

1
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S., & A. Halim, (2003). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah: Studi
Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali. Simposium Nasional Akuntansi
VI, 1140-1159.
Adriani & Yasa. (2015). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan
terhadap Tingkat Pengangguran melalui Belanja Tidak Langsung pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. E-Jurnal EP Unud. Vol. 4 No. 11 : 1328-
1356
Basri, Syafril. (2013). Pengaruh Output Daerah Penerimaan Transfer dan
Desentralisasi Fiskal terhadap Penerimaan Asli Daerah Kota Pekanbaru.
Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan. Vol.3, No.8 : 165-178.
Bawono, I. R., & Novelsyah, M. (2012). Tata cara penatausahaan dan
pertanggungjawaban bendahara pada SKPD dan SKPKD, Salemba Empat.
Devita, A., Delis, A., & Junaidi, J. (2014). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Daerah
Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi, Jurnal Perspektif Pembiayaan dan
Pembangunan Daerah, 2(2), 63-70.
Dewi, Siska Puspita & Suyanto. (2014). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus
terhadap Belanja Modal pada Provinsi Jawa Tengah. Potensio. Vol. 20 No.
2 : 78- 100.
Erlina, Rambe, O.S., dan Rasdianto. (2015). Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis
Akrual Berdasarkan PP.No. 71 Tahun 2010 dan Permendagri No. 64 tahun
2013, Jakarta: Salemba Empat.
Hali, Muhammad Syafrudin. (2016). Potensi Pajak dan Retribusi Daerah Kota
Kendari. Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Vol.1 No.1 : 65-81.
Gani, W., & Kristanto, S. B. (2013). Pengaruh Dana Alokasi Umum Dan Khusus
terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota Di Pulau Sumatera,
InFestasi, 9(2), 115-122.
Ghozali, I., (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai