Anda di halaman 1dari 62

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN

PAJAK DAERAH
(STUDI KASUS PADA BADAN PENGELOLAAN PAJAK DAN
RETRIBUSI DAERAH KOTA MEDAN)

OUTLINE

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

SOPHIA BINA WANTI SIHOMBING


NPM : 190120031

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
MEDAN
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Balakang Masalah ............................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................... 6

1.3 Perumusan Masalah ................................................................................... 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8

2.1 Landasan Teori .......................................................................................... 8

2.1.1 Pengertian Pajak............................................................................... 8

2.1.2 Fungsi Pajak .................................................................................... 11

2.1.3 Jenis-jenis Pajak.............................................................................. 13

2.1.4 Syarat Pemungutan Pajak ................................................................ 15

2.1.5 Asas Pemungutan Pajak.................................................................... 17

2..2 Pajak Daerah ............................................................................................ 18

2.2.1 Pengertian Pajak Daerah .................................................................. 18

2.2.2 Prinsip Umum Pajak Daerah............................................................ 19

2.2.3 Jenis-Jenis Pajak Daerah.................................................................. 20

2.2.4 Sistem Pemungutan Pajak Daerah.................................................... 20

2.2.5 Tarif Pajak Daerah........................................................................... 21

2.3 Efektivitas................................................................................................... 26

2.3.1 Pengertian Efektivitas....................................................................... 26

2.3.2 Kriteria Capaian Efektivitas............................................................. 28

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengarugi Efektivitas................................ 29


2.3.4 Pengukuran Efektivitas..................................................................... 30

2.4 Kontribusi................................................................................................... 32

2.4.1 Pengertian Kontribusi....................................................................... 32

2.5 Pendapatan Asli Daerah (PAD).................................................................. 32

2.5.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah.................................................. 33

2.5.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah......................................... 33

2.6 Penelitian Terdahulu................................................................................... 34

2.6.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah.................................................. 34

2.6.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah......................................... 36

2.7 Penelitian Terdahulu................................................................................... 39

2.8 Kerangka Berpikir...................................................................................... 42

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 45

3.1 Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................... 45

3.2 Populasi dan Sampel .................................................................................. 45

3.2.1 Populasi............................................................................................ 45

3.2.2 Sampel.............................................................................................. 45

3.3 Operasionalisasi Variabel........................................................................... 46

3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 48

3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................. 48

3.6 Teknik Analisa Data................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pajak Air Tanah Terhadap PAD .................... 4

Tabel 2.1 Tingkat Efektivitas .......................................................................... 26

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 34


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Balakang Masalah

Pada masa sekarang ini, otonomi daerah semakin diperluas sehubungan

dengan ditetapkannya UU No 32 Tahun 2004, sehingga daerah mempunyai

kewenangan yang semakin luas dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri. Tujuan akhir otonomi daerah yaitu untuk meningkatkan daya guna dan

hasil guna penyelenggaraan pemerintah terutama dalam hal pelayanan masyarakat

dan pelaksanaan pembangunan di daerah.

Pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan dan membiayai

penyelenggaraan pemerintah selain mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat

juga menggunakan dana dari hasil daerah. Salah satu pendapatan yaitu berasal

dari hasil pajak daerah. Pajak merupakan sumber pendapatan daerah agar daerah

dapat melaksanakan otonominya yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri. Oleh karena itu, semakin besar sumber pendapatan yang

berasal daripotensi daerah dan bukan dari bantuan pemerintah pusar, maka daerah

diharapkan semakin mampu untuk lebih mensukseskan pembangunan di daerah

sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengamatkan pelaksanaan

pembangunan berbasis pada daerah (otonomi daerah). Hal ini di tandai dengan

pengalihan sejumlah wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

Otonomi daerah dimaknai sebagai hak kewenangan dan kewajiban daerah untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

1
2

Pendapatan Asli Daerah dapat dijadikan sebagai ukuran untuk melihat

prospek suatu daerah dan besarnya subsidi yang diberikan oleh pemerintah pusat

merupakan faktor yang sangat penting dalam mengukur hasil kerja pemerintah

didalam melaksanakan kebijakan daerahnya. Besaran nilai PAD di harapkan

mampu memanilisir tingkat pendanaan pemerintah daerah terhadap anggaran yang

diberikan oleh pemerintah pusat agar terciptanya otonomi daerah yang mandiri

dan juga bertanggung jawab. Tujuan pelaksanaan rencana pembangunan suatu

daerah dalam rangka mempercepat pembangunan dan juga memaksimalkan

potensi yang dimiliki. Usaha peningkatan Pajak Daerah yaitu dengan

memaksimalkan efektivitas pemungutan pajak dan iuran dengan memaksimalkan

sumber daya yang ada dan mencari aliran pendapatan yang baru yang potensial.

Pendapatan pajak daerah diharapkan dari periode-periode harus mengalami

kenaikan. Hal ini diharapkan supaya tidak adanya kesenjangan pembangunan

antar daerah. Dengan begitu pembangunan antar daerah dapat berjalan dengan

seimbang.

Efektivitas pajak daerah adalah penilaian kinerja pemungutan pajak daerah

yang dilakukan oleh otoritas pajak daerah pada satu periode anggaran, untuk

menilai apakah pemungutan pajak daerah tersebut sudah efektif atau tidak yang

dapat diketahui dengan melihat persenan pendapatan pajak daerah yang sudah

terealisasi dibanding dengan sasaran yang sudah ditentukan Apabila jumlah pajak

yang diterima sudah mencapai atau melebihi dari sasaran yang ditetapkan, maka

dikatakan efektivitas pemungutan pajaknya telah tercapai, dan sebaliknya.Jika

jumlah pajak yang diterima belum memenuhi target yang ditetapkan, maka dapat
3

dikemukakan bahwa efektivitas penerimaan pajaknya belum maksimal.

Efektivitas pajak daerah mengindikasikan kemampuan pemerintah daerah yang

menghimpun pajak daerah sesuai dengan jumlah pendapatan pajak daerah yang

sudah ditetapkan. Semakin efektif kinerja pemungutan pajak daerah, maka akan

semakin membantu pemerintah daerah daam mencapai realisasi anggaran yang

sudah ditetapkan.

Efektivitas merupakan sejauh mana keberhasilan dari suatu target yang

sudah ditetapkan pada awalnya. Sementara itu, efektivitas pajak daerah

merupakan jumlah yang ditaksir berdasrkan rasio perbandingan antara realisasi

penerimaan pajak dengan target penerimaan pajak. Apabila persentase pajak

daerah minimal 1 atau 100% maka pajak daerah dikatakan efektif, yang didapat

dari perhitungan interprestasi numerik dengan menggunakan kriteria tax

effctiveness. Semakin tinggi rasuo target yang dicapai, akan tinggi juga

efektivitasnya. Dalam hal memperoleh target efektivitas yang telah ditetapkan,

maka petugas pemungutan pajak daerah diharapkan mampu melakukan tugasnya

secara maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh (Ariyanti& Yudhaningsih,2020),

efektivitas pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah sangat efektif. Hal ini

dapat dilihat dari meningkatnya jumlah orang yang membayar pajak serta memilki

kesadaran akan kewajiban pajaknya.

Kontribusi pajak daerah merupakan seberapa jauh keterlibatan daerah

tersebut dalam mendukung PAD. Apabila kontribusi pajak daerah lancar, maka

akan lancar juga pembangunan yang akan diterima oleh daerah tersebut.

Kontribusi pajak daerah merupakan keterlibatan pajak terhadap pendapatan asli


4

daerah yang bisa dilihat berdasrkan perbandingan antara penerimaan pajak daerah

dengan total PAD pada satu tahun anggaran. Kontribusi pajak daerah turut serta

dalam peningkatan PAD dan juga berperan penting dikarenakan, jika kontribusi

pajak daerah tinggi maka akan berdampak terhadap pembangunan daerah. Dimana

fungsi dari pajak daerah diterima oleh suatu daerah adalah untuk pembangunan

daera tersebut. Dalam kontek ini, kontribusi pajak daerah berjalan dengan PAD

dengan kata lain saling ketergantungan.

Semakin tinggi kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah

maka akan tinggi juga pendapatan asli daerah, begitu pun sebaliknya. Apabila

kontribusi pajak daerah rendah terhadap pendapatan asli daerah maka akan rendah

juga pendapatan asli daerah tersebut. Dari hal tersebut, kontribusi pajak daerah

diharapkan mampu secara maksimal membantu pendapatan asli daerahnya supaya

sesuai dengan apa yang sudah ditargetkan guna membantu pembangunan

daerahnya.

Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pajak Air Tanah Terhadap PAD

TAHU JENIS TARGET PAJAK REALISASI PENYIMPA PERSENT


N PAJAK DAERAH (RP) PAJAK DAERAH NGAN ASE
DAERAH (RP) (%)

2017 Pajak Hotel 96.980.801.593,00 109.117.368.140,12 12.136.560.5 112,51


47,1
Pajak 132.215.837,083,00 150.814.834.059,11 18.598.996.9 114,06
Restoran 76,1
Pajak 38.808.417.000,00 37.725.171.779,43 (1.083.245.22 97,20
Hiburan 0,57)
Pajak 94.352.375.000,00 22.121.675.426,51 (72.230.699.5 23,44
Reklame 73,3)
Pajak 239.755.254.753,00 255.943.080.406,00 (16.187.825.6 106,75
Penerangan 53)
5

Jalan

Pajak Parkir 17.000.000.000,00 19.387.844.722,30 2.387.844.72 114,04


2,3
BPHTB 336.974.000.000,00 401.578.896.014,00 64.604.896.0 119,17
14
PBB 419.040.861.523,00 367.848.225.395,00 (51.192.636.1 87,78
28)
Pajak Air 12.000.000.000,00 12.005.984.095,13 5.984.095,13 100,04
Tanah
2018 Pajak Hotel 117.000.000.000,00 119.664.695.854,00 2.664.695.85 102,27
4
Pajak 170.000.000,000,00 172.788.503.072,00 2.788.503.07 101,28
Restoran 2
Pajak 43.000.000.000,00 43.079.908.039,00 79.908.039 100,18
Hiburan
Pajak - 8.007.733.026,00 - -
Reklame
Pajak 244.755.254.753,00 278.135.298.509,00 33.380.043.7 113,63
Penerangan 56
Jalan
Pajak Parkir 17.000.000.000,00 22.209.803.703,00 5.209.803.70 130,64
3
BPHTB 339.974.000.000,00 275.741.255.103,00 (241.743.855. 89,80
103)
PBB 454.040.861.523,00 382.408.222.844,00 (71.632.638.6 84,22
79)
Pajak Air 13.000.000.000,00 11.187.845.209,00 (1.812.154.79 86,06
Tanah 1)
2019 Pajak Hotel 140.700.000.000,00 121.142.393.806,00 (107.072.393. 86,09
806)
Pajak 204.000.000.000,00 209.883.937.066,00 (183.011.062. 102,88
Restoran 934)
Pajak 45.300.000.000,00 43.768.753.146,00 1.531.246.854 96,60
Hiburan
Pajak - - - -
Reklame
Pajak 288.821.952.000,00 294.962.540.702,00 6.140.588.702 102,12
Penerangan
Jalan
6

Pajak Parkir 30.000.000.000,00 26.569.809.962,00 (3.430.190.03 88,56


8)
BPHTB 370.085.122.322,00 302.724.851.911,00 (67.360.270.4 81,79
11)
PBB 515.795.969.214,00 448.918.810.711,00 (66.877.158.5 87,03
03)
Pajak Air 16.850.343.250,00 10.345.094.428,00 (6.505.248.82 61,39
Tanah 2)
2020 Pajak Hotel 70.247.640.000,00 56.205.691.378,00 (14.041.948.6 80,01
22)
Pajak 180.000.000,000,00 138.477.531.250,00 (14.041.948.6 76,93
Restoran 22)
Pajak 45.300.000.000,00 14.648.947.982,00 (30.651.052.0 45,03
Hiburan 18)
Pajak - - - -
Reklame
Pajak 300.000.000.000,00 280.282.891.169,00 (19.717.108.8 34,27
Penerangan 31)
Jalan
Pajak Parkir 17.184.801.000,00 14.119.016.934,00 (3.065.784.06 82,15
6)
BPHTB 280.000.000.000,00 246.199.574.457,00 (33.800.425.5 87,92
43)
PBB 444.600.000.000,00 415.999.704.894,00 (28.600.295.1 93,56
06)
Pajak Air 9.300.000.000,00 9.788.416.995,00 488.416.995 105,25
Tanah
2021 Pajak Hotel 101.142.393.807,00 56.205.691.378,00 (44.936.702.4 55,57
29)

Pajak 250.859.144,795,00 138.477.531.250,00 (112.381.613. 55,20


Restoran 545)
Pajak 27.397.852.130,00 14.648.947.982,00 (12.748.904.1 53,46
Hiburan 48)
Pajak 40.159.473.128,00 45.290.634.863,00 5.131.161.735 112,77
Reklame
Pajak 323.265.546.288,00 280.133.985.498,00 (43.131.560.7 86,65
Penerangan 90)
Jalan
Pajak Parkir 30.375.188.357,00 14.703.493.625,00 (15.671.694.7 48,40
32)
BPHTB 360.133.579.698,00 342.788.402.654,00 (17.345.177.0 95,18
7

38)
PBB 550.256.632.325,00 525.768.649.329,00 (24.487.982.9 95,54
96)
Pajak Air 10.345.094.428,00 10.457.925.743,00 112.831.3158 101,09
Tanah
Sumber : Badan Pendapatan Kota Medan,2022

Dari tabel 1.1 di atas dapat kita lihat bahwa data menunjukkan bagaimana

data target dan realisasi penerimaan Pajak Daerah pada BAPENDA Kota Medan.

Pada tahun 2017 realisasi pendapatan dari Pajak Reklame tidak mencapai target.

Realisasinya hanya sebesar Rp 22.121.675.426,51 sementara target yang telah di

tetapkan BAPENDA Kota Medan sebesar diterima sebesar Rp 94.352.375.000,00,

sehingga persentase capaian kinerja hanya 23,44%. Pada tahun 2017 realisasi

pendapatan dari Pajak PBB tidak mencapai target. Realisasinya hanya sebesar Rp

367.848.225.395,00 sementara target yang telah di tetapkan BAPENDA Kota

Medan sebesar diterima sebesar Rp 419.040.861.523,00, sehingga persentase

capaian kinerja hanya 87,78%. Pada tahun 2018 hanya Pajak Hotel, Pajak

Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir yang mencapai

target selebihinya Penerimaan Pajak lainnya tidak mencapai target. Pada tahun

2019 hanya Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan yang mencapai target

selebihinya Penerimaan Pajak lainnya tidak mencapai target. Pada tahun 2020

hanya Pajak Air Tanah yang mencapai target selebihinya Penerimaan Pajak

lainnya tidak mencapai target karena covid 19, Pada tahun 2021 realisasi Pada

tahun 2021 hanya Penerimaan pajak Reklame, BPHTB, PBB, Pajak Air Tanah

yang mencapai target selebihinya Penerimaan Pajak lainnya tidak mencapai target

karena keadaan covid 19.


8

Secara umum kurangnya realisasi penerimaan pajak air tanah

dimungkinkan oleh beberapa hal, seperti rendahnya kemampuan otoritas pajak

dalam menjangkau wajib pajak. Kurang memadainya sumber daya manusia di

otoritas pajak, baik dari sisi jumlah dan kemampuan integritas yang buruk.

Lemahnya perencanaan, implementasi dan pengawasan di otoritas pajak, tekanan

krisis ekonomi global yang berdampak pada pelemahan pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Sedangkan objek pajak air tanah adalah pengambilan dan pemanfaatan

air tanah. Pengambilan atau pemanfaatan air tanah yang digunakan oleh orang

pribadi atau badan untuk berbagai keperluan, antara lain konsumsi perusahaan,

perkantoran dan rumah tangga. Pajak Air Tanah yang terutang dipungut daerah

tempat air tanah berlokasinya. Besarnya pokok pajak air tanah yang terutang

dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak air tanah paling tinggi 20%.

Melihat begitu pentingnya kontribusi pajak air tanah terhadap pendapatan

asli daerah, oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul :

“ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK

AIR TANAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN

PENGELOLA PAJAK RETRIBUSI DAERAH KOTA MEDAN.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitan ini adalah tidak tecapainya

penerimaan target yang mempengaruhi tingkat efekivitas dan kontribusi

penerimaan pajak air tanah terhadap PAD badan pengelolaan pajak dan retribusi

daerah.
9

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi Masalah yang telah di uraikan, rumusan masalah

yang akan dibahas adalah “ Apakah Penerimaan Pajak Air Tanah Di Kota Medan

sudah efektif dan seberapa besar tingkat kontribusinya terhadap sumber

Pendapatan Asli Daerah pada Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Untuk mengetahui tingkat efektivitas Pajak Air Tanah terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kota Medan, melihat seberapa besar tingkat kontribusi

penerimaan Pajak Air Tanah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Medan.

1.5 Manfaat Bagi Penuliis

a. Manfaat Bagi Penulis

1. Untuk menambah ilmu pengetahuan, memperluas cara berpikir

penulis serta melatih kemampuan dalam melakukan dalam

melakukan observasi lapangan

2. Dapat mengetahui proses pemungutan pajak air tanah di sektor

daerah khususnya Pajak Air Tanah.

b. Manfaat Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis Sebagai

referensi untuk penelitian yang berkaitan tentang proses pemungutan pajak

air tanah dikemudian hari.

c. Manfaat Bagi Badan Pengelola Dan Retribusi Daerah Kota Medan


10

Untuk membantu sosialisasi dan penyuluhan dalam pelaksanaan

pemungutan pajak air tanah sekaligus meningkatkan kesadaran wajib

pajak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasakan Undang-Undang

sehingga dapat dipaksakan dengan iada mendapat balasan jasa secara langsung.

Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya

produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.

Menurut Rachmat Sumitro Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas

Negara yakni peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sektor pemerintah

berdasarkan Undang.Undang. dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa

timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai

pengeluaran umum. (Mardiasmo 2013:1).

Menurut Adriani berpendapat bahwa pajak dapat didefenisikan sebagai

iuran kepada Negara yang dapat dipaksa, yang terutang oleh wajib pajak yang

membayarnya menurut peraturan yang berlaku dengan tidak mendapat imbalan

kembali yang dapat ditunjuk scara langsung. (Yuliana dkk, 2011:1).

Berdasarkan Undang-Undang Indonesia No 28 Tahun 2009 tentang

perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No 34 Tahun 2000 tentang

pajak dan retribusi daerah, pajak daerah adalah “Iuran wajib yang dilakukan oleh

7
8

orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang

yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,


8

yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan

pembangunan daerah “Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut, ardiasmo (2013:1):

1. Iuran dari rakyat kepada Negara

Yang berhak memungut pajak adalah Negara, iuran tersebut berupa

uang bukan barang.

2. Berdasarkan Undang-Undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta

aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara secara langsung

dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan

adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-

pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.2 Prinsip Umum Pajak Daerah

Kemandirian suatu daerah sangat ditentukan oleh upaya daerah

dalam menggali dan meningkatkan sumber-sumber keuangan sendiri.

Salah satu masalah yang dihadapi daerah dalam meningkatkan Pendapatan

Asli Daerah adalah kelemahan dalam pengukuran atau penilaian atas

pungutan daerah. Untuk mendukung upaya-upaya peningkatan Pendapatan

Asli Daerah perlu diadakan pengukuran atau penilaian dan penetapan

kriteria-kriteria penetapan sumber-sumber pendapatan asli daerah

khususnya pajak daerah dan retribusi daerah agar dapat dipungut secara
9

berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi faktor produksi dan

keadilan. Prinsip dan kriteria perpajakan daerah tidak jauh berbeda dengan

kriteria pajak secara umum yang memungutnya adalah pemerintah pusat,

sedangkan pajak daerah yang memungutnya adalah pemerintah daerah.

a. Fungsi Budgeter (Fungsi Anggaran)

Sebagai sumber pendapatan Negara, pajak berfungsi untuk membiayai

pengeluaran Negara, untuk menjalankan tugas rutin Negara dan

melaksanakan pembangunan Negara membutuhkan biaya, biaya ini

dapat diperoleh dari penerimaan pajak, pajak tersebut digunakan

untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,

pemeliharaan, dan lain sebagainya, untuk pembiayaan pembangunan,

uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun

harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang

semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

Contoh : Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk

mengurangi komsumsi minuman keras.

b. Fungsi Regulerend (Fungsi Mengatur)

Pemerintah biasa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui

kebijaksanaan pajak dengan fungsi mengatur, pajak biasa digunakan

sebagai alat untuk mencapai tujuan, contohnya dalam rangka

menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri

diberikan berbagai fasilitas keringanan pajak dalam rangka


10

melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk

yang tinggi untuk produk luar negeri.

Contoh : Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah

untuk mengurangi gaya hidup komsuntif, tarif pajak untuk ekspor

sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia dipasaran

dunia.

c. Fungsi Redistribusi

Pendapatan pajak yang sudah dipungut oleh Negara akan digunakan

untuk membiayai semua kepentingan umum termasuk juga untuk

membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja

yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

d. Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak pemerintah memiliki dana untuk menjalankan

kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi

dapat dikendalikan, hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan

mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak,

penggunaan pajak yang efektif dan efisien. Fungsi Redistribusi

Pendapatan Pajak yang sudah dipungut oleh Negara akan digunakan

untuk membiayai semua kepentingan umum termasuk juga untuk

membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja

yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.1.3 Jenis-Jenis Pajak


11

Dalam berbagai literatur ilmu keuangan Negara dan pengantar ilmu

hukum pajak terdapat perbedaan atau penggolongan pajak serta jenis-jenis

pajak. Perbedaan pembagian atau penggolongan tersebut didasarkan pada

suatu kriteria, seperti siapa yang membayar pajak, apakah beban pajak

dapat dilimpahkan kepada pihak lain, siapa yang memungut, serta sifat-

sifat yang melekat pada pajak yang bersangkutan.

Berikut ini adalah pembagian jenis pajak berdasarkan kriteria

diatas (Diaz Priantara, 2016):

a. Pajak Berdasarkan Sifatnya:

1. Pajak Langsung

Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung

sendiri oleh wajib pajak yang besangkutan dan tidak dapat dialihkan

kepada pihak lain.

contoh: Pajak penghasilan dibayar atau ditanggung oleh pihak-pihak

tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut.

2. Pajak Tidak Langsung

Pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeserkan kepada pihak

lain sehingga sering disebut pajak tidak langsung.

contoh: Pajak Pertambahan Nilai, Bea Materai, Bea Balik Nama.

b. Pajak Berdasarkan Lembaga Institusi Pemungutan

1) Pajak Pusat / Pajak Negara


12

Pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat

yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui

Direktorat Jenderal Pajak. Pajak pusat diatur dalam undang-undang

dan hasilnya akan masuk ke Anggaran Pendapatan dan hasilnya

akan masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Pajak pusat/pajak Negara yang berlaku saat ini adalah sebagai

berikut :

a. Pajak penghasilan diatur dalam Undang-Undang No 7 Tahun

1983, sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-

Undang No 7 Tahun 1991, Undang-Undang No 7 Tahun

2000, dan terakhir dengan Undang-Undang No 36 Tahun

2008.

b. Pajak Bumi dan Bangunan diatur dalam Undang-Undang No

12 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan

Undang-Undang No 12 Tahun 1994.

c. Bea Materai diatur dalam Undang-Undang No 13 Tahun

1985

d. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Diatur dalam Undang-Undang No 20 Tahun 1997

sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No

20 Tahun 2000.

e. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Barang Mewah di

dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1983 sebagaimana telah


13

diubah dengan Undang-Undang No 11 Tahun 1994,

selanjutnya Undang-undang No 18 Tahun 2000 dan terakhir

dengan Undang-Undang No 42 Tahun 2009.

Contoh: Pajak Air Permukaan

2.1.4 Asas Pemungutan Pajak

Asas merupakan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alas dasar atau

tumpuan untuk menjelaskan suatu permasalahan. Lazimnya suatu pemungutan

pajak itu harus dilandasi dengan asas-asas yang merupakan ukuran untuk

menentukan adil atau tidaknya suatu pemungutan pajak.

Pajak itu harus dilandasi dengan asas-asas yang merupakan ukuran untuk

menentukan adil atau tidaknya suatu pemungutan pajak.

1) Asas Persamaan (Equity)

Pemungutan pajak yang dilkukan oleh Negara harus sesuai dengan

kemampuan dan penghasilan wajib pajak (ability to payment), Negara

tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak. Tidak

diwajibkan bagi Wajib Pajak yang tidak mampu membayar pajak.

Keadilan di sini mengacu kepada konsep penerimaan dan pengobanan

yakni jika kita membayar pajak kepada Negara maka Negara akan

memberikan manfaat kepada warganya walaupun timbal balik tersebut

tidak dapat diberikan secara langsung.

2) Asas Kepastian (Certainty)


14

Pajak dipungut secara pasti tanpa kesewenang-wenangan dalam arti

melakukan pemungutan pajak harus dilakukan berdasarkan Undang-

Undang. Pajak bukanlah suatu asumsi namun pajak adalah suatu

kepastian sehingga dalam memunggutnya harus terdapat kepastian

berapa yang harus dipungut dan dibayar oleh Wajib Pajak serta harus

pasti pula ketentuan dan undang-undang sebagai hukum pelaksanaan

pemungutan ini. Terdapat kepastian berapa yang harus dipungut dan

dibayar oleh wajib pajak serta harus pasti pula ketentuan dan undang-

undang sebagai hukum pelaksanaan pemungutan ini.

3) Asas Efesiensi (Low cost of collection)

Asas ini bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban

pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula

beban yang ditanggung wajib pajak. Jangan sampai terjadi biaya

pemungutan pajak yang timbul nilainya lebih besar dari pada hasil

pemungutan pajaknya.

4) Asas Menyenangkan (conveniency of payment)

Asas ini disebut pula asas kesenangan, dimana pemungutan pajak harus

dilakukan pada saat yang tepat dan pada saat yang tidak menyulitkan

bagi wajib pajak. Sebagai contoh pada saat Wajib Pajak menerima

penghasilan atau menerima hadiah, pada saat itulah saat yang tepat

untuk memungut pajak darinya dimana sistem pemungutan ini disebut

pay as you earn.


15

2.1.5 Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau

perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat Mardiasmo

(2013:2-3) yaitu:

1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang

dan pelaksanaan pemungutan pajak harus adil. Adil dalam perundang-

undangan diantaranya menjalankan pajak secara umum dan merata, serta

efisien dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan adil dalam

pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk

penundaan dalam pembayaran dan mengajuan banding terhadap Majelis

Pertimbangan Pajak.

2. Pemungutan pajak berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)

Indonesia memiliki aturan pajak didalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2 ayat

2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk mengemukakan keadilan

kepada negara maupun warganya.

3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)

Pengambilan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi

maupun perdagangan, sehingga tidak mengakibatkan kemerosotan

perekonomian masyarakat.

4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansil)

Sesuai budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga

lebih rendah dari hasil pemungutannya.


16

5. Sistem pemungutan pajak sederhana

Sistem pemungutan sederhana akan memudahkan dan memajukan

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Syarat ini telah

dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.

2.2 Pajak Daerah

2.2.1 Pengertian Pajak Daerah

Pajak berdasarkan Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 “Pajak

adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Menurut

Rochmat Soemitro, menyatakan Pajak adalah iuran rakyat kepada kas

Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan

tiada mendapat jasa imbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Menurut S.J Djajadiningrat, “Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan

sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan

sebagai hukuman, menurut peraturan yangditetapkan pemerintah serta


17

dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara

langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum”.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak

memiliki unsur-unsur (Mardiasmo 2016):

1. Iuran rakyat kepada negara, yaitu yang berhak memungut pajak

hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2. Berdasarkan undang-undang, yaitu pajak dipungut berdasarkan atau

dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung

dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni

pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.2.2 Prinsip Umum Pajak Daerah

Kemandirian suatu daerah sangt ditentukan oleh upaya daerah

dalam menggali dan meningkatkan sumber-sumber keuangan sendiri.

Salah satu masalah yang dihadapi daerah dalam meningkatkan Pendapatan

Asli Daerah adalah kelemahan dalam pengukuran atau penilaian atas

pungutan daerah. Untuk mendukung upaya-upaya peningkatan Pendapatan

Asli Daerah perlu diadakan pengukuran atau penilaian dan penetapan

kriteria-kriteria penetapan sumber-sumber pendapatan asli daerah

khususnya pajak daerah dan retribusi daerah agar dapat dipungut secara
18

berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi faktor produksi dan

keadilan. Prinsip dan kriteria perpajakan daerah tidak jauh berbeda dengan

kriteria pajak secara umum yang memungutnya adalah pemerintah pusat,

sedangkan pajak daerah yang memungutnya adalah pemerintah daerah.

2.2.3 Jenis-jenis Pajak Daerah

Sesuai dengan pembagian administrasi daerah, menurut Undang-Undang No

28 Tahun 2009, pajak daerah digolongkan menjadi dua macam yaitu :

1. Pajak Provinsi terdiri dari :

1. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), adalah pajak atas kepemilikan

dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor

adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang

digunakan disemua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan

teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk

mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak

kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat

dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan

motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan

bermotor yang dioperasikan di air.

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KM ), adalah pajak

atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat

perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang


19

terjadi karena jual beli, tuka menukar, hibah, warisan, atau

pemasukan ke dalam badan usaha.

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB), adalah jenis

bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan

bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor yang dimaksud adalah

semua jenis bahan bakar baik yang cair maupun gas yang

digunakan untuk kendaraan bermotor. Pajak PBB-KB ini di pungut

atas bahan bakar kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang

digunakan untuk kendaraan yang beroperasi diatas air.

4. Pajak Air Permukaan, adalah pajak atas pengambilan dan/atau

pemanfaatan air permukaan. Pengambilan dan/atau pemanfaatan

air tanah yang dilakukan dengan cara penggalian, pengeboran atau

dengan membuat bangunan untuk dimanfaatkan airnya dan/atau

tujuan lainnya. Pajak Air Tanah didapat dengan melakukan

pencatatan terhadap alat pencatatan debit untuk mengetahui

volume air yang diambil dalam rangka pengendalian air tanah dan

penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah.

5. Pajak Rokok, adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut

oleh pemerintah. Pajak Rokok merupakan pungutan atas cukai

rokok yang dipungut oleh pemerintah pusat. Objek pajak dari

Pajak Rokok adalah jenis rokok yang meliputi sigaret, cerutu, dan

rokok dau. Konsumen rokok telah otomatis membayar pajak rokok

karena wajib pajak membayar Pajak Rokok bersamaan dengan

pembelian pita cukai. Wajib Pajak yang bertanggung jawab


20

membayar pajak adalah pengusaha pabrik rokok/produsen dan

importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor Pokok

Pengusaha kena Cukai.

2. Jenis pajak provinsi bersifat limitatif yang berarti provinsi tidak dapat

memungut pajak lain yang ditetapkan. Adanya jenis pajak yang dipungut oleh

provinsi terkait dengan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom yang

terbatas hanya meliputi kewenangan dalam bidang pemerintah yang bersifat

lintas daerah. Namun, dalam pelaksanaannya provinsi tidak dapat memungut

jenis pajak yang telah ditetapakan tersebut jika dipandang hasilnya tidak

memadai (Prawoto, 201:470).

2.Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari :

a. Pajak Hotel merupakan dana/iuran yang dipungut atas penyedia jasa

penginapan yang disediakan sebuah badan usaha tertentu yang jumlah

ruang/kamarnya lebih dari 10. Objek pajak dari pajak hotel adalah setiap

pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel, sedangkan subjek

pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran

atas pelayanan hotel.

b. Pajak Restoran merupakan pajak yang dikenakan atas pelayanan yang

disediakan oleh restoran. Objek pajak dari pajak restoran adalah setiap

pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran sedangkan

subjek pajak dari pajak restoran adalah terdiri dari orang pribadi atau

badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran, wajib pajak

restoran adalah pengusaha restoran dan tarif yang ditetapkan sebesar 10%.
21

c. Pajak Hiburan merupakan pajak yang dikenakan atas jasa pelayanan

hiburan yang memiliki biaya atau ada pemungutan biaya di dalam nya.

Objek pajak dari pajak hiburan adalah semua penyelenggaraan hiburan

Sedangkan Subjek pajak dari pajak hiburan adalah orang pribadi atau

badan yang menonton atau menikmati hiburan.

d. Pajak Reklame merupakan pajak yang diambil/dipungut atas benda, alat,

perbuatan atau media yang bentuk dan coraknya diranjang untuk tujuan

komersial agar menarik perhatian umum. Objek pajak dari pajak reklame

adalah penyelenggara reklame Sedangkan Subjek pajak dari pajak reklame

adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau memesan

reklame.

e. Pajak Penerangan Jalan merupakan pajak yang dipungut atas penggunaan

tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun sumber lain.

f. Pajak Parkir merupakan pajak yang dipungut atas pembuatan tempat parkir

diluar badan jalan, baik berkaitan dengan pokok usaha atau sebagai sebuah

usaha penitipan/ kendaraan.

g. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan merupakan pajak perolehan

hak atas tanah dan bangunan merupakan pajak yang dikenakan atas

perolehan tanah dan bangunan oleh orang pribadi atai badan tertentu,

misalnya melalui transaksi jual-beli, tukar menukar, hibah, waris, dll.

h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkantoran merupakan pajak

yang dikenakan atas bumi atau bangunan yang dimiliki, dikuasai , atau

dimanfaatkan.
22

i. Pajak Air Tanah merupakan pajak yang dikenakan atas pengguna air tanah

untuk tujuan komersial.

Jenis pajak kabupaten/kota tidak bersifat limitatif, artinya

kabupaten/kota diberi peluang untuk menggali potensi sumber-sumber

keuangannya selain yang ditetapkan dalam UU No. 28 Tahun 2009 dengan

menetapkan sendiri jenis pajak yang bersifat spesifik sepanjang memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang tersebut. Besarnya tarif

definitif untuk pajak kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan daerah,

namun tidak boleh tinggi dari tarif maksimum yang telah ditetapkan dalam

Undang-Undang.

Dalam ketentuannya, daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak

yang telah ditetapkan baik pajak provinsi maupun pajak kabupaten/kota. Jenis

pajak tersebut tidak dapat dipungut apabila potensinya kurang memadai dan

disesuaikan dengan kebijakan daerah yang ditetapkan dalam peraturan daerah

khusus untuk daerah yang setingkat dengan provinsi tetapi tidak terbagi dalam

daerah kabupaten atau kota otonom, jenis pajak yang dapat dipungut mereka

gabungan dari pajak daerah provinsi dan pajak untuk daerah kabupaten/kota.

Dalam pemungutan pajak daerah, terdapat dua istilah yang sering

disamakan tetapi memiliki pengertian yang berbeda, yaitu subjek pajak dan wajib

pajak. Subjek pajak merupakan orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan

pajak daerah. Sementara itu, wajib pajak adalah orang pribadi yang menurut

peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan

pembuatan pajak yang terutang termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu.

Oleh sebab itu, seseorang atau badan yang telah menjadi wajib pajak apabila telah
23

ditentukan oleh penelitian daerah untuk melakukan pembayaran pajak (Siahaan,

2005:56).

Pajak sangat berperan penting dalam meningkatkan pendapatan lokal

mampu negara itu sendiri. Dampak yang muncul dari pajak adalah dapat menjadi

sumber pendanaan bagi pemerintah daerah dan juga dapat mengalokasikan pajak

tersebut untuk membangun layanan masyarkat di daerah tersebut (Kusuma, 2013).

2.2.4 Sistem Pemungutan Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 menetapkan

bahwa system pemungutan pajak untuk setiap Pajak Daerah adalah:

a. Sitem pemungutan pajak daerah. Pemungutan Pajak

Daerah ini menggunakan tiga sistem pemungutan pajak

yaitu dipungut Pajak Daerah, dibayar sendiri oleh wajib

pajak, ditetapkan oleh kepala daerah.

b. Pemungutan pajak daerah dimungkinkan kerjasama

dengan pihak ketiga dalam proses pemungutan pajak

sepertipercetakan formulir perpajakan, pengiriman

surat-surat kepada wajib pajak, penghimpunan data

objek dan subjek pajak.

c. Untuk wajib pajak sesuai dengan ketetapan kepala

daerah maupun yang dibayar sendiri oleh wajib

pajakdiantaranya: diterbitkan Surat Tagihan Pajak

Daerah (STPD), Surat Keputusan Pembetulan, Surat

Keputusan Keberatan.
24

2.2.5 Tarif Pajak Air Tanah

Menurut Undang-undang No 28 Tahun 2009 telah ditentukan

besaran tarif pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk masing-

masing jenis pajak daerah. Tarif pajak daerah yang diatur paling untuk

setiap jenis pajak yaitu :

Tabel 2.1 Tarif Pajak Menurut Undang-Undang Pemerintah

2.3 Pendapatan Asli Daerah

2.3.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah diperjelas Pasal 1

ayat 28 meneyebutkan pendapatan asli daerah (PAD) yaitu :” Pendapatan

asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut

berdasarkan peraturan daerah (perda) sesuai dengan perundang-

undangan”. Sedangkan menurut PP RI No.58 Tahun 2005 tentang

pengelolaann keuangan daerah, pendapatan daerah adalah hak pemerintah

yang diakui sebagai nilai kekayaan bersih.

Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diperoleh

daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerag bersumber dari

pajak daerah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-

lain PAD yang sah. Pendapatan Asli Daerah ini mencerminkan tingkat
25

kemandirian suatu daerah. Semakin tinggi PAD nyam aka semakin tinggi

tingkat kemandirian dalam suatu daerah

Tingkat ekonomi dan pendapatan masyarakat di suatu daerah

merupakan cerminan dari pendapatan asli daerah, untuk itu perlu adanya

kiat-kiat bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan potensi masyarakat

dalam pengelolaan sumber-sumber pendapatan masyarakat. Meningkatnya

pendapatan masyarakat jelas mempengaruhi perubahan ekonomi dan

kesejahteraan sekaligus menambah pendapatan asli daerah, peningkatan

pendapatan asli daerah tentunya tidak terlepas dari kemampuan

pemerintah dalam membina masyarakat dan unsur swasta dalam

mewujudkan berbagai bidang usaha untuk selanjutnya dapat memberikan

masukan terhadap daerah (Fitriana,2014:1879).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat penting bagi sumber

pembiayaan dan sebagai tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah.

Sehingga untuk melaksanakan otonomi daerah, pemerintah harus dapat

mengidentifikasi sektor-sektor yang dinilai potensial sebagai pendorong

pembangunan daerah, terutama memaksimalkan PAD (Sunanto,2015:4).

Suriadinata (1994:10) menyatakan bahwa untuk memproleh target

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang telah dipertanggung jawabkan,

penyusunannya perlu memperhitungkan berbagai faktor-faktor, antara

lain :

a. Realisasi penerimaan pendapatan dari tahun anggaran yang lalu

dengan memperhatikan faktor pendukung yang menyebabkan


26

tercapainya realisasi tersebut serta faktor-faktor

penghambatnya.

b. Kemungkinan pencarian tunggakan tahun-tahun selanjutnya

yang diperkirakan dapat ditagih.

c. Data potensi objek dan estimasi perkembangan perkiraan.

d. Kemungkinan adanya perubahan penyesuaian tarif dan

penyempurnaan sistem pungutan.

e. Keadaan sosial ekonomi dan tingkat kesadaran masyarakat

selaku wajib bayar.

f. Kebijakan di bidang ekonomi dan moneter.

2.3.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2014 sumber-sumber pendapatan

asli daerah yaitu :

1. Pendapatan Asli Daerah

a. Hasil Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah

(baik pemerintah TK I maupun pemerintah daerah TK II dan hasil

dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pemungutan

daerah (APBD) . Jadi pajak yang dilakukan daerah sesuai dengan

peraturan yang ditetapkan oleh daerah untuk mengelola dan

membangun rumah tangganya.

b. Hasil Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran

pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik

daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh
27

daerag baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan pungutan

daerah sebagai pembayaran atau jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan. Jadi menurut penulis retribusi

adalah pungutan yang dilakukan suatu daerah atas jasa atau izin yang

telah diberikan pemerintah daerah.

c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengellaan

kekayaan daerah yang dipisahkan adalah hasil pendapatan yang dapat

berupa dana pembangunan daerah dan merupakan bagian untuk

anggaran balanja daerah yang di setor ke kas daerah. Hasil perusahaan

milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya

dipisahkan antara lain :bagian laba, deviden dan penjualan saham milik

daerah.

d. Pendapatan daerah lain yang sah berupa jasa giro, penjualan asset tetap

daerah, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai rupiah terhadap

mata uang asing, komisi, potongan, dan bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah.

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara pusat dan daerah pasal 1 angka 19 yaitu

“Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam


28

rangka pelaksanan desentralisasi”. Tujuan dari dana perimbangan yaitu

untuk mengurangi kesenjangan pada bagian fiskal yang terjadi antara

pemerintah dan pemerintah daerah. UU No. 23 Tahun 2014 Pasal 159

sampai Pasal 162 menyebutkan bahwa dana perimbangan terdiri dari :

a. Dana Bagi Hasil

b. Dana Alokasi Umum ( DAU )

c. Dana Alokasi Khusus ( DAK )

3.Pinjaman Daerah

a. Dari dalam negeri bersumber dari pusat, Lembaga keuangan bank,

Lembaga keuangan bukan bank, dan masyarakat.

b. Dari luar negeri dapat berupa Pinjaman bilateral atau pinjaman

multiteral.

4.Pendapatan Asli Daerah Lainnya yang Sah

Sesuai dengan pasal 6 dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004,

tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah,

pendapatan daerah yang sah meliputi :

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.

b. Jasa Giro

c. Pendapatan Bunga
29

d. Keuntungan selisih nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata

uang asing, komisi potongan atau bentuk lain dari penjualan dan

pengadaan barang atau jasa oleh daerah.

2.4 Efektivitas

2.4.1 Pengertian Efektivitas

Pada dasarnya pengertian yang umum menunjukkan pada tarif

tercapainya hasil. Senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien,

meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efisien

menekankan pada hal yang dicapai, sedangkan efisinsi lebih melihat pada

bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan

antara input dan outputnya. Istilah efektife (effective) dan efisien (efficient)

merupakan dua istilah yang saling berkaitan dan patut dihayati dalam

upaya untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Efektivitas adalah tingkat

keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasaran. Efektivitas ini

sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup

berbagai faktor didalam maupun diluar diri seorang. Dengan demikian

efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, tetapi juga

dapat dilihat dari sisi persepsi atau sikap individu. Terdapat beberapa

pendapat lain mengenai teori ke efektivitas, yakni :

1. Sondang P. Siagian memberikan definisi sebagai berikut : Efektivitas

adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah

tetentu yang secara sadar ditetapan sebelumnya untuk menghasilkan

sejumlah barang 17 Ns Roymond H. Simamora. M.Kep, Buku Ajar


30

Pendidian Dalam keperawatan. (Jakarta, Buku Kedokteran EGC,2008),

h.31 21 atas jasa kegiatan yang dijalankannya, efektivitas menunjukkan

keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan.

Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi

efektivitasnya.

2. Abdurahmat (2003:92) efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya,

sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar di

tetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat

pada waktunya 3. Hidayat yang menjelaskan bahwa : efektivitas adalah

suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas,kualitas,dan waktu) telah tercapai, dimana makin besar

presentase yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.

Efektivitas secara umum menunjukkan bahwa sampai seberapa jauh

tercapainya suatu tujuan yang sebelumnya ditentukan terlebih dahulu. Efektivitas

selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang

sesungguhnya tercapai. Semakin besar hasil yang dicapai, maka semakin besar

pula tingkat efektivitasnta dan sebaliknya (Nurmalasari,2014).

Tingkat efektivitas digolongkan ke dalam beberapa kategori sebagai

berikut:

Tabel 2.1
Tingkat Efektivitas
Rasio Efektivitas (100%) Kriteria

>100% Sangat Efektif

90%-100% Efektif
31

80%-90% Cukup Efektif

60%-80% Kurang Efektif

<60% Tidak Efetif

Sumber: Munir dkk

2.4.2 Kriteria Capaian Efektivitas

Efektivitas adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau

sasaran. Efektivitas ini sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas

mencakup berbagai faktor didalam maupun diluar diri seorang. Ada beberapa

kriteria untuk capaian dari efektivitas antara lain:

a. Pencapaian Tujuan

Keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai proses.

Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin,

diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-

bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodesasinya. Pencapaian

tujuan terdiri dari beberapa faktor yakni, karena waktu dan sasaran yang

merupakan target kongkrit.

b. Intergrasi

Pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu oganisasi untuk

mengadakan sosialisasi, pengembangan konsesus dan komunikasi

dengan berbagai macam organisasi lainnya. Intergrasi menyangkut

proses sosialisasi.

c. Adaptasi
32

Kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan

pengisian tenaga kerja.

2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

Ada 3 faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti yang

dikemukakan oleh Richard M. Steers dalam bukunya yang berjudul

Efektivitas Organisasi, yaitu:

a. Karakteristik Organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi

yang dapat mempengaruhi segi-segi tertenntu dari efektivitas dengan

berbagai cara. Yang dimaksud stuktur adalah hubungan yang relatif

tepat sifatnya, seperti dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan

susunan sumber daya manusia, struktur meliputi bagaimana cara

organisasi menyusun orang-orangnya dalam menyelesaikan pekerjaan,

sedangkan yang dimaksud teknologi adalah mekanisme suatu organisasi

untuk mengubah masukan mentah menjadi keluaran (output).

b. Karakteristik Lingkungan aspek lingkungan luar dan lingkungan dalam

juga telah dinyatakan mempunyai pengaruh terhadap efektivitas kerja.

Kedua aspek tersebut sedikit berbeda, namun saling berhubungan.

Lingkungan luar yaitu semua kekuatann yang timbul di luar batas-batas

organisasi dan mempengaruhi keputusan serta tindakan didalam

organisasi. Pengaruh faktor semacam ini terhadap dinamika organisasi

pada umumnya dianggap meliputi derajat kestabilan yang relatif dari

lingkungan, derajat kompleksitas lingkungan dan derajat ketidak


33

pastian lingkungan. Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan

tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan.

c. Karakteistik Pekerja pada kenyataannya para anggota organisasi

merupakan faktor pengaruh yang paling karena perilaku merekalah

yang dalam jangka panjang akan mempelancar atau merintangi

tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber daya yang

langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang

ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat

berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pekerja merupakan

modal utama didalam organisasi yang akan berpengaruh besar terhadap

efektivitas, karena walaupun teknologi yang digunakan merupakan

teknologi yang canggih dan didukung oleh adanya struktur yang baik,

maupun tanpa adanya pekerja maka sesuai itu tidak ada gunanya.

2.4. 4 Pengukuran Efektivitas

Halim (2014:130) menyatakan efektivitas adalah ukuran berhasil

tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila informasi

berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah

berjalan efektif.

Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan

dampak dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program.


34

Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap

pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin

efektif proses kerja suatu unit organisasi (Mardiasmo, 2017:134).

Efektvitas tidak menyatakan tentang seberapa besar biaya yang di

keluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Rumus sebagai berikut :

Realisasi Pajak Air Tanah


Efektivitas= x 100 %
Target Pajak Air

Tahun Target Realisasi %

2017 12.000.000.000,00 12.194.446.003,96 00,42%

2018 13.000.000.000,00 11.382.353.996,00 86,06%

2019 16.850.343.250,00 10.425.740.594,00 61,39%

2020 9.300.000.000,00 9.926.094.274,00 05,25%

2021 10.345.094.428,00 10.627.455.396,00 14,27%

12.194 .446 .003,96


E fektivitas 2017= x100%
12.000.000.000 ,00
=0,99950157397x100%
=99,95%
11.382.353 .996,00
Efektivitas 2018= x100%
13.000.000.000 ,00
=1,14211875721x100%
=14,21%
10.425.740 .594,00
E fektivitas 2019= x100%
16.850.343.250 ,00
= 1,61622506316 x100%
= 6 1,62%
9.926 .094 .274,00
Efektivitas 2020= x100%
9.300.000.000 ,00
=0,93692440786x100%
35

¿93,69%
10.6 27.455.396,00
Efektivitas 2021= x100%
9.300.000.000 ,00
=0,97343099007x100%
¿97,34%
2.5 Kontribusi

2.5.1 Pengertian Kontribusi

Menurut Mahmudi, (2010:145) Kontribusi digunaan untuk mengetahui

sejauh mana pajak daerah memberikan sumbangan dalam penerimaan PAD.

Dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan membandingkan penerimaan

pajak daerah periode tertentu dengan penerimaan PAD periode tertentu pula.

Semakin besar hasilnya berarti semakin besar pula peranan pajak daerah terhadap

PAD, begitu pula sebaliknya jika hasil perbandingannya terlalu kecil berarti

peranan pajak daerah terhadap PAD juga kecil.

Tingkat kontribusi digolongkan ke dalam beberapa kategori sebagai

berikut:

Tabel 2.2

Tingkat kontribusi

Rasio Kontribusi (100%) Kriteria

>100% Sangat Efektif

90%-100% Efektif

80%-90% Cukup Efektif

60%-80% Kurang Efektif

<60% Tidak Efetif

Sumber : Munir dkk


36

2.5.2 Pengukuran Kontribusi

Indikator kontribusi adalah rasio antara realisasi penerimaan pajak dengan

realisasi asli daerah. Untuk mengetahui bagaimana dan seberapa besar kontribusi

pajak air tanah.

Maka untuk mengklasifikasikan kriteria kontribusi pajak bea perolehan

pajak air tanah terhadap pendapatan asli daerah digunakan rumus sebagai berikut :

Realisasi Penerimaan Pajak Air Tanah


Kontribusi Penerimaan= x 100 %
Pendapatan Asli Daerah

Tahun Target Realisasi Pendapatan Asli %


Daerah
2017 12.000.000.000,00 12.194.446.003,96 1.380.349.594.488 0,88%

2018 13.000.000.000,00 11.382.353.996,00 1.308.458.605.694 0,86%

2019 16.850.343.250,00 10.425.740.594,00 1.463.915.001.282 0,71%

2020 9.300.000.000,00 9.926.094.274,00 1.183.705.744.101 0,83%

2021 10.345.094.428,00 10.627.455.396,00 1.135.048.520.759 ,093%

12.194.446.003,00
Kontribusi Penerimaan 2017 = x100%
1.380.349.594.488

¿ 0,00883431708 x 100 %

¿ 0,88 %

11.382 .353.996,00
Kontribusi Penerimaan 2018= x 100
1.308 .458.605 .694

¿ 0,00869905547 x 100 %

¿ 0,86 %

10.425.740 .594,00
Kontribusi Penerimaan 2019= x 100 %
1.463 .915.001 .282

¿ 0,007121821 x 100 %
37

¿ 0,71 %

9.926 .094 .274,00


Kontribusi Penerimaan 2020= x 100 %
1.183 .705.744 .101
¿ 0,00838560962 x 100 %

¿ 0,83 %
10.627 .455.396,00
Kontribusi Penerimaan 2020= x 100 %
1.135 .048.520 .759

¿ 0,00936299656 x 100 %

¿ 0,93 %
2.6 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2.6.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

pertimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah diperjelas Pasal 1

ayat 28 meneyebutkan pendapatan asli daerah (PAD) yaitu :” Pendapatan

asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut

berdasarkan peraturan daerah (perda) sesuai dengan perundang-

undangan”. Sedangkan menurut PP RI No.58 Tahun 2005 tentang

pengelolaann keuangan daerah, pendapatan daerah adalah hak pemerintah

yang diakui sebagai nilai kekayaan bersih.

Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diperoleh

daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerag bersumber dari

pajak daerah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-

lain PAD yang sah. Pendapatan Asli Daerah ini mencerminkan tingkat
38

kemandirian suatu daerah. Semakin tinggi PAD akan semakin tinggi

tingkat kemandirian dalam suatu daerah (Putri dan Rahayu,2015:281).

Tingkat ekonomi dan pendapatan masyarakat di suatu daerah

merupakan cerminan dari pendapatan asli daerah, untuk itu perlu adanya

kiat-kiat bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan potensi masyarakat

dalam pengelolaan sumber-sumber pendapatan masyarakat. Meningkatnya

pendapatan masyarakat jelas mempengaruhi perubahan ekonomi dan

kesejahteraan sekaligus menambah pendapatan asli daerah, peningkatan

pendapatan asli daerah tentunya tidak terlepas dari kemampuan

pemerintah dalam membina masyarakat dan unsur swasta dalam

mewujudkan berbagai bidang usaha untuk selanjutnya dapat memberikan

masukan terhadap daerah (Fitriana,2014:1879).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat penting bagi sumber

pembiayaan dan sebagai tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah.

Sehingga untuk melaksanakan otonomi daerah, pemerintah harus dapat

mengidentifikasi sektor-sektor yang dinilai potensial sebagai pendorong

pembangunan daerah, terutama memaksimalkan PAD (Sunanto,2015:4).

Suriadinata (1994:10) menyatakan bahwa untuk memperoleh target

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang telah dipertanggung jawabkan,

penyusunannya perlu memperhitungkan berbagai faktor-faktor, antara

lain :
39

a. Realisasi penerimaan pendapatan dari tahun anggaran yang lalu dengan

memperhatikan faktor pendukung yang menyebabkan tercapainya

realisasi tersebut serta faktor-faktor penghambatnya.

b. Kemungkinan pencarian tunggakan tahun-tahun selanjutnya yang

diperkirakan dapat ditagih.

c. Data potensi objek dan estimasi perkembangan perkiraan.

d. Kemungkinan adanya perubahan penyesuaian tarif dan penyempurnaan

sistem pungutan.

e. Keadaan sosial ekonomi dan tingkat kesadaran masyarakat selaku wajib

bayar.

f. Kebijakan di bidang ekonomi dan moneter.

2.6.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2014 sumber-sumber pendapatan

asli daerah yaitu :

1. Pendapatan Asli Daerah

A. Hasil Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah

(baik Pemerintah TK I maupun Pemerintah daerah TK II dan hasil

dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pemungutan

daerah (APBD). Jadi pajak yang dilakukan daerah sesuai dengan

peraturan yang ditetapkan oleh daerah untuk mengelola dan

membangun rumah tangganya.

B. Hasil Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran

pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik


40

daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh

daerah baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan pungutan

daerah sebagai pembayaran atau jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan. Jadi menurut penulis retribusi

adalah pungutan yang dilakukan suatu daerah atas jasa atau izin yang

telah diberikan pemerintah daerah.

C. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan adalah hasil pendapatan yang dapat

berupa dana pembangunan daerah dan merupakan bagian untuk

anggaran balanja daerah yang di setor ke kas daerah. Hasil perusahaan

milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya

dipisahkan antara lain: bagian laba, deviden dan penjualan saham milik

daerah.

D. Pendapatan daerah lain yang sah berupa jasa giro, penjualan asset tetap

daerah, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai rupiah terhadap

mata uang asing, komisi, potongan, dan bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah.

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara pusat dan daerah pasal 1 angka 19 yaitu

“Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN


41

yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam

rangka pelaksanan desentralisasi”. Tujuan dari dana perimbangan yaitu

untuk mengurangi kesenjangan pada bagian fiskal yang terjadi antara

pemerintah dan pemerintah daerah. UU No. 23 Tahun 2014 Pasal 159

sampai Pasal 162 menyebutkan bahwa dana perimbangan terdiri dari:

a. Dana Bagi Hasil

b. Dana Alokasi Umum ( DAU )

c. Dana Alokasi Khusus ( DAK )

3. Pinjaman Daerah

a. Dari dalam negeri bersumber dari pusat, Lembaga keuangan bank,

Lembaga keuangan bukan bank, dan masyarakat.

b. Dari luar negeri dapat berupa Pinjaman bilateral atau pinjaman

multiteral.

4. Pendapatan Asli Daerah Lainnya yang Sah

Sesuai dengan pasal 6 dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004,

tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah, pendapatan daerah yang sah meliputi :

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

b. Pendapatan Bunga

c. Jasa Giro

d. Keuntungan selisih nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata

uang asing, komisi potongan atau bentuk lain dari penjualan dan

pengadaan barang atau jasa oleh daerah.


42

2.7 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Hasil Penelitian


1 Dwi Putri Ditya Analisis Efektivitas Pajak 1. Tingkat efektivitas
Air Tanah dan pemungutan pajak air
Kontribusinya terhadap tanah di kota padang
PAD Kota Padang selama tahun 2013-2017
menunjukkan hasil yang
sangat efektif kecuali
pada tahun 2015 tingkat
ke efektivitasnya adalah
kurang efektif.
2. Pertumbuhan
penerimaan pajak air
tanah di kota padang
selama tahun 2013-2017
mengalami peningkatan
setiap tahunnya.
3. Kontribusi pajak air
tanah terhadap pajak
daerah di kota padang
masih sangat kurang
memberikan kontribusi.
2 Intan Maharani dan Analisis Efektivitas dan Efektivitas pajak daerah
Retno Murni Kontribusi Pajak Daerah Kabupaten Blitar dari
Sari(2021) Terhadap Pendapatan Asli tahun 2016-2020 selalu
Daerah Kabupaten Blitar memenuhi target yang
tercapai bahkan lebih dari
target yang ditetapkan,
dalam hal tersebut bisa
43

dikategorikan penerimaan
pajak daerah kabupaten
blitar sangat efektif.
Dalam pelaksanaan
pemungutannya, pajak
daerah yang paling efektif
dalam penarikannya yaitu
pajak restoran, pajak buka
logam dan batuan dan
pajak bea perolehan hak
atas tanah dan bangunan.
Setiap tahunnya
pemerintah kabupaten
blitar selalu mencapai
target pajak yang
ditetapkan dan ada yang
melampaui jauh dari
penerimaan pajak daerah.
Kontribusi pajak daerah
terhadap pendapatan asli
daerah kabupaten blitar
selalu mengalami
peningkatan dan
penurunan pada tahun
2016-2020. Dalam kriteria
penerimaan pajak
termasukdalam kategori
sedang dalam
berkontribusi terhadap
penerimaan Pendapatan
Asli Daerah. Penerimaan
kontribusi pajak pada
tahun 2018 sampai tahun
2020. Hal ini menandakan
bahwa pajak daerah masih
kurang berkontribusi
dalam pendapatan asli
daerah.
3 Yuni Selvia, dkk Analisis efektivitas dan Pajak air tanah di kota
kontribusi pajak air tanah medan selama tahun 2014
terhadap PAD Kota Medan temasuk ke dalam kriteria
cukup efektif sedangkan
tahun 2015-2017 termasuk
dalam kriteria sangat
efektif.
44

4 Herly Analisis potensi dan 1. Tingkat efektivitas


Pangerapan,Heince efektivitas sistem pajak air tanah setiap
R.N.Wokas pemungutan pajak air tanah tahunnya
sebagai sumber PAD kota dikategorikan sanga
manado efektif, sedangkan
efektivitas pajak ai
tanah hanya pada
tahun 2014
dikategorikan sangat
efektif dengan
persentase 100,27%
2. Pajak parkir dan pajak
air tanah memiliki
potensi yang cukup
besar tahun 2015. Jika
mampu
dimaksimalkan lebih
baik lagi oleh pihak
DISPENDA Kota
Manado, kedepannya
akan memberikan
dampak positif dalam
meningkatkan
pembangunan daerah
Kota Manado.

Sumber: Diolah Penulis


45

2.8 Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian di atas dalam tinjauan pustaka yang telah

diuraikan sebelumnya. Maka model kerangka kajian yaitu digunakan

untuk memudahkan pemahaman konsep yang digunakan adalah sebagai

berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Badan Pengelola Dan


Retribusi Daerah

Pajak Air Tanah

Target Realisasi

Efektivitas Kontribusi

Analisis

Kesimpulan
46

Sumber: diolah penulis


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yang dipilih oleh penulis yaitu penerimaan Pajak Air

Tanah yang dilakukan di Kantor Badan Pengelola Pajak Dan Retribusi

Daerah (BPPRD) Medan Johor. Yang beralamat di Jl. A. H. NASUTION

N0.32. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi yang telah tidak

memerlukan pengolahan lebih lanjut dengan teknik dokumentasi yang

diperoleh melalui laporan keuangan yang dipublikasikan.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut sugiyono (2018:117) Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah di Badan Pengelola Pajak Dan

Retribusi Daerah (BPPRD) Kota Medanyang berdiri sejak tahun 1973 sapai

dengan sekarang.

3.2.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2017:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Pemilihan sampel dalam

47
48

penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu pemilihan sampel

berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut

dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

3.3 Operasionalisasi Variabel

Menurut sugiyono (2017:38) mengemukakan bahwa variabel adalah

segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tesebut, kemudian ditarik

kesimpulan.

Adapun defenisi operasional variabel dari penelitian ini adalah :

1. Efektivitas adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau

sasaran, demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi

produktivitas, tetapi juga dapat dilihat dari sisi persepsi atau sikap

individu. Efektivitas dapat dinilai dengan membandingkan hasil nyata

suatu kejadian dan target pada rencana kejadian bersangkutan.

Rumus Efektivitas:

Realisasi Pajak Air Tanah


Efektivitas = x 100 %
Target Pajak Air Tanah

Tingkat Efektivitas

Rasio Efektivitas (100%) Kriteria


>100% Sangat Efektif
90%-100% Efektif
80%-90% Cukup Efektif
60%-80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif
Sumber : Munir, dkk

2. Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah

memberikan sumbangan dalam penerimaan. Kontribusi Pajak Air Tanah


49

adalah perbandingan antara realisasi Penerimaan Pajak Air Tanah dengan

realisasi Pendapatan Asli Daerah yang ditargetkan setiap tahunnya jika

hasilnya >50% maka Pajak Air Tanah sangat baik.

Rumus Kontribusi:

Realisasi Penerimaan Pajak Air Tanah


Kontribusi = x 100 %
Pendapatan Asli Daerah

Tingkat Kontribusi

Rasio Kontribusi(100%) Kriteria

>100% Sangat Efektif

90%-100% Efektif

80%-90% Cukup Efektif

60%-80% Kurang Efektif

<60% Tidak Efetif


Sumber : Munir, dkk

3. Pajak Air Tanah

Berdasarkan Undang-Undang No 28 tahun 2009 Pasal 1 ayat 33 tentang

Pajak Daeah dan Retribusi Daerah dijelaskan bahwa Pajak Air Tanah

adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air tanah. Pengertian air

tanah disini adalah air yang terdapat didalam lapisan tanah atau batuan

dibawah permukaan tanah. Di Kota Medan, pemungutan pajak air tanah

diatur melalui peraturan daerah no 6 tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah

dan peraturan Wali Kota Medan no 9 tahun 2017 tentang pelaksaan

Peraturan Daerah Kota Medan no 6 tahun 2011 entang pajak air tanah.

Pada pasal 3 ayat (1 dan (2) menerangkan bahwasannya subjek pajak air
50

tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan

pemanfaatan air tanah.

4. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan yang berasal dari

sumber ekonomi asli daeah. Kelompok PAD yang dipisahkan menjadi 4

jenis pendapatan yaitu: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan

Kekayaan Milik Daerah, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

3.4 Sumber Dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah

data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari BPPRD berupa laporan data target

dan realisasi penerimaan pajak Air Tanah selama 5 tahun terakhir, sejarah singkat

perusahaan, dan struktur oganisasi dengan jenis data kuantitatif.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai pendukung dalam

penelitian ini ialah data sekunder, yaitu mengumpulkan data-data yang sudah jadi

dari instansi atau dari dokumen yang dimiliki kantor BPPRD.

Data sekunder yaitu berupa teknik dokumentasi yang diperoleh dalam

bentuk yang sudah jadi dari Badan Pengelola Pajak Dan Retribusi Daerah Kota

Medan, sejarah singkat perusahaan dan struktur organisasi.

3.6 Teknik Analisa Data


51

Adapun teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis data yang

dikumpulkan adalah dengan menggunakan metode Analisis Deskriptif yaitu suatu

metode analisis yang digunakan dengan mengumpulkan dan mengklasifikasi data

yang sudah ada, kemudian menganalisis data sehingga memberikan suatu

gambaran yang sebenarnya mengenai keadaan perusahaan, baik itu data-data

mengenai target dan realisasi Pajak Air Tanah serta kegiatan Kantor Badan

Pengelola Pajak Dan Retribusi Daeah Kota Medan yang berada di johor.

Adapun tahapannya sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data-data yang diperoleh dari Badan Pengelola Pajak

Dan Retribusi Daerah data target dan realisasi Pajak Air Tanah dari

Tahun 2017-2021.

2. Menghitung Efektivitas dari penerimaan Pajak Air Tanah Kota

Medan.

3. Menghitung Kontribusi dari penerimaan Pajak Air Tanah Kota

Medan.

4. Menganalisis Efektivitas dan Kontribusi penerimaan Pajak Air Tanah

Kota Medan.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Taufik. 2012. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi
Umum (DAU) Terhadap Belanja Modal. Jurnal Universitas Pasundan.

Abdurahmat.2003. Pengertian efektivitas. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ditya, Dwi Putri 2019. Analisis Efektivitas Pajak Air Tanah dan Kontribusi
Terhadap (PAD) Kota Padang Diploma thesis, Universitas Andalas.

Gunadi. 2009. Akuntansi Pajak. Jakarta : Grasindo.

Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta : Arifgosita.

Herly Pangerapan, Heince R.N.Wokas. 2016. Analisa potensi dan efektivitas


sistem pemungutan pajak air tanah sebagai sumber pendapatan asli daerah
Kota Manado. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen Bisnis dan Akuntansi
4(1), 2016.

Kota Medan, (2011 ).Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun 2011
tentang Pajak Air Tanah. Pemerintah Kota Medan: Medan.

Mardiasmo , 2016. Perpajakan, Edisi Revisi Yogyakarta :CV. Andi Offset.

Mardiasmo, 2011. Perpajakan. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Munir,dkk.2004. Kebijakan dan Manajemen Keuangan Negara Daerah.


Yogyakarta : YPAPI

Pemerintah Indonesia . 2009. Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak


Daerah dan Retribusi Daerah. Kementrian Keuangan. Jakarta.

Peraturan Walikota Medan Nomor 32 Tahun 2011 tentang pelaksaan Peraturan


Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun 2011 tentang pajak air tanah

Priantara Diaz. 2016. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta : Andi Offset.

Resmi, Siti, 2016. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat

Rustendi (2018). Analisis EFEKTIVITAS , EFESIENSI dan KONTRIBUSI


Penerimaan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah. JRAK
Vol.9 No.2

Siahaan, Marihot Pahala, 2005 Pajak Dearah & Retribusi Pajak Daerah, Jakarta :
PT. Raja Grafindo.

47
48

Sunanto, (2005). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Yogyakarta Amus dan
Citra Pustaka.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif,dan R&d. Bandung :


Alfabeta, CV.

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi


Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah


Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. (Online)


tersedia : (http://www.dipk.depkeu.go.id), diakses 22 Februari 2022.

Universitas katolik santo thomas sumatra utara,2022. Pedoman Penulisan tugas


akhir 2022.

Waluyo, 2013. Perpajakan Indonesia: Edisi Kedua. Jagakarsa: Salemba Empat.

Walakandou, R.J.R. (2013). Analisis Kontribusi Pajak Hotel Terhadap


Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Manado. Jurnal Emba.
Universitas Sam Ratulangi Manado. ISSN 2303-1174.

Anda mungkin juga menyukai